Tema : Persahatan
Casting : 3 orang
Karakter
Sipnopsis Drama
Pada suatu haris Ella sedang menceritakan sesuatu kepada Idah. Ella mengatakan kepada Idah
bahawa Nani adalah sosok sahabat yang tidak baik. Ella menganggap Nani sangat tidak peduli
dengan sahabatnya, bahkan dia bisa bersikap seperti tidak kenal ketika dimintai pertolongan oleh
temannya. Namun, Idah tidak serta merta percaya dengan pernyataan Ella. Idah meyakini bahwa
Ella hanya salah paham.
Ella : Kamu tahu tidak, ternyata Nani itu bukanlah seorang teman yang baik.
Idah : Memangnya kenapa? Kenapa kamu bilang kalau Nani itu bukan seorang teman yang baik?
Apa yang sudah dilakukan oleh Nani?
Ella : Jika Nani itu benar-benar ssosok teman yang baik, dia tidak mungkin membiarkan aku
kehujanan ditengah-tengah malam.
Idah : Maksud kamu membiarkan kamu kehujanan ditengah-tengah malah bagaimana? Aku kurang
paham maksud kamu itu?
Ella : Begini, kemarin aku kan berkunjung ke rumah tanteku. Aku pulangnya agak malam karena
cuaca kebetulan lagi gerimis terus. Kemarin itu aku juga tidak bawa motor karena pas perginya
dianterin sama temenku, Erni. Waktu aku berada dijalan… untuk menunggu taksi, taksinya tidak ada
yang muncul. Eh.. ternyata aku lihat Nani sedang mengendarahi sepeda motor, entah dia darimana.
Nah, ketika aku berhentikan dia, dia malah terus jalan saja.
Idah : Yang benar saja? Jangan-jangan Nani tidak tahu kalau kamu memanggilnya?
Ella : Tidak tahu bagaimana? Dia itu dekat sekali waktu aku mencoba memberhentikan dia. apalagi
aku juga sangat keras waktu memanggilnya. (Idah masih tidak yakin dengan apa yang dikatakan
oleh Idah, karena menurut Idah selama ini Nani dianggapnya sebagai sosok teman yang
sangat peduli dengan teman-temannya.)
Idah : Ya sudah, kalau begitu nanti aku akan coba menayakan masalah ini sama Nani. Mungkin
besok aku akan ketemu dia.
Ella : Ya,silakan saja. Eh..sebentar lagi aku ada janji sama Erni. Okay, kalau begitu aku pulang dulu
ya…
Pada keesokan harinya Idah pun bertemu dengan Nani. Idah dengan segera menanyakan
kebenaran perkataan Ella terkait sikapnya kepada Ella.
Idah : Apa iya kemarin kamu main jalan saja waktu si Ella sedang kehujanan dijalan pas malam-
malam dia habis datang dari tumah tantenya?
(Nani pun sangat terkejut dengan pertanyaan Idah, karena dia merasa tidak keluar rumah sama
sekali pada waktu itu.)
Nani : Yang benar saja? Kemarin aku tidak kemana-mana. Aku dirumah saja, soalnya waktu itu aku
kurang enak badan. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanya ke mamaku.
(Seperti yang diyakini Idah, bahwa Ella salah paham dengan Nani, karena Nani bukanlah sosok
seperti yang dianggap Ella.)
Idah : Tidak usah.. aku percaya sama kamu. Aku hanya ingin memastikan apakah benar apa yang
dikatakan oleh Ella, atau hanya salah paham saja.
Nani : Memangnya Ella yakin sekali kalau yang dilhitanya kemarin malam itu aku? Bagaimana dia
bisa yakin sekali?
Idah : Ya sudah, tak usah dipikirkan. Nanti aku ngomong sama dia kalau yang dia lihat malam itu
bukanlah kamu.
(Nani pun merasa tidak nyaman dengan Ella. Dia melarang Idah utuk menemui Ella untuk
menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya. Nani memutuskan untuk menjelaskannya
sendiri kepada Ella.)
Nani : Idah, kamu tidak usah menjelaskan masalah ini sama Ella ya.. biar aku saja yang ngomong
sama dia, soalnya aku merasa tidak enak sama dia.
Idah : Ya sudah, kalau begitu kamu bisa temui dia besok ditempat kita bisa ngumpul. Kamu jelaskan
ke dia bahwa yang dia lihat kemarin malam itu bukan kamu.
Nani : Aku tidak tahu, mungkin dia lagi bantu-bantu ibunya dirumah. Aku mau nanya sama kamu.
Apa iya kemarin kamu melihat aku di jalan….
Ella : Kok kamu malah nanya aku? Memang benar kan, kemarin kamu bawa motor malam-malam
dan waktu ku panggil kamu diam saja?
Nani : Ella, kamu itu salah orang. Bagaimana mungkin itu aku, soalnya aku lagi dirumah. Waktu itu
aku kurang enak badan.
Ella lantas sangat terkejut dengan penjelasan Nani.
Nani : Iya benar, kalau kamu kurang yakin silakan tanya ke mamaku, adikku, atau tanya ke ayahku.
Mereka pasti bilang aku memang sedang dirumah.
Ella tediam sejenak, karena dia merasa yakin sekali bahwa yang dilihatnya kemarin adalah wajah
Nani.
Ella : Apa iya orang lain? Ya sudah kalau itu memang bukan kamu, lalu dia itu siapa? Kenapa
wajahnya sama pesis seperti kamu.
Nani : Begini saja, warna motor itu apa? Nomor platnya berapa?
Ella : Kalau warnanya aku ingat, motor itu warna biru. Nomor platnya aku tidak tahu karena waktu itu
kan hujannya lumayan deras.
Nani : Warna biru? Kamu kan tahu kalau aku tidak memiliki motor berwarna biru. Kamu sering
datang kerumahku, satu-satunya motor dirumahku itu kan berawarna hitam.
Ella pun mulai yakin bahwa yang dilihatnya memang bukanlah Nani, melainkan orang lain yang
memiliki kesamaan rupa dengan Nani. Ella akhirnya meminta maaf sama Nani.
Ella : Nani, kamu benar. Kamu tidak punya motor berwarna biru. Maaf, aku sudah menyangka kamu
yang tidak-tidak. Kamu mau kan memaafkan aku?
Nani : Dengan senang hati. Sekarang aku sudah merasa enakan, karena akhirnya kamu tahu
bahwa itu bukanlah aku. Bagaimana mungkin aku tega mentelantarkan kamu di jalan malam-malam
hari, apalagi pada saat itu hujan deras.
2. Tema: Persahabatan
Judul: Janji
Sinopsis:
Bercerita tentang 3 orang sahabat, yaitu Filuna, Saragas, dan Kalalan yang harus merasakan manis
pahitnya kehidupan persahabatan. Namun ternyata selama ini Filuna menderita penyakit sirosis hati
dan membuat kedua temannya secara bergantian merawatnya dirumah sakit. Kondisi Filuna
semakin memburuk dan hal itu membuat mereka mengingat janji yang mereka buat sewaktu kecil.
Siapa sangka, janji yang mereka buat dahulu menjadi boomerang bagi persahabatan mereka
bertiga.
Dialog Drama:
Saragas : “Halo Lan? Ada apa?” kata Saragas setelah menjawab panggilan dari sahabatnya,
Kalalan.
Kalalan : “Filuna masuk rumah sakit. Cepat kesini” Jawab Kalalan diseberang telefon.
(rumah sakit)
Kalalan : “Kata dokter kondisinya semakin memburuk. Dia harus dirawat dalam beberapa waktu”
Kalalan : “Gas, kita bergantian saja menjaga Filuna dirumah sakit. Kau pulang saja dulu hari ini”
Saragas : “Okelah. kita bergantian menjaga Filuna selama dia di Rumah Sakit. Aku pulang dulu. Aku
akan kembali besok pagi. Sampai jumpa.”
Selama Filuna dirawat, Saragas dan Kalalan selalu bergantian menjaga Filuna. Mereka akan saling
menutupi kesibukan satu sama lain agar memastikan Filuna tidak sendirian di Rumah Sakit. Namun,
tiga bulan berlalu Saragas lebih sering absen dan membuat Kalalan mau tidak mau mengorbankan
kesibukannya untuk menemani Filuna. Hal itu membuat Kalalan kesal.
Kalalan : “Ternyata kamu masih ingat sama Filuna? Ku pikir kau sudah bosan menemani Filuna di
Rumah Sakit.” Singgung Kalalan ketika Saragas baru saja datang setelah dua minggu menghilang.
Saragas : “Filuna sahabatku. Kau pun begitu. Maaf, aku terlalu sibuk dengan acara sekolah. Aku
tidak bisa lari dari tanggung jawabku sebagai ketua Osis.”
Kalalan : “Kau tidak bisa lari dari tanggung jawabmu sebagai ketua Osis, tapi kau seenaknya lari
dari tanggung jawabmu sebagai sahabat? Kau lupa perjanjian kita?”
Saragas : “Aku masih mengingatnya dengan jelas. Kita berjanji untuk bergantian menemani Filuna
di Rumah Sakit. Sudahlah, lagipula aku sudah kembali. Jangan memperbesar masalah”
Kalalan : “Oke, lupakan soal itu. Satu hal yang harus kau tahu selama kau tidak datang dua minggu
ini”.
Saragas : “Apa?”
Kalalan : “Hidup Filuna tinggal menghitung hari jika tidak segera mendapatkan donor hati. Dan kau
tahu apa artinya itu?”
“Perjanjian yang kita buat 15 tahun yang lalu tidak akan tertepati jika salah satu diantara kita pergi”
Saragas seketika mengingat perjanjian yang dimaskud Kalalan. Mereka bertiga pernah menulis
perjanjian bahwa apapun yang akan terjadi, kita harus tetap bersama. Saragas tampak syok dan
memberikan tatapan kosong kepada Kalalan.
Saragas lagi-lagi menghilang. Sementara itu Filuna sadar dan mencari kedua sahabatnya. Kalalan
berusaha menghubungi Saragas namun tidak mendapat jawaban.
Kalalan : “Hah? Emm, tadi pagi Saragas pulang, dia ada les musik. Mungkin sore nanti dia akan
kembali ke sini. Kau istirahatlah dulu.”
Filuna : “Kalalan? Kau ingat janji yang kita buat waktu kita bertiga kecil?”
Filuna : “Kurasa aku orang yang akan jadi pengecut diantara kita bertiga. Aku tidak bisa menepati
janji kita. Maafkan aku Kalalan, sampaikan juga maafku kepada Saragas. Terima kasih sudah
menjadi sahabat terbaikku”
Kalalan : “kau jangan bicara begitu. Kau pasti akan sembuh, percayalah”
Filuna tersenyum
Dua hari setelah Filuna sadar, kondisinya kembali memburuk dan terpaksa masuk ke ICU. Saragas
pun masih belum bisa dihubungi oleh Kalalan. Namun disamping itu, Kalalan mendapat kabar dari
dokter kalau Filuna mendapatkan donor hati yang cocok, dan akan segera melakukan transplantasi
hati.
Satu minggu selang operasi Filuna yang berjKalalan lancar, ia pun sadar dan melihat hanya Kalalan
yang berada di sampingnya.
Kalalan yang mendengar pertanyaan Filuna itu pun seketika terdiam dan menahan kesedihannya.
Kalalan : “Filuna, mengenai janji kita 15 tahun yang lalu, selamat, janji itu berhasil ditepati”
Filuna : “iya, aku tidak menyangka aku akan mendapat donor hati. Aku sangat berterimakasih
kepada orang yang mendonorkan hatinya kepadaku. Aku harus tanya dokter siapa nama orang
yang mendonorkan hatinya kepadaku”
Mendengar hal itu, Kalalan seketika memberikan secarik kertas kepada Filuna.
Ternyata surat itu dari Saragas. Saragas yang mendonorkan hatinya pada sahabatnya sendiri.
Kalalan tidak pernah tahu bahwa saat-saat sahabatnya itu absen menjaga Filuna dirumah sakit atau
hilang kabar, disaat itu pula Saragas berjuang melawan sakitnya juga. Ia ternyata mengidap kanker
otak stadium akhir, namun selama ini ia sembunyikan. Mengetahui hidupnya sudah tidak tertolong,
ia membuat surat wasiat untuk mendonorkan hatinya kepada sahabatnya, Filuna.
Kalalan : “Saragas berpikir bahwa ia harus tetap kuat untuk menjagamu. Bahkan aku sangat marah
pada diriku. Kenapa aku tidak bisa peka terhadap keadaan Saragas?”
Kalalan : “Aku pun begitu. Tapi menyesalinya pun akan sia-sia saja”
Filuna pun menangis terpukul mengetahui kenyataan pahit sahabatnya. Ia semakin terpukul setelah
membaca tulisan Saragas yang mengatakan “dengan adanya hatiku di tubuhmu, aku berpikir kita
bertiga akan tetap bersama. Aku tahu pemikiranku sangat naif, tapi hanya itu yang kupikirkan
sekarang. Meski ragaku sudah tidak ada, tapi hatiku selalu ada disetiap langkahmu, berjanjilah
untuk selalu bersama Kalalan, dengan begitu kita bertiga akan selalu bersama. Pada akhirnya, janji
kita akan tertepati”
3 Naskah Drama Singkat 3 Orang Tema Pendidikan
Dialog :
Salahudin : “jelas”
Salahudin. : “Apa itu nomor 2 tahun lalu dikalah sama kotak kosong”
Ustad : “sudah sudah jangan saling menghina berbeda itu biasa tapi jangan asal menghina dan juga
jangan langsung main pukul orang yang jadi walikota kalian yang marahan aduhhhh. Sudah minta
maaf”
Karakter/penokohan :
Pada suatu hari mereka bertiga (Diva, Sanah, Sika) sedang berkumpul disebuah taman di sekolah
mereka pada saat jam istirahat.
Sanah : Baik
Sanah : Kok pas dianyain sama Pak Darto tadi kamu nggak bisa jawab Rik?
Diva : Belajar itu kan penting Rik, kamu jangan menghabiskan waktu untuk bermain saja dong.
Luangkan waktu untuk belajar sewaktu dirumah.
Setelah itu, Diva lantas pamitan sama teman-temannya untuk ke toilet karena dia ingin buang air
kecil.
Diva : Eh.. Rik, Jan, maaf ya.. aku mau ke toilet dulu nih, aku sudah nggak tahan nih,,, maaf ya….
Sika : Betul sih, tapi mau gimana lagi orang aku malas banget kalau mau belajar.
Sanah : Kalau kamu malas, sampai kapanpun kamu akan seperti itu. Kamu mau nanti kamu tidak
lulus?
Sika : Nggak tau deh, kalian itu gimana sih kok selalu punya semangat untuk belajar gitu? Kalau aku
baru mau buka buku aja udah malas banget rasanya.
Sanah : Mulai setahap demi tahap. Untuk pertama kali mungkin kamu agak kesulitan membiasakan
diri dengan belajar dirumah. Kamu harus bisa mengawaliinya secara perlahan.
Sanah : Luangkan 5-10 menit, dan pastikan kamu memaksakan diri untuk membuka buka selama 5-
10 menit tersebut.
Sika : Gitu ya? Emang 5-10 menit udah bisa buat kita ngerti apa yang kita pelajari? Itu kan kamu,
kalau aku mana bisa paham cuman baca buka 5-10 menit?
Sanah : Maksud aku, 5-10 menit itu cuman sebagai permulaan. Dengan begitu kan kamu akan
terbiasa baca buku ampe lama, dan akhirnya kamu akan serasa nyaman belajar hingga berjam-jam.
Sanah : Betul ya! Tuh, lihat teman kita, si Diva. Dia selalu menjadi salah satu yang terbaik dikelas
kita. Bukan mau membanding-bandingkan kamu dengan dia sih, tapi mestinya Diva kan bisa
menjadi inspirasi buat kamu.
Sanah : Sip deh kalau gitu. Eh, udah mau masuk kelas nih. Yuk, tar telah lagi. Si Diva kok belum
dateng ya?
Sika : Ya udah, kita tunggu dikelas aja deh, siapa tahu dia malah udah ada dikelas.
Tokoh :
Siska : Si rempong
Hari ini adalah hari seperti biasanya anak-anak berangkat kesekolah dengan gembira. Ada siswa
bernama Neli, Siska, dan Ratna. Mereka adalah anak kelas 3 yang sebentar lagi ujian nasional. Di
depan kelas mereka berbincang-bincang.
Neli: mana aku tau, aku pernah buka buku pelajaran aja enggak
Ratna : emang hari ini hari apa sih? Kok aku lupa yaa
Siska: ratna enggak tau hari ini, terus tadi pagi kamu liat jadwal pelajaran bawa buku apa
Neli: wah aneh ini anak, untung kamu kawan kita, kalau enggak udah aku retakkan tulang rusuk mu
Bel berbunyi Kring Kring Kring menandakan semua murid masuk sekolah, di dalam kelas yang
kacau belum ada guru. Pada saat itu pelajaran pertama adalah fisika. Ada PR yang harus di
kerjakan dan ketiga orang ini belum mengerjakan sama sekali.
Neli: wah, agak gak percaya aku sama ini anak bisa ngerjain
Siska : (mengambil kaca dan lipsitik tancap make up) kayaknya lipsitik ku kurang semleheo ya nel
Neli: tancap aja terus itu bibiru dah kayak bibir lohan tau gak sih
Neli: kan udah aku bilang, jangan percaya sama ini anak. Nanti kalau di hukum belum mengerjakan
PR kita maju aja lah. Namanya PR pekerjaan rumah bukan pekerjaan sekolah
Neli : udah pasrah aja, kita emang tidak mengerjakan PR, lain kali kita harus mengerjakan
Siska: we diem we !
“UNTUK KELAS 3 HARI INI DI LIBURKAN, KARENA SELURUH GURU KELAS 3 AKAN
MENGADAKAN RAPAT TERKAIT DENGAN UJIAN NASIONAL”
Neli: yeeeeeee! Bener la insting ku gak usah di kerjain PR ini. Yuk lets go
Ratna: kemana ?
Siska: jangan bilang kamu mau ngajak kita belanja lagi nel? Kagak punya duit aku. Uang saku ku
nipis hari ini
Neli: udah tidak usah banyak cakap, keburu berubah pikiran nih
Dani: Kudus dibanjiri bulan lalu, jadi sulit untuk pulang ke jalan.
Santi: Kendal
Santi: Ya, tetapi hanya di kecamatan Brangsong dan Kendal Kota rumah saya tidak banjir
Dani: Benarkah?
Dani: Ya, hampir seluruh wilayah Kudus kebanjiran, terutama di daerah di pantai utara.
Dani: Ya, bahkan ada sebuah kecamatan di mana hampir semua daerah banjir
Dani: Tidak, ada juga banjir di kabupaten saya, tapi alhamdulillah desa saya tidak termasuk yang
terkena banjir.
Dani: Ada banyak hal, antara lain karena banyaknya hutan gundul, sampah di sungai, yang berarti
airnya tidak mengalir dengan lancar, juga karena curah hujan yang sangat tinggi dalam sebulan
terakhir.
Wildan: Lalu apa yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengatasi banjir?
Dani: Salah satu hal yang dilakukan oleh pemerintahan Kudus adalah memperbaiki bendungan di
sekitar sungai.
Santi: Oh, jika di daerah Anda Hud, seperti apa musim hujan kemarin?
Wildan: Daerah saya adalah dataran tinggi, jadi tidak ada banjir. Itu hanya rentan terhadap tanah
longsor.
Santi: Saya pernah ke pasar Bandungan. Daerah mana di Bandungan yang rentan terhadap tanah
longsor?
Wildan: Sama seperti banjir sebelumnya, karena hujan lebat. Tetapi ketika tanah longsor terjadi
pada lereng tertentu, di mana tidak ada tanaman yang tersisa untuk menopang tanah.
Santi: Karena dua masalah ini, bencana di sekitar kita berarti kita tidak peduli dengan lingkungan,
kan, Hud?
Dani: Ya, jadi kami harus melindungi lingkungan di sekitar kami sehingga masalah ini dapat diatasi.
Wildan: Benar.