Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmatnya sehingga Makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak Terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam Makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Wilayah
B. Konsep Wilaya Menurut Para Ahli
C. Perwilayahan
D. Manfaat perwilayahan
E. Pendekatan Kajian Geografi Regional
F. Kutub dan pusat pertumbuhan wilayah?
G. Pertumbuhan Wilayah Berkelanjutan?
H. Kajian Daya Dukung Untuk Pertumbuhan Wilayah?
I. Sistem Perencanaan Wilayah Nasional?

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bidang ilmu Geografi pada dasarnya mempelajari berbagai komponen fisik muka
bumi, mahluk hidup (tumbuhan, hewan dan manusia) di atas muka bumi, ditinjau dari
persamaan dan perbedaan dalam perspektif keruangan yang terbentuk akibat proses interaksi
dan interrelasinya.
Wilayah (region) adalah suatu areal yang memiliki karakteristik tertentu berbeda
dengan wilayah yang lain. Wilayah dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Wilayah
Formal (uniform region/homogeneous) adalah suatu wilayah yang memiliki keseragaman
atau kesamaan dalam kriteria tertentu, baik fisik maupun sosialnya. Contoh: suatu wilayah
mempunyai kesamaan bentang alam pegunungan disebut wilayah pegunungan atau suatu
wilayah mempunyai keseragaman dalam bidang kegiatan bercocok tanam disebut wilayah
pertanian.
Wilayah Fungsional (nodal region) merupakan wilayah yang dalam banyak hal
diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berkaitan dan ditandai dengan
adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di sekitarnya. Contoh: Suatu industri
didirikan pada suatu wilayah. Setiap pagi karyawan bekerja menuju pabrik dan sore hari
mereka pulang ke rumah masing-masing.
Perwilayahan berarti membagi wilayah-wilayah tertentu di permukaan bumi untuk
keadaan tujuan tertentu. Untuk menentukan regionalisasi wilayah harus diperhatikan fisik
yang meliputi iklim, morfologi, sumber daya alam, dan keadaan sosial budaya yang
meliputi penduduk dan budayanya.
Kaitan konsep wilayah dan perwilayahan dengan perencanaan pembangunan (Pusat
Pertumbuhan) Pusat pertumbuhan (growth center) erat kaitanya dengan
Pertumbuhan wilayah di permukaan Bumi tidak tumbuh bersama-sama secara
terarur,tetapi sengaja atau tidak sengaja, ada bagian yang tumbuh dan maju
berkembang lebih cepat dibanding dengan bagian lain. Berikut ini beberapa teori pusat
pertumbuhan.
B. Rumusan Msalah
a. Apa pengertian konsep wilayah ?
b. Konsep Wilayah menurut Para Ahli ?
c. Apa pengertian dari Perwilayahan ?
d. Apa Manfaat dari Perwilayahan ?
e. Bagaimana Pendekatan Kajian Geografi Regional ?
f. Bagaimana Kutub dan pusat pertumbuhan wilayah?
g. Bagaimana Pertumbuhan Wilayah Berkelanjutan?
h. Bagaimana Kajian Daya Dukung Untuk Pertumbuhan Wilayah?
i. Bagaimana Sistem Perencanaan Wilayah Nasional?

C. Tujuan
a. Dapat mengengetahui pengertian konsep wilayah.
b. Dapat mengetahui pengertian wilayah menurut para Ahli.
c. Dapat mengetahiu apa itu wilayah.
d. Dapat mengetahui manfaat dari perwilayahan.
e. Dapat mengetahui manfaat dari perwilayahan.
f. Dapat mengetahui Kutub dan pusat pertumbuhan wilayah
g. Dapat mengetahui Pertumbuhan Wilayah Berkelanjutan
h. Dapat mengetahui Kajian Daya Dukung Untuk Pertumbuhan Wilayah
i. Dapat mengetahui Sistem Perencanaan Wilayah Nasional
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wilayah
wilayah atau region diartikan sebagai suatu bagian permukaan bumi yang memiliki
karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan satu keseragaman atau
homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari wilayahwilayah lain di daerah
sekitarnya. Karakteristik khas dari suatu wilayah dapat berupa keadaan alam (kondisi fisik),
ekonomi, demografi, dan sosial-budaya.
Secara umum suatu wilayah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wilayah formal
(formal region) dan wilayah fungsional (functional region atau nodal region). Pengertian
wilayah formal identik dengan definisi wilayah secara umum, yaitu suatu daerah atau
kawasan di muka bumi yang memiliki karakteristik yang khas sehingga dapat dibedakan dari
wilayah lain di sekitarnya.
1. Wilayah Formal
Wilayah formal adalah kawasan geografis yang melmiliki kritera-
kriteria tertentuyang homogen atau seragam misalnya kriteria fisik adalah iklim, vegetasi
dan topografi, sedangkan kriteria sosial dan politik adalah partai politik, tipe pertanian,
tipe industri, jumlah pengangguran, tingkat pendapatan dan laju pertumbuhan ekonomi.
Wilayah formal sering juga disebut uniform regiona.
2. wilayah fungsional
Wilayah fungsional adalah kawasan Geografis yang di fungsikan menurut jenis
dan kekuasaannya atau suatu wulayah yang sering berhubungan antara bagian satu
dengan yang lainnya. Wilayah fungsional sering disebut wilayah nodal atau Polaried
Region. Wilayah ini memiliki bagian-bagian yang Heterogon misalnya desa dan kota
secara fisik berbeda tetapi secara fungsional saling berhubungan.
Wilayah (region) didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang di batasi oleh
kriteria tertentu dan bagian-bagiannya tergantung secara internal.
Wilayah dapat di bagi menjadi empat jenis yaitu; (1) wilayah homogen, (2) wilayah
nodal, (3) wilayah perencanaan, (4) wilayah administrative.
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari aspek/kriteria mempunyai
sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat atau ciri-ciri kehomogenan ini
misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan stuktur produksi dan kosumsi yang
homogen, daerah dengan tingkat pendapatan rendah/miskin dll.),geografi seperti wilayah
yang mempunyai topografiatau iklim yang sama), agama, suku, dan sebagainya.
Richarson (1975) dan Hoover (1977) mengemukakanbahwa wilayah homogen di batasi
berdasarkan keseragamamnya secara internal (internal uniformity).
Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai
ketergantungan antarapusat (inti) dan daerah belakangnya (interland. Tingkat
ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa,
ataupunkomunikasi dan transportasi. Sukirno (1976) menyatakan bahwa pengertian
wilayah nodal yang paling ideal untuk digunakan dalam analisis mengenai ekonomi
wilayah,mengartikan wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang dikuasai oleh suatu
atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. tersebut sebagai ekonomi.
Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukan
berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: propinsi,
kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW. Sukirno (1976) menyatakan bahwa
di dalam praktik, apabila membahas mengenai pembangunan wilayah, maka pengertian
wilayah administrasi merupakan pengertian yang paling banyak digunakan. Lebih
populernya pengunaan pengertian tersebut disebabkan dua factor yakni: (a) dalam
kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan tindakan-tindakan dari
berbagai badan pemerintahan. Dengan demikian, lebih praktis apabila pembangunan
wilayah didasarkan pada suatu wilayah administrasi yang telah ada; dan (b) wilayah yang
batasnya ditentukan berdasarkan atas suatu administrasi pemerintah lebih mudah
dianalisis, karena sejak lama pengumpulan data diberbagai bagian wilayah berdasarkan
pada suatu wilayah administrasi tersebut.
Namun, dalam kenyataannya, pembangunan tersebut sering kali tidak hanya
dalam suatu wilayah administrasi, sebagai contoh adalah pengelolaan pesisir, pengelolaan
daerah aliran sungai, pengelolaan lingkungan dan sebagainya, yang batasnya bukan
berdasarkan administrasi namun berdasarkan batas ekologis dan seringkali lintas batas
wilayah administrasi.
Boudeville (dalam Glasson, 1978) mendefinisikan wilayah perencanan (planning
region atau programming region) sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau
kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dapt dilihat sebagai
wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan penting
dalam penyebaran penduduk dan kesempatankerja, namun cukup kecil untuk
memungkinkan persoalan-persoalan perencanaannya dapatdipandang sebagai satu
kesatuan.
Berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa wilayah berada dalam satu kesatuan
politis yang umumnya dipimpin oleh suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan
dengan otonomi tertentu. wilayah yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan tujuan
perencanaannya. Sering pula wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya
suatu wilayah yang mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan
sendiri-sendiri dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.

B. Konsep Wilaya Menurut Para Ahli


Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan
batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain
saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik
dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup
komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk
kelembagaan.
Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-
sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu. Konsep wilayah
yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam Rustiadi et al., 2006) mengenai
tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. wilayah homogen (uniform/homogenous region);
2. wilayah nodal (nodal region); dan
3. wilayah perencanaan (planning region atau programming region).
Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2005) berdasarkan
fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi :
1. fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan keseragaman/homogenitas.
Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik yang seragam menurut kriteria tertentu,
seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, sosial dan politik.
2. fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan
interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah
tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari
satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan.
3. fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan
keputusan-keputusan ekonomi.
Saefulhakim, dkk (2002) wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar
bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional. Wilayah berasal dari bahasa
Arab “wālā-yuwālī-wilāyah” yang mengandung arti dasar “saling tolong menolong, saling
berdekatan baik secara geometris maupun similarity”. Contohnya: antara supply dan
demand, hulu-hilir.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan wilayah) adalah
pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan
fungsional (tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi) antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya. Wilayah Pengembangan adalah pewilayahan untuk tujuan
pengembangan/pembangunan/development. Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan
lima kata kunci, yaitu:
1. pertumbuhan;
2. penguatan keterkaitan;
3. keberimbangan;
4. kemandirian;
5. keberlanjutan.

C. Perwilayahan
Regionalisasi di dalam geografi adalah suatu upaya mengelompokkan atau
mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama. Mengingat lokasi di muka bumi memiliki jumlah
tak terbatas dan cenderung saling berdekatan, maka lokasi-lokasi tersebut harus disusun dan
dikelompokan menurut kriteria tertentu. Dengan demikian informasi yang diperlukan dapat
diperoleh secara efisien dan ekonomis. Salah satu prinsip pembuatan suatu region adalah
menyederhanakan wilayah tersebut dengan cara menyatukan tempat-tempat yang memiliki
kesamaan atau kedekatan tersebut menjadi satu kelompok.
Regionalisasi selalu didasarkan pada kriteria dan kepentingan tertentu. Misalnya,
pada pembagian region permukaan bumi berdasarkan iklim maka kriteria yang digunakan
adalah unsur cuaca, seperti temperatur, curah hujan, penguapan, kelembapan, dan angin.
Regionalisasi menurut iklim ini sangat berguna untuk mengetahui persebaran hewan dan
tumbuhan, tetapi mungkin kurang berguna dalam hal komunikasi atau transportasi. Karena
itulah pengelompokkan region dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, tergantung
pada kepentingan atau tujuan pengelompokkan region tersebut.
Regionalisasi suatu fenomena atau gejala di muka bumi memberikan berbagai
manfaat. Beberapa manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

D. Manfaat perwilayahan
1. Membantu memisahkan sesuatu yang berguna dari yang kurang berguna.
2. Mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi.
3. Menyederhanakan informasi dari suatu gejala atau fenomena di permukaan yang
sangat beragam.
4. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi baik gejala alam maupun manusia.

E. Pendekatan Kajian Geografi Regional


Dinamika adalah sifat dari kehidupan, temasuk ilmu pengetahuan. Perkembangan
materi, ruang lingkup, metode dan analisis merupakan bagian dari perkembangan pemikiran
manusia untuk mencari suatu kebenaran secara ilmiah. Geografi sebagai bidang ilmu yang
berkaitan, dengan kehidupan manusia dan dalam analisisnya menyentuh berbagai bidang
ilmu lainnya, maka dalam menganalisis fakta secara total memerlukan integritas semua
cabang ilmu geografi. Dalam hal ini Geografi regional menduduki peranan yang sangat
strategis. Karena memang gejala dan fenomena yang ada di permukaan bumi pada dasarnya
selalu saling terkait dan dalam pemecahannya memerlukan integritas berbagai bidang ilmu.
Pemahaman akan keterkaitan gejala–gejala di permukaan bumi di suatu wilayah tertentu
merupakan inti dari geografi. Dalam mengapresiasikan tempat, beberapa pendekatan dapat
dipergunakan tetapi semuanya harus bersifat korologis, karena itu adalah ciri khas dari
disiplin ilmu geografi. Geografi regional sangatlah memadai untuk hal tersebut. Geografi
regional mengapresiasikan gejala secara total, dimana gejala itu memberikan ciri yang khas
baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya sendiri.
Dalam mempelajari ilmu geografi, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk mengkaji,
yaitu :
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang
yang telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang. Dalam mengkaji
fenomena geografi dapat menggunakan 3 subtopik dari pendekatan keruangan, yaitu :
a. Pendekatan Topik
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji masalah/fenomena geografi dari
topik tertentu yang menjadi pusat perhatian, misalnya tentang wabah penyakit di
suatu wilayah dengan cara mengkaji :
1) penyebab wabah penyakit (misal : virus atau bakteri)
2) media penyebarannya
3) proses penyebaran
4) intensitasnya
5) interelasinya dengan gejala-gejala lain di sekitarnya.
Dengan pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran awal dari wabah
penyakit yang terjadi.
b. Pendekatan Aktivitas
Pendekatan ini mengkaji fenomena geografi yang terjadi dari berbagai
aktivitas yang terjadi. Misalnya hubungan mata pencaharian penduduk dengan
persebaran dan interelasinya dengan gejala-gejala geosfer.
c. Pendekatan Regional
Pendekatan ini mengkaji suatu gejala geografi dan menekankan pada region
sebagai ruang tempat gejala itu terjadi. Region adalah suatu wilayah di permukaan
bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas.
2. Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)
Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang
berada di lingkungan tertentu, yaitu :
a. hubungan antar makhluk hidup
b. hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya
Contoh dari keterkaitan antar unsur misalnya petani di daerah lahan miring pasti
akan melakukan kegiatan pertanian dengan sistem terrassering.
3. Pendekatan Kewilayahan
Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan. Misalnya
dalam mengkaji wilayah yang memiliki karakaterisitik wilayah yang khas yang dapat
dibedakan satu sama lain (areal differentation), maka harus diperhatikan bagaimana
persebarannya (analisis keruangan) dan bagaimana interaksi antara manusia dengan
lingkungan alamnya (analisis ekologi). Pendekatan wilayah sangat penting untuk
pendugaan wilayah (reginal forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning).

C. Kutub dan pusat pertumbuhan wilayah


Pusat Pertumbuhan adalah suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan pembangunannya
sangat pesat sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan wilayah lain
disekitarnya.
1. Potensi Wilayah
Potensi wilayah dapat dilihat dari berbagai sektor kehidupan baik sektor sosial budaya
diwilayah tersebut.
2. Teori Tempat Sentral
Menurut Christaller, Teori tempat sentral merupakan pengembangan teori lokasi yang
sebelumnya telah ada,yaitu teori letak industri dan teori lokasi pertanian.
3. Teori Sektor
August Losch mengemukakan teori penting, yaitu teori sektor. dalam hal ini yang paling
utama adalah munculnya grafik permintaan.
4. Teori Kutub Pertumbuhan
Teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan hasil
dari suatu proses dan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul ditempat-tempat tertentu
dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda.
D. Pertumbuhan Wilayah Berkelanjutan
Dalam perencanaan pertumbuhan wilayah sebaiknya menggunakan 2 pendekatan yaitu
pendekatan sektoral dan regional. Pendekatan sektoral bersifat kurang memperhatikan aspek ruang
secara keseluruhan sedangkan pendekatan regional lebih bersifat spatial dan merupakan jembatan
untuk mengingatkan perencanaan pembangunan dengan tata ruang.
Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan mengedepankan
kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik
sosial budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan
ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman
Pembangunan perkotaan menggunakan pembangunankota yang terpadu sebagai
sistematis dan menyeluruh untuk mewujudkan fungsi dan peran kota.prasarana perkotaan
meliputijalan,jembatan,air bersih,tempat parkir dan taman kota dan lain lain.

E. Kajian Daya Dukung Untuk Pertumbuhan Wilayah


Penentuan daya dukung wilayah untuk pertumbuhan adalah suatu upaya untuk menentukan
wilayah pengaruh dari suatu pusat pertumbuhan terhadap wilayah lain disekitarnya.
1. Teori Gravitasi
2. Teori Titik Henti
Teori ini memperkirakan lokasi garis perbatasan yang memisahkan wilayah perdagangan di
sekitar dua kota yang berbeda
3. Potensi Penduduk
Ukuran untuk melihat kekuatan potensi aliran pada tiap - tiap lokasi
4. Teori Grafik
Digunakan dalam geografi untuk menentukan daya dukung secara fungsional berdasarkan arah
dan intensitas arus

F. Sistem Perencanaan Wilayah Nasional


Perencanaan adalah suatu proses menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan wilayah adalah proses untuk mengetahui dan menganalisi kondisi saat ini, serta
menetapkan lokasi dan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
1. Perencanaan Wilayah Tingkat Pusat
Pola perencanaan wilayah di Indonesia mengikuti tingkatan yang ada, yaitu tingkat yang
memiliki pendapatan sendiri dan penggunaannya dapat diatur.
2. Perencanaan Wilayah Tingkat Provinsi
Pemerintahan Daerah diwajibkan menyusun RPJP (Rencana Pembangunan Jangka
Panjang) dengan masa perencanaan 20 Tahun kedepan.
3. Perencanaan Wilayah Tingkat kabupaten atau Kota
Sama seperti pada tingkat provinsi,perencanaan yang sudah umum dikenal ditingkat
kabupaten/kota adalah RPJM. Sebagian besar kabupaten/kota juga sudah membuat rencana tata
ruang wilayah (RTRW) yang sifatnya lebih detail.
4. Perencanaan Wilayah Tingkat Kecamatan
Perencanaan Wilayah Untuk Ibu Kota Kecamatan disebut Rencana Umum Tata Ruang
Ibu kota kecamatan (RUTRIKK). Pelaksana penyusunan tata ruang ini adalah instansi kabupaten,
bukan aparat pemerintah dari kecamatan.
5. Perencanaan Pada Level Proyek
Perencanaan ini berkaitan dengan suatu proyek tertentu yang dianggap cukup besar, yaitu
penentuan tempat-tempat kegiatan yang tercakup dalam proyek. Misalnya, proyek pembuatan
bendungan atau irigasi dan proyek pabrik kertas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wilayah atau region diartikan sebagai suatu bagian permukaan bumi yang memiliki
karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan satu keseragaman atau
homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari wilayahwilayah lain di daerah
sekitarnya. Karakteristik khas dari suatu wilayah dapat berupa keadaan alam (kondisi fisik),
ekonomi, demografi, dan sosial-budaya.Regionalisasi di dalam geografi adalah suatu upaya
mengelompokkan atau mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama.

B. Saran
Saran dari penulis adalah melakukan perbaikan apa bila terdapat kesalahan-kesalahan
pada makalah ini, sehingga untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

I Made Sandy, 1996. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Penerbit

Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia-PT. Indograph


Bakti.
Burgess, E.W. (1925) ”The Geography of city” dalam R.E. Park et. Al. The City, Chicago:
Chacago University Press.
MAKALAH
TENTANG
PERCEPATAN PERTUMBUHAN WILAYAH

DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 4

Ketua : Nurfatimah Az-zahra


Anggota : Nurcahyani
Ririn
Arif Kurniawan
Ika Rahmania
Nur Laili
Sukran

MAN 1 BIMA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmatnya sehingga Makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak Terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam Makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Wilayah
B. Konsep Wilaya Menurut Para Ahli
C. Perwilayahan
D. Manfaat perwilayahan
E. Pendekatan Kajian Geografi Regional
F. Kutub dan pusat pertumbuhan wilayah?
G. Pertumbuhan Wilayah Berkelanjutan?
H. Kajian Daya Dukung Untuk Pertumbuhan Wilayah?
I. Sistem Perencanaan Wilayah Nasional?

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bidang ilmu Geografi pada dasarnya mempelajari berbagai komponen fisik muka
bumi, mahluk hidup (tumbuhan, hewan dan manusia) di atas muka bumi, ditinjau dari
persamaan dan perbedaan dalam perspektif keruangan yang terbentuk akibat proses interaksi
dan interrelasinya.
Wilayah (region) adalah suatu areal yang memiliki karakteristik tertentu berbeda
dengan wilayah yang lain. Wilayah dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Wilayah
Formal (uniform region/homogeneous) adalah suatu wilayah yang memiliki keseragaman
atau kesamaan dalam kriteria tertentu, baik fisik maupun sosialnya. Contoh: suatu wilayah
mempunyai kesamaan bentang alam pegunungan disebut wilayah pegunungan atau suatu
wilayah mempunyai keseragaman dalam bidang kegiatan bercocok tanam disebut wilayah
pertanian.
Wilayah Fungsional (nodal region) merupakan wilayah yang dalam banyak hal
diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berkaitan dan ditandai dengan
adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di sekitarnya. Contoh: Suatu industri
didirikan pada suatu wilayah. Setiap pagi karyawan bekerja menuju pabrik dan sore hari
mereka pulang ke rumah masing-masing.
Perwilayahan berarti membagi wilayah-wilayah tertentu di permukaan bumi untuk
keadaan tujuan tertentu. Untuk menentukan regionalisasi wilayah harus diperhatikan fisik
yang meliputi iklim, morfologi, sumber daya alam, dan keadaan sosial budaya yang
meliputi penduduk dan budayanya.
Kaitan konsep wilayah dan perwilayahan dengan perencanaan pembangunan (Pusat
Pertumbuhan) Pusat pertumbuhan (growth center) erat kaitanya dengan
Pertumbuhan wilayah di permukaan Bumi tidak tumbuh bersama-sama secara
terarur,tetapi sengaja atau tidak sengaja, ada bagian yang tumbuh dan maju
berkembang lebih cepat dibanding dengan bagian lain. Berikut ini beberapa teori pusat
pertumbuhan.
B. Rumusan Msalah
a. Apa pengertian konsep wilayah ?
b. Konsep Wilayah menurut Para Ahli ?
c. Apa pengertian dari Perwilayahan ?
d. Apa Manfaat dari Perwilayahan ?
e. Bagaimana Pendekatan Kajian Geografi Regional ?
f. Bagaimana Kutub dan pusat pertumbuhan wilayah?
g. Bagaimana Pertumbuhan Wilayah Berkelanjutan?
h. Bagaimana Kajian Daya Dukung Untuk Pertumbuhan Wilayah?
i. Bagaimana Sistem Perencanaan Wilayah Nasional?

C. Tujuan
a. Dapat mengengetahui pengertian konsep wilayah.
b. Dapat mengetahui pengertian wilayah menurut para Ahli.
c. Dapat mengetahiu apa itu wilayah.
d. Dapat mengetahui manfaat dari perwilayahan.
e. Dapat mengetahui manfaat dari perwilayahan.
f. Dapat mengetahui Kutub dan pusat pertumbuhan wilayah
g. Dapat mengetahui Pertumbuhan Wilayah Berkelanjutan
h. Dapat mengetahui Kajian Daya Dukung Untuk Pertumbuhan Wilayah
i. Dapat mengetahui Sistem Perencanaan Wilayah Nasional
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wilayah
wilayah atau region diartikan sebagai suatu bagian permukaan bumi yang memiliki
karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan satu keseragaman atau
homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari wilayahwilayah lain di daerah
sekitarnya. Karakteristik khas dari suatu wilayah dapat berupa keadaan alam (kondisi fisik),
ekonomi, demografi, dan sosial-budaya.
Secara umum suatu wilayah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wilayah formal
(formal region) dan wilayah fungsional (functional region atau nodal region). Pengertian
wilayah formal identik dengan definisi wilayah secara umum, yaitu suatu daerah atau
kawasan di muka bumi yang memiliki karakteristik yang khas sehingga dapat dibedakan dari
wilayah lain di sekitarnya.
1. Wilayah Formal
Wilayah formal adalah kawasan geografis yang melmiliki kritera-
kriteria tertentuyang homogen atau seragam misalnya kriteria fisik adalah iklim, vegetasi
dan topografi, sedangkan kriteria sosial dan politik adalah partai politik, tipe pertanian,
tipe industri, jumlah pengangguran, tingkat pendapatan dan laju pertumbuhan ekonomi.
Wilayah formal sering juga disebut uniform regiona.
2. wilayah fungsional
Wilayah fungsional adalah kawasan Geografis yang di fungsikan menurut jenis
dan kekuasaannya atau suatu wulayah yang sering berhubungan antara bagian satu
dengan yang lainnya. Wilayah fungsional sering disebut wilayah nodal atau Polaried
Region. Wilayah ini memiliki bagian-bagian yang Heterogon misalnya desa dan kota
secara fisik berbeda tetapi secara fungsional saling berhubungan.
Wilayah (region) didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang di batasi oleh
kriteria tertentu dan bagian-bagiannya tergantung secara internal.
Wilayah dapat di bagi menjadi empat jenis yaitu; (1) wilayah homogen, (2) wilayah
nodal, (3) wilayah perencanaan, (4) wilayah administrative.
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari aspek/kriteria mempunyai
sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat atau ciri-ciri kehomogenan ini
misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan stuktur produksi dan kosumsi yang
homogen, daerah dengan tingkat pendapatan rendah/miskin dll.),geografi seperti wilayah
yang mempunyai topografiatau iklim yang sama), agama, suku, dan sebagainya.
Richarson (1975) dan Hoover (1977) mengemukakanbahwa wilayah homogen di batasi
berdasarkan keseragamamnya secara internal (internal uniformity).
Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai
ketergantungan antarapusat (inti) dan daerah belakangnya (interland. Tingkat
ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa,
ataupunkomunikasi dan transportasi. Sukirno (1976) menyatakan bahwa pengertian
wilayah nodal yang paling ideal untuk digunakan dalam analisis mengenai ekonomi
wilayah,mengartikan wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang dikuasai oleh suatu
atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. tersebut sebagai ekonomi.
Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukan
berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: propinsi,
kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW. Sukirno (1976) menyatakan bahwa
di dalam praktik, apabila membahas mengenai pembangunan wilayah, maka pengertian
wilayah administrasi merupakan pengertian yang paling banyak digunakan. Lebih
populernya pengunaan pengertian tersebut disebabkan dua factor yakni: (a) dalam
kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan tindakan-tindakan dari
berbagai badan pemerintahan. Dengan demikian, lebih praktis apabila pembangunan
wilayah didasarkan pada suatu wilayah administrasi yang telah ada; dan (b) wilayah yang
batasnya ditentukan berdasarkan atas suatu administrasi pemerintah lebih mudah
dianalisis, karena sejak lama pengumpulan data diberbagai bagian wilayah berdasarkan
pada suatu wilayah administrasi tersebut.
Namun, dalam kenyataannya, pembangunan tersebut sering kali tidak hanya
dalam suatu wilayah administrasi, sebagai contoh adalah pengelolaan pesisir, pengelolaan
daerah aliran sungai, pengelolaan lingkungan dan sebagainya, yang batasnya bukan
berdasarkan administrasi namun berdasarkan batas ekologis dan seringkali lintas batas
wilayah administrasi.
Boudeville (dalam Glasson, 1978) mendefinisikan wilayah perencanan (planning
region atau programming region) sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau
kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dapt dilihat sebagai
wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan penting
dalam penyebaran penduduk dan kesempatankerja, namun cukup kecil untuk
memungkinkan persoalan-persoalan perencanaannya dapatdipandang sebagai satu
kesatuan.
Berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa wilayah berada dalam satu kesatuan
politis yang umumnya dipimpin oleh suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan
dengan otonomi tertentu. wilayah yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan tujuan
perencanaannya. Sering pula wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya
suatu wilayah yang mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan
sendiri-sendiri dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.

B. Konsep Wilaya Menurut Para Ahli


Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan
batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain
saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik
dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup
komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk
kelembagaan.
Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-
sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu. Konsep wilayah
yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam Rustiadi et al., 2006) mengenai
tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. wilayah homogen (uniform/homogenous region);
b. wilayah nodal (nodal region); dan
c. wilayah perencanaan (planning region atau programming region).
Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2005) berdasarkan
fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi :
1. fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan keseragaman/homogenitas.
Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik yang seragam menurut kriteria tertentu,
seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, sosial dan politik.
2. fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan
interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah
tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari
satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan.
3. fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan
keputusan-keputusan ekonomi.
Saefulhakim, dkk (2002) wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar
bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional. Wilayah berasal dari bahasa
Arab “wālā-yuwālī-wilāyah” yang mengandung arti dasar “saling tolong menolong, saling
berdekatan baik secara geometris maupun similarity”. Contohnya: antara supply dan
demand, hulu-hilir.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan wilayah) adalah
pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan
fungsional (tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi) antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya. Wilayah Pengembangan adalah pewilayahan untuk tujuan
pengembangan/pembangunan/development. Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan
lima kata kunci, yaitu:
1. pertumbuhan;
2. penguatan keterkaitan;
3. keberimbangan;
4. kemandirian;
5. keberlanjutan.

C. Perwilayahan
Regionalisasi di dalam geografi adalah suatu upaya mengelompokkan atau
mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama. Mengingat lokasi di muka bumi memiliki jumlah
tak terbatas dan cenderung saling berdekatan, maka lokasi-lokasi tersebut harus disusun dan
dikelompokan menurut kriteria tertentu. Dengan demikian informasi yang diperlukan dapat
diperoleh secara efisien dan ekonomis. Salah satu prinsip pembuatan suatu region adalah
menyederhanakan wilayah tersebut dengan cara menyatukan tempat-tempat yang memiliki
kesamaan atau kedekatan tersebut menjadi satu kelompok.
Regionalisasi selalu didasarkan pada kriteria dan kepentingan tertentu. Misalnya,
pada pembagian region permukaan bumi berdasarkan iklim maka kriteria yang digunakan
adalah unsur cuaca, seperti temperatur, curah hujan, penguapan, kelembapan, dan angin.
Regionalisasi menurut iklim ini sangat berguna untuk mengetahui persebaran hewan dan
tumbuhan, tetapi mungkin kurang berguna dalam hal komunikasi atau transportasi. Karena
itulah pengelompokkan region dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, tergantung
pada kepentingan atau tujuan pengelompokkan region tersebut.
Regionalisasi suatu fenomena atau gejala di muka bumi memberikan berbagai
manfaat. Beberapa manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

D. Manfaat perwilayahan
1. Membantu memisahkan sesuatu yang berguna dari yang kurang berguna.
2. Mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi.
3. Menyederhanakan informasi dari suatu gejala atau fenomena di permukaan yang sangat
beragam.
4. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi baik gejala alam maupun manusia.

E. Pendekatan Kajian Geografi Regional


Dinamika adalah sifat dari kehidupan, temasuk ilmu pengetahuan. Perkembangan
materi, ruang lingkup, metode dan analisis merupakan bagian dari perkembangan pemikiran
manusia untuk mencari suatu kebenaran secara ilmiah. Geografi sebagai bidang ilmu yang
berkaitan, dengan kehidupan manusia dan dalam analisisnya menyentuh berbagai bidang
ilmu lainnya, maka dalam menganalisis fakta secara total memerlukan integritas semua
cabang ilmu geografi. Dalam hal ini Geografi regional menduduki peranan yang sangat
strategis. Karena memang gejala dan fenomena yang ada di permukaan bumi pada dasarnya
selalu saling terkait dan dalam pemecahannya memerlukan integritas berbagai bidang ilmu.
Pemahaman akan keterkaitan gejala–gejala di permukaan bumi di suatu wilayah tertentu
merupakan inti dari geografi. Dalam mengapresiasikan tempat, beberapa pendekatan dapat
dipergunakan tetapi semuanya harus bersifat korologis, karena itu adalah ciri khas dari
disiplin ilmu geografi. Geografi regional sangatlah memadai untuk hal tersebut. Geografi
regional mengapresiasikan gejala secara total, dimana gejala itu memberikan ciri yang khas
baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya sendiri.
Dalam mempelajari ilmu geografi, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk mengkaji,
yaitu :
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang
yang telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang. Dalam mengkaji
fenomena geografi dapat menggunakan 3 subtopik dari pendekatan keruangan, yaitu :
a. Pendekatan Topik
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji masalah/fenomena geografi dari
topik tertentu yang menjadi pusat perhatian, misalnya tentang wabah penyakit di
suatu wilayah dengan cara mengkaji :
6) penyebab wabah penyakit (misal : virus atau bakteri)
7) media penyebarannya
8) proses penyebaran
9) intensitasnya
10) interelasinya dengan gejala-gejala lain di sekitarnya.
Dengan pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran awal dari wabah
penyakit yang terjadi.
b. Pendekatan Aktivitas
Pendekatan ini mengkaji fenomena geografi yang terjadi dari berbagai
aktivitas yang terjadi. Misalnya hubungan mata pencaharian penduduk dengan
persebaran dan interelasinya dengan gejala-gejala geosfer.
c. Pendekatan Regional
Pendekatan ini mengkaji suatu gejala geografi dan menekankan pada region
sebagai ruang tempat gejala itu terjadi. Region adalah suatu wilayah di permukaan
bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas.
2. Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)
Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang
berada di lingkungan tertentu, yaitu :
c. hubungan antar makhluk hidup
d. hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya
Contoh dari keterkaitan antar unsur misalnya petani di daerah lahan miring pasti
akan melakukan kegiatan pertanian dengan sistem terrassering.
3. Pendekatan Kewilayahan
Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan. Misalnya
dalam mengkaji wilayah yang memiliki karakaterisitik wilayah yang khas yang dapat
dibedakan satu sama lain (areal differentation), maka harus diperhatikan bagaimana
persebarannya (analisis keruangan) dan bagaimana interaksi antara manusia dengan
lingkungan alamnya (analisis ekologi). Pendekatan wilayah sangat penting untuk
pendugaan wilayah (reginal forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning).

F. Kutub dan pusat pertumbuhan wilayah


Pusat Pertumbuhan adalah suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan pembangunannya
sangat pesat sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan wilayah lain
disekitarnya.
1. Potensi Wilayah
Potensi wilayah dapat dilihat dari berbagai sektor kehidupan baik sektor sosial budaya
diwilayah tersebut.
2. Teori Tempat Sentral
Menurut Christaller, Teori tempat sentral merupakan pengembangan teori lokasi yang
sebelumnya telah ada,yaitu teori letak industri dan teori lokasi pertanian.
3. Teori Sektor
August Losch mengemukakan teori penting, yaitu teori sektor. dalam hal ini yang paling
utama adalah munculnya grafik permintaan.
4. Teori Kutub Pertumbuhan
Teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan hasil
dari suatu proses dan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul ditempat-tempat tertentu
dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda.
G. Pertumbuhan Wilayah Berkelanjutan
Dalam perencanaan pertumbuhan wilayah sebaiknya menggunakan 2 pendekatan yaitu
pendekatan sektoral dan regional. Pendekatan sektoral bersifat kurang memperhatikan aspek ruang
secara keseluruhan sedangkan pendekatan regional lebih bersifat spatial dan merupakan jembatan
untuk mengingatkan perencanaan pembangunan dengan tata ruang.
Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan mengedepankan
kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik
sosial budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan
ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman
Pembangunan perkotaan menggunakan pembangunankota yang terpadu sebagai
sistematis dan menyeluruh untuk mewujudkan fungsi dan peran kota.prasarana perkotaan
meliputijalan,jembatan,air bersih,tempat parkir dan taman kota dan lain lain.

H. Kajian Daya Dukung Untuk Pertumbuhan Wilayah


Penentuan daya dukung wilayah untuk pertumbuhan adalah suatu upaya untuk menentukan
wilayah pengaruh dari suatu pusat pertumbuhan terhadap wilayah lain disekitarnya.
1. Teori Gravitasi
2. Teori Titik Henti
Teori ini memperkirakan lokasi garis perbatasan yang memisahkan wilayah
perdagangan di sekitar dua kota yang berbeda
3. Potensi Penduduk
Ukuran untuk melihat kekuatan potensi aliran pada tiap - tiap lokasi
4. Teori Grafik
Digunakan dalam geografi untuk menentukan daya dukung secara fungsional berdasarkan arah
dan intensitas arus

I. Sistem Perencanaan Wilayah Nasional


Perencanaan adalah suatu proses menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan wilayah adalah proses untuk mengetahui dan menganalisi kondisi saat ini, serta
menetapkan lokasi dan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
1. Perencanaan Wilayah Tingkat Pusat
Pola perencanaan wilayah di Indonesia mengikuti tingkatan yang ada, yaitu tingkat yang
memiliki pendapatan sendiri dan penggunaannya dapat diatur.
2. Perencanaan Wilayah Tingkat Provinsi
Pemerintahan Daerah diwajibkan menyusun RPJP (Rencana Pembangunan Jangka
Panjang) dengan masa perencanaan 20 Tahun kedepan.
3. Perencanaan Wilayah Tingkat kabupaten atau Kota
Sama seperti pada tingkat provinsi,perencanaan yang sudah umum dikenal ditingkat
kabupaten/kota adalah RPJM. Sebagian besar kabupaten/kota juga sudah membuat rencana tata
ruang wilayah (RTRW) yang sifatnya lebih detail.
4. Perencanaan Wilayah Tingkat Kecamatan
Perencanaan Wilayah Untuk Ibu Kota Kecamatan disebut Rencana Umum Tata Ruang
Ibu kota kecamatan (RUTRIKK). Pelaksana penyusunan tata ruang ini adalah instansi kabupaten,
bukan aparat pemerintah dari kecamatan.
5. Perencanaan Pada Level Proyek
Perencanaan ini berkaitan dengan suatu proyek tertentu yang dianggap cukup besar, yaitu
penentuan tempat-tempat kegiatan yang tercakup dalam proyek. Misalnya, proyek pembuatan
bendungan atau irigasi dan proyek pabrik kertas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wilayah atau region diartikan sebagai suatu bagian permukaan bumi yang memiliki
karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan satu keseragaman atau
homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari wilayahwilayah lain di daerah
sekitarnya. Karakteristik khas dari suatu wilayah dapat berupa keadaan alam (kondisi fisik),
ekonomi, demografi, dan sosial-budaya.Regionalisasi di dalam geografi adalah suatu upaya
mengelompokkan atau mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama.

B. Saran
Saran dari penulis adalah melakukan perbaikan apa bila terdapat kesalahan-kesalahan
pada makalah ini, sehingga untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

I Made Sandy, 1996. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Penerbit

Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia-PT. Indograph


Bakti.
Burgess, E.W. (1925) ”The Geography of city” dalam R.E. Park et. Al. The City, Chicago:
Chacago University Press.
MAKALAH
TENTANG
PERCEPATAN PERTUMBUHAN WILAYAH

DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 4

AINUL YAKIN

XII IPS-3

MAN 1 BIMA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai