Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH MOBILITAS SOSIAL DI PERKOTAAN

Dosen Pengampu

Dr. JOHNY ALFIAN KHUSYAIRI S. Sos., M.A.

Disusun Oleh

MUHAMMAD AHSANUL HAQQI RIYANTAMA (121911433010)

FIRMANDA DWI SEPTIAWAN (121911433046)

MUHAMMAD HAMZAH ABDURRASYID (121911433049)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami diberikan kesempatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan penyusunan makalah penelitian ini. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
Makalah ini dan berbagai referensi yang telah kami gunakan untuk melengkapi
data yang dibutuhkan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

Meskipun Kami telah mengerjakan makalah ini dengan semaksimal


mungkin, kami mengucapkan minta maaf jika dalam penulisannya masih belum
lengkap dan masih banyak kekurangan.

Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca.
Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang
dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang.

Akhir kata semoga dengan adanya Makalah ini, akan menjadi manfaat
bagi pembaca dan semoga dalam penulisan karya tulis selanjutnya dapat menjadi
lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii
A. Kehidupan Masyarakat Perkotaan
Secara "sosiologis" penekanannya pada kesatuan masyarakat industri,
bisnis, dan wirausaha lainnya dalam struktur yang lebih kompleks. Secara fisik
"kota" dinampakkan dengan adanya gedung-gedung yang menjulang tinggi, hiruk
pikuknya kendaraan, pabrik, kemacetan, kesibukan warga masyarakatnya,
persaingan yang tinggi, polusinya, dan sebagainya.
Masyarakat di "perkotaan" secara sosial kehidupannya cenderung
heterogen, individual, persaingan yang tinggi yang sering kali menimbulkan
pertentangan atau konflik. Munculnya sebuah asumsi yang menyatakan bahwa
masyarakat "kota" itu pintar, tidak mudah tertipu, cekatan dalam berpikir, dan
bertindak, dan mudah menerima perubahan , itu tidak selamanya benar, karena
secara implisit dibalik semua itu masih ada masyarakatnya yang hidup di bawah
standar kehidupan sosial. Dan tidak selamanya pula masyarakat "kota" dikatakan
sebagai masyarakat yang modern. Karena yang dimaksud sebagai masyarakat
yang modern dalam bahasan ini adalah kelompok masyarakat yang berada di
daerah keramaian dan lebih mudah mengalami perubahan atau pengaruh dari
kehidupan masyarakat "perkotaan".
Kota sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia, menurut Bintarto
ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis atau sebagai
bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur yang cukup besar dengan
corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan
daerah belakangnya.1
Rumah merupakan suatu bentuk simbol status yang oleh Berger
menyatakan bahwa manusia senantiasa memperlihatkan kepada orang lain apa
yang telah diraihnya dengan memakai simbol status yang berfungsi untuk
memberitahukan status yang diduduki oleh seseorang.2

1
Bintarto, Prof. Drs. R, 1983. Interaksi Desa- Kota dan Permasalahannya, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.
2
Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta

1
Kesenjangan dalam Masyarakat bukan hanya dapat dilihat dari bentuk
rumah, tetapi banyak kriteria lain yang bisa digunakan dalam melihat kesenjangan
dalam masyarakat tergantung dari apa saja yang dihargai oleh orang tersebut,
sesuatu yang dihargai tersebut bisa berupa nilai ekonomi, pendidikan,
kehormatan, kekuasaan ataupun kekayaan dan lain sebagainya.
Pada umumnya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan kota,yaitu: (a) Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan
penduduk baik disebabkan karena pertambahan alami maupun karena migrasi. (b)
Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat (c) Faktor
sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara masyarakat
akibat pengaruh luar, komunikasi dan sistem informasi.
Dikatakan oleh Beatley dan Manning (1997) bahwa penyebab
perkembangan suatu kota tidak disebabkan oleh satu hal saja melainkan oleh
berbagai hal yang saling berkaitan seperti hubungan antara kekuatan politik dan
pasar, kebutuhan politik, serta faktor-faktor sosial budaya maupun mobilitas
sosial.
B. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial dipandang sebagai suatu gerakan dalam struktur sosial, di
mana terdapat suatu pola-pola tertentu yang yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial.3 Lebih lanjut pendapat ini dipertegas dengan penelitian Sorokin
yang dikutip dari Basrowi bahwa ia menyatakan bahwasannya mobilitas sosial ini
memiliki 2 tipe sosial yakni mobilitas sosial horizontal dan mobilitas sosial
vertikal. Mobilitas sosial horizontal dipandang sebagai beralihnya individu atau
objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya
yang sejajar atau sederajat. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa dalam
mobilitas sosial horizontal tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang atau objek sosial lainnya di dalam masyarakat.4 Sedangkan mobilitas
sosial vertikal dipandang

3
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.
4
Ibid,hlm 65.

2
sebagai suatu perpindahan individu atau objek sosial lainnya dari suatu kedudukan
sosial ke kedudukan yang lain secara tidak sederajat atau kebalikan dari mobilitas
sosial horizontal.
Mobilitas sosial vertikal juga dibagi menjadi dua bentuk, yakni naik
(social climbing) dan turun (social sinking). Mobilitas sosial vertikal naik maupun
mobilitas vertikal turun memiliki dua bentuk utama. Pembagiannya adalah
sebagai berikut :
1) Mobilitas sosial vertikal naik
a. Masuknya individu-inividu yang pada awalnya memiliki kedudukan rendah
kepada kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada.
b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang mana kemudian di tempatkan
diderajat atau posisi yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu
pembentuk
kelompok tersebut.
2) Mobilitas sosial vertikal turun
a. Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya
daripada kedudukan mereka sebelumnya.
b. Turunnya derajat sekelompok orang yang dapat berbentuk suatu disintegrasi
dalam suatu kelompok sebagai satu kesatuan.
Mobilitas sosial tidak hanya terbatas pada individu semata, akan tetapi
mobilitas sosial juga mungkin terjadi pada kelompok-kelompok sosial di dalam
masyarakat. Contohnya suatu kelompok atau golongan minoritas melakukan
asimilasi dengan golongan mayoritas sehingga terjadi mebolitas sosial pada
golongan minoritas tersebut.5
3) Mobilitas sosial antargenerasi
a. Mobilitas sosial antargenerasi ialah perpindahan atau perubahan status pada dua
generasi atau lebih dalam sebuah keluarga.
b. Mobilitas sosial antargenerasi terjadi melalui sarana pendidikan (formal atau
informal), profesi, hingga pengalaman.

5
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

3
Mobilitas sosial yang terjadi antargenerasi biasanya memperlihatkan
perbedaan profesi antargenerasi, seperti ketika seorang anak yang status atau
kehidupannya memiliki kondisi yang lebih baik dari orang tuanya. Meskipun
begitu, terkadang juga terdapat anak-anak yang memiliki keinginan untuk
menekuni profesi yang sama dengan orang tua nya. Dalam hal ini kebanyak ialah
mereka yang memiliki orang tua sebagai abdi negara seperti Polisi, TNI, dan
bahkan juga PNS.

C. Faktor-Faktor Pendorong Mobilitas Sosial di Perkotaan


1. Faktor Struktural
Faktor ini merupakan jumlah dari posisi relatif tertentu yang dapat diisi di
perkotaan, dengan kata lain lowongan pekerjaan. Ketika terdapat kekosongan atau
lowongan tersebut maka akan menciptakan sebuah mobilitas sosial. Misalnya dari
seorang buruh harian di kota yang melihat kekosongan atau lowongan dalam
sebuah perusahaan mencoba mendaftar, dan ia diterima serta gaji yang ia dapat
lebih besar dari pekerjaan sebelumnya. Hal ini lah yang melahirkan sebuah
mobilitas sosial dan terjadi pergeseran status orang tersebut.
2. Faktor Individu
Seorang individu pasti akan berusaha untuk menjadikan dirinya menjadi
seorang yang paling hebat daripada yang lainnya. Hal ini juga dapat mendorong
terjadinya mobilitas sosial. Ketika seseorang memiliki kualitas diri yang baik dari
pendidikan, keterampilan, penampilan, dan lain sebagainya bukan tidak mungkin
ia akan memenangkan persaingan dengan individu lainnya. Sebagai contoh ketika
ada dua orang yang melamar kerja dan hanya satu orang yang diterima, pasti yang
lebih terampil, pintar, dan cakap akan lebih dipertimbangkan untuk diterima. Hal
ini dapat dilihat dari saat kedua pelamar tersebut melakukan interview, yang
biasanya dilakukan ketika seseorang melamar pekerjaan.
3. Status Sosial dan Kondisi Ekonomi
Status sosial daru seseorang didapatkan sejak lahir yang mengikuti
ketentuan status dari orang tuanya. Warisan status sosial dari orang tuanya
terkadang ada yang baik ada juga yang kurang baik. Ada seseorang yang terlahir

4
dari ekonomi yang berkecukupan dan ada juga yang terlahir dari ekonomi yang
kurang berkecukupan. Dari kedua kondisi tersebut akan menimbulkan rasa ingin
memperbaiki kondisi masing-masing yang membuat generasi selanjutnya akan
berusaha semaksimal mungkin memperbaiki kondisi dirinya. Mereka yang kurang
puas dan ingin menjalani hidup lebih baik tentunya akan meningkatkan kualitas
diri dan statusnya, hal ini kemudian yang mendorong terjadinya mobilitas sosial.
4. Faktor Kependudukan
Faktor ini berkaitan dengan kondisi penduduk yang ada dalam suatu
wilayah. Misalnya pada suatu permukiman di perkotaan perlahan mulai
mengalami kepadatan penduduk yang mendorong warga masyarakat yang tidak
mendapat tempat tinggal pindah ke wilayah permukiman lain. Hal ini berdampak
pada bertambahnya pengangguran yang masuk ke wilayah lainnya. Proses
mobilisasi ini berdampak kepada berpindah status masyarakat, dimana ada yang
menjadi kaya dan ada juga yang menjadi kekurangan, tergantung dari persaingan
yang terjadi.

Selain beberapa faktor pendorong mobilitas sosial tadi juga terdapat pula faktor-
faktor yang dapat menghambat proses mobilitas sosial. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah :
a. Sistem Lapisan Sosial Tertutup
Dalam sistem sosial ini kecil kemungkinan masyarakat atau individu dapat
melakukan proses mobilitas sosial naik. Seperti contohnya pada masyarakat
feodal, dimana hanya keturunan bangsawan yang berhak dan dapat menempati
lapisan sosial kelas atas. Sementara itu rakyat biasa hanya menempati lapisan
sosial kelas menengah ke bawah.
b. Kemiskinan
Tidak dapat dipungkiri memang persaingan sosial dalam hal ekonomi
membuat masing-masing individu untuk melakukan yang terbaik demi keutuhan
ekonominya, ada yang menjadi kaya dan berkecukupan serta ada pula yang
miskin dan kekurangan. Kebanyak mereka yang mengalami kemiskinan merasa
kesusahan untuk menaikkan derajatnya, mereka terbentur minumnya biaya untuk

5
menjalankan suatu usaha atau menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang
lebih tinggi. Meski kebanyakan dari mereka kesusahan, ada beberapa kasus yang
mana anak-anak dari latar belakang miskin juga suskses menaikkan status sosial
keluarganya dengan tekad dan semangat yang kuat.
c. Kebudayaan Masyarakat
Kebudayaan masyarakat ini biasanya berkaitan dengan kepercayaan yang
dianut oleh masyarakat. Mereka yang memegang teguh budaya mereka dan
bersifat tertutup dengan dunia luar akan sulit melakukan proses mobilitas sosial.
Mayoritas dari mereka memegang teguh adat serta tradisi dari leluhurnya dengan
tidak mau mengikuti perubahan yang ada. Maka dari itu mobilitas sosial agaknya
sulit untuk dilakukan, karena kebanyakan dari mereka mempertahankan dan
meneruskan apa yang diwariskan dari leluhurnya.

Daftar Pustaka
Purwasih, Joan Hesti Gita, dan Fitria Wijayanti. 2016. Struktur dan Mobilitas
Sosial. Klaten. PT. Cempaka Putih.

Ardiansyah, dan Yoskar Kadarisman. 2015. Mobilitas Sosial Petani Karet ke


Pertambangan Emas Tanpa Izin di Desa Koto Tuo Kecamatan Batang Peranap
Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Online Mahasiswa Fisip Universitas Riau, Vol.
2 No. 2. Diakses pada 26 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai