Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SOSIOLOGI

MOBILITAS SOSIAL

Disusun Oleh :
IDA NURHIDAYATI

KELAS XI IPS 3

SMA NEGERI 1 REMBANG


TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya, tugas kelompok tentang Konflik Sosial ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Tugas kelompok ini disusun sebagai salah satu sarat untuk memenuhi nilai dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Dalam makalah ini disajikan materi pembelajaran tentang pengertian mobilitas
sosial, Tujuannya untuk mempermudah dalam memahami materi yang sedang dipelajari.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan,
namun kami harap bahwa dengan pembuatan tugas ini akan meningkatkan pengetahuan
kami. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan , guna
memperbaiki tugas ini di kemudian hari.
Demikian semoga tugas ini ada manfaatnya, khususnya bagi kami umumnya bagi semua
pihak.Amin.
Rembang, 08 Desember 2016
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................

Kata Pengantar....................................................................................................

ii

Daftar Isi..............................................................................................................

iii

BABI PENDAHULUAN....................................................................................

A.
B.
C.
D.

Latar Belakang........................................................................................
Rumusan Masalah...................................................................................
Batasan Masalah......................................................................................
Tujuan......................................................................................................

1
1
1
2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Pengertian Mobilitas Sosial.....................................................................


Sifat Dasar Mobilitas Sosial....................................................................
Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial..............................................................
Konsekuensi Mobilitas Sosial.................................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial..............................
Saluran Mobilitas Sosial.........................................................................
Dampak mobilitas sosial.........................................................................

3
3
4
7
8
11
12

BAB III PENUTUP............................................................................................

13

A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran........................................................................................................

13
14

Daftar Pustaka

...........................................15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Objek Ilmu sosial adalah masyarakat. Fenomena sosial yang disebut dengan
istilah mobilitas kini telah menjadi sasaran penelitian sosial yang semakin menarik.
Keinginan untuk mencapai status dan penghasilan yang lebih tinggi dari apa yang
pernah dicapai oleh orang tua seseorang, merupakan impian setiap orang. Keinginankeinginan itu adalah normal, karena pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan
yang tidak terbatas.
Pada masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena keinginan untuk
pencapaian status sosial maupun penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut
merupakan pendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial demi tercapainya
kesejahterahan hidup. Namun pada kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada
masyarakat tidak hanya bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak
mobilitas sosial turun tanpa direncanakan. Pada kesempatan kali ini penulis akan
membahas dan menjabarkan tentang Mobilitas Sosial.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah mobilitas sosial dalam makalah ini sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apakah pengertian mobilitas sosial?


Apa sifat dasar mobilitas sosial?
Apa saja bentuk-bentuk dari mobilitas sosial?
Apa konsekuensi mobilitas sosial?
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial?
Apa saluran mobilitas sosial?
Bagaimana dampak dari adanya mobilitas sosial?

C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah mobilitas sosial dalam makalah ini meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengertian mobilitas sosial


Sifat dasar mobilitas sosial
Bentuk-bentuk mobilitas sosial
Konsekuensi mobillitas sosial
Faktor -faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial
Saluran mobilitas sosial
Dampak mobilitas sosial

D. Tujuan
Pemaparan makalah ini bertujuan:
1. Mengetahui pengertian mobilitas sosial
2. Mengetahui sifat dasar mobilitas sosial
3. Mengetahui bentuk-bentuk dari mobilitas sosial

4.
5.
6.
7.

Mengetahui konsekuensi mobilitas sosial


Mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial
Mengetahui saluran mobilitas sosial
Mengetahui dampak dari adanya mobilitas sosial

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau
banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah
tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga
dalam kelompok sosial. Mobilitas Sosial (Gerakan sosial) adalah perubahan,
pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian Mobilitas Sosial, di
antaranya:
1. Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu
gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam
kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya[1].
2. William Kornblum (1918: 172), Mobilitas sosial adalah perpindahan individuindividu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosialnya dari satu lapisan ke lapisan
sosial lainnya.
3. Michael S. Bassis (1988: 276), Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke
bawah lingkungan sosial ekonomi yang mengubah status sosial seseorang dalam
masyarakat.
4. H. Edward Ransfrod (Sunarto, 2001: 108), Mobilitas sosial adalah perpindahan ke
atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hirarki.
5. Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas
sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang
lainnya.
6. Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang
dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang gur yang tidak puas
dengan pendapatannya beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha properti dan
berhasil dengan gemilang.
B. Sifat Dasar Mobilitas Sosial
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki
tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup
adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Pada masyarakat berkasta yang sifatnya tertutup, hampir tak ada gerak sosial
karena kedudukan seseorang telah ditentukan sejak dilahirkan. Pekerjaan, pendidikan
dan seluruh pola hidupnya. Karena struktur sosial masyarakatnya tidak memberikan
peluang untuk mengadakan perubahan.

Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak dicapai tergantung pada
usaha dan kemampuan individu. Memang benar bahwa anak seorang camat
mempunyai peluang yang lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang penjual
tomat. Akan tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi
anak penjual tomat untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan
yang semula dipunyainya.Seperti Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, dll. Namun kenyataan
tidaklah seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan,
misalnya birokrasi (dalam arti yang kurang baik), biaya, kepentingan-kepentingan yang
tertanam dengan kuat, dan lain sebagainya[2]
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial para individu
berbeda, maka mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, maka tentu
saja kebanyakan orang akan terkungkung dalam status para nenek moyang mereka.
C. Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu
mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas sosial vertikal dapat dibedakan lagi menjadi social sinking dan social
climbing.
Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas sosial antar wilayah
(geografis) dan mobilitas antar generasi.
1. Mobilitas vertical
Mobilitas Vertikal : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang
atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang tidak sederajat (berbeda).
Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :
a. Mobilitas vertikal keatas (Social Climbing)\
Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan
status atau kedudukan seseorang, Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
1) Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih
tinggi, dimana status itu telah tersedia. Contoh: A adalah dosen biasa di
salah satu Perguruan Tinggi, karena memenuhi persyaratan, ia diangkat
menjadi dekan fakultas
2) Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan
sosial

yang

sudah

ada.

Contoh:

Pembentukan

organisasi

baru

memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut,


sehingga status sosialnya naik. Seperti seorang anggota partai yang
mendirikan partai baru dan dia menjadi ketua.
Adapun penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :

3) Melakukan peningkatan prestasi kerja


4) Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan
generasi
b. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan
seseorang. Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi
seseorang

karena

ada

perubahan

pada

hak

dan

kewajibannya.

Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :


1) Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah. Contoh:
seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika
melaksanakan tugasnya.
2) Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial. Contoh
Kepala daerah yang disenangi masyarakat karena kedermawanannya
akhirnya dipecat karena terbukti melakukan korupsi.
3) Penyebab sosial sinking adalah sebagai berikut.:
Berhalangan tetap atau sementara.
4) Memasuki masa pensiun.
5) Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di pecat dari
jabatannya.
2. Mobilitas horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau
sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas
horisontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh: Seorang warga negara
Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan
Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosialnya disebut dengan mobilitas sosial
horizontal karena gerak sosial yang dilakukannya tidak merubah status sosialnya.
Mobilitas sosial horizontal dibedakan dua bentuk :
a. Mobilitas sosial antar wilayah/ geografis. Gerak sosial ini adalah perpindahan
individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi,
urbanisasi, dan migrasi.
b. Mobilitas antargenerasi. Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas
dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi
cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup,
baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada
perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial
suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Seorang petani yang hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik
anaknya menjadi seorang direktur. Contoh ini menunjukkan telah terjadi
mobilitas vertikal antargenerasi.

Mobilitas antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas intragenerasi


dan mobilitas intergenerasi.
a. Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Contoh: Seseorang yang
awalnya hanya sebagai tukang ojek dengan motor sewaan, namun, karena
ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian
memiliki motor sendiri bahkan sampai beberapa motor yang bisa disewakan
kepada orang lain akhirnya menjadi tukang ojek yang sukses. Contoh lain,
Seorang bapak yang memiliki dua orang anak, yang pertama bekerja sebagai
nelayan dan anak kedua awalnya juga sebagai nelayan. Namun anak kedua
lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari
nelayan menjadi seorang pengusaha pengekspor ikan. Sementara sang kakak
tetap menjadi nelayan. Perbedaan status sosial juga dapat disebut sebagai
mobilitas intragenerasi.
b. Mobilitas Intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang terjadi
diantara beberapa generasi.
Mobilitas intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Mobilitas intergenerasi naik. Contoh: Bapaknya seorang kepala sekolah,
anaknya seorang direktur
b. Mobilitas intergenerasi turun. Contoh : Kakeknya seorang bupati, bapaknya
seorang camat dan anaknya sebagai kepala desa.
D. Konsekuensi Mobilitas Sosial
Terjadinya mobilitas sosial di dalam masyarakat menimbulkan berbagai
konsekuensi, baik positif maupun negatif.
Beberapa studi mengemukakan bahwa mobilitas-menurun berkaitan dengan
banyak hal yang mencemaskan, seperti misalnya gangguan kesehatan, keretakan
keluarga, perasaan terasing (alienasi) dan keterpencilan sosial (social distance). Namun
demikian, penyebab dan akibatnya tidak dapat diidentifikasi. Hal-hal yang
mencemaskan seperti itu dapat saja merupakan penyebab ataupun akibat dari mobilitas
menurun. Baik bagi individu maupun masyarakat, manfaat dan kerugian mobilitas
sosial, serta masyarakat bersistem terbuka, masih dapat diperdebatkan[3]
Apabila individu atau kelompok individu yang mengalami mobilitas sosial
mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru maka akan memperoleh hal-hal
posiitif sebagai konsekuensi mobilitas sosial, antara lain:
a. mengalami kepuasan, kebahagiaan dan kebanggaan.
b. Peluang mobilitas sosial juga berarti kesempatan bagi individu atau kelompok
individu untuk lebih maju.

c. Kesempatan mobilitas sosial yang luas akan mendorong orang-orang untuk mau
bekerja keras, mengejar prestasi dan kemajuan sehingga dapat meraih kedudukan
yang dicita-citakan.
Apabila individu atau kelompok individu tidak mampu menyesuaikan dirinya
dengan situasi baru, maka akan terjadi konsekuensi-konsekuensi sebagai berikut:
1. Konflik antar-kelas
Konflik ini terjadi karena benturan kepentingan antar-kelas sosial. Misalnya
konflik antara majikan dengan buruh yang menghendaki kenaikan upah.
2. Konflik antar-kelompok
Konflik antar-kelompok (konflik horizontal) bisa melibatkan ras, etnisitas,
agama atau aliran/golongan. Konflik jenis ini dapat terjadi karena perebutan
peluang mobilitas sosial, misalnya kesempatan memperoleh sumber-sumber
ekonomi, rekrutmen anggota, peluang memperoleh kekuasasan politik atau
pengakuan masyarakat.
3. Konflik antar-individu
Konflik antar-individu dapat terjadi misalnya karena masuknya individu ke
dalam kelompok tidak diterima oleh anggota kelompok yang lain. Misalnya
lingkungan organisasi atau seseorang tidak dapat menerima kehadiran seseorang
yang dipromosikan menduduki suatu jabatan tertentu.
4. Konflik antar-generasi
Konflik ini terjadi dalam hubungannya mobilitas antar-generasi. Fenomena
yang sering terjadi adalah ketika anak-anak berhasil meraih posisi yang tinggi, jauh
lebih tinggi dari posisi sosial orang tuanya, timbul ethnosentrisme generasi.
Masing-masing generasi orang tua maupun anak saling menilai berdasarkan
ukuran-ukuran yang berkembang dalam generasinya sendiri. Generasi anak
memandang orang tuanya sebagai generasi yang tertinggal, kolot, kuno, lambat
mengikuti perubahan, dan sebagainya. Sementara itu generasi tua mengganggap
bahwa cara berfikir, berperasaan dan bertindak generasinya lebih baik dan lebih
mulia dari pada yang tumbuh dan berkembang pada generasi anak-anaknya.
5. Konflik status dan konflik peran
Seseorang yang mengalami mobilitas sosial, naik ke kedudukan yang lebih
tinggi, atau turun ke kedudukan yang lebih rendah, dituntut untuk mampu
menyesuaikan dirinya dengan kedudukannya yang baru.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru akan menimbulkan
konflik status dan konflik peran.

Konflik status adalah pertentangan antar-status yang disandang oleh


seseorang karena kepentingan-kepentingan yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan
banyaknya status yang disandang oleh seseorang.
Konflik peran merupakan keadaan ketika seseorang tidak dapat melaksanakan
peran sesuai dengan tuntutan status yang disandangnya. Hal ini dapat terjadi karena
statusnya yang baru tidak disukai atau tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Post
Power Syndrome merupakan bentuk konflik peran yang dialami oleh orang-orang
yang harus turun dari kedudukannya yang tinggi.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
1. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan
harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya.
Contohnya ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia
dibandingkan dengan jumlah pelamar kerja.
Faktor struktural meliputi:
a. Struktur Pekerjaan
Sebuah masyarakat yang kegiatan ekonominya berbasis industri dengan
teknologi canggih, tentunya yang berstatus tinggi akan lebih banyak
dibandingkan dengan yang berkedudukan rendah. Sehingga untuk itu yang
berkedudukan rendah akan terpacu untuk menaikkan kedudukan sosial
ekonominya.
b. Perbedaan Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbedabeda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan
yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh
terhadap proses mobilitas sosial yang akan berlangsung.
c. Ekonomi Ganda
Setiap negara yang menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan
modern) sebagaimana terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika, tentunya
akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang berstatus tinggi maupun
yang rendah. Bagi masyarakat yang berada dalam tekanan sistem ekonomi
ganda seperti ini, mobilitasnya terrgantung pada keberhasilan dalam melakukan
pekerjaan di bidang yang diminatinya karena dalam masyarakat seperti ini
(modern) kenaikan status sosial sangat dipengaruhi oleh faktor prestasi.
2. Faktor Individu

Faktor individu ini lebih menekankan pada kualitas dari orang perorang, baik
dilihat dari tingkat pendidikan, penampilan maupun keterampilan pribadinya.
a. Perbedaan Kemampuan
Setiap inidvidu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
b. Orientasi Sikap Terhadap Mobilitas
Setiap

individu

memiliki

cara

yang

beragam

dalam

mengupayakan meningkatkan prospek mobilias sosialnya.


c. Faktor Kemujuran
Usaha adalah sebagai proses untuk meraih kesuksesan. Tetapi kemujuran
tetap berada pada posisi yang tidak bisa kita anggap sepele.
3. Faktor Status Sosial
Status sosial orang tua akan terwarisi kepada anak-anaknya.
4. Faktor Keadaan Ekonomi
Masyarakat desa yang melakukan urbanisasi karena akibat himpitan ekonomi
di desa. Masyarakat ini kemudian bisa dikatakan sebagai masyarakat yang
mengalami mobilitas.
5. Faktor Situasi Politik
Kondisi politik suatu negara dapat menjadi penyebab terjadinya mobilitas
sosial. Karena dengan kondisi politik yang tidak menentu akan sangat berpengaruh
terhadap struktur keamanan. Sehingga, memunculkan sebuah keinginan masyarakat
untuk pindah ke daerah yang lebih aman.
6. Faktor Kependudukan (demografi)
Dengan pertambahan jumlah penduduk yang pesat dapat mengakibatkan
sempitnya lahan pemukiman dan mewabahnya kemiskinan, sehingga menuntut
masyarakat untuk melakukan transmigrasi[4]
7. Keinginan melihat daerah lain
Apabila keinginan melihat daerah lain itu dikuasai oleh jiwa (mentalitas)
mengembara, biasanya kuantitas mobilitas agak terbatas pada orang-orang atau
suku bangsa tertentu. Suku Minangkabau dan suku Batak misalnya, sering
dikatakan memiliki jiwa petualang. Ada semacam naluri yang hidup di dalam jiwa
pemuda Minang dan Batak untuk merantau ke daerah lain, atau melihat kehidupan
di kota lain, sebelum mereka menjalankan pekerjaannya ditempat yang tetap[5]
8. Faktor Agama
Agama juga menurut penulis memegang peranan penting dalam mobilitas
sosial khususnya agama Islam. Dalam Surat Ar Radu:11 Allah SWT berfirman:
: -

Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu
berusaha merubah nasib mereka. QS. Ar Radu:11
Islam selalu mendorong ummatnya untuk melakukan gerakan perubahan
sosial ke arah mobilitas sosial vertikal ke atas (climmbing).
Dalam sebauah Hadits Rasulullah SAW memotivasi untuk terus bekerja
menjadi yang terbaik:


Artinya:
Barangsiapa yang harinya (hari ini) lebih baik dari sebelumnya, maka ia telah
beruntung, barangsiapa harinya seperti sebelumnya, maka ia telah merugi, dan
barangsiapa yang harinya lebih jelek dari sebelumnya, maka ia tergolong orangorang yang terlaknat (HR. Al Baihaqi)
F. Saluran Mobilitas Sosial
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa mobilitas sosial mempunyai saluransaluran yang disebut social circulation sebagai berikut:
1. Angkatan bersenjata (tentara); terutama dalam masyarakat yang dikuasai oleh
sebuah rezim militer atau dalam keadaan perang. Seseorang yang tergabung dalam
angkatan bersenjata biasanya ikut berjasa dalam membela nusa dan bangsa
sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik pangkat.
2. Lembaga keagamaan. Contohnya tokoh organisasi massa keagamaan yang karena
reputasinya kemudian menjadi tokoh atau pemimpin di tingkat nasional
3. Lembaga pendidikan. Pendidikan baik formal maupun nonformal merupakan
saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui pendidikan
orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya
merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap
sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke
kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap
orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari
keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia
memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk
berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis
telah meningkatkan status sosialnya
4. Organisasi Politik. Seorang anggota parpol yang profesional dan punya dedikasi
yang tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya.
Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif

10

5. Perkawinan; melalui perkawinan seorang rakyat jelata dapat masuk menjadi


anggota kelas bangsawan. Status sosial seseorang yang bersuami/beristerikan orang
ternama atau menempati posisi tinggi dalam struktur sosial ikut pula memperoleh
penghargaan-penghargaan yang tinggi dari masyarakat.
6. Lembaga Keagamaan. Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas
vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai
kedudukan yang sederajat
7. Organisasi Ekonomi. Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan
maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang
untuk mencapai mobilitas vertikal.
8. Organisasi keolahragaan. Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat
meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi
G. Dampak mobilitas sosial
1. Dampak Positif
Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi agar
dapat memperoleh status yang lebih tinggi.
2. Dampak Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu
bisa berupa konflik. Dalam masyarakat banyak ragam konflik yang mungkin terjadi
akibat dari terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya konflik antar kelas, antar
generasi, antar kelompok dan lain sebagainya. Sehingga akan berakibat pada
menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar kelompok[6]

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok orang dari
strata sosial yang satu ke strata sosial yang lain.
Tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil ada dua, yaitu:
1. Horizontal, yaitu apa bila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari satu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
2. Vertikal, yaitu apabila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan
arahnya maka terdapat dua jenis gerak vertikal, yaitu yang naik (social climbing)
dan yang turun (social sinking)
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki
tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup
adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial Faktor Struktural, Faktor
individu, faktor status sosial, faktor keadaan ekonomi, faktor situasi politik, faktor
kependudukan, dan faktor keinginan melihat daerah lain.
Dampak positif dapat memberikan motivasi, dampak positif berupa konflik.
Faktor-faktor yang mendorong seseorang melakukan mobilitas sosial. Menurut
berbagai pengamatan antara lain: Status sosial, Ketidakpuasan seseorang atas status
yang diwariskan oleh orangtuanya, karena orang pada dasarnya tidak dapat memilih
oleh siapa ia dilahirkan, dapat menjadi dorongan untuk berupaya keras memperoleh
status atau kedudukan yang lebih baik dari status atau kedudukan orangtuanya.
Keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan, misalnya yang dialami oleh
masyarakat di daerah minus, mendorong mereka untuk berurbanisasi ke kota-kota besar
dengan harapan memperoleh kehidupan ekonomi yang lebih baik.
Situasi politik yang tidak menentu, biasanya juga berakibat pada jaminan
keamanan yang juga tidak menentu, dapat mendorong orang untuk meninggalkan
tempat itu menuju ke tempat lain. Mobilitas sosial yang didorong oleh motif
keagamaan tampak pada peristiwa orang berhaji, dan lain sebagainya. Dengan
demikian mobilitas sosialm pasti akan terjadi pada seluruh masyarakat, namun
seberapa cepat perubahan tersebut itulah yang membedakan antara satu tempat dengan
tempat yang lainnya tergantung dari seberapa kuat faktor pendorong dan
penghambatnya.

12

B. SARAN
Sebagai manusia kita pasti akan menuntut untuk status dan peran sosial, namun
sebagai manusia sosial seharusnya kita dapat mengerti dan menyadari mobilitas sosial
atau gerakan sosial ini tidak terjadi begitu saja dengan sendirinya. Karena mobilitas
sosial terjadi tergantung bagaimana diri kita sendiri menyingkapi status serta peran
sosial diri dan menurut prestasi kita masing-masing sebagai anggota masyarakat. Oleh
karena itu sebaiknya jika memang menginginkan mobilitas naik kita juga tidak boleh
duduk diam dalam struktur sosial tetapi kita harus terbuka dan positif terhadap
perubahan positif yang ada di masyarakat.
Penulis sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini .

13

DAFTAR PUSTAKA
http://socius3.wordpress.com/2008/02/20/mobilitas-sosial-2/
http://silviafrans90.blogspot.com/2010/11/makalah-mobilitas-sosial-lengkap.html
http://sosiologi-sosiologixavega.blogspot.com/2011/05/bab_16.html
http://kacrutguthabul.blogspot.com/2011/11/laporan-sosiologi-materi-mobilitas.html

14

Anda mungkin juga menyukai