Anda di halaman 1dari 4

Cilacap Dikepung Banjir dan Longsor Usai Hujan Deras Dua Hari

Kabupaten Cilacap adalah daerah dengan risiko tertinggi bencana alam di


Jawa Tengah. Kabupaten yang membentang dari pegunungan tengah Jawa ke
pesisir pantai selatan Jawa ini berada di urutan ke-17 paling berisiko di Indonesia.
Kontur miring pegunungan tengah Jawa menyebabkan sembilan kecamatan
diidentifikasi sebagai zona merah longsor. Beberapa desa di antaranya kerap
terancam banjir bandang, lantaran terdapat sungai arus deras. Sementara itu, lebih
dari 11 kecamatan lainnya berkategori rawan banjir rendaman dan rob.
Intensitas bencana banjir dan longsor di Cilacap pada November 2017
cenderung meningkat bersamaan dengan sering turunnya hujan deras. Seperti
yang terjadi pada Senin dan Selasa ini, bencana tanah longsor dan banjir melanda
belasan desa, usai didera hujan deras nyaris dua hari berturut-turut.
Bencana longsor dilaporkan terjadi di empat kecamatan yang wilayahnya
berada di pegunungan tengah Jawa. Keempat kecamatan tersebut adalah
Karangpucung, Cimanggu, Wanareja, dan Dayeuhluhur.
Hingga Selasa sore, 14 November 2017, Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) masih mendata jumlah total titik longsor. Puluhan titik longsor
dan jalan ambles terjadi di belasan desa wilayah empat kecamatan tersebut.
"Kalau rentetan kejadian itu banyak sekali. Ada Mandala juga di sana. Ada
puluhan dan ada beberapa titik lokasi. Ya seperti Mandala itu juga ada, Bingkeng,
kemudian Matenggeng, Hanum, juga ada," kata Kepala UPT BPBD Majenang,
Edi Sapto Prihono.
Data sementara ini, longsor menimpa tujuh rumah di Desa Mandala
Kecamatan Cimanggu dan Hanum Kecamatan Dayeuhluhur. Longsor juga
menutup akses jalan Desa Dayeuhluhur menuju Matenggeng. Di luar itu, puluhan
titik longsor menimpa jalan dan lahan pertanian warga.
Sebelum ini, pada akhir pekan lalu, angin puting beliung dan hujan deras
juga menyebabkan 29 rumah di Desa Bingkeng dan Hanum Kecamatan
Dayeuhluhur rusak.
Tercatat, lima rumah rusak sedang lantaran tertimpa pohon tumbang.
Sementara itu, belasan rumah lain mengalami rusak ringan, seperti atap terbang
dan pecah.
"Itu kecamatan masing-masing seperti Karangpucung, Cimanggu, kalau
Majenang sementara tidak ada. Yang ada Wanareja dan Dayeuhluhur. Seperti
kejadian kemarin, puting beliung juga menyebabkan puluhan rumah rusak," Edi
menjelaskan.
Longsor dan Angin Puting Beliung Kembali Landa Bogor

Longsor dan angin puting beliung kembali melanda Kota Bogor, Jawa
Barat. Bencana alam terjadi setelah hujan deras disertai angin kencang pada
Selasa sore kemarin.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor melaporkan
peristiwa pertama angin puting beliung terjadi di RT 04/RW 03 Kelurahan
Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal.
Dua rumah milik Imah dan Aduh rusak pada bagian atap akibat diterpa
angin kencang.
Tak hanya itu, sejumlah pohon di dekat rumah warga pun bertumbangan
hingga menimpa beberapa rumah warga wilayah tersebut. Pohon bambu
berukuran besar tumbang sampai akarnya. Dan pohon keras tumbang menutupi
jalan warga.
"Tidak ada korban jiwa. Namun rumah warga rusak akibat tertiup angin dan
tertimpa pohon tumbang," kata Kepala BPBD Kota Bogor Ganjar Gunawan, Rabu
(1/3/2017).
Longsor juga terjadi di Jalan Tentara Pelajar, Cimanggu, Kecamatan Tanah,
Sareal. Longsor mengakibatkan trotoar jalan amblas hingga kedalaman satu meter.
Tak hanya trotoar, pagar milik Balitro pun rusak tergerus longsor.
Panjang trotoar yang amblas diperkirakan lebih dari 10 meter. Peristiwa itu
terjadi saat hujan mengguyur kawasan Bogor.
Sebelumnya, 33 kasus bencana alam juga terjadi di Kota Bogor pada Senin
27 Februari. Peristiwa didominasi longsor, banjir dan kebakaran.
Tiga warga meninggal dunia, satu karena tertimbun longsor dan dua orang
lainnya terseret banjir akibat luapan saluran air dari anak Kali Cipakancilan.
Cuaca Ekstrem, Yogyakarta Waspada Bencana hingga Maret 2017

Hingga saat ini, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih siaga terhadap
kejadian akibat cuaca ekstrem. Manajer Pusdalop BPBD DIY Danang Samsu
Rizal mengatakan kesiapsiagaan ini untuk mengantisipasi terjadinya bencana
akibat cuaca ekstrem pada Januari dan Februari 2017.
Namun, Danang menyatakan kesiapsiagaan tersebut akan diterapkan hingga
Maret mendatang. Sebab, jika menyelisik kondisi tahun lalu, bencana alam masih
terjadi pada Maret.
"Januari-Februari kalau hujannya lebat maka mendungnya pekat, anginnya
juga kencang. Dari data tahun kemarin, Januari-Februari masih banyak kejadian
seperti longsor, banjir, dan pohon tumbang," ujar dia, Jumat, 6 Januari 2017.
Danang mengatakan potensi bencana longsor dan banjir tercatat berada di
16 kecamatan yang tersebar di 4 kabupaten dan kotamadya. Namun, untuk banjir
didominasi di Bantul dan Kulonprogo. Sementara, angin puting beliung dan angin
kencang juga diwaspadai di semua kabupaten dan Kota Yogyakarta.
"Sekarang kategori banjir agak rumit, air menggenang lalu ke perumahan
warga disebut banjir," ujar dia.
Danang mengatakan kesiapsiagaan dilakukan dengan menyiapkan personel,
peralatan, dan logistik. Sehingga saat bencana terjadi dapat segera dilakukan
penanganan dengan cepat. Sementara di awal tahun 2017 tercatat ada satu orang
meninggal dunia karena bencana akibat cuaca ekstrem.
"Hari Rabu kemarin ada satu orang meninggal tertimpa bencana," sebut
Danang.
Erupsi, Gunung Sinabung Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 3,2 Km

di Kabupaten Karo kembali erupsi. Pada pukul 08.20 WIB tadi, salah satu
gunung tertinggi di Sumatera Utara itu mengeluarkan abu vulkanik setinggi 3,2
kilometer.
Kepala Pos Pemantau Gunung Api Sinabung Armen Putra mengatakan,
erupsi tidak disertai dengan guguran lava dan luncuran awan panas. Namun
begitu, Gunung Sinabung masih dalam status Awas.
"Erupsi masih berpotensi terjadi lagi, karena Gunung Sinabung saat ini
berada di level IV," kata Armen, Senin (20/11/2017).
Ia mengungkapkan saat ini kondisi puncak terlihat jelas dari Pos Pemantau
karena cuaca di sekitar Gunung Sinabung cerah. Sementara, abu erupsi mengarah
ke timur-tenggara, bahkan ke barat.
"Kepada masyarakat agar tetap mengikuti arahan dari pihak terkait dan
hindari zona merah Gunung Sinabung," katanya.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan membersihkan tempat-tempat umum
agar tidak terpapar abu vulkanik. Hal itu sebagai antisipasi terhadap lahar bila
terjadi hujan deras di sekitar puncak.
Gunung Sinabung merupakan Gunung Api strato tipe B atau sejarah
letusannya tidak tercatat meletus sejak 1600-an. Untuk pertama kali setelah lebih
dari 400 tahun tidur, gunung itu meletus pertama pada 27 Agustus 2010.
Letusan gunung dikategorikan tipe letusan freatik yang diikuti jatuhan abu
vulkanik yang menyebar ke timur-tenggara Gunung Sinabung dan menutupi Desa
Sukameriah, Gungpitu, Sigarang-garang, Sukadebi, dan Susuk.
Erupsi Sinabung pada 2010, hanya berlangsung dari Agustus hingga September.
Pada 2013, Gunung Sinabung kembali erupsi dan terus menunjukan
aktivitas vulkaniknya sampai sekarang ini. Karena sering menunjukan
aktivitasnya, Gunung Sinabung kemudian diklarifikasikan ke dalam tipe A.

Anda mungkin juga menyukai