Anda di halaman 1dari 13

MOBILITAS SOSIAL

Oleh:
Nama : Fahsya Dwy Ayunda
Kelas : VIII A
Mata Pelajaran : IPS
SMP EKA TJIPTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami juga berterima kasih kepada orang sekitar kami yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan dalam setiap langkah yang penulis jalani.
Kami mempersembahkan sebuah makalah yang membahas tentang Mobilitas
Sosial, guna untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
agar makalah ini dapat diperbaiki dan dikembangkan lagi dikemudian hari. Kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Flamboyan, 01 Oktober 2020


Penyusun

Fahsya Dwy Ayunda

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mobilitas Sosial.................................................................. 2
B. Penyebab Mobilitas Sosial.................................................................... 3
C. Manfaat Mobilitas Sosial...................................................................... 4
D. Dampak Mobilitas Sosial...................................................................... 4
E. Mengatasi Mobilitas Sosial................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 9
B. Saran..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang pasti menginginkan untuk dapat memperoleh status dan
penghasilan yang lebih tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh orang
tuanya. Semua orang pasti menginginkan suatu kehidupan yang serba
berkecukupan, bahkan kalau mungkin berlebihan. Keinginan-keinginan itu
adalah normal, karena pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang
tidak terbatas. Seperti halnya kalau kita menanyakan tentang cita-cita dari
seorang anak, maka ia akan menjawab pada suatu status yang kebanyakan
mempunyai konotasi pada penghidupan yang baik. Hanya saja apakah
keinginan-keinginan, impian-impian, dan cita-cita itu berhasil atau sama
sekali gagal dalam proses perjalanan seseorang.
Pada masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena
keinginan untuk pencapaian status sosial maupun penghasilan yang lebih
tinggi. Hal tersebut merupakan pendorong masyarakat untuk melakukan
mobilitas sosial demi tercapainya kesejahteraan hidup. Namun pada
kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya
bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial
turun tanpa direncanakan.

B. Rumusan Masalah
Secara garis besar permasalahan yang ada dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian mobilitas sosial?
2. Apa penyebab mobilitas sosial?
3. Apa manfaat mobilitas sosial?
4. Bagaimana dampak mobilitas sosial?
5. Bagaimana cara mengatasi mobilitas sosial?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mobilitas Sosial


Secara etimologis, kata mobilitas merupakan terjemahan dari kata
mobility yang berkata dasar mobile (bahasa inggris). Kata mobile berarti aktif,
giat, gesit, sehingga mobility adalah gerakan. Secara harfiah, mobilitas sosial
berarti gerakan dalam masyarakat. Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam
struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara
individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan
kelompoknya.
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena
lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat
yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.
Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem
kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari
kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang
rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun
ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria
stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari
strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
Apabila seorang guru kemudian pindah dan beralih pekerjaan menjadi
pemilik toko buku, dia melakukan gerak sosial. Juga apabila seseorang yang
semula mendapat gaji bulanan sebesar Rp. 250.000,00 kemudian pindah
pekerjaan karena tawaran dengan gaji yan lebih tinggi. Proses tadi tidak saja
terbatas pada individu-individu saja, tetaoi mungkin juga pada kelompok-
kelompok sosial. Misalnya, suatu golongan minoritas dalam masyarakat
berasimilasi dengan golongan mayoritas.

2
3

B. Penyebab Mobilitas Sosial


Mobilitas sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di antaranya
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Perubahan kondisi sosial
Struktur kelas dan kasta dalam masyarakat dapat berubah dengan
sendirinya karena adanya perubahan dari dalam maupun luar masyarakat.
Kemajuan teknologi misalnya, dapat membuka kemungkinan timbulnya
mobilitas ke atas dan perubahan ideologi juga dapat menimbulkan
stratifikasi baru.
2. Ras atau kesukuan
Tingkat diskriminasi tertentu terhadap anggota-anggota ras dan
kelompok-kelompok suku tertentu tidak dapat dimungkiri masih terjadi
dalam dunia bisnis, industri, bahkan pendidikan. Latar belakang ras dan
suku bisa saja menjadi faktor-faktor penting yang mempengaruhi
kemungkinan maupun peluang seseorang untuk melakukan mobilitas
vertikal (ke atas).
3. Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat, misalnya
perkembangan kota, transmigrasi, membuktikan ciri fleksibilitas struktur
stratifikasi dan mobilitas sosial.
4. Komunikasi yang bebas
Komunikasi yang bebas serta efektif akan memudarkan semua
batasan dari strata sosial yang ada dan merangsang mobilitas sosial
sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
5. Pendidikan
Dalam kaitannya dengan mobilitas vertikal, fungsi pokok pendidikan
formal adalah membekali individu dengan keterampilan-keterampilan
yang diperlukan untuk memasuki pasaran kerja. Tingkat pendidikan yang
memadai akan menempatkan seseorang pada posisi menguntungkan jika
harus bersaing dengan orang lain untuk suatu jabatan tertentu. Jenis-jenis
4

pekerjaan yang menuntut tingkat pendidikan tinggi pada umumnya


memberikan gaji yang memuaskan.
6. Pembagian kerja
Terbukanya kemungkinan bagi mobilitas sosial dalam masyarakat
lebih dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat
pembagian kerja sangat tinggi dan lebih dikhususkan, mobilitas sosial
akan sulit. Ini karena spesialisasi kerja menuntut keterampilan khusus.

C. Manfaat Mobilitas Sosial


Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju
karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong
orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan
kekayaan dimasa depan.
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang
mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang
memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam
bidang pendidikan.

D. Dampak Mobilitas Sosial


1. Dampak mobilitas vertikal
Mobilitas vertikal menurun dapat menyebabkan stres dan gangguan
mental yang serius. Tingkat bunuh diri yang dilalukan oleh orang yang
mengalami mobilitas vertikal turun dibandingkan mereka yang
mengalami mobilitas vertikal naik. Mobilitas vertikal naik menyebabkan
stres dan gangguan mental, serta efek-efek yang tidak diinginkan lainnya.
Orang yang sangat “mobile”, yaitu mereka yang mengalami mobilitas
vertikal naik melewati dua level strata atau lebih, menunjukkan tingkat
kecemasan lebih tinggi daripada mereka yang meningkat secara perlahan.
5

Orang-orang yang mengalami mobilitas vertikal naik/turun


menghadapi masalah dalam berelasi dengan orang lain masyarakat
tertutup ternyata mempunyai masalah sosial yang lebih berat. Status
sosial dalam masyarakat sosial tertutup biasanya diperoleh dari
keturunan. Ayah dan ibu dengan bakat yang luar biasa mungkin memiliki
keturunan dengan bakat yang biasa-biasa saja/ tidak memiliki bakat sama
sekali, sebagai contoh raja dengan kemampuan yang luar biasa bisa
membawa kerajaan ke masa kejayaan, tetapi keturunannya yang
menggantikan posisinya belum tentu memiliki kemampuan yang sama,
akibatnya kerajaan itu mengalami kemunduran lalu hilang digantikan
oleh kerajaan lain.
Karena itu, pada masyarakat maju selalu terbuka jalan untuk
pengambilalihan posisi penting dari mereka yang lahir dalam kelas sosial
atas, namun tanpa kemampuan memadai, lalu diambil alih oleh individu-
individu yang cakap dari kelas sosial yang lebih rendah. Masyarakat
tertutup tidak memiliki kesempatan seperti ini, mereka lebih cenderung
sewenang-wenang memperlakukan sumber daya manusia.
2. Dampak mobilitas geografis
Mobilitas penduduk/geografis membawa dampak bagi daerah baru
tempat penduduk tersebut bermukim dan bagi daerah asalnya. Urbanisasi
besar-besaran, terutama ke kota-kota besar, dapat menimbulkan beragam
masalah sosial. Tingkat urbanisasi yang tinggi membawa masalah
kependudukan, baik bagi daerah asal/ daerah tujuan. Di kota-kota yang
menjadi tujuan urbanisasi terjadi ledakan jumlah penduduk, yang dapat
menimbulkan masalah kemiskinan, permukiman kumuh, kesehatan,
keamanan, tata kota yang semrawut, kebersihan, dan lain-lain. Sementara
itu, daerah asal bisa saja kekurangan sumber daya manusia untuk
mengelola sumber daya alamnya. Proses transmigrasi dalam banyak hal
memang telah berhasil mengatasi masalah konsentrasi kepadatan
penduduk, masalah pengangguran, dan perbaikan kesejahteraan, namun
di beberapa tempat timbul masalah yang berkaitan dengan hubungan
6

antara pendatang dan penduduk setempat yang akan menimbulkan


konflik antara penduduk pendatang dan penduduk setempat.
Orang kaya, misalnya. Mereka termasuk lapisan sosial atas, namun
tiba-tiba bangkrut dan jatuh miskin, sehingga mereka takut dengan status
sosialnya yang baru yaitu sebagai anggota kelas sosial bawah, karena
mereka harus beradaptasi dengan gaya hidup kelas sosial bawah. Setelah
terbiasa dengan gaya hidup kelas sosial yang baru, orang-orang yang
beralih kelas sosial (mengalami mobilitas sosial) mulai merasa aman dan
berakhir konflik batinnya. Bersamaan dengan pembiasaan itu ia mulai
membangun pola-pola relasi baru untuk mengakhiri beragam konflik
dengan pihak lain akibat mobilitas yang dialami.
Konflik-konflik dengan pihak-pihak lain, baik itu konflik antar
individu, konflik antar kelompok, konflik antar kelas, maupun konflik
antar generasi bisa mereda bila pihak-pihak yang berkonflik
menyesuaikan diri pada suatu keadaan yang memungkinkannya bekerja
sama. Penyesuaian ini dinamakan akomodasi. Akomodasi adalah usaha
manusia untuk meredakan suatu pertikaian atau konflik dalam rangka
mencapai kestabilan. Pihak yang berkonflik saling menyesuaikan diri,
sehingga tercipta kerja sama.

E. Mengatasi Mobilitas Sosial


Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikkan status secara otomatis,
melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini
akan memengaruhi peningkatan status.
Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan
prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Manajer, sehingga
tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat
dikatakan naik apabila ia tidak mengubah standar hidupnya, misalnya
7

jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia


menjadi pegawai rendahan.
2. Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan
melalui perkawinan.
Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat
sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di
masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikkan status si wanita
tersebut.
3. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat
tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau
dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih
megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki
tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat,
hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
4. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha
menaikkan status sosialnya dan mempraktikkan bentuk-bentuk tingkah
laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan
hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya.
Dia merasa dituntut untuk mengaitkan diri dengan kelas yang
diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai
orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian
yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara
dengan menyelipkan istilah-istilah asing.
5. Perubahan nama
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi
sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama
yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
8

Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang


memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di
depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja
sebutan dan namanya berubah sesuai dengan kedudukannya yang baru
seperti "Raden".
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan
hubungan antara individu dengan kelompoknya. Mobilitas sosial lebih mudah
terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah
strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan
untuk pindah strata lebih sulit.
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju
karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong
orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat
ke arah yang lebih baik.

F. Saran
Sebagai manusia kita pasti akan menuntut untuk status dan peran sosial,
namun sebagai manusia sosial seharusnya kita dapat mengerti dan menyadari
mobilitas sosial atau gerakan sosial ini tidak terjadi begitu saja dengan
sendirinya. Karena mobilitas sosial terjadi tergantung bagaimana diri kita
sendiri menyingkapi status serta peran sosial diri dan menurut prestasi kita
masing-masing sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu sebaiknya jika
memang menginginkan mobilitas naik kita juga tidak boleh duduk diam
dalam struktur sosial tetapi kita harus terbuka dan positif terhadap perubahan
positif yang ada di masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

H.D., Hj. Safarina. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan


Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

M. Hernki, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta:


Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Sulistyowati, Budi. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Syani, Abdul. 2007. Sosologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai