PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah “Islamisasi” dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer berasal dari akar kata
“islam” dan mendapat awalan “Isasi”. Islam berarti agama yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al Qur’an dan Al Hadist. Sedangakan
awalan isasi berarti keadaan menjadi, tindakan proses. Jadi islamisasi berarti proses yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW maupun pengikutnya menjadikan seseorang atau banyak
orang untuk memeluk islam, dengan kata lain proses mengislamkan seseorang atau banyak
orang (Peter Salim & Yenny Salim).
Toto Tasmoro (1987 :43) mengidentifikasikan Islamisasi dengan istilah Dakwah.
Dakwah berarti seruan seseorang kepada orang lain agar masuk dan mengikuti ajaran islam.
Pendapat ini juga didukung oleh Chadijah Nasution (Tanpa Tahun : 34), yang menyatakan
bahwa dakwah dalam islam adalah mengajak masyarakat untuk melaksanakan ajaran-ajaran
agama islam, menyuruh mereka berbuat baik itu adalah tugas dalam agama islam. Lebih luas
Amin Rais mengartikan dakwah secara makro, yaitu: dakwah dalam islam merupakan suatu
rekonstruksi masyarakat yang mengandung unsur Jahiliyyah menjadi masyarakat yang islami,
oleh karena itu dakwah juga merupakan proses Islamisasi pada seluruh kehidupan manusia.
Jadi kegiatan dakwah dalam islam meliputi segenap dimensi kehidupan manusia.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Islamisasi maupun
Dakwah merupakan proses menyebarkan Islam. Untuk menyebut kedua istilah itu yaitu
antara Islamisasi dan Dakwah, maka dalam makalah ini akan digunakan kata Islamisasi yaitu
usaha untuk mendakwahkan atau menyebarkan Islam.
Dalam mengembangkan agama Islam, Islam telah memberikan tuntunan atau cara
menyebarkan atau mengembangkan Islam secara bijaksana (Hikmah).
tuntunan bagaimana caranya menyebarkan Islam yaitu:
a) Bilhikmati
Artinya kebijaksanaan dalam arti yang luas yaitu selalu memperhatikan situasi,
tempat, waktu dan sasaran atau obyek dakwah.
b) Wal Mau’idhatil Hasanah
Artinya dengan kata-kata yang baik, tidak menyakitkan hati, kadangkadang
menggembirakan, tetapi kadang-kadang memberikan pengertian atau ancaman.
c) Wajadilhum billatihiya ahsan
Dalam Islamisasi disamping pembawa Islam ada juga penerima Islam. Orang-orang
yang mendapat julukan Wali atau orang keramat. Awalnya dapat kita anggap sebagai
golongan penerima islam. Sama halnya dengan pedagangpedagang muslim, guru-guru, ahli-
ahli Tasawuf, dan lain-lain. Sebenarnya sangat relatif untuk memisahkan pengertian
pembawa, penyebar dan penerima Islam. Karena dapat kita lihat, ada suatu golongan yang
semula dapat dianggap sebagai pembawa dan penyebar islam dari luar dan ada golongan yang
dapat dianggap sebagai penerima islam. Dalam perkembangan selanjutnya, golongan
penerima dapat menjadi pembawa atau penyebar islam untuk orang-orang lain diluar
golongan atau daerahnya (Sartono kartodirjo, 1975: 185).
Dari ke-tiga pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam yaitu Samudra Pasai,
Malaka dan Majapahit agama Islam kemudian menyebar dan meluas memasuki pelosok-
pelosok diseluruh kepulauan Indonesia. Penyebarannya sungguh nyata sesungguhnya terjadi
selama berlangsungnya abad ke-16. Waktu itu Malaka sudah menjadi daerah Portugis,
sedangkan Majapahit sudah digantikan kedudukannya oleh kerajaan Demak, dan Samudra
Pasai lebur dalam kerajaan Islam. Pada akhir abad ke-16 dapat dikatakan Islam telah tersebar
dan mulai meresapkan akar-akarnya diseluruh Nusantara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal usul kerajaan pajang?
2. Bagaimana islamisasi kerajaan pajang?
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan pajang adalah kerajaaan islam yang ada di Jawa, meskipun pemerintahannya
tidak begitu lama tetapi kerajaan pajang pernah berkuasa. Kerajaan pajang mestinya muncul
sebelum runtuhnya kerajaan Majapahit. Karena Majapahit masih bebrkuasa maka kareajaan
pajang belum begitu diperhatikan. Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut dalam kitab
Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam perjalanannya memeriksa
bagian Barat. Antara abad ke-11 dan 14 di Jawa Tengah Selatan tidak ada Kerajaan tetapi
Majapahit masih berkuasa sampai kesana. Sementara itu, di Demak mulai muncul Kerajaan
kecil yang didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam. Namun, sampai awal abad ke-16
kewibawaan raja Majapahit masih diakui (Andy Candra, 2012).
Setelah Majapahit mengalami kemunduran atau lebih tepatnya pada akhir abad ke 17
dan awal abad ke 18 para penulis kertasura menuliskan asal-usul kerajaan pajang. Pajang
dulunya adalah daerah Pengging, Jaka Tingkir adalah anak dari Kebo Kenanga atau Ki
Ageng Pengging yang menjadi bupati di pengging (Hendra 2012). Jadi sebenarnya Pajang
dulunya adalah daerah pengging yang bupatinya adalah Ki Ageng Pengging. Ki Ageng
pengging yang akhirnya dihukum mati oleh raja demak karena dianggap akan memberontak
kerajaan Demak dan untuk menklukkan pengging maka dihukum matilah ki Ageng
pengging.
Jaka Tingkir yang dulunya menjadi seorang tamtam di jerajaan Demak di bawah
pemerintah Pangeran trenggana, karena keahlianya ia dijadikan meenanntu oleh Sultan
Demak(Marwati Djoened Poesponegoro 2010:55). Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak
mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen,
saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung
Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak
Pengeran Sekar Sedolepen. Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko
Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang (Aprilia Kirana, 2012).
Jaka Tingkir menyuruh Ki Ageng Panjawi, Ki Ageng Pemanahan, Ngabei Loring Pasar, dan
Juru Martani untuk menyerang Arya Penangsang. Dengan kemenangan tersebut lalu
berpindahlah kekuasaan Demak ke Pajang yang dipimpin oleh Jaka Tingkir atau Hadiwijaya
(Hendra, 2012). Keberhasilan jaka tingkir mengalahkan Arya Penangsang membawa
kemujuran dalam hidupnya. Setelah ia mengalahkan Arya penangsang ia dinobatkan menjadi
raja demak yang kemudian pusat pemerintahanya di pindahkan ke Pajang hingga akhirnya
menjadi kerajaan Pajang.
A. Kesimpulan
Dari makalah ini kita dapat mengetahui asal-usul kerajaan Pajang. Kerajaan pajang
ada di daerah Pengging yang dulunya diperintah oleh Ki Ageng Pengging selaku Bupati yang
kemudian dihukum mati oleh raja Demak karena dianggap hendak membbrontak Demak.
Setelah dewasa anak Ki Ageng Pengging yang bernama Jaka tingkir mengabdi ke Demak,
karena kepandaiannya jaka tingkir diangkat menjadi menantu oleh raja Demak yang bernama
Sultan Trenggono. Setelah Sultan Trenggono Demak mengalami kemunduran karena terjadi
perebutan tahta antara saudara Sultan Trenggono yang benama Pangeran Sekar Sedolepan
dengan anak Sultan Trenggono yang bernama Sunan Pranoto yang akhirnya kekuasaan jatuh
pada Sunan Prawoto . Arya penangsang berhasil membunuh Sunan Prawawata dan kemudian
Arya Penangsang dapat dikalahkan oleh Jaka tingkir. Setelah mengalahkan Arya penangsang
Jaka Tingkir dinobatkan menjadi raja dengan nama Hadiwijaya, setelah ia menjadi Raja ia
memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang.
Islamisasi terjadi setelah Jaka Tingkir menjadi raja yang paling berpengaruh di pulau
Jawa, ia bergelar Sultan Adiwijaya. Pada masanya sejarah Islam di pulau Jawa mulai dalam
bentuk baru, titik politik pindah dari pesisir (Demak) ke pedalaman. Peralihan pusat politik
itu membawa akibat yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Islam di Jawa.
Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kekusastraan dan kesenian yang sudah maju di
Demak, dan Jepara lambat laun dikenal di pedalaman Jawa. Pengaruh agama Islam yang kuat
di pesisir dan menjalar tersebar ke daerah pedalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Andjar Any. 1979. Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon. Semarang:
Aneka Ilmu
Babad Majapahit dan Para Wali Jilid 3. 1989. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
Dr. Badri Yatim, M.A.”Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II”.PT Raja Grafindo
Persada.Jakarta:2008.
Azra, Azyumardi. “Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII, Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia”. Bandung:Mizan.
1994.
“Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647”. (terj.). 2007. Yogyakarta:
Narasi
H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. “Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa”. Terj. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.2001
Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek
Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat
Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
DISUSUN OLEH :
HADY SATRIO
M. ALAN
KELAS IX C
Segala puji bagi allah swt atas segala rahmat yang telah di berikan kepada saya sehingga
saya bisa menyusun makalah ini tentang Renang .
Makalah ini saya buat saya usahakan dapat di mengerti saya sendiri dan orang lain, bila ada
kesalahan mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, agar bisa perbaikan pembuatan
makalah untuk selanjutnya.
Akhir kata, mudah-mudahan makalah ini memberi manfaat dalam kegiatan belajar
mengajar, khususnya dalam perkuliahan sehingga dapat mempermudah dalam proses
pembelajaran.
‘’PENULIS’’
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A.Latar Belakang Masalah.......................................................................
B.Rumusan Masalah................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................