e
l
a
s
sosiologi XI
MOBILITAS SOSIAL
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami tentang pengertian dan faktor yang memengaruhi mobilitas sosial.
2. Memahami tentang bentuk mobilitas sosial.
3. Memahami tentang faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial.
4. Memahami tentang cara melakukan mobilitas sosial dan salurannya.
5. Memahami tentang dampak mobilitas sosial dan hubungannya dengan struktur
sosial.
A. Mobilitas Sosial
1. Pengertian Mobilitas Sosial
Beberapa ahli sosiologi mendefinisikan mobilitas sosial sebagai berikut.
a. William Kornblum
Mobilitas sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan
kelompok sosialnya dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
b. Michael S. Bassis
Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah lingkungan sosial ekonomi
yang mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
c. H. Edward Ransford
Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial
secara hierarki.
d. Kimball Young dan Raymond W. Mack
Mobilitas sosial adalah suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu
yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Jadi, dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mobilitas sosial menyangkut tiga
hal pokok sebagai berikut.
1. Perubahan kelas sosial, baik ke atas maupun ke bawah.
2. Dialami oleh manusia sebagai individu maupun berkelompok.
3. Terjadi dampak sosial terhadap kelas sosial baru yang diperoleh individu atau kelompok.
2
ke profesi yang lain. Ini berarti juga memperlemah perpindahan strata yang satu ke
strata yang lain.
e. Tingkat natalitas (kelahiran)
Tingkat kelahiran yang tinggi dari kelas-kelas yang rendah membatasi anggota-
anggota keluarga meningkat secara sosial. kesulitan mobilitas ini diakibatkan oleh
rendahnya tingkat kehidupan ekonomis mereka. Di pihak lain, kelas-kelas yang lebih
tinggi akan menciptakan apa yang dinamakan “kevakuman sosial” dalam masyarakat
pada saat mereka membatasi angka kelahiran.
3
pasangan yang memiliki kelas sosial tinggi, maka ia masuk dalam kelas sosial
pasangan yang lebih tinggi.
e. Penundaan kepuasan
Penundaan kepuasan adalah penangguhan hasil langsung untuk dipetik di masa
yang akan datang dengan jumlah hasil yang lebih besar.
f. Ras dan suku
Latar belakang ras dan suku merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
menciptakan peluang bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal. Diskriminasi
terhadap anggota ras dan kelompok-kelompok suku bangsa tertentu juga terjadi
dalam dunia bisnis, industri, dan pendidikan.
g. Program pemerintah
Program pemerintah juga menyediakan program untuk membantu orang-orang
yang berasal dari kelas bawah dan menengah untuk masuk lapisan sosial yang lebih
tinggi. Contohnya, program pemberian beasiswa bagi pendidikan.
Mobilitas sosial vertikal ke bawah ( social sinking) mempunyai dua bentuk utama.
a. Turunnya kedudukan, pada bentuk ini kedudukan individu turun ke kedudukan yang
derajatnya lebih rendah. Contohnya, pengusaha yang mengalami kebangkrutan.
b. Turunnya derajat kelompok, pada bentuk ini derajat kelompok individu dan
kelompok merupakan satu kesatuan. Contohnya, penurunan derajat kelompok
adalah penurunan penghargaan masyarakat terhadap bangsawan karena perubahan
sistem pemerintahan dari monarki ke republik.
4
2. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial dari
suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Contohnya:
a. Pak Yudi adalah seorang pedagang sayuran karena dianggap kurang menguntungkan,
maka pak Yudi berpindah menjadi pedagang bakso.
b. Berganti kewarganegaraan dari warga negara Malaysia menjadi warga negara
Republik Indonesia.
c. Seorang petani kopi beralih atau mengganti kegiatan pertaniannya menanam karet.
5. Mobilitas Struktural
Menurut Bassis, mobilitas sosial struktural adalah mobilitas yang disebabkan oleh inovasi
teknologi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, peperangan, dan kejadian-kejadian lainnya
yang mengubah struktur dan jenis kelompok-kelompok dalam masyarakat. Mobilitas
5
sosial struktural dapat mengarah pada mobilitas ke atas (masyarakat pertanian tradisonal
berpindah menjadi masyarakat industri) dan dapat pula mobilitas ke bawah (krisis
ekonomi menyebabkan pendapatan per kapita penduduk berkurang atau turun pada
tingkat yang sangat rendah). Dengan kata lain, moblitas struktural cenderung mengarah
pada mobilitas vertikal.
6
e. Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya, misalnya karena
masyarakat berubah pandangan menjadi lebih terbuka. Kemajuan teknologi dan
perubahan ideologi dapat membuka kemungkinan timbulnya mobilitas sosial.
f. Ekspansi teritorial (perluasan daerah) dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk dapat mendorong terjadinya
mobilitas sosial, misalnya transmigrasi, perkembangan kota, dan sebagainya.
g. Komunikasi yang bebas
Komunikasi yang terbatas antaranggota masyarakat akan menghambat mobilitas
sosial. Sebaliknya, komunikasi yang bebas dan efektif akan memudarkan semua garis
batas antaranggota sosial yang ada di masyarakat. Hal itu akan memicu terjadinya
mobilitas sosial.
h. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian
kerja yang ada. Pembagian kerja berhubungan dengan spesialisasi jenis pekerjaan.
Spesialisasi pekerjaan menuntut keahlian khusus. Semakin spesifik pekerjaan yang
ada di masyarakat, semakin sedikit pula kemungkinan individu berpindah dari
pekerjaan satu ke pekerjaan lain. Akibatnya, semakin kecillah kemungkinan terjadi
mobilitas sosial.
7
b. Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka
Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menjadi penghambat terjadinya
mobilitas vertikal naik. Sebagai contoh pembatasan keanggotaan dari organisasi
tertentu, sempitnya peluang berkarier bagi mereka yang dianggap terlibat dengan
partai atau organisasi terlarang, adanya perlakuan khusus pada birokrasi terhadap
orang-orang tertentu yang mempunyai pengaruh atau kekuasaan, dan sebagainya.
c. Pengaruh sosialisasi yang sangat kuat
Kelas-kelas sosial dapat menjadi subkultur tempat individu berkembang dan
mengalami proses sosialisasi. Hal ini menjadi pembatas mobilitas ke atas. Sebagai
contoh anak-anak dari kelas ekonomi rendah cenderung hidup dalam lingkungan,
nilai, dan pola pikir yang umumnya ada dalam masyarakat kelas rendah. Pengaruh
sosialisasi yang kuat dari lingkungannya tersebut cenderung mengukuhkan anak
untuk hidup dengan pola pikir masyarakat kelas rendah.
d. Kemiskinan
Banyak ilmuan yang menjadikan kemiskinan (kemiskinan material) sebagai dasar
permasalahan sulitnya masyarakat berubah dari kelas bawah ke kelas menengah
ataupun atas. Masyarakat miskin tidak memiliki akses yang memadai atas sarana
informasi dan pendidikan sehingga akhirnya tertinggal dari kelompok lain dan dari
generasi ke generasi akan tetap berada pada kelas sosial yang sama.
e. Perbedaan jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial,
dan kesempatan-kesempatan untuk maju. Pria di pandang lebih tinggi derajatnya
dan cenderung menjadi lebih mudah mengalami gerak sosial daripada wanita.
Sebagai contoh, wanita yang hidup di pedesaan yang masih sederhana merasa
bahwa perannya hanyalah sebagai ibu rumah tangga. Hal itu dipengaruhi oleh
pandangan yang umum ada pada masyarakatnya.
8
b. Perubahan tempat tinggal
Lingkungan permukiman yang dihuni seseorang sering dijadikan ukuran untuk
menentukan kelas sosial orang tersebut. Lingkungan permukiman merupakan
simbol status sosial sehingga perpindahan tempat permukiman akan diikuti juga
dengan perubahan gaya hidup.
c. Perubahan tingkah laku
Pola perilaku seseorang mencerminkan kelas sosialnya. Ketika, seseorang berusaha
untuk naik ke kelas yang lebih tinggi, maka ia akan mempelajari dan mempraktikkan
tingkah laku yang tidak hanya terlihat dari mobilitas gerak fisik saja (misalnya cara
berbicara, cara makan), tetapi juga dari kebiasaan, kegemaran, dan sebagainya.
d. Bergabung dengan organisasi tertentu
Dalam masyarakat modern, terdapat banyak organisasi formal yang cukup dikenal
karena manfaatnya sangat dirasakan oleh banyak orang. Bergabung dalam salah
satu organisasi formal tersebut dapat menaikkan prestise seseorang. Status sosial
seseorang sering dikaitkan dengan organisasi tertentu yang disertainya.
e. Perkawinan
Perkawinan masih dianggap cara yang cepat untuk meningkatkan status sosial dan
masih banyak orang yang melakukannya. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan oleh
semua orang karena adanya keterbatasan-keterbatasan.
9
c. Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan saluran yang konkret untuk mengadakan mobilitas
vertikal ke atas. Bahkan, lembaga pendidikan sering dianggap sebagai social elevator
(perangkat) yang dapat mengangkat seseorang dari kedudukan yang rendah ke
kedudukan yang tinggi.
d. Lembaga politik
Partai politik dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk menempati
kedudukan sosial yang tinggi. Seorang anggota partai politik yang menonjol, karier
politiknya dapat naik dengan cepat. Baginya, terbuka peluang lebar untuk menempati
kedudukan-kedudukan tinggi, baik dalam partai, pemerintahan, maupun lembaga
perwakilan rakyat. Partai politik dapat menjadi jalan karier bagi para pejabat
pemerintahan, petinggi partai, dan anggota DPR.
e. Lembaga ekonomi
Organisasi ekonomi juga memegang peranan penting sebagai saluran mobilitas
sosial vertikal naik. Kekayaan menjadi salah satu kriteria penempatan seseorang
dalam strata sosial tertentu. Orang-orang kaya menduduki lapisan atas. Sebaliknya,
orang-orang miskin menduduki lapisan bawah. Contohnya, organisasi ekonomi
seperti BUMN dan Persero menyediakan beragam tingkat kedudukan bagi orang-
orang yang terlibat di dalamnya.
f. Organisasi keahlian
Organisasi keahlian merupakan wadah bagi mereka yang memiliki keahlian tertentu.
Melalui organisasi keahlian orang dapat menjadi terkenal dan menduduki lapisan
atas di masyarakat.
g. Perkawinan
Sebuah perkawinan akan menaikkan status seseorang. Seseorang yang menihak
dengan orang yang memiliki atatus terpandang akan dihormati karena pengaruh
pasangannya.
10
vertikal naik melewati dua level strata sosial atau lebih, memperlihatkan tingkat
kecemasan lebih tinggi daripada mereka yang meningkat secara lebih perlahan.
Orang-orang ini juga tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarga
mereka dan kurang terlibat dalam kehidupan bersama masyarakat.
3.) Menurut Peter Blau, orang yang mengalami mobilitas vertikal naik dan
turun menghadapi masalah dalam berelasi dengan orang lain. Orang yang
naik dalam kelas sosial, berada dalam dua dunia. Mereka belum sepenuhnya
menyerap nilai-nilai dan gaya hidup kelas sosial mereka yang baru. Namun,
mereka merasa bebas dari ikatan-ikatan kelas sosial yang lama. Hal ini dapat
menimbulkan perasaan tidak aman, terasing, atau rasa marah.
4.) Kegagalan dalam melakukan mobilitas sosial naik akan berdampak pada
kehampaan sosial dan pertentangan antara anggota masyarakat.
11
3. Hubungan Mobilitas Sosial dengan Struktur Sosial
Gejala naik dan turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi
tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Reaksi itu dapat menimbulkan konflik.
Berikut berbagai macam konflik akibat terjadinya mobilitas sosial.
a. Pertentangan antarpribadi
Terjadi karena adanya perbedaan kepentingan atau persepsi terhadap sesuatu.
Contohnya seseorang yang bermobilitas sosial ke kelas yang tinggi akan menunjukkan
pola perilaku yang berbeda dengan anggota masyarakat lainnya sehingga dapat
menimbulkan pertentangan.
b. Pertentangan antarkelas
Terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antarkelas sosial. Contohnya
perbedaan kepentingan para buruh dan pengusaha tentang kenaikan upah.
c. Pertentangan antarkelompok
Terjadi ketika terjadi persaingan untuk mendapatkan mata pencaharian sama atau
memaksakan unsur-unsur kebudayaan. Ketika kelompok yang lebih kuat menguasai
sumber mata pencaharian memaksakan kehendak pada kelompok yang kecil
dan lemah, tetapi kelompok yang kecil melakukan perlawanan sehingga terjadi
pertentangan antarkelompok.
d. Pertentangan antargenerasi
Perubahan sikap dan perilaku antara satu generasi dengan generasi yang lain tidak
terlepas dari pengaruh pendidikan, teknologi, pemerintah, dan organisasi sosial
lainnya, sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadi perbedaan sikap dan perilaku
antargenerasi. Contoh, pertentangan antara orang tua dan anak.
12