Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MOBILITAS SOSIAL

Oleh:
U. SRI WULANDARI
NIM:203.2021.001

PRODI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM


SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami juga berterima kasih kepada orang sekitar kami yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan dalam setiap langkah yang penulis jalani.
Kami mempersembahkan sebuah makalah yang membahas tentang Mobilitas
Sosial, guna untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
agar makalah ini dapat diperbaiki dan dikembangkan lagi dikemudian hari. Kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sambas, 29 September 2021


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mobilitas Sosial.................................................................. 2
B. Penyebab Mobilitas Sosial.................................................................... 3
C. Manfaat Mobilitas Sosial...................................................................... 4
D. Dampak Mobilitas Sosial...................................................................... 4
E. Mengatasi Mobilitas Sosial................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 9
B. Saran..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang pasti menginginkan untuk dapat memperoleh status dan
penghasilan yang lebih tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh orang
tuanya. Semua orang pasti menginginkan suatu kehidupan yang serba
berkecukupan, bahkan kalau mungkin berlebihan. Keinginan-keinginan itu
adalah normal, karena pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang
tidak terbatas. Seperti halnya kalau kita menanyakan tentang cita-cita dari
seorang anak, maka ia akan menjawab pada suatu status yang kebanyakan
mempunyai konotasi pada penghidupan yang baik. Hanya saja apakah
keinginan-keinginan, impian-impian, dan cita-cita itu berhasil atau sama
sekali gagal dalam proses perjalanan seseorang.
Pada masyarakat modern sering kita jumpai fenomena-fenomena
keinginan untuk pencapaian status sosial maupun penghasilan yang lebih
tinggi. Hal tersebut merupakan pendorong masyarakat untuk melakukan
mobilitas sosial demi tercapainya kesejahteraan hidup. Namun pada
kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya
bersifat naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial
turun tanpa direncanakan.

B. Rumusan Masalah
Secara garis besar permasalahan yang ada dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian mobilitas sosial?
2. Apa penyebab mobilitas sosial?
3. Apa manfaat mobilitas sosial?
4. Bagaimana dampak mobilitas sosial?
5. Bagaimana cara mengatasi mobilitas sosial?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mobilitas Sosial


Secara etimologis, kata mobilitas merupakan terjemahan dari kata
mobility yang berkata dasar mobile (bahasa inggris). Kata mobile berarti aktif,
giat, gesit, sehingga mobility adalah gerakan. Secara harfiah, mobilitas sosial
berarti gerakan dalam masyarakat. Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam
struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara
individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan
kelompoknya.
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena
lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat
yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.
Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem
kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari
kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang
rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun
ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria
stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari
strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
Apabila seorang guru kemudian pindah dan beralih pekerjaan
menjadi pemilik toko buku, dia melakukan gerak sosial. Juga apabila
seseorang yang semula mendapat gaji bulanan sebesar Rp. 250.000,00
kemudian pindah pekerjaan karena tawaran dengan gaji yan lebih tinggi.
Proses tadi tidak saja terbatas pada individu-individu saja, tetaoi mungkin
juga pada kelompok-kelompok sosial. Misalnya, suatu golongan minoritas
dalam masyarakat berasimilasi dengan golongan mayoritas.

2
B. Penyebab Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di
antaranya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Perubahan kondisi sosial
Struktur kelas dan kasta dalam masyarakat dapat berubah
dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam maupun luar
masyarakat. Kemajuan teknologi misalnya, dapat membuka
kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas dan perubahan ideologi juga
dapat menimbulkan stratifikasi baru.
2. Ras atau kesukuan
Tingkat diskriminasi tertentu terhadap anggota-anggota ras dan
kelompok-kelompok suku tertentu tidak dapat dimungkiri masih terjadi
dalam dunia bisnis, industri, bahkan pendidikan. Latar belakang ras dan
suku bisa saja menjadi faktor-faktor penting yang mempengaruhi
kemungkinan maupun peluang seseorang untuk melakukan mobilitas
vertikal (ke atas).
3. Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat,
misalnya perkembangan kota, transmigrasi, membuktikan ciri
fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial.
4. Komunikasi yang bebas
Komunikasi yang bebas serta efektif akan memudarkan semua
batasan dari strata sosial yang ada dan merangsang mobilitas sosial
sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
5. Pendidikan
Dalam kaitannya dengan mobilitas vertikal, fungsi pokok
pendidikan formal adalah membekali individu dengan keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk memasuki pasaran kerja. Tingkat
pendidikan yang memadai akan menempatkan seseorang pada posisi
menguntungkan jika harus bersaing dengan orang lain untuk suatu

3
jabatan tertentu. Jenis-jenis pekerjaan yang menuntut tingkat pendidikan
tinggi pada umumnya memberikan gaji yang memuaskan.
6. Pembagian kerja
Terbukanya kemungkinan bagi mobilitas sosial dalam
masyarakat lebih dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada.
Jika tingkat pembagian kerja sangat tinggi dan lebih dikhususkan,
mobilitas sosial akan sulit. Ini karena spesialisasi kerja menuntut
keterampilan khusus.

C. Manfaat Mobilitas Sosial


Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk
maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini
mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke
strata atas. Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar
mendapatkan kekayaan dimasa depan.
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang
mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang
memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam
bidang pendidikan.

D. Dampak Mobilitas Sosial


1. Dampak mobilitas vertikal
Mobilitas vertikal menurun dapat menyebabkan stres dan
gangguan mental yang serius. Tingkat bunuh diri yang dilalukan oleh
orang yang mengalami mobilitas vertikal turun dibandingkan mereka
yang mengalami mobilitas vertikal naik. Mobilitas vertikal naik
menyebabkan stres dan gangguan mental, serta efek-efek yang tidak
diinginkan lainnya. Orang yang sangat “mobile”, yaitu mereka yang
mengalami mobilitas vertikal naik melewati dua level strata atau lebih,

4
menunjukkan tingkat kecemasan lebih tinggi daripada mereka yang
meningkat secara perlahan.
Orang-orang yang mengalami mobilitas vertikal naik/turun
menghadapi masalah dalam berelasi dengan orang lain masyarakat
tertutup ternyata mempunyai masalah sosial yang lebih berat. Status
sosial dalam masyarakat sosial tertutup biasanya diperoleh dari
keturunan. Ayah dan ibu dengan bakat yang luar biasa mungkin memiliki
keturunan dengan bakat yang biasa-biasa saja/ tidak memiliki bakat sama
sekali, sebagai contoh raja dengan kemampuan yang luar biasa bisa
membawa kerajaan ke masa kejayaan, tetapi keturunannya yang
menggantikan posisinya belum tentu memiliki kemampuan yang sama,
akibatnya kerajaan itu mengalami kemunduran lalu hilang digantikan
oleh kerajaan lain.
Karena itu, pada masyarakat maju selalu terbuka jalan untuk
pengambilalihan posisi penting dari mereka yang lahir dalam kelas sosial
atas, namun tanpa kemampuan memadai, lalu diambil alih oleh individu-
individu yang cakap dari kelas sosial yang lebih rendah. Masyarakat
tertutup tidak memiliki kesempatan seperti ini, mereka lebih cenderung
sewenang-wenang memperlakukan sumber daya manusia.
2. Dampak mobilitas geografis
Mobilitas penduduk/geografis membawa dampak bagi daerah
baru tempat penduduk tersebut bermukim dan bagi daerah asalnya.
Urbanisasi besar-besaran, terutama ke kota-kota besar, dapat
menimbulkan beragam masalah sosial. Tingkat urbanisasi yang tinggi
membawa masalah kependudukan, baik bagi daerah asal/ daerah tujuan.
Di kota-kota yang menjadi tujuan urbanisasi terjadi ledakan jumlah
penduduk, yang dapat menimbulkan masalah kemiskinan, permukiman
kumuh, kesehatan, keamanan, tata kota yang semrawut, kebersihan, dan
lain-lain. Sementara itu, daerah asal bisa saja kekurangan sumber daya
manusia untuk mengelola sumber daya alamnya. Proses transmigrasi
dalam banyak hal memang telah berhasil mengatasi masalah konsentrasi

5
kepadatan penduduk, masalah pengangguran, dan perbaikan
kesejahteraan, namun di beberapa tempat timbul masalah yang berkaitan
dengan hubungan antara pendatang dan penduduk setempat yang akan
menimbulkan konflik antara penduduk pendatang dan penduduk
setempat.
Orang kaya, misalnya. Mereka termasuk lapisan sosial atas,
namun tiba-tiba bangkrut dan jatuh miskin, sehingga mereka takut
dengan status sosialnya yang baru yaitu sebagai anggota kelas sosial
bawah, karena mereka harus beradaptasi dengan gaya hidup kelas sosial
bawah. Setelah terbiasa dengan gaya hidup kelas sosial yang baru, orang-
orang yang beralih kelas sosial (mengalami mobilitas sosial) mulai
merasa aman dan berakhir konflik batinnya. Bersamaan dengan
pembiasaan itu ia mulai membangun pola-pola relasi baru untuk
mengakhiri beragam konflik dengan pihak lain akibat mobilitas yang
dialami.
Konflik-konflik dengan pihak-pihak lain, baik itu konflik antar
individu, konflik antar kelompok, konflik antar kelas, maupun konflik
antar generasi bisa mereda bila pihak-pihak yang berkonflik
menyesuaikan diri pada suatu keadaan yang memungkinkannya bekerja
sama. Penyesuaian ini dinamakan akomodasi. Akomodasi adalah usaha
manusia untuk meredakan suatu pertikaian atau konflik dalam rangka
mencapai kestabilan. Pihak yang berkonflik saling menyesuaikan diri,
sehingga tercipta kerja sama.

E. Mengatasi Mobilitas Sosial


Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke
atas adalah sebagai berikut:
1. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikkan status secara otomatis,
melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini
akan memengaruhi peningkatan status.

6
Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan
prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Manajer, sehingga
tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat
dikatakan naik apabila ia tidak mengubah standar hidupnya, misalnya
jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia
menjadi pegawai rendahan.
2. Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat
dilakukan melalui perkawinan.
Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat
sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di
masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikkan status si wanita
tersebut.
3. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah
tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang
baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama
menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang
yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya
oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
4. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha
menaikkan status sosialnya dan mempraktikkan bentuk-bentuk tingkah
laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan
hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya.
Dia merasa dituntut untuk mengaitkan diri dengan kelas yang
diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai
orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian
yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara
dengan menyelipkan istilah-istilah asing.

7
5. Perubahan nama
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada
posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan
mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang
memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di depan
nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan
namanya berubah sesuai dengan kedudukannya yang baru seperti "Raden".

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-
pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan
hubungan antara individu dengan kelompoknya. Mobilitas sosial lebih mudah
terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah
strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan
untuk pindah strata lebih sulit.
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk
maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini
mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke
strata atas. Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik.

F. Saran
Sebagai manusia kita pasti akan menuntut untuk status dan peran
sosial, namun sebagai manusia sosial seharusnya kita dapat mengerti dan
menyadari mobilitas sosial atau gerakan sosial ini tidak terjadi begitu saja
dengan sendirinya. Karena mobilitas sosial terjadi tergantung bagaimana diri
kita sendiri menyingkapi status serta peran sosial diri dan menurut prestasi
kita masing-masing sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu sebaiknya
jika memang menginginkan mobilitas naik kita juga tidak boleh duduk diam
dalam struktur sosial tetapi kita harus terbuka dan positif terhadap perubahan
positif yang ada di masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

H.D., Hj. Safarina. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan


Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

M. Hernki, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta:


Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Sulistyowati, Budi. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Syani, Abdul. 2007. Sosologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.

iii

Anda mungkin juga menyukai