KATA PENGANTAR...........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................................................
A. Pengertian Mobilitas Sosial........................................................................................................
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial..................................................................
C. Pengertian Pluralitas.................................................................................................................
D. Faktor terjadinya Pluralisasi Masyarakat.....................................................................................
E. Perbedaan Mobilitas Sosial Vertikal dan Horizontal.............................................. 1
F. Dampak terjadinya Mobilitas Sosial dan Proses terjadinya Pluralisasi.........................................
G. Faktor-faktor Penyebab Pluralitas di Indonesia............................................................................
BAB III
PENUTUP……………………..…………...……………………. .........……….……………19
DAFTAR PUSTAKA…………………………….................…...………………...…………21
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Hal tersebut merupakan pendorong masyarakat untuk melakukan
mobilitas sosial demi tercapainya kesejahterahan hidup. Namun pada
kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya bersifat
naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial turun tanpa
direncanakan.
Dengan semakin beraneka ragamnya masyarakat dan budaya sudah tentu
setiap masing-masing individu masyarakat mempunyai keinginan yang berbeda-
beda. Orang-orang dari daerah yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda
struktur sosial dan karakter yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda
dengan cara berpikir dalam menghadapi hidup dan masalah mereka sendiri, dan
hal tersebut kemungkinan besar akan menimbulkan konflik dan perpecahan yang
hanya berlandaskan emosi diantara individu masyarakat apalagi kondisi penduduk
Indonesia sangatlah mudah terpengaruh oleh suatu informasi tanpa mau mengkaji
lebih dalam. Untuk itulah diperlukan paham pluralisme untuk mempersatukan
suatu bangsa.
Apalagi dengan kita melihat pedoman dari bangsa Indonesia yaitu
Bhineka Tunggal Ika yang mempunyai pengertian berbeda-beda tapi tetap satu,
yang mengingatkan kita betapa pentingnya pluralisme untuk menjaga persatuan
dari kebhinekaan bangsa. Dimana pedoman itu telah tercamtun pada lambing
Negara kita.
Indonesia adalah Negara yang memiliki ratusan plural kebudayaan yang
tersebar hampir diseluruh penjuru bangsa. Dalam hal ini, kita akan membahas
dan memahami adanya pluralitas budaya yang bermacam-macam. Namun yang
harus kita ketahui, pluralitas kebudayaan juga terkadang menjadi konflik karena
kesalahpahaman. Oleh sebab itu keutuhan bangsa harus tetap dijaga dan dibina
dengan baik.
Dan juga kita sebagai bangsa Indonesia harus tahu lebih awal dampak
positif ataupun negatif dari keberagaman budaya di Indonesia. Kebudayaan
merupakan sesuatu yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan,
hukum, adat-istiadat, kesanggupan, serta kebiyasaan lainnya yang dipelajari oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas dan menjabarkan
tentang Mobilitas Sosial.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud mobilitas sosial?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial?
3. Apa yang dimaksud dengan pluralisasi masyarakat?
4. Apa saja faktor-faktor terjadinya pluralisasi masyarakat?
5. Bagimana perbedaan antara mobilitas vertical dan horizontal?
6. Bagaimana dampak terjadinya mobilitas sosial dan penyebab terjadinya
pluralisasi masyarakat?
7. Faktor-Faktor Penyebab Pluralitas di Indonesia?
C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah:
Dalam tujuan pembuatan makalah ini di maksudkan untuk memnjawab pokok
permasalahan pada pembahasan rumusan masalah diatas. Mobilitas sosial sebagai
peralihan status dan peranan individu atau kelompok sosial dari suatu kedudukan
sosial ke kedudukan sosial lainnya, baik yang sederajat maupun yang tidak sederajat
diperlukan anggota masyarakat agar struktur sosial masyarakat berubah. Dari asumsi
tersebut kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa tujuan mempelajari mobilitas sosial
adalah untuk mendapatkan keterangan-keterangan tentang kelanggengan dan
keluwesan struktur sosial pada suatu masyarakat. Para sosiolog mempunyai perhatian
khusus terhadap kesulitankesulitan yang dialami para individu dan kelompok-
kelompok banyak kesempatan mendapatkan kedudukan, semakin besar mobilitas
sosialnya. Ini berarti bahwa sistem stratifikasi social masyarakat semakin terbuka.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
Dalam mobilitas penduduk, terdapat beragam faktor pendorongnya. Salah
satu faktor pendorong yang ada adalah faktor struktural. Menurut Soekanto (2007),
faktor struktural adalah total jumlah relatif dari status sosial yang tinggi dalam
suatu masyarakat yang memungkinkan dan harus diisi serta kemudahan untuk
memperolehnya oleh seorang individu tertentu. Status sosial yang tinggi ini dapat
diartikan sebagai proses berubahnya status sosial seseorang yang dahulunya tidak
memiliki pekerjaan dan selanjutnya berubah menjadi seseorang yang memiliki
pekerjaan dan terpandang di suatu masyarakat.
1. Faktor Struktural dan Cakupan Faktor Struktural
Faktor struktural yang menekankan pada ketersediaan lapangan pekerjaan
dipengaruhi oleh sejumlah faktor lainnya yang saling terkait satu dengan
lainnya. Faktor tersebut meliputi struktur pekerjaan, perbedaan fertilitas, dan
ekonomi. Secara detail, berikut ini akan dijelaskan masing-masing faktor
tersebut:
a. Struktur pekerjaan
Faktor ini sangat terlihat jelas pada masyarakat industrialis, yaitu sistem
masyarakat yang mengandalkan mata pencariannya dalam bidang industri,
baik bekerja di perusahaan, pabrik, atau memproduksi sendiri bahan jadi
dengan bantuan alat-alat atau mesin elektris. Pada masyarakat industri,
perubahan struktur pekerjaan cenderung sangat tinggi dibandingkan dengan
masyarakat agraris, yaitu masyarakat yang mengandalkan mata pencarian
utamanya dalam bidang bercocok tanam, baik bahan pangan atau bahan
baku. Dalam masyarakat industri, faktor struktural ini ditunjukkan dengan
perluasan lapangan pekerjaan dari tingkat menengah menuju ke tingkat atas,
dan dinamika yang terjadi sangat dinamis dan berlangsung dengan cepat
b. Perbedaan fertilitas
Perbedaan tingkat kelahiran menunjukkan besarnya pertumbuhan populasi
di suatu tempat yang berdampak pada kesesuaian ketersediaan lapangan
pekerjaan yang ada. Jika dilihat dari status sosialnya, masyarakat yang
hidup pada golongan rendah memiliki tingkat kelahiran yang tinggi dan
biasanya mereka tinggal di lingkungan desa, atau pada tingkat kelurahan
dan kota. Hal ini dikarenakan mata pencarian yang masih mengandalkan
6
pada bidang agraris sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada
adalah mengolah lahan yang sangat luas. Dengan demikian, lahan yang luas
ini diimbangi dengan tingkat kelahiran yang tinggi guna untuk
menghasilkan tenaga kerja tambahan dalam suatu keluarga yang bertujuan
untuk mengolah lahan yang ada. Akan tetapi, seiring dengan bergantinya
sistem masyarakat dari agraris ke industri, ketersediaan lahan yang ada
semakin lama semakin menipis dan menyebabkan tidak berimbangnya
tingkat kelahiran yang tinggi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang
ada, sehingga menyebabkan adanya urbanisasi yang salah satu pemicunya
adalah mencari lapangan pekerjaan yang lebih baik di perkotaan.
c. Ekonomi
Struktur masyarakat yang masih mengandalkan perekonomiannya pada
bidang pertanian dan bahan baku hanya terbatas pada golongan masyarakat
di tingkat bawah hingga menengah. Sehingga mobilitas sosial yang terjadi
cenderung rendah karena masih banyaknya luas lahan yang dapat dikerjakan
dan dapat mendukung perekonomian mereka. Sebaliknya, jika luas lahan
tidak lagi mencukupi perekonomiannya, maka struktur masyarakat golongan
bawah hingga menengah akan melakukan transmigrasi atau urbanisasi
sebagai akibat dari faktor struktural.
Sebagai contoh, faktor struktural ini disebabkan oleh adanya ketimpangan
jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dengan jumlah pelamar kerja atau
lulusan di tingkat SMU atau Perguruan Tinggi yang belum terserap dengan
maksimal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai alasan yang terkait
dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduknya dengan pemerataan lapangan kerja di seluruh daerah. Serta,
tingkat keterserapan jumlah pelamar kerja ini ditentukan juga dengan
ketersediaan posisi lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan dari pelamar kerja tersebut.
Sejauh ini, di Indonesia, Pulau Jawa masih menempati daerah yang
memiliki jumlah lapangan pekerjaan yang jauh lebih banyak dari wilayah
lainnya. Meskipun demikian, dari tahun ke tahun, Pemerintah pusat telah
berusaha melakukan pemerataan lapangan pekerjaan di wilayah lainnya dan
melakukan program transmigrasi untuk mengatasi permasalahan sosial ini.
7
Seiring dengan perkembangan dan penelitian di bidang teknologi dan
informasi, faktor struktural ini semakin terlihat jelas saat terjadinya
perpindahan pola masyarakat yang mengandalkan lahan pertanian atau
agraris sebagai mata pencaharian utamanya, seperti contoh di pedesaan,
beralih ke pola masyarakat industri. Berbagai dampak yang ditimbulkan dari
faktor struktural ini semakin terwujud dalam ketimpangan sosial dan
penyakit sosial yang merebak di masyarakat perkotaan atau masyarakat
yang tinggal di lingkungan industri. Maka, peran pemerintah, swasta, dan
masyarakat harus bersinergi dan berkesinambungan dalam mengatasi
penyimpangan permasalahan sosial atau penyakit sosial yang ditimbulkan
dari faktor struktural yang mempengaruhi mobilitas penduduk ini.
Dengan demikian faktor struktural dapat timbul atau terjadi pada sistem
masyarakat agraris yang berpindah ke sistem masyarakat industri. Hal ini
disebabkan karena semakin menyusutnya luas lahan pertanian sebagai
sumber perekonomian dan tergantikan dengan perluasan pabrik-pabrik yang
secara signifikan memerlukan tenaga kerja yang banyak. Selain itu sistem
masyarakat industri juga mengubah status sosial yang selama ini sudah
tertata dengan baik, dengan sistem sosial yang menekankan pada hak
kepemilikan pribadi dan posisi atau jabatan yang terhormat.
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan
harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Contohnya
ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan
jumlah pelamar kerja.
Faktor struktural meliputi:
a. Struktur Pekerjaan
Sebuah masyarakat yang kegiatan ekonominya berbasis industri dengan
teknologi canggih, tentunya yang berstatus tinggi akan lebih banyak
dibandingkan dengan yang berkedudukan rendah. Sehingga untuk itu yang
berkedudukan rendah akan terpacu untuk menaikkan kedudukan sosial
ekonominya.
b. Perbedaan Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda-beda.
Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang
8
mempunyai kedudukan tinggi atau rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh
terhadap proses mobilitas sosial yang akan berlangsung.
c. Ekonomi Ganda
Setiap negara yang menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan
modern) sebagaimana terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika, tentunya
akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang berstatus tinggi maupun
yang rendah. Bagi masyarakat yang berada dalam tekanan sistem ekonomi
ganda seperti ini, mobilitasnya terrgantung pada keberhasilan dalam
melakukan pekerjaan di bidang yang diminatinya karena dalam masyarakat
seperti ini (modern) kenaikan status sosial sangat dipengaruhi oleh faktor
prestasi.
2. Faktor Individu
Faktor individu ini lebih menekankan pada kualitas dari orang perorang,
baik dilihat dari tingkat pendidikan, penampilan maupun keterampilan
pribadinya.
a. Perbedaan Kemampuan
Setiap inidvidu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
b. Orientasi Sikap Terhadap Mobilitas
Setiap individu memiliki cara yang beragam dalam mengupayakan
meningkatkan prospek mobilias sosialnya.
c. Faktor Kemujuran
Usaha adalah sebagai proses untuk meraih kesuksesan. Tetapi kemujuran
tetap berada pada posisi yang tidak bisa kita anggap sepele.
3. Faktor Status Sosial
Status sosial orang tua akan terwarisi kepada anak-anaknya.
4. Faktor Keadaan Ekonomi
Masyarakat desa yang melakukan urbanisasi karena akibat himpitan
ekonomi di desa. Masyarakat ini kemudian bisa dikatakan sebagai
masyarakat yang mengalami mobilitas.
5. Faktor Situasi Politik
Kondisi politik suatu negara dapat menjadi penyebab terjadinya mobilitas
sosial. Karena dengan kondisi politik yang tidak menentu akan sangat
9
berpengaruh terhadap struktur keamanan. Sehingga, memunculkan sebuah
keinginan masyarakat untuk pindah ke daerah yang lebih aman.
6. Faktor Kependudukan (demografi)
Dengan pertambahan jumlah penduduk yang pesat dapat mengakibatkan
sempitnya lahan pemukiman dan mewabahnya kemiskinan, sehingga
menuntut masyarakat untuk melakukan transmigrasi.
7. Keinginan melihat daerah lain
Apabila keinginan melihat daerah lain itu dikuasai oleh jiwa (mentalitas)
mengembara, biasanya kuantitas mobilitas agak terbatas pada orang-orang
atau suku bangsa tertentu. Suku Minangkabau dan suku Batak misalnya,
sering dikatakan memiliki jiwa petualang. Ada semacam naluri yang hidup
di dalam jiwa pemuda Minang dan Batak untuk merantau ke daerah lain,
atau melihat kehidupan di kota lain, sebelum mereka menjalankan
pekerjaannya ditempat yang tetap.
8. Faktor Agama
Agama juga menurut penulis memegang peranan penting dalam mobilitas
sosial khususnya agama Islam. Dalam Surat Ar Ra’du:11 Allah SWT
berfirman: yang Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu
berusaha merubah nasib mereka”. QS. Ar Ra’du:11
Islam selalu mendorong ummatnya untuk melakukan gerakan perubahan
sosial ke arah mobilitas sosial vertikal ke atas (climmbing).
Dalam sebauah Hadits Rasulullah SAW memotivasi untuk terus bekerja
menjadi yang terbaik: yang Artinya:
“Barangsiapa yang harinya (hari ini) lebih baik dari sebelumnya, maka ia
telah beruntung, barangsiapa harinya seperti sebelumnya, maka ia telah
merugi, dan barangsiapa yang harinya lebih jelek dari sebelumnya, maka
ia tergolong orang-orang yang terlaknat” (HR. Al Baihaqi)
10
C. Pengertian Pluralitas
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius.
Beberapa agama dan kepercayaan dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia.
Indonesia juga memiliki banyak suku bangsa. Itulah sebabnya Indonesia kaya
dengan budaya atau adat isitiadat. Kondisi geografis dan sosial Indonesia juga
memengaruhi berbagai kegiatan ekonomi masyarakat. Karena itu dapat ditemukan
berbagai pekerjaan masyarakat Indonesia di berbagai tempat. Kekayaan dan
keanekaragaman masyarakat Indonesia baik suku, agama, ras, pekerjaan dan lain-
lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia itu bersifat plural.
Kata “plural” berasal dari Bahasa Inggris yang artinya “jamak”, sedangkan
“pluralitas” berarti “kemajemukan”.
Pluralitas masyarakat Indonesia memiliki arti yang sama dengan
kemajemukan masyarakat Indonesia. Selain istilah pluralitas, istilah lain yang
berhubungan dengan keragaman, yakni multikultural. multikultural berasal dari
kata multi yang berarti banyak (lebih dari dua) dan culture yang berarti
kebudayaan. Masyarakat multikultural adalalah masyarakat yang memiliki banyak
(lebih dari dua) kebudayaan. Masyarakat multikultural tersusun atas berbagai
budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya kestabilan kehidupan
masyarakat pendukungnya. Keragaman budaya tersebut berfungsi untuk
mempertahankan identitas dan integrasi sosial masyarakatnya.
11
3. Iklim yang Beragam
Selain banyak pulau, Indonesia juga mempunyai beragam iklim yang
menyebabkan pluralitas regional. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah
menciptakan dua lingkungan ekologis berbeda, yaitu daerah pertanian basah
(wet rice cultivation) dan daerah ladang (shifting cultivation).
12
1. Bapak Adi yang berkewarganegaraan Indonesia pindah ke Amerika dan
mengubah kewarganegaraannya sehingga menjadi warga negara Amerika.
2. Kepala sekolah SMP Swasta dipindahtugaskan menjadi kepala sekolah SMP
Negeri.
3. Seorang tukang tukang ojek konvensional beralih provesi menjadi tukang ojek
online karena lebih banyak pelanggan.
4. Seorang karyawan berhenti dari perusahaan tempat dia bekerja karena diterima
di perusahaan lain dengan posisi dan jabatan yang sama.
5. Siswa SMA tahun pertama tidak naik kelas dan memutuskan untuk mengulang
tahun pertamanya di SMA lain dengan cara pindah sekolah.
6. Satu keluarga yang tinggal di desa memutuskan untuk pindah ke desa lain
karena pengaruh letak geografis yang membuat desanya sering tertimpah
bencana alam.
7. Mahasiswa yang mengikuti program pertukaran pelajar dari Indonesia ke
Thailand.
8. Dalam satu keluarga yang orang tuanya bekerja sebagai guru matematika SMA,
si anak juga mengikuti jejak orang tua dengan masuk sekolah pendidikan
matematika dan menjadi guru matematika untuk SMA juga.
Dari contoh di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, bentuk perpindahan
apapun yang terjadi, selama orang atau kelompok yang mengalami perpindahan
masih dalam status sosial atau kedudukan yang sama, pergerakan sosial mereka
masuk dalam kategori mobilitas sosial horizontal.
Kita juga perlu menyadari, adanya gerak sosial horizontal dalam bentuk gerak
sosial geografis jika terus-terusa terjadi dapat menjadi penyebab terjadinya
kepadatan penduduk.
13
4. Pemberian warisan berupa materi dan non-materi dari seorang kakek pemegang
perusahaan kepada cucunya. Cucunya mengalami gerak sosial vertikal ke atas.
5. Seorang guru membentuk organisasi berisi seluruh guru di provinsinya dan
diangkat menjadi ketua organisasi tersebut.
6. Kenaikan gaji buruh sebagai bentuk apresiasi pendapat mereka yang
disampaikan lewat demonstrasi.
7. Pernikahan seorang gadis desa dengan pengusaha kaya mengakibatkan kenaikan
status sosial untuk gadis tersebut.
8. Keluarga yang tadinya hanya memiliki sepeda motor untuk pergi kemana-mana
akhirnya membeli mobil agar lebih nyaman dalam berkendara.
9. Seorang masyarakat biasa diangkat menjadi pejabat penting karena
kemampuannya dalam bidang akademik tertentu.
14
2. Pemimpin daerah dipenjarakan karena terlibat kasus korupsi.
3. Seorang pengusaha kaya meninggal dunia dan kehilangan kuasa atas hartanya.
4. Prajurit TNI mengalami penurunan pangkat karena melanggar peraturan yang
telah ditetapkan.
5. Karena terjebak perjudian seorang pengusaha harus kehilangan harta dan
martabatnya sebagai orang terpandang.
6. Karena ada satu orang dari partai politik A yang terlibat korupsi, seluruh partai
tersebut dicap jelek oleh masyarakat.
7. Kepala RT yang terpandang sebagai pemuka agama dan pandai berorganisasi
kedapatan selingkuh sehingga kehilangan jabatan dan kepercayaan orang-orang
disekitarnya membuat status sosialnya turun.
8. Pegawai negeri dipecat dari pekerjaannya karena kedapatan memalsukan laporan
keuangan.
Social sinking atau mobilitas sosial vertikal ke bawah adalah yang paling
tidak diinginkan siapapun untuk terjadi dalam kehidupannya. Tapi apa boleh buat,
dalam masalah negara berkembang ini semuanya bergantung pada individu masing-
masing apakah dia sudah menjalankan tugasnya dalam lingkungan sosialnya
dengan baik atau tidak. Jika tidak, tentunya kemungkinan untuk mengalami
penurunan status sosial selalu ada.
Hal-hal yang dapat menghambat terjadinya social climbing dan justru dapat
mengakibatkan terjadinya contoh kasus mobilitas sosial vertikal ke bawah antara
lain, adanya perbedaan ras, diskriminasi kelas, adanya faktor ekonomi seperti
kemiskinan, faktor agama dan bahkan perbedaan jenis kelamin. Mungkin hal-hal
tersebut sudah sangat tabu untuk dibicarakan, apa lagi menjadi alasan bagi
seseorang untuk mengalami social sinking atau penurunan status sosial, namun
begitulah adanya. Faktanya, banyak yang terhambat pergerakan sosialnya ke arah
yang lebih baik karena bentuk-bentuk struktur sosial dan hal-hal diatas itu.
Beberapa contoh kasus yang bisa kita lihat sebagai bentuk dari penghambat
terjadinya pergerakan sosial dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Seorang siswa dibatalkan dari program beasiswa karena setelah beragam tes
akademik, ternyata penilaian juga berdasarkan latar belakang nenek
moyangnya / ras.
15
2. Kenaikan posisi atau jabatan seseorang tidak diikuti dengan kenaikan gaji hanya
karena orang tersebut adalah perempuan
3. Seorang anak kecil yang ingin sekolah tidak bisa mewujudkan keinginannya
karena terhambat masalah uang.
16
Konflik tidak bisa dihindari oleh masyarakat yang melakukan interaksi sosial.
Begitu juga jika terjadi mobilitas sosial. Misalnya, jika ada seseorang yang
berpindah ke lingkungan sosial baru, pasti akan ada orang lain yang
menentangnya.
2. Memengaruhi Kesehatan
Lingkungan sosial baru juga dapat memengaruhi kesehatan seseorang. Ini
terjadi pada seseorang yang mengalami mobilitas sosial vertikal ke bawah, atau
mengalami penurunan status sosial. Orang cenderung merasa tidak nyaman
karena masih baru di lingkungan sosial yang baru, sehingga dapat
menimbulkan penyakit, khususnya psikologis
3. Rasa solidaritas yang berkurang akibat ingin menjadi yang terbaik
17
3. Iklim yang Beragam
Selain banyak pulau, Indonesia juga mempunyai beragam iklim yang
menyebabkan pluralitas regional. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah
menciptakan dua lingkungan ekologis berbeda, yaitu daerah pertanian basah (wet
rice cultivation) dan daerah ladang (shifting cultivation).
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan
dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang
satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W.
Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil ada dua, yaitu:
1. Horizontal, yaitu apa bila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari satu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
2. Vertikal, yaitu apabila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.
Sesuai dengan arahnya maka terdapat dua jenis gerak vertikal, yaitu yang
naik (social climbing) dan yang turun (social sinking)
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki
tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup
adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Dari makalah ini dapat kami simpulkan bahwa pluralisme adalah suatu
penghormatan dan sikap toleransi terhadap kelompok-kelompok yang lain dan
multikulturalisme adalah keberagaman kebudayaan dan suku bangsa di
Indonesia.Pluralisme atau multikulturalisme keduanya mempunyai tujuan yang
tidak jauh berbeda yaitu menghormati orang lain dengan budaya, agama, ras,
dan adat istiadat mereka masing-masing.
.
B. SARAN
Bangsa Indonesia saat ini sedang membutuhkan eksestensi Pancasila. Hal
itu muncul Ketika disintegrasi bangsa begitu kuatnya menghantam Indonesia.
Dan hanya dengan mengembangkan ideologi Pancasila-lah persatuan dan
kesatuan bangsa ini kembali direkatkan. Untuk itulah perlunya dilakukan kembali
sosialisasi Pancasila. Pancasila harus kembali menjadi dasar kebijakan dari
19
pemimpin. Karena hanya Pancasila-lah satu-satunya konsep unggul pemersatu
bangsa.
Untuk itulah, dalam arus perubahan yang berjalan sangat cepat ini, nilai-
nilai luhur Pancasila harus terus menerus direvitalisasi, agar selalu sesuai dengan
tuntutan zaman, agar dapat menjadi pemandu perilaku dan aktivitas semua elemen
bangsa.
Sebagai manusia kita pasti akan menuntut untuk status dan peran
sosial, namun sebagai manusia sosial seharusnya kita dapat mengerti dan
menyadari mobilitas sosial atau gerakan sosial ini tidak terjadi begitu saja dengan
sendirinya. Karena mobilitas sosial terjadi tergantung bagaimana diri kita sendiri
menyingkapi status serta peran sosial diri dan menurut prestasi kita masing-
masing sebagai anggota masyarakat.
Oleh karena itu sebaiknya jika memang menginginkan mobilitas naik kita
juga tidak boleh duduk diam dalam struktur sosial tetapi kita harus terbuka dan
positif terhadap perubahan positif yang ada di masyarakat
Penulis sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Abdhul. [2021]. Dampak Mobilitas Sosial: Positif dan Negatif https://
deepublishstore.com/materi/dampak-mobilitas-sosial/, 20 Januari,
19.15 wib
Niken Bestari. [2022]. Perbedaan Mobilitas Vertikal dan Mobilitas Horizontal Serta
5 Contoh di Masyarakat https://bobo.grid.id/amp/083444712/
perbedaan -mobilitas-vertikal-dan-mobilitas-horizontal-serta-5-
contoh-di-masyarakat, 20 Januari 2023, 19.45 wib
Grace Eirin. [2021]. Dampak Positif dan Negatif Adanya Mobilitas Sosial di
Masyrakat https://bobo.grid.id/read/082905456/dampak-positif-dan-
negatif-adanya-mobilitas-sosial-di-masyarakat/, 22 Januari 2023,
19.25 wib
21
Dicky Pratama. [2020]. Pluralisme: Definisi dan Dampaknya https://www.kompas.
com/skola/read/2020/10/21/170016669/pluralisme-definisi-dan-
dampaknya/, 27 Januari 2023, 16.30 wib
22