Anda di halaman 1dari 16

MOBILITAS SOSIAL

A. Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Sikap
1. Menghargai dan menghayati manusia harus berusaha merubah nasib
Kompetensi sosial
1. Menunjukkan perilaku percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
Kompetensi Pengetahuan
1. Siswa dapat mengidentifikasi mobilitas sosial dalam lingkungan masyarakat
2. Siswa dapat mengilustrasikan contoh mobilitas sosial dalam lingkungan
masyarakat
3. Siswa dapat menganalisis saluran-saluran Mobilitas Sosial
Kompetensi Keterampilan
1. Membuat laporan hasil diskusi tentang saluran saluran mobilitas sosial
2. Siswa dapat mesketsakan saluran-saluran mobilitas sosial

B. Uraian Materi
1. Pengertian Mobilitas Sosial
a. Mobilitas sosial menurut pandangan islam
Agama memegang peranan penting dalam mobilitas sosial khususnya agama
Islam. Dalam Surat Ar Ra’du:11 Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu berusaha
merubah nasib mereka”. QS. Ar Ra’du:11
Islam selalu mendorong ummatnya untuk melakukan gerakan perubahan sosial ke arah
mobilitas sosial vertikal ke atas (climmbing).
Dalam sebauah Hadits Rasulullah SAW memotivasi untuk terus bekerja menjadi yang
terbaik:

Artinya:“Barangsiapa yang harinya (hari ini) lebih baik dari sebelumnya, maka
ia telah beruntung, barangsiapa harinya seperti sebelumnya, maka ia telah merugi, dan
barangsiapa yang harinya lebih jelek dari sebelumnya, maka ia tergolong orang-orang
yang terlaknat” (HR. Al Baihaqi)

Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau
banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah
tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga
dalam kelompok sosial. Mobilitas Sosial (Gerakan sosial) adalah perubahan, pergeseran,
peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian Mobilitas Sosial, di
antaranya:
1. Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah
suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur
organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan
antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan
kelompoknya.
2. William Kornblum (1918: 172), Mobilitas sosial adalah perpindahan
individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosialnya dari satu
lapisan ke lapisan sosial lainnya.
3. Michael S. Bassis (1988: 276), Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas
atau ke bawah lingkungan sosial ekonomi yang mengubah status sosial
seseorang dalam masyarakat.
4. H. Edward Ransfrod (Sunarto, 2001: 108), Mobilitas sosial adalah
perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hirarki.
5. Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu
kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke
strata yang lainnya.
Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang
dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang gur yang tidak puas
dengan pendapatannya beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha properti dan
berhasil dengan gemilang.

2.2 Sifat Dasar Mobilitas Sosial

Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki


tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah
masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Pada masyarakat berkasta yang sifatnya tertutup, hampir tak ada gerak sosial
karena kedudukan seseorang telah ditentukan sejak dilahirkan. Pekerjaan, pendidikan
dan seluruh pola hidupnya. Karena struktur sosial masyarakatnya tidak memberikan
peluang untuk mengadakan perubahan.
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak dicapai tergantung pada
usaha dan kemampuan individu. Memang benar bahwa anak seorang camat mempunyai
peluang yang lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang penjual tomat. Akan
tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak penjual
tomat untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula
dipunyainya. Seperti Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, dll. Namun kenyataan tidaklah
seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya
birokrasi (dalam arti yang kurang baik), biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam
dengan kuat, dan lain sebagainya
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial para individu
berbeda, maka mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, maka tentu saja
kebanyakan orang akan terkungkung dalam status para nenek moyang mereka.
2.3 Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial

Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu
mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas sosial vertikal dapat dibedakan lagi menjadi social sinking dan social
climbing. Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas sosial antar
wilayah (geografis) dan mobilitas antar generasi.

1. Mobilitas vertikal

Mobilitas Vertikal : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang


atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang tidak sederajat (berbeda). Mobilitas
vertikal mempunyai dua bentuk yang utama
a. Mobilitas vertikal keatas (Social Climbing)

Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau
kedudukan seseorang Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
- Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih
tinggi, dimana status itu telah tersedia. Contoh: A adalah dosen biasa di
salah satu Perguruan Tinggi, karena memenuhi persyaratan, ia diangkat
menjadi dekan fakultas
- Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial
yang sudah ada. Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan
seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status
sosialnya naik. Seperti seorang anggota partai yang mendirikan partai baru
dan dia menjadi ketua.
Adapun penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :

- Melakukan peningkatan prestasi kerja

- Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses


peralihan generasi
b. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)

Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan


seseorang. Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis
bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.
Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :

- Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah. Contoh:


seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat
ketika melaksanakan tugasnya.
- Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial.
Contoh Kepala daerah yang disenangi masyarakat karena
kedermawanannya akhirnya dipecat karena terbukti melakukan
korupsi.
Penyebab sosial sinking adalah sebagai berikut.:

- Berhalangan tetap atau sementara.

- Memasuki masa pensiun.

- Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di


pecat dari jabatannya.
2. Mobilitas horizontal

Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau


sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas
horisontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh: Seorang warga negara
Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia,
dalam hal ini mobilitas sosialnya disebut dengan mobilitas sosial horizontal karena
gerak sosial yang dilakukannya tidak merubah status sosialnya.
Mobilitas sosial horizontal dibedakan dua bentuk :

a. Mobilitas sosial antar wilayah/ geografis. Gerak sosial ini adalah perpindahan
individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi,
urbanisasi, dan migrasi.
b. Mobilitas antargenerasi. Mobilitas antargenerasi secara umum berarti
mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak,
generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan
taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan
pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status
sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Seorang petani yang hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil
mendidik anaknya menjadi seorang direktur. Contoh ini menunjukkan telah
terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.
Mobilitas antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas intragenerasi
dan mobilitas intergenerasi.
a. Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Contoh:
Seseorang yang awalnya hanya sebagai tukang ojek dengan motor
sewaan, namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin
juga keberuntungan, ia kemudian memiliki motor sendiri bahkan
sampai beberapa motor yang bisa disewakan kepada orang lain
akhirnya menjadi tukang ojek yang sukses. Contoh lain, Seorang
bapak yang memiliki dua orang anak, yang pertama bekerja sebagai
nelayan dan anak kedua awalnya juga sebagai nelayan. Namun anak
kedua lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah
statusnya dari nelayan menjadi seorang pengusaha pengekspor ikan.
Sementara sang kakak tetap menjadi nelayan. Perbedaan status sosial
juga dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi.
b. Mobilitas Intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan
yang terjadi diantara beberapa generasi.
Mobilitas intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Mobilitas intergenerasi naik. Contoh: Bapaknya seorang kepala


sekolah, anaknya seorang direktur
b. Mobilitas intergenerasi turun. Contoh : Kakeknya seorang bupati,
bapaknya seorang camat dan anaknya sebagai kepala desa.
2.4 Konsekuensi Mobilitas Sosial

Terjadinya mobilitas sosial di dalam masyarakat menimbulkan berbagai


konsekuensi, baik positif maupun negatif. Beberapa studi mengemukakan bahwa
mobilitas-menurun berkaitan dengan banyak hal yang mencemaskan, seperti misalnya
gangguan kesehatan, keretakan keluarga, perasaan terasing (alienasi) dan keterpencilan
sosial (social distance). Namun demikian, penyebab dan akibatnya tidak dapat
diidentifikasi. Hal-hal yang mencemaskan seperti itu dapat saja merupakan
penyebab ataupun akibat dari mobilitas menurun. Baik bagi individu maupun
masyarakat, manfaat dan kerugian mobilitas sosial, serta masyarakat bersistem terbuka,
masih dapat diperdebatkan
Apabila individu atau kelompok individu yang mengalami mobilitas sosial
mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru maka akan
memperoleh hal-hal posiitif sebagai konsekuensi mobilitas sosial, antara lain:
a. mengalami kepuasan, kebahagiaan dan kebanggaan.

b. Peluang mobilitas sosial juga berarti kesempatan bagi individu atau


kelompok individu untuk lebih maju.
c. Kesempatan mobilitas sosial yang luas akan mendorong orang-orang
untuk mau bekerja keras, mengejar prestasi dan kemajuan sehingga dapat
meraih kedudukan yang dicita-citakan.
Apabila individu atau kelompok individu tidak mampu menyesuaikan dirinya
dengan situasi baru, maka akan terjadi konsekuensi-konsekuensi sebagai berikut:
1. Konflik antar-kelas

Konflik ini terjadi karena benturan kepentingan antar-kelas sosial.


Misalnya konflik antara majikan dengan buruh yang menghendaki
kenaikan upah.
2. Konflik antar-kelompok

Konflik antar-kelompok (konflik horizontal) bisa melibatkan ras, etnisitas,


agama atau aliran/golongan. Konflik jenis ini dapat terjadi karena
perebutan peluang mobilitas sosial, misalnya kesempatan memperoleh
sumber-sumber ekonomi, rekrutmen anggota, peluang memperoleh
kekuasasan politik atau pengakuan masyarakat.
3. Konflik antar-individu

Konflik antar-individu dapat terjadi misalnya karena masuknya individu


ke dalam kelompok tidak diterima oleh anggota kelompok yang lain.
Misalnya lingkungan organisasi atau seseorang tidak dapat menerima
kehadiran seseorang yang dipromosikan menduduki suatu jabatan tertentu.
4. Konflik antar-generasi

Konflik ini terjadi dalam hubungannya mobilitas antar-generasi.


Fenomena yang sering terjadi adalah ketika anak-anak berhasil meraih
posisi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari posisi sosial orang tuanya, timbul
ethnosentrisme generasi. Masing-masing generasi –orang tua maupun anak
— saling menilai berdasarkan ukuran-ukuran yang berkembang dalam
generasinya sendiri. Generasi anak memandang orang tuanya sebagai
generasi yang tertinggal, kolot, kuno, lambat mengikuti perubahan, dan
sebagainya. Sementara itu generasi tua mengganggap bahwa cara berfikir,
berperasaan dan bertindak generasinya lebih baik dan lebih mulia dari
pada yang tumbuh dan berkembang pada generasi anak- anaknya.
5. Konflik status dan konflik peran

Seseorang yang mengalami mobilitas sosial, naik ke kedudukan yang lebih


tinggi, atau turun ke kedudukan yang lebih rendah, dituntut untuk mampu
menyesuaikan dirinya dengan kedudukannya yang baru.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru akan
menimbulkan konflik status dan konflik peran.
Konflik status adalah pertentangan antar-status yang disandang oleh
seseorang karena kepentingan-kepentingan yang berbeda. Hal ini berkaitan
dengan banyaknya status yang disandang oleh seseorang.
Konflik peran merupakan keadaan ketika seseorang tidak dapat
melaksanakan peran sesuai dengan tuntutan status yang disandangnya. Hal
ini dapat terjadi karena statusnya yang baru tidak disukai atau tidak sesuai
dengan kehendak hatinya. Post Power Syndrome merupakan bentuk
konflik peran yang dialami oleh orang-orang yang harus turun dari
kedudukannya yang tinggi.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial

1. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan
harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Contohnya
ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan
dengan jumlah pelamar kerja.

Faktor struktural meliputi:

a. Struktur Pekerjaan

Sebuah masyarakat yang kegiatan ekonominya berbasis industri


dengan teknologi canggih, tentunya yang berstatus tinggi akan lebih
banyak dibandingkan dengan yang berkedudukan rendah. Sehingga
untuk itu yang berkedudukan rendah akan terpacu untuk menaikkan
kedudukan sosial ekonominya.
b. Perbedaan Fertilitas

Setiap masyarakat memiliki tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda-


beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis
pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah. Hal ini
tentu akan berpengaruh terhadap proses mobilitas sosial yang akan
berlangsung.
c. Ekonomi Ganda

Setiap negara yang menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan


modern) sebagaimana terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika,
tentunya akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang berstatus
tinggi maupun yang rendah. Bagi masyarakat yang berada dalam
tekanan sistem ekonomi ganda seperti ini, mobilitasnya terrgantung
pada keberhasilan dalam melakukan pekerjaan di bidang yang
diminatinya karena dalam masyarakat seperti ini (modern) kenaikan
status sosial sangat dipengaruhi oleh faktor prestasi.
2. Faktor Individu

Faktor individu ini lebih menekankan pada kualitas dari orang perorang,
baik dilihat dari tingkat pendidikan, penampilan maupun keterampilan
pribadinya.
a. Perbedaan Kemampuan

Setiap inidvidu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

b. Orientasi Sikap Terhadap Mobilitas

Setiap individu memiliki cara yang beragam dalam


mengupayakan meningkatkan prospek mobilias sosialnya.
c. Faktor Kemujuran

Usaha adalah sebagai proses untuk meraih kesuksesan. Tetapi


kemujuran tetap berada pada posisi yang tidak bisa kita anggap sepele.
3. Faktor Status Sosial

Status sosial orang tua akan terwarisi kepada anak-anaknya.

4. Faktor Keadaan Ekonomi

Masyarakat desa yang melakukan urbanisasi karena akibat himpitan


ekonomi di desa. Masyarakat ini kemudian bisa dikatakan sebagai
masyarakat yang mengalami mobilitas.
5. Faktor Situasi Politik

Kondisi politik suatu negara dapat menjadi penyebab terjadinya mobilitas


sosial. Karena dengan kondisi politik yang tidak menentu akan sangat
berpengaruh terhadap struktur keamanan. Sehingga, memunculkan sebuah
keinginan masyarakat untuk pindah ke daerah yang lebih ama.
6. Faktor Kependudukan (demografi)

Dengan pertambahan jumlah penduduk yang pesat dapat mengakibatkan


sempitnya lahan pemukiman dan mewabahnya kemiskinan, sehingga
menuntut masyarakat untuk melakukan transmigrasi.
7. Keinginan melihat daerah lain
Apabila keinginan melihat daerah lain itu dikuasai oleh jiwa (mentalitas)
mengembara, biasanya kuantitas mobilitas agak terbatas pada orang-orang
atau suku bangsa tertentu. Suku Minangkabau dan suku Batak misalnya,
sering dikatakan memiliki jiwa petualang. Ada semacam naluri yang hidup
di dalam jiwa pemuda Minang dan Batak untuk merantau ke daerah lain,
atau melihat kehidupan di kota lain, sebelum mereka menjalankan
pekerjaannya ditempat yang tetap
8. Faktor Agama

Agama juga menurut penulis memegang peranan penting dalam mobilitas


sosial khususnya agama Islam. Dalam Surat Ar Ra’du:11 Allah SWT
berfirman:
Artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu
berusaha merubah nasib mereka”. QS. Ar Ra’du:11
Islam selalu mendorong ummatnya untuk melakukan gerakan perubahan sosial
ke arah mobilitas sosial vertikal ke atas (climmbing).
Dalam sebauah Hadits Rasulullah SAW memotivasi untuk terus bekerja
menjadi yang terbaik:
Artinya:“Barangsiapa yang harinya (hari ini) lebih baik dari sebelumnya,
maka ia telah beruntung, barangsiapa harinya seperti sebelumnya, maka ia
telah merugi, dan barangsiapa yang harinya lebih jelek dari sebelumnya,
maka ia tergolong orang-orang yang terlaknat” (HR. Al Baihaqi)

2.6 Saluran Mobilitas Sosial

Saluran mobilitas sosial adalah tempat atau lembaga yang bisa dijadikan seseorang
atau kelompok orang untuk melakukan perubahan status sosial. Pitirim A. Sorokin
menyatakan bahwa mobilitas sosial mempunyai saluran- saluran yang disebut
social circulation sebagai berikut:
1. Angkatan bersenjata (tentara); terutama dalam masyarakat yang dikuasai oleh
sebuah rezim militer atau dalam keadaan perang. Seseorang yang tergabung
dalam angkatan bersenjata biasanya ikut berjasa dalam membela nusa dan
bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan
naik pangkat.
2. Lembaga keagamaan. Contohnya tokoh organisasi massa keagamaan yang
karena reputasinya kemudian menjadi tokoh atau pemimpin di tingkat
nasional. Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal,
meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai
kedudukan yang sederajat.
3. Lembaga pendidikan. Pendidikan baik formal maupun nonformal merupakan
saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui
pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan
pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke
atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari
kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan
memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan
yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam
sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan
dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia
berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah
meningkatkan status sosialnya

4. Organisasi Politik. Seorang anggota parpol yang profesional dan punya


dedikasi yang tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam
partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif
5. Perkawinan; melalui perkawinan seorang rakyat jelata dapat masuk menjadi
anggota kelas bangsawan. Status sosial seseorang yang bersuami/beristerikan
orang ternama atau menempati posisi tinggi dalam struktur sosial ikut pula
memperoleh penghargaan-penghargaan yang tinggi dari masyarakat.
6. Organisasi Profesi
Jenis organisasi keahlian/keahlian yang berada di tengah-tengah masyarakat
seperti Persatuan Artis, Ikatan Dokter Indonesia. Persatuan Guru Republik
Indonesia, Persatuan Wartawan Indonesia, Persatuan Advokasi Indonesia dan
organisasi keahlian lainnya termasuk dalam saluran terjadinya mobilitas sosial.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di dalam organisasi tersebut yang
menghasilkan adanya kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu mobilitas
sosial ke tingkatan yang lebih tinggi.
7. Organisasi Ekonomi. Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang
perusahan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya
bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal.
8. Organisasi keolahragaan. Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat
meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi, Selain saluran mobilitas
sosial di atas, organisasi keolahragaan juga termasuk di dalamnya. Dengan
organisasi keolahragaan, seseroang akan dapat meningkatkan nilai status
sosialnya ke jenjang yang lebih tinggi melalui bidang olahraga. Seperti
misalnya, seseorang yang ahli dalam bidang sepak bola, ketika ia bermain
bagus dengan timnya dan mencetak banyak gol di pertandingan secara
otomatis juga akan meningkatkan status sosialnya di masyarakat.
2.7 Dampak Mobilitas Sosial

1. Dampak Positif

Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi


agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi.
2. Dampak Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu
bisa berupa konflik. Dalam masyarakat banyak ragam konflik yang mungkin
terjadi akibat dari terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya konflik antar
kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain sebagainya. Sehingga akan
berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar kelompok
C. Soal Latihan, kunci jawaban dan rubrik
Soal Pilihan ganda
1. Perpindahan posisi seseorang atau kelompok dari strata yang satu kestrata lainnya
dalam pelapisan sosial masyarakat, disebut...
a. Mobilitas Sosial
b. Status
c. Peranan
d. Identitas sosial
2. Sejak SMA hingga perguruan tinggi, Adi aktif mengikuti berbagai kegiatan pencinta
alam. Adi pernah menjabat sebagai ketua organisasi Mahasiswa Pencinta Alam
(Mapala) di kampusnya. Adi akhirnya dipilih menjadi duta lingkungan hidup oleh
kementrian Lingkungan Hidup. Saluran mobilitas sosial yang digunakan Adi pada
contoh tersebut adalah …
a. organisasi ekonomi c. lembaga pendidikan
b. organisasi lingkungan d. lembaga pemerintahan
3. Pak Jokowi mengawali karier sebagai wali kota Surakarta pada tahun 2005. Beliau
kemudian menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 2012. Belum genap lima tahun
menjalankan tugas, beliau terpilih menjadi Presiden ketujuh Republik Indonesia.
Saluran mobilitas sosial yang digunakan pada contoh di atas adalah …
a. lembaga politik c. lembaga pendidikan
b. organisasi ekonomi d. lembaga pemerintahan
4. Untuk melakukan mobilitas sosial secara vertikal bagi warga kota maka saluran yang
paling tepat dilalui adalah ....

a. Jalur politik dan sosial


b. Organisasi politik dan ekonomi
c. Lembaga pendidikan dan bisnis
d. Lembaga keagamaan dan politik 
5. Perhatikan beberapa saluran mobilitas sosial berikut ini!
1) Seseorang pegawai negeri naik pangkat dari golongan IIIA menjadi IIIB.
2) Seseorang pedangang kelas menengah beralih profesi menjadi karyawan perusahaan.
3) Anak petani kecil berhasil lulus menjadi seorang sarjana.
4) Gaya hidup seseorang direktur perusahaan berbeda dengan gaya hidup karyawan
perusahaan.
Di antara hal-hal tersebut yang merupakan saluran mobilitas sosial vertikal adalah nomor ....
a. 1 dan 2 c. 2 dan 3
b. 1 dan 3 d. 2 dan 4
6. Pendidikan formal yang berkualitas dapat mempercepat mobilitas sosial, baik vertikal
maupun horizontal, sebab ....

a. Pendidikan dapat melestarikan nilai-nilai budaya


b. Pendidikan memberantas buta huruf
c. Pendidikan adalah proses sosialisasi yang efektif
d. Pendidikan dapat meningkatkan status individu
7. Perhatikan pernyataan berikut ini!
1) Agama akan menjamin seseorang masuk surga.
2) Agama mendorong umatnya untuk menjadi yang terbaik.

3) Agama melarang umatnya berbuat dosa.

4) Agama dapat dijadikan kekuatan batin yang hebat.

5) Dengan mengandalkan agamanya maka status sosialnya akan terus naik.


Lembaga keagamaan yang berkualitas dapat memepercepat mobilitas sosial yang menjadi
alasan adalah nomor ....
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 3, dan 4
c. 1, 4, dan 5
d. 1, 3, dan 5
8. Berikut saluran untuk terjadinya mobilitas vertikal, kecuali ....
a. organisasi politik
b. angkatan bersenjata
c. lembaga pendidikan
d. lembaga keuangan
9. Seorang gadis melangsungkan pernikahan dengan pria dari keluarga yang punya
kedudukan lebih tinggi sehingga menyebabkan status sosialnya naik. Dalam kasus
tersebut lembaga perkawinan berfungsi sebagai ….
a. Saluran mobilitas sosial
b. Sebab perubahan sosial
c. Faktor pendorong interaksi sosial
d. Faktor penentu pelapisan sosial
10. Perhatikan beberapa contoh saluran mobilitas sosial di bawah ini:
1. PGRI
2. APKOM DIY
3. IDI
4. PBB
5. IMI
Yang termasuk contoh saluran mobilitas sosial pada bidang organisasi profesi adalah . . . .
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 2 dan 5
Kisi-kisi soal
Level Jml
KD Materi Indikator Kognitif Soal
3.2 Menganalis Saluran-  Mengidentifikasi mobilitas 1 1
is pengaruh saluran sosial dan contohnya dalam
interaksi mobilitas kehidupan masyarakat sehari –
sosial sosial hari
dalam  Menganalisis saluran – saluran
ruang yang C4 9
mobilitas sosial
berbeda
terhadap
kehidupan
sosial dan
budaya
serta
pengemban
gan
kehidupan
kebangsaan
.

Kunci jawaban:
1. A 6. D
2. C 7. D
3. A 8. D
4. B 9.A
5. B 10. B
Petunjuk Penilaian Soal Pilihan Ganda
Nomor Soal Bobot Soal
1-10 10
Jumlah skor
100
Maksimal

Jika benar mendapatkan skor 100 Jika


salah mendapatkan skor 0
Penentuan Nilai=N= Skor Perolehan x 100
Skor Maksimal
D. Daftar Pustaka

Achmad, Noviani. 2019. Modul IPS Pola Perilaku Kehidupan Manusia dalam Pembangunan dan
Aplikasinya dalam Pembelajaran IPS. Jakarta: Kemendikbud
Kamanto, Soekarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Fakultas Ekonomi UI
Mukminan, dkk. 2017. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mukminan, dkk. 2017. Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai