Anda di halaman 1dari 8

.

Pengertian Umum :

Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun


penurunan status dan peran anggotanya. Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang
berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan
seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial adalah
perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan
yang lain. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih
pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang.

Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan
investasi di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh
miskin. Proses perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam struktur sosial masyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau
mobilitas sosial (social mobility) Pengertian menurut Ahli :

Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas
sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur
sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan
kelompoknya.

Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa
hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan
jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi,
meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama
dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu
saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam
kelas sosial tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih
memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup
kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada
masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila
seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang
rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki
kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan
demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
B. Bentuk-bentuk mobilitas sosial

Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu mobilitas sosial
vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas social vertical dapat dibedakan lagi menjadi
social sinking dan social climbing. Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas
social antarwilayah (geografis) dan mobilitas antargenerasi.

1. Mobilitas vertikal
Mobilitas Vertika : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok
orang pada lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :

Mobilitas vertikal keatas


Mobilitas vertikal ke bawah

A. Mobilitas vertical ke atas (Sosial Climbing) Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi
karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang
Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :

Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana
status itu telah tersedia. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA.
Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah
ada. Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi
ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.

Adapun penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :

Melakukan peningkatan prestasi kerja


Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan generasi

B. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking) Sosial sinking merupakan proses penurunan
status atau kedudukan seseorang. Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis
bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.

Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :

Turun nya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah. Contoh: seorang prajurit
dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial. Contoh Tim Juventus
terdegradasi ke seri B.

Penyebab sosial sinking adalah sebagai berikut.:

Berhalangan tetap atau sementara.


Memasuki masa pensiun.
Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di pecat dari jabatannya.

2. Mobilitas horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam
lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan peralihan individu
atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat.

Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang dalam mobilitas sosialnya.

Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti


kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial
Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan
Pak Amir tidak merubah status sosialnya.

Mobilitas social horizontal dibedakan dua bentuk :

Mobilitas social antar wilayah/ geografis Gerak sosial ini adalah perpindahan individu
atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan
migrasi.Cara untuk melakukan mobilitas sosial
Mobilitas antargenerasi Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua
generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan
seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun
dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri,
melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Pak
Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah
dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini
menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.

Mobilitas antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas intragenerasi dan mobilitas
intergenerasi.

Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam satu generasi yang sama. Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh.
Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia
kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak
Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang
becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak.
Namun, Ricky lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya
dari tukang becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang
becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut
sebagai mobilitas intragenerasi.
Mobilitas Intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang terjadi diantara
beberapa generasi.

Mobilitas intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:

Mobilitas intergenerasi naik


Mobilitas intergenerasi turun Contoh : Kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang
camat dan anaknya sebagai kepala desa.(intergenerasi turun)

C. Hubungan Struktur Sosial dan Mobilitas Sosial

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa mobilitas sosial merupakan perpindahan status
ataukedudukan dari satu lapisan ke lapisan yanhg lain. Perpindahan tersebut terjadi dalam suatu
struktur sosialyang berdimensi vertikal, artinya mudah-tidak nya seseorang melakukan mobilitas
sosial tergantung dari struktur sosial masyarakatnya.

1. Mobilitas sosial dalam sistem stratifikasi sosial terbuka

Masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan pada para
anggotanya untuk melakukan mobilitas sosial vertikal yang terjadi dapat berupa sosial climbing
ataupun sinking. Dalam sistem stratifikasi soaial yang terbuka memungkinkan setiap anggota
masyarakat bersikap aktif dan kreatif dalam melakukan perubahan-perubahab untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya
Prinsip umum mobilitas sosial dalam masyarakat yang menganut stratifikasi terbuka adalah
sebagai berikut:

Tidak ada satu pun masyarakat yang mutlak tertutup terhadap mobilitas sosial vertikal
Seterbuka apapun suatu masyarakat terhadap mobilitas sosial, terkadang tetap ada
hambatan-hambatan.
Setiap masayarakat pasti memiliki tipe mobilitas sosial vertikal sendiri, tidak ada tipe
yang berlaku umum bagi setiap masyarakat.
Laju mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan yang
berbeda-beda.
Mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan, tidak
menunjukkan adanya kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurang laju
mobilitas sosial.

2. Mobilitas Sosial dalam Sistem Stratifikasi Sosial yang Tertutup

Pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial tertutup kemungkinan terjadinya
mobilitas sosial vertikal sangat kecil. Hal ini terjadi karena masyarakatnya lebih mengutamakan
nilai-nilai tradisional. Contohnya, masyarakat suku Badui Dalam. Mereka lebih memilih
menjaga nilai-nilai tradisional dan menolak adanya perubahan. Dari uraian diatas, jelas terdapat
hubungan antara mobilitas sosial yang terjadi pada seseorang atau sekelompok orang dengan
struktur sosial masyarakat tempat seseorang atau sekelompok orang tersebut berada.
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :

Perubahan standar hidup Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis,
melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan
mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena
keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga
tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik
apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap
hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
Perkawinan Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui
perkawinan. Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana
menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya.
Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
Perubahan tempat tinggal Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah
tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan
cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan
mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut
sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.

D. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :


A. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta
kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural
adalah sebagai berikut :

Struktur Pekerjaan Disetiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah
yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan
Perbedaan Fertilitas Setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang
berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan
yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah
Ekonomi Ganda Suatu negara mungkin saja menerapka sistem ekonomi ganda
(tradisional dan modern), contoh nya di negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu
tentu akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun
rendah.

B. Faktor Individu Faktor individu


adalah kualitas seseorang , baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun
keterampilan pribadi. Faktor Individu meliputi :

Perbedaan Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.


Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
Orientasi Sikap terhadap mobilitas Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam
meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja,
penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
Faktor kemujuran Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya,
tetapi kadang kala mengalami kegagalan.

1. Angkatan Bersenjata
Dalam sistem militerisme angkatan bersenjata memiliki peranan penting atau pada
suatu Negara yang berada dalam keadaan perang. Suatu negara akan mengharap
kemenangan dari suatu peperangan. Jasa seorang prajurit akan dihargai tinggi oleh
masyarakat. Karena jasanya pula ia akan meningkat ke kedudukan yang lebih tinggi.

2. Lembaga Keagamaan
Di negara-negara berkembang adakalanya saluran keagamaan digunakan sebagai
saluran mobilitas sosial dengan menggunakan kedok agama sebagai kegiatan politik.
Kondisi ini sangat efektif berlangsung di negara berkembang tetapi kurang efektif di
negara-negara maju. Pada umumnya di negara-negara maju orang memilih pejabat baru
untuk menduduki suatu status dalam masyarakat sama sekali tidak melihat latar
belakang keagamaannya, melainkan lebih menekankan profesionalisme dari
kemampuan bekerjanya. Sebagai akibat adanya lembaga keagamaan yang digunakan
untuk saluran mobilitas sosial, muncullah tokoh-tokoh agama yang hanya menampilkan
visualistik keagamaannya bukan menampilkan ketokohan dalam perilaku agamanya.

3. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan saluran nyata dalam mobilitas sosial vertikal. Sekolah
juga dapat dikatakan sebagai sosial elevator bergerak dari yang paling rendah ke paling
tinggL Karena melalui lembaga pendidikan seseorang dapat meningkatkan wawasan
maupun kemampuan intelektualnya sehingga sangat logis untuk mengemban status
yang lebih tinggi. Masyarakat sangat menghargai seseorang yang memiliki pendidikan
tinggi karena dianggap memiliki kemampuan bekerja contohnya pegawai negeri dan
dokter.

4. Organisasi Politik
Salah satu bentuk dari organisasi politik adalah partai politik. Seseorang yang menjadi
anggota dalam partai tersebut akan berusaha memangkan partainya. Mereka yang
menang mengalami mobilitas vertikal naik karena dapat menduduki kursi dl lembaga
legislatif maupun eksekutif. Bahkan tak jarang kita temui para anggota partai yang gagal
dan mengalami mobilitas vertikal turun sehingga mengalami kegoncangan jiwa.

5. Organisasi Ekonomi
Ekonomi yang terwujud dalam bentuk kekayaan menjadi sarana yang paling penting
bagi seseorang untuk mencapai mobilitas sosial vertikal naik. Di negara-negara
kapitalistik atau di negara-negara berkembang yang masyarakatnya materialistic,
ekonomi, dan kekayaan merupakan salah satu faktor penentu pelapisan sosial. Pada
umumnya mereka berpikiran bahwa kedudukan dalam masyarakat dapat dipilih dengan
sejumlah uang atau materi sehingga melalui saluran-saluran ekonomi dan lembaga-
lembaga ekonomi mereka mengejar status yang lebih tinggi.

6. Organisasi-Organisasi Keahlian
Organisasi-organisasi keahlian merupakan suatu wadah yang dapat menampung
individu-individu dengan masing-masing keahliannya untuk diperkenalkan dalam
masyarakat. Contohnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentu memiliki
prestise yang berbeda bila dibandingkan seorang Dokter biasa.

7. Saluran-Saluran Lain
Kecuali saluran-saluran tersebut di atas upaya peningkatan status juga dapat dilakukan
dengan melalui saluran-saluran lain. Misalnya, melalui saluran perkawinan. Dengan
perkawinan mobilitas sosial vertikal naik atau turun dapat terjadi. Seseorang yang
menikah dengan orang yang berasal dari lapisan sosial dibawahnya akan mengalami
mobilitas sosial turun. Sebagai contoh jika ada gadis Bali yang menikah dengan pemuda
yang berkasta lebih rendah darinya maka pernikahan tersebut dianggap sebagai
pelanggaran norma kasta.

eran petani dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Penyediaan Pangan Masyarakat


Peranan petani tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan masyarakat. Mengapa demikian
karena petani menjadi pemasok setiap kebutuhan pangan dari setiap anggota keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya sehari-hari. Tanpa adanya petani manusia tentu
tidak dapat memenuhi kebutuhannya bahkan harus mngimpor barang-barang pangan
dari luar. Namun dibeberapa negara besar seperti arab yang sering mengimpor hasil tani
kedalam negaranya, kurang memanfaatkan peranan dari petaninya bukan dikarenakan
faktor ketidaksediaan modal melainkan faktor ketidakmampuann dari segi tanah dan
iklim mereka untuk bercocoktanam, sehingga sektor pertanian kurang berkembang
dinegara timur tersebut.

b. Kontribusi Terhadap Kesempatan Kerja


Untuk wilayah Indonesia profesi sebagai petani mampu mengurangi angka pengangguran
yang cukup besar dimana sektor pertanian terbuka secara luas asalkan memiliki modal
dan pengetahuan yang cukup dalam pengelolaaan usaha tani tersebut. Struktur tenaga
kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS
2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan
industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk
sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan
industri pengolahan 1,6 persen.

Keterkaitan peran para petani dengan masyarakat bisa disamakan sebagai keterkaitan
antara produsen dengan konsumen. Dimana produsen harus selalu menyediakan setiap
saat barang-barang kebutuhan dari konsumennya. Oleh karena itu terdapat saling
ketergantungan antara peran petani dengan masyarakat dalam pemenuhan setiap
kebutuhan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai