Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari
proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan, aktivitas lain yang berkaitan
dengan kegiatan pertanian. Menurut Arsyad et al. (Soekartawi, 1997)
agribisnis adalah keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan
pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas, yang
artinya adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan
usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Anonimus (1995) menyatakan bahwa agribisnis merupakan serangkaian


kegiatan usaha komoditi pertanian mulai dari penyiapan lahan, benih, dan
sarana produksi lainnya, penanaman, pemeliharaan, panen serta pengolahan
dan pemasaran produk pertanian yang dihasilkan. Dengan kata lain agribisnis
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yakni, (1)
subsistem faktor produksi, (2) subsistem produksi, (3) Subsistem pengolahan,
(4) subsistem pemasaran, dan (5) Subsistem penunjang. Sistem ini merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir.

Salah satu jenis tanaman hortikultura yang sudah lama dikenal dan
dibudidayakan oleh petani adalah kentang. Kentang merupakan salah satu
tanaman pangan karena banyak mengandung karbohidrat sehingga kentang
juga dapat dijadikan sebagai salah satu makanan pokok. Meskipun kentang
bukan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia, tetapi konsumennya
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data FAO (2008), pada
tahun 2006-2007 konsumsi kentang di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.
Sedangkan berdasarkan Statistika Indonesia, penyediaan kentang di Indonesia
adalah sebanyak 2,98 kg/kapita/tahun. Jadi, kebutuhan konsumsi yang kurang
lebih hanya 2kg/kapita/tahun masih bisa dipenuhi. Namun masalah terdapat
pada pola produksi kentang Indonesia. Pada saat tertentu produksi dapat
menjadi sangat tinggi, namun pada saat yang lain dapat menjadi sangat rendah.
(Setia di, 2009)Agar produktivitas pertanian di Indonesia meningkat , maka
sangat penting adanya Pengembangan konsep agribisnis. Peranan agribisnis
sangat besar bagi negara agraris seperti Indonesia. Hal ini disebabkan karena
cakupan aspek agribisnis adalah meliputi kaitan mulai dari proses produksi,
pengolahan sampai pemasaran termasuk di dalamnya kegiatan lain yang
menunjang proses produksi pertanian serta kegiatan lain yang ditunjang oleh
kegiatan pertanian.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Mengetahui dan menganalisis kinerja subsistem sarana produksi
komoditas kentang.
1.2.2 Mengetahui dan menganalisis kinerja subsistem usahatani komoditas
kentang.
1.2.3 Mengetahui dan menganalisis kinerja subsistem pengolahan komoditas
kentang.
1.2.4 Mengetahui dan menganalisis kinerja subsistem pemasaran komoditas
kentang.
1.2.5 Mengetahui dan menganalisis kinerja subsistem lenbaga penunjang
komoditas kentang.
II. ISI

2.1. Tanaman Kentang


2.1.1 Jenis Tanaman
Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran
semusim, berumur pendek dan berbentuk semak/herba (tanaman
pendek tidak berkayu).. Kentang termasuk tanaman semusim karena
hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang
antara 90-180 hari. Memiliki umbi batang yang dapat dimakan. Umbi
kentang berbentuk bulat sampai lonjong dengan ukuran yang
beragam. Menurut Gembong (1994), kentang (Solanum tuberosum L)
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanun tuberosum L.
Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan
spesies liar, di antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum
L, Solanum demissum L. dan lain-lain.
2.1.2 Morfologi Tanaman
a. Daun
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak daun
berselang-seling mengelilingi tanaman. Daun berbentuk oval
sampai oval agak bulat dengan ujung meruncing dan tulang-
tulang daun menyirip seperti duri ikan. Warna daun hijau muda
sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran daun sedang dengan
tangkai tidak panjang.

b. Batang
Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima,
tergantung pada varietasnya. Batang tanaman tidak berkayu,
namun agak keras apabila dipijat. Warna batang umumnya hijau
tua dengan pigmen ungu. Batang tanaman bercabang-cabang dan
setiap cabang ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun.
Permukaan batang halus, pada ruas batang tempat tumbuhnya
cabang mengalami penebalan. Diameter batang kecil dengan
panjang mancapai 1,2 meter.

c. Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan
serabut. Akar tunggang dapat menebus tanah sampai kedalaman
45 cm, sedangkan akar serabutnya umumnya tumbuh menyebar
(menjalar) ke samping dan menembus tanah dangkal. Akar
tanaman berwarna keputih-putihan, dan halus berukuran sangat
kecil. Di antara akar-akar tersebut ada yang akan berubah bentuk
dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon), yang selanjutnya
akan menjadi umbi kentang.

d. Bunga
Tanaman kentang ada yang berbunga dan ada yang tidak,
tergantung pada varietasnya. Warna bunga bervariasi, yakni
kuning atau ungu. Kentang varietas dasiree berbunga ungu. Pada
varietas cipanas, segunung dan cosima, bunga atau benang sari
berwarna kuning, putiknya putih. Pada tanaman kentang yang
berbunga, bunga tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah tandan
bunga juga bervariasi sedikit sampai banyak. Kentang varietas
cosima memiliki tandan bunga sampai 11 buah, sedangkan
varietas cipanas 7 buah. Bunga kentang berjenis kelamin dua.
Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan
menghasilkan buah dan biji-biji.

e. Umbi
Ukuran, bentuk, dan warna umbi kentang bermacam-macam,
tergantung pada varietasnya. Ukuran umbi bervariasi besar dan
kecil. Bentuk umbi ada yang bulat, oval, agak bulat (bulat
lonjong), dan bulat panjang. Umbi kentang dapat berwarna
kuning, putih, dan merah.

2.1.3 Manfaat Tanaman


Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama
karbohidrat. Umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan
jenis-jenis sayuran lainnya. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100
gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram,
karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi
(Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg.
2.2. Subsistem Sarana Produksi Kentang
Sarana produksi pertanian adalah segala jenis peralatan, perlengkapan, dan
fasilitas pertanian yang berguna sebagai alat utama atau pembantu dalam
pelaksanaan produksi pertanian. Sarana produksi dalam usahatani padi terdiri
dari benih, pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh (ZPT), alat dan mesin
pertanian.
2.2.1 Benih
Sri Setyati berpendapat bahwa benih merupakan tahap menentukan
dalam seluruh siklus pertanian. Benih atau bibit kentang adalah
bagian tanaman berupa umbi dan bukan berupa biji botani yang
digunakan untuk memperbanyak atau mengembangkan tanaman
kentang. Umbi yang akan ditanam perlu diseleksi terlebih dahulu,
dipisah umbi yang sehat dari umbi yang terserang hama penyakit.

P ilih umbi yang cukup tua antara 150-180 hari, umur tergantung
varietas, tidak cacat, umbi baik, varitas unggul. Umbi disimpan di
dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik
(kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu
rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25 derajat C. Gunakan umbi yang
akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat saja.
Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam. Bila bibit
diusahakan dengan membeli, (usahakan bibit yang kita beli
bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas.
a. Ukuran bibit berdasarkan bobot umbi
 Ukuran LL bobot > 120 gram
 Ukuran L2 bobot 90 – 120 gram
 Ukuran L1 bobot 60 – 90 gram
 Ukuran M bobot 30 – 60 gram
 Ukuran S bobot10 – 30 gram
 Ukuran SS bobot <10 gram
b. Menurut Drs.H.Hendro Sunarjono, ukuran umbi ( untuk benih
atau bibit) yang bisa ditanam.
 Kelas I, bobot 30 – 40 gram; diameter 35 – 45 mm
 Kelas II, bobot 45 – 60 gram; diameter 45 – 55 mm
 Kelas III, bobot 60 – 80 gram; diameter 55 – 65 mm
Kebutuhan bibit untuk 1 Ha (1,5 ton/Ha), tergantung dari jarak tanam,
besar kecilnya umbi, dan tujuan bertanam. Artinya, untuk kentang
konsumsi, jarak tanamnya lebih lebar, berarti kebutuhan bibitnya
lebih sedikit. Sedangkan untuk tujuan bibit, jarak tanamnya lebih
rapat. Kebutuhan bibit lebih banyak perHa.Sebagian besar petani
kentang mendapatkan bibit dengan membeli di kios-kios pertanian.

2.2.2 Pupuk
Selain benih, pupuk adalah faktor penting dari sarana produksi untuk
meningkatkan produksi tanaman. Pupuk organic atau pupuk buatan
pada kentang dianjurkan menggunakan pupuk yang harganya relatif
murah yaitu pupuk kandang, sedangkan untuk pupuk anorganik,
petani kentang biasa menggunakan Urea (45% N), ZA (21% N, dan
24%S), TSP (45% P2O5), dan KCl (60% K2O).

2.2.3 Pestisida
Pestisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
organisme musuh dan pengendalian kerusakan tanaman. Senyawa ini
dapat berupa herbisida, insektisida, fungisida, bakterisida, dan
sebagainya. Pestisida yang digunakan petani kentang antara lain
Alverde, Rampage, Regent, Cabrio, Trobinilium, Pyraclostrobi, dan
Pestona atau BVR.

2.2.4 ZPT
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikontrol oleh bahan kimia
dengan konsentrasi rendah yang disebut hormon. Di sinilah zat
pengatur tumbuh (ZPT) berperan penting. Zat pengatur tumbuh (ZPT)
digolongkan dalam lima kelas, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam
absisat, dan etilen.
2.3. Subsistem Usahatani Kentang
2.3.1 Pembibitan
Bibit Tanaman kentang dapat berasal dari umbi. Umbi bibit berasal
dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua
antara 150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik,
varietas unggul. Umbi disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan
sirkulasi udara yang baik (kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan
6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25° C. Pilih
umbi dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas. Gunakan umbi
yang akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat
saja. Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam.

2.3.2 Pengolahan Media Tanam


Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya
perkembangan akar dan pembesaran umbi berlangsung optimal.
Kemudian tanah dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat
bedengan. Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang
ke arah Barat-Timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal,
sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus
kimiringan tanah untuk mencegah erosi. Lebar bedengan 70 cm (1
jalur tanaman) atau 140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak
antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah
sesuai dengan varietas kentang yang ditanam. Di sekeliling petak
bedengan dibuat saluran pembuangan air untuk mengalirkan air. Hal
ini dimaksudkan agar air tidak menggenang di parit-parit bedengan.

Tanaman kentang sangat peka terhadap air, terlebih-lebih sejak


penanaman sampai berumur dua bulan. Akar tanaman kentang yang
tergenang air akan membusuk, kemudian tanaman kentang pun layu.
2.3.3 Teknik Penanaman
a. Pemupukan Dasar
 Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam, kotoran kambing
atau kotoran sapi diberikan pada permukaan bedengan
kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah
bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
 Pupuk anorganik berupa SP-36 sebanyak 400kg/ha.

b. Cara Penanaman
 Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm
adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan anggapan umbi bibit
berbobot sekitar 30-45 gram. Jarak tanaman tergantung
varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan varietas lain
70 x 30 cm.
 Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada
bulan April-Juni, jika lahan memiliki irigasi yang baik atau
sumber air, kentang dapat ditanam dimusim kemarau. Jangan
menanam dimusim hujan. Penanaman dilakukan dipagi/sore
hari.
 Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit
dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan
tekan tanah di sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14
hari.. Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika
kentang ditanam di dataran medium.

2.3.4 Pemeliharaan Tanaman


a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang
mati/kurang baik tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada
lubang yang sama. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang
telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi.
b. Penyiangan
Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3
hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan
penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali
selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase
vegetatif awal dan pembentukan umbi.

c. Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk
mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi
perebutan unsur hara untuk pembentukan umbi dan pembungaan.

d. Pemupukan
Selain pupuk organik, pemberian pupuk anorganik juga sangat
penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan
Urea dengan dosis 330 kg/ha, TSP dengan dosis 400 kg/ha,
sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan pemberian pupuk
organik dan anorganik adalah sebagai berikut:
Pupuk organik : Pupuk kandang saat tanam 15.000-20.000 kg.
Pupuk anorganik : Urea/ZA: 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan
45 hari setelah tanam 165/365 kg.
SP-36: saat tanam 400 kg.
KCl: 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100
kg.
Pupuk cair: 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran.
Pupuk anorganik : diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm
dari batang tanaman kentang.

e. Pengairan
Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air.
Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban
tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara
rutin sudah cukup untuk tanaman kentang. Pengairan dilakukan
dengan cara disiram dengan gembor/embrat/dengan mengairi
selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).
f. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kentang
Hama
 Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya.
Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli
telur; (2) penyemprotan dengan ALVERDE cosentrasi 2 ml/l
air dan sanitasi lingkungan.
 Kutu daun (Aphis sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi
tanaman, juga dapat menularkan virus. Pengendalian:
memotong dan membakar daun yang terinfeksi, serta
penyemprotan Pestona atau BVR untuk pencegahan dengan
menyemprot RAMPAGE 100 EC dengan kosentrasi 2 ml/l
air.
 Orong-orong (Gryllotalpa sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan
tanaman muda. Pengendalian: penyemprotan REGENT
SC,atau penaburan dengan REGENT 0,3 G.
 Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti
benang berwarna kelabu yang merupakan materi
pembungkus ulat. Pengendalian : Pengocoran Pestona.
 Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih,
berubah menjadi abu-abu perak dan mengering.
Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang terserang;
(2) pencegahan dengan menyemprot RAMPAGE EC.
Penyakit Tanaman
 Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul
bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah
hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam
dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan
sporangium dan daun membusuk/mati. Pengendalian: sanitasi
kebun. Pencegahan dengan menggunakan ACROBAT 50
WP,di selingi dengan CABRIO TOP 60 WG.
 Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala:
beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua,
daun bagian bawah menguning. Pengendalian: sanitasi
kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan penggunaan
Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.
 Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun
menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian
tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak
berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi
muda busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi
kebun dan penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan
penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam
 Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang
menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang
kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-
luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis.
Pengendalian: menghindari terjadinya luka pada saat
penyiangan dan pendangiran. Pencegahan dengan
penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.
 Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa
tanaman sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun
berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua,
meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap
tidak beraturan, kering, berkerut dan keras. Pengendalian:
pergiliran tanaman. Pencegahan : penyemprotan dengan
pestisida berbahan aktif strobinilium,pyraclostrobi.
 Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus
(PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X
(PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato
Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4)
Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5)
Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung;
(6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas.
Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan
pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama
sekali; daun menguning dan jaringan mati. Pengendalian:
tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan
dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas
virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar
tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan Pestona atau
BVR dan melakukan pergiliran tanaman.

2.3.5 Proses Panen Tanaman Kentang


a. Ciri dan Umur Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari,
tergantung varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur
panennya 90-120 hari; varietas medium 120-150 hari; dan varietas
dalam 150-180 hari.
Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila
daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan
disebabkan serangan penyakit, batang tanaman telah berwarna
kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap
panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit
tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.

b. Cara Panen
Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu
pagi/sore hari dan dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen
yang baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar umbi
kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan menggunakan
garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh.
Hindari kerusakan mekanis waktu panen.

2.4. Subsistem Pengolahan Kentang


2.4.1 Penyortiran dan Pengolongan
Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan
terkena penyakit. Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit
kepada umbi yang sehat. Kentang di sortir berdasarkan ukuran umbi
(tergantung varietas).

2.4.2 Penyimpanan
Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, sebaiknya
ruangan tempat penyimpanan dibersihkan dan disterilisasi dahulu
agar terbebas dari bakteri. Simpan di tempat yang tertutup dan
berventilasi.

2.4.3 Pembersihan
Bersihkan umbi dari segala kotoran yang menempel dengan lap.
Lakukan perlahan-lahan jangan sampai menimbulkan lecet-lecet.
Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir
yang tidak terlalu deras kemudian dikeringanginkan. Umbi yang
bersih akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan
menarik konsumen.

2.5. Subsistem Pemasaran Kentang


Subsistem pemasaran merupakan kegiatan untuk memperlancar pemasaran
komoditas pertanian baik segar maupun olahan untuk pasar domestik maupun
pasar internasional. Dalam sub sistem ini terdapat berbagai pelaku usaha
yang berjenjang sesuai dengan kapasitasnya dalam mendistribusikan
produksi komoditas antara lain pedagang pengumpul yang berperan sebagai
pelaku yang mengumpulkan produksi kentang petani dan bekerja pada
wilayah tertentu seperti desa atau kelurahan. Kemudian dari pedagang
pengumpul kemudian disalurkan lagi ke pedagang besar yang siap mengantar
produk segar yang telah dikumpulkan. Pedagang besar ini bekerja dalam
wilayah yang lebih luas yaitu kecamatan ataupun kabupaten. Sementara
pedagang yang mendistribusikan komoditas kentang langsung ke konsumen
adalah yang menjajakan produk tersebut di pasar-pasar tradisional maupun
warung-warung yang menjual sembako.

Dewasa ini berkat kemajuan teknologi yang pesat menyebabkan petani


memiliki akses terhadap informasi pasar terutama mengenai permintaan dan
harga, sehingga kecenderungan untuk menekan harga menjadi berkurang.
Adanya kesadaran dari para petani mengenai kualitas dengan melakukan
pengolahan dan pemilahan hasil juga memudahkan penentuann jenis kentang,
standar dan kualitas serta harga yang layak sehingga menguntungkan kedua
belah pihak yaitu konsumen dan produsen.

2.6. Subsistem Jasa Layanan Penunjang


Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau supporting
institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk mendukung dan
melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu, sub-sistem usaha
tani, dan sub-sistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait dalam kegiatan ini
adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian.Lembaga penyuluhan
dan konsultan memberikan layanan informasi yang dibutuhkan oleh petani
dan pembinaan teknik produksi, budidaya pertanian, dan manajemen
pertanian. Untuk lembaga keuangan seperti perbankan, model ventura, dan
asuransi yang memberikan layanan keuangan berupa pinjaman dan
penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Sedangkan lembaga penelitian
baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau perguruan tinggi
memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik
manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.

Agribisnis sebagai suatu sistem menjelaskan bahwa subsistem-subsistem


tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain.
Subsistem agribisnis hulu membutuhkan umpan balik dari subsistem usaha
tani agar dapat memproduksi sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan
budidaya pertanian. Sebaliknya, keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem
usaha tani bergantung pada sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem
agribisnis hilir. Selanjutnya, proses produksi agribisnis hilir bergantung pada
pasokan komoditas primer yang dihasilkan oleh subsistem usahatani.
Subsistem jasa layanan pendukung, seperti telah dikemukakan,
keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga subsistem lainnya. Jika
subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan, sementara
sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan
asuransi juga akan mengalami kerugian.

2.6.1 Lembaga Ekonomi


Lembaga ekonomi adalah suatu lembaga yang memiliki kegiatan di
bidang ekonomi demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Lembaga
ekonomi ini lahir sebagai usaha manusia dalam menyesuaikan dirinya
dengan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berkaitan
dengan suatu pengaturan bidang-bidang ekonomi dalam rangka untuk
mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Contoh lembaga ekonomi
yaitu koperasi dan BRI. Kedua lembaga ini membantu dalam masalah
permodalan.

2.6.2 Program Pemerintah


a. Usaha Lepas Panen Pedesaan (ULP2)
Nilai tambah komoditas dapat ditingkatkan melalui diversifikasi
produk olahan dan peningkatan mutu, yang membutuhkan
masukan kapital, peralatan, sumberdaya manusia dan manajemen
serta teknologi tepat sasaran, yang mencakup teknologi budidaya
sampai dengan teknologi pascapanen. Saat ini banyak produk
telah diekspor ke negara tertentu dengan mutu yang rendah atau
belum mengalami pengolahan lebih lanjut. Untuk itu diperlukan
suatu kegiatan pengolahan lanjutan untuk meningkatkan mutu
pada tingkat tertentu guna memenuhi kebutuhan konsumen atau
negara akhir yang dituju. Keterlibatan kelompok tani perkebunan
rakyat sebagai penyedia bahan baku dan pengolahan primer dalam
bentuk Usaha Lepas Panen Pedesaan (ULP2) dan pengolahan
primer merupakan usaha produktif pascapanen untuk
meningkatkan nilai tambah dan daya saing yang tinggi. Kelompok
ini akan bekerjasama dengan agroindustri tingkat lanjut (industri
hilir) sebagai mitra usaha untuk mencapai sasaran ULP2

b. PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan)


PUAP merupakan Program kementerian pertanian bagi petani di
pedesaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraan dengan memberikan fasilitas
bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap,
buruh tani maupun rumah tangga tani yang salah satu tujuannya
yaitu memberikan kepastian akses pembiayaan kepada petani
anggota Kelompok Tani. Contoh dari kegiatan PUAP yaitu
pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan) dan
ekonomi produktif (simpan pinjam). Kegiatan- kegiatan tersebut
bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran
melalui kegiatan ekonomi. Kegitan PUAP dapat lebih maksimal
apabila peran penyuluh nyata di lapangan selain dari petugas
penyelia mitra tani (PMT) yang ditunjuk oleh pemerintah.

c. Kelompok Tani
Kelompok tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang
menghimpun diri dalam suatu kelompok karena memiliki
keserasian dalam tujuan, motif, dan minat, dibentuk sebagai
wadah komunikasi antar petani. Kelompok tani dibina oleh
seorang petugas penyuluh lapangan, dengan tujuan agar petani
dapat sejahtera melalui kelompok tani.

d. Alokasi Dana Desa (ADD)


Salah satu bentuk transfer dana dari pemerintah adalah Alokasi
Dana Desa (ADD) yang telah ditetapkan sebesar 10% dari dana
perimbangan pemerintahan pusat dan daerah yang diterima
masing – masing Pemerintah Kabupaten/Kota. ADD bertujuan
peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun non
fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat
untuk pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya.

e. PKH (Program Keluarga Harapan)


PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan
bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan
dan ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini, dalam jangka
pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka
panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar
generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari
perangkap kemiskinan.
III. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Komoditas kentang menggunakan pupuk anorganik berupa Urea (45% N), ZA


(21% N, dan 24%S), TSP (45% P2O5), dan KCl (60% K2O).
2. Pestisida yang digunakan untuk komoditas kentang antara lain Alverde,
Rampage, Regent, Cabrio, Trobinilium, Pyraclostrobi, dan Pestona atau BVR.
3. Umur panen pada komoditas kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung
varietas tanaman. Secara fisik komoditas kentang sudah dapat dipanen apabila
daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan
penyakit.
4. Subsistem pengolahan komoditas kentang meliputi kegiatan mulai dari
pengumpulan, penyortiran dan penggolongan, penyimpanan, pengemasan dan
pengangkutan.
5. Lembaga penunjang komoditas kentang antara lain Koperasi, Bank, Usaha
Lepas Panen Pedesaan (ULP2), PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan), dan Kelompok Tani, Alokasi Dana Desa (ADD), dan PKH
(Program Keluarga Harapan).
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, 1986. Pembangunan Pertanian di Indonesia. Departemen Pertanian


Republik Indonesia. Jakarta.

Downey dan Erikson, 1992. Manajemen Agribisnis Terjemahan Edisi II.


Erlangga. Jakarta.

Hermanto, F, 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mahekam dan Malcom, 1990. Manajemen Usahatani Daerah Tropis. LP3S.


Jakarta.

Mosher, AT, 1987. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta.

Setiadi.2009. Budi Daya Kentang.Penebar Swadaya. Jakarta

Soekartawi, 1991. Agribisnis dan Aplikasinya. PT Grafindo Persada. Jakarta.

Soelarso, B.P. 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai