Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS DAN ANALISIS

PT. BANK MANDIRI . TBK

LIANA NUR AINI


1611011033

S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANK MANDIRI PIDANAKAN DEBITUR NAKAL PENYEBAB KREDIT MACET

“Ada beberapa nasabah yang dari awal niatnya tak baik. Mereka setelah mendapatkan kredit,
menyalahgunakan dananya dan memailitkan dirinya sendiri,” kata Dirut Bank Mandiri,
Kartika Wirjoatmodjo. Lonjakan kredit seret memang menimpa banyak bank sepanjang tahun
lalu, tak terkecuali bank dengan aset terbesar di Tanah Air yaitu PT Bank Mandiri Tbk.
Beberapa kredit macet diduga terjadi lantaran debitur melakukan penyimpangan (fraud)
terhadap dana yang diterimanya. Bank pun memperketat persetujuan kredit.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, modus yang kerap
dilakukan debitur adalah memailitkan diri sendiri setelah menerima kucuran kredit. “Ada
beberapa nasabah yang dari awal niatnya tidak baik. Mereka pada waktu sudah mendapatkan
kredit menyalahgunakan dananya dan memailitkan dirinya sendiri,” ucapnya selepas rapat
dengar pendapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis (30/3).

Ia menjelaskan, pihaknya menggaet Kejaksaan Agung sebagai pengacara negara untuk


memproses secara hukum debitur-debitur yang dimaksud. “Kami akan pidanakan,” ujarnya.
Kerja sama dengan Kejagung juga dilakukan untuk melacak aset debitur, sehingga bank bisa
memperoleh pengembalian atas kredit macet yang dimaksud. Salah satu kasus kredit macet
yang tengah ditangani Kejagung yaitu kredit senilai Rp 350 miliar milik perusahaan baja PT
Central Steel Indonesia (CSI). Kredit yang mengucur pada 2011 itu mendadak macet seiring
dengan konflik yang terjadi di internal perusahaan. Adapun, aset yang menjadi jaminan kredit
diduga digelapkan oleh perusahaan.

Menanggapi kasus tersebut, Kartika menjelaskan, proses hukum masih berjalan. “Central
Steel prosesnya sudah beberapa lama. Mereka seperti ada sengketa di dalam, tapi kami akan
teliti apa itu sengketa benaran atau sengketa-sengketaan,” kata dia.

Selain CSI, ia mengatakan ada dua atau tiga debitur lainnya yang terindikasi melakukan fraud
dan tengah diselidiki bank bersama penegak hukum. Salah satu debitur yang dimaksud adalah
PT Rockit Aldeway. Pemilik perusahaan bahan bangunan tersebut Harry Suganda (HS)
diduga sengaja memailitkan perusahaan setelah mendapat kucuran kredit.
Akibat langkahnya tersebut, sebanyak tujuh bank, termasuk Bank Mandiri, mengalami
kerugian dengan nominal total Rp 836 miliar. Kepolisian pun sudah menetapkan HS sebagai
tersangka.

Ke depan, untuk mengantisipasi kredit macet terutama di segmen menengah, Kartika


menjelaskan, pihaknya akan mengedepankan pengecekan rekam jejak (track checking).
Tujuannya, untuk mengecek keaslian atau keabsahan data debitur.

Pengecekan akan dilakukan ke pemasok (supplier) yang selama ini bekerja sama dengan
debitur, dan kepada kreditur kredit sebelumnya. Selain itu, pihaknya juga akan meningkatkan
kewaspadaan pegawainya agar tidak hanya mengandalkan data keuangan dari akuntan publik.
Bank juga akan lebih selektif dalam memilih kantor akuntan publik yang kredibel.
“Challenge-nya (tantangan) kami bagaimana memahami laporan keuangan itu merupakan
laporan keuangan yang merepresentasikan aktivitas yang benar,” ujarnya.

Sumber : Firman, Muhamaad, 2017, tersedia di


https://m.katada.co.id/berita/2017/03/31/bank-mandiri-pidanakan-debitur-nakal-penyebab-
kredit-macet diakses pada Kamis, 2 Novemver 2017
ANALISSI STUDI KASUS

1. Masalah apa yang Terjadi


Semua jenis organisasi/perusahaan pasti pernah mengalami sebuah masalah selama
proses berjalannya perusahaan tersebut. Masalah-masalah ini dapat berupa kasus yang
melibatkan perusahaan dengan aspek internalnya maupun dengan aspek eksternalnya.
Masalah atau kasus yang dialami perusahaan seringkali juga mendapat perhatian dari
banyak pihak, terlebih lagi perusahaan/organisasi yang sudah mempunya nama besar
di suatu negara. Seperti kasus yang akan saya bahas dan saya analisis di sini, yaitu
kasus yang menyangkut PT BankMandiri Tbk. Bank Mandiri merupakan salah satu
perusahaan perbankan terbesar di Indonesia, dan merupakan bank dengan dengan
pemilik aset terbesar di Tanah Air. Sebagai suatu organisasi atau perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan, tentu banyak masalah atau kasus yang telah dialami
oleh bank mandiri selama masa berjalannya perusahaan. Contohnya adalah kasus di
atas, sebagai perusahaan perbankan yang menampung uang nasabah dalam jumlah
besar, bank mandiri mengelola dana nasabah tersebut untuk kemudian dikreditkan
pada perusahaan atau organisasi lain yang bergerak di bidang yang berbeda untuk
digunakan sebagai dumber modal perusahaan terkait (debitur). Dengan begitu, bank
mandiri mampu meningkatkan pendapatannya dengan menhasilakn bunga pinjaman
atas kredit yang digunakan oleh si debitur. Namun, tidak semua debitur mampu
mengelola dana pinjaman dari bank mandiri dengan baik, tak sedikit pula perusahaan
perusahaan yangt tidak mampu mengembalikan pinjaman modal yang telah di berikan
atau bahkan mengalami kebangkrutan (pailit). Jika sudah sepeti ini, bank mandiri lah
yang terkena dampak paling besar, yaitu kerugian finansial.
Apa yang terjadi di kasus ini adalah debitur-debitur yang bukan tidak mampu
mengembaliakn pinjaman dana dari bank mandiri, tetapi melakukan penyimpangan
(fraud) penggunaan pinjaman dana dan sengaja mem-pailitkan perusahaannya (debitur
nakal). Perusahaan yang tercatat melakukan penyimpangan tersebut adalah PT Central
Steel Indonesia (CSI), perusahaan yang memproduksi baja. CSI telah menerima
kucuran kredit dari bank mandiri pada tahun 2011 senilai Rp 350 miliar. Namun kredit
tersebut mendadak macet seiring dengan konflik yang terjadi di internal peruahaan
CSI. Adapun, aset yang menjadi jaminan kredit diduga digelapkan oleh perusahaan.
Selain CSI, ada dua atau tiga debitur lainnya yang terindikasi melakukan fraud dan
tengah diselidiki bank bersama penegak hukum. Salah satu debitur yang dimaksud
adalah PT Rockit Aldeway. Pemilik perusahaan bahan bangunan tersebut Harry
Suganda (HS) diduga sengaja memailitkan perusahaan setelah mendapat kucuran
kredit. Akibat langkahnya tersebut, sebanyak tujuh bank, termasuk Bank Mandiri,
mengalami kerugian dengan nominal total Rp 836 miliar. Kepolisian pun sudah
menetapkan HS sebagai tersangka.

Menanggapi kasus tersebut, Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo


menanggapi bahwa ada beberapa perusahaan yang memang niat awalnya sudah tidak
baik, yaitu dengan menyalahgunakan dana kredit dengan modus bahwa
perusahaannya mengalami pailit. Kartika Wiroatmodjo tentu tidak kan tinggal diam
dalam menanggapi kasus ini, beliau berucap individu yang bertangung jawab atas
“hilangnya” dana kredit tersebut akan dipidanakan. Tentu saja hal ini perlu dilakukan
menurut saya, karena ini menyangkut loyalitas debitur, dalam hal ini berarti debitur
sudah merusak kepercayaan bank mandiri. Terlebih lagi dana yang disalahgunakan
adalah dana nasabah dan dalam jumlah yang sangat besar.

2. Mengapa Kasus Tersebut Bisa Terjadi


PT Bank Mandiri Tbk mengalami kerugian yang sangat besar akibat dari debitur-
debitur nakal yang hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak bertanggung jawab
dengan kewajibannya mengembalikan pinjaman dana, dan tidak merasa bersalah
karena telah menggunakan uang milik orang lain (nasabah Bank Mandiri) terlebih lagi
uang di salahgunakan tersebut jumlahnya sangat besar. Penyebab dari kasus ini bisa
dilihat dari dua sisi. Yang pertama dari sisi kinerja Bank Mandiri, dan yang kedua dari
sisi Kinerja perusahaan-perusahaan yang meminjam dana atau meminta tambahan
modal kepada Bank Mandiri.
Yang pertama dari sisi kinerja Bank Mandiri. Pihak mandiri kurang melakukan
observasi atau penyelidikan kepada calon - calon perusahaan yang akan mereka
berikan kredit. Pihak Bank mandiri terlalu melimpahkan kepercayaan pada data - data
primer saja, tanpa mensurvei secara langsung bagaiman keadaan perusahaan calon
debitur yang terbaru, hal ini tentu saja menjadi salah satu faktor yang mempermudah
para debitur untuk menyalahgunakan dana pinjamannya, karena tidak adanya
pengecekan data lebih lanjut atau bahkan pengecekan rekam jejak (track checking).
Selain itu pihak Bank Mandiri juga tidak melakukan pengecekan lebih lanjut tentang
siapa saja perusahaan yang pernah bekerja sama dengan calon debiturnya serta pihak
mana saja yang pernah jadi kreditur dari perusahaan yang akan menerima kucuran
kredit dari Bank Mandiri (debitur), penyebab lain yang berasal dari pihak Bank
Mandiri sehinggga kasus ini dapat terjadi adalah kurangnya analisis untuk laporan
keuangan dari perusahaan yang akan menjadi calon debitur. Pihak Bank Mandiri
terlalu mengandalkan data keuangan dari akuntan publik yang mereka sendiri pun
belum tahu apakah akuntan publik ini memiliki kredibilitas yang baik.
Yang kedua, dari sisi perusahaan yang meminjam dana atau perusahaan yang
menerima kucuran kredit dari Bank Mandiri. Penyebab terjadinya kasus ini adalah
debitur yang tidak baik atau tidak kompeten dalam memanajemen perusahaannya
sendiri, baik dari segi finansial, operasiaonal, marketing, manajemen sumber daya
manusia, atau bahkan faktor kesengajaan. Dari segi finansial misalnya, manajer
keuangan perusahaan tidak bisa mengelola dana pinjaman yang begitu besar untuk
dialokasikan kepada opersional, seharusnya perusahaan memiliki tanggung jawab
yang lebih besar dalam mengelola keuangan yang bersumber dari dana pinjaman,
karena mengetahui dana tersebut adalah milik orang lain dan harus dikembalikan
beserta tambahan bunga yang dibebankan. Dari segi opersional, yang menyebabkan
perusahaan pailit dan tidak dapat mengembalikan dana pinjamannnya yaitu berkaitan
dengan sistem operasional bagaiman perusahaan memproduksi produknya. Dalam hal
ini, perusahaan mungkin kurang dalam segi kualitas dan kuantitas barang serat kurang
dalam hal teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Saat kualitas dari produk
yang dihasilkan rendah, maka konsumen pun enggan untuk membeli produk tersebut
yang berakibat menurunnya laba perusahaan terlebih lagi jika kuantitas produk yang
dihasilkan pun sedikit. Akan lebih baik jika teknologi untuk proses produksi terus
diperbaharui untuk menunjang peningkatan kualitas dan kuantitas produk sehingga
laba yang dihasilkan dapat meningkat, dapat meminimalisir penyebab kepailitan
perusahaan, dan yang terpenting dapat mengembalikan pinjaman dana yang telah
diperoleh dari Bank Mandiri. Selanjutnya, perusahaan mungkin dari msdm kurang
baik pengelolaannya buktinya dia terjadi konflik internal dan sengketa abis itu aset
perusahaan sebagai penjamin pinjaman digelapkan leh pihak perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai