Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau
banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah
mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang
melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.
Mobilitas sosial adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan
dalam segi status social dan perantermasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh
beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok. Misalnya, seorang pensiunan
pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha
dan berhasil dengan gemilang. Proses perpindahan posisi atau status social yang dialami
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam struktur social masyarakat inilah yang
disebut gerak sosial atau mobilitas sosial (social mobility).
(http://repository.usu.ac.id)
Promosi kesehatan juga mengandung pengertian mobilisasi social Karena di dalam
promosi kesehatan diperlukan adanya advokasi kebijakan sehingga kebijakan yang ada
dapat memberikan dukungan bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Hal ini
merupakan law enforcemen yang dapat memaksa atau memobilisasi masyarakat untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Selain itu pembentukan opini publik yang merupakan
salah satu upaya promosi kesehatan juga dapat diartikan sebagai upaya memobilisasi
masyarakat (untuk memilih perilaku hidup sehat).
Menurut Paul B. Hortondan Chester L. Hunt, mobilitas sosial adalah suatu gerak
perpindahan dari satu kelas social ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari stratayang
satu ke strata yang lainnyabaik itu berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status
sosial dan (biasanya) termasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa
individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.Pernyataan Horton dan Hunt di dukung
oleh Huky bahwa istilah mobilitas diartikan sebagai suatu gerak orang perorangan atau
grup dari suatu kelompok ke kelompok lainnya dalam masyarakat.
(http://repository.usu.ac.id)
(Pasaribu, 2011)
2. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas ini adalah peralihan status sosial yang terjadi dalam satu generasi
yang sama. Mobiltas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di dalam satu
kelompok generasi yang sama. Contohnya adalah gerak sosial yang terjadi pada zaman
kemerdekaan. Kemerdekaan memberikan peluang yang besar bagi masyarakat untuk
berpindah status.
Berikut ini contoh mobilitas intragenerasi.
a. Banyak mantan pejuang kemerdekaan yang beralih profesi menjadi pengusaha.
b. Pemuda angkatan 90-an memiliki kesempatan yang luas untuk megembangkan iptek
karena hidup di tengah-tengah era globalisasi dan industrialisasi.
1. Amir anak seorang pengemudi becak berhasil menjadi pedagang yang kaya dan
memiliki kedudukan yang terhormat di masyarakat. Hal yang demikian kadangkala
menyebabkan ketidaksenangan dari mereka yang telah lebih dahulu berada pada
lapisan menengah sehingga Amir perlu untuk meredam pertentangan dengan cara
menyesuaikan diri terhadap kondisi kelas atau lapisan sosial yang baru.
2. Pertentangan kelas dapat pula disebabkan oleh mobilitas sosial vertikal yang
menurun, contohnya bapak X seorang pengusaha kaya mengalami kebangkrutan
dalam usahanya. Apabila perilaku sosial bapak X sebelum bangkrut tidak diterima
oleh lapisan bawah karena sombong dengan kekayaannya maka setelah bapak X
berada di kelas bawah menjadi terasing di lingkungan sosialnya.
3. Perkawinan yang terjadi pada masyarakat yang memiliki sistem sosial tertutup atau
masyarakat yang memberlakukan sistem kasta. Seseorang dari kasta rendah kawin
dengan orang yang berasal dari kasta lebih tinggi karena perkawinan menyebabkan
kedudukannya terangkat dari sebelumnya. Hal inipun dapat menyebabkan
ketidaksenangan dari lapisan masyarakat yang didatangi, dan dianggap mengotori
atau mengganggu keutuhan kasta yang lebih tinggi.
c. Konflik Antargenerasi
Situasi sosial seperti pergaulan, pendidikan, zaman, teknologi yang dialami
oleh seorang anak akan berbeda dengan situasi sosial orangtuanya. Perbedaan ini akan
membawa pertentangan apabila kedudukan anak sama atau lebih tinggi daripada
orangtuanya.Pertentangan ini tidak selalu terjadi dengan orangtuanya saja, tetapi dapat
juga dengan orang lain yang lebih tua. Misalnya:
1. Di suatu kantor seorang pemuda berusia 20 tahun memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dibanding dengan orang lain yang ada di sekelilingnya yang rata-rata berusia 45
tahun ke atas sehingga pemuda yang bersangkutan harus memimpin orang-orang yang
usianya jauh lebih tinggi sebagai bawahannya. Tidak sedikit di antara mereka merasa
digurui oleh anak yang lebih muda. Hal ini mengakibatkan terjadinya pertentangan
antargenerasi dan akan terus berlanjut apabila tidak adanya kesadaran di antara mereka
untuk saling memahami sikap dan tindakan masing-masing.
2. Nasihat yang baik tidak selalu datang dari orangtua, adakalanya nasihat datang dari
anak muda. Akan tetapi, orangtua jarang menerima nasihat yang datang dari anak muda
yang usianya jauh di bawah usia orangtua karena dianggap menggurui, tidak pantas,
dan tidak sopan. Orangtua yang demikian memiliki sikap yang konservatif (kolot) tidak
terbuka terhadap keadaan zaman yang telah berubah. Anak muda dengan kemampuan
dan pendidikannya dapat melakukan mobilitas vertikal sehingga memiliki kedudukan
yang lebih baik daripada orangtua.
(Waluya, 2009)
Berikut ini beberapa perubahan yang disebabkan oleh mobilitas sosial sehingga
kedudukan seseorang meningkat ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi sikap dan perilaku
lambat menyesuaikan diri.
1. Orang kaya yang bangkrut dan menjadi miskin, tetapi perilaku dan kebiasaannya
seakan-akan tetap kaya. Misalnya, bapak B seorang pengusaha yang kaya mengalami
kegagalan usahanya (bangkrut) kemudian jatuh miskin, dalam kehidupan sehari-hari
selalu ingin dihormati oleh orang sekelilingnya dan masih selalu memerintah orang lain
seperti kepada bawahannya.
2. Seorang sarjana, di daerahnya sebagai pemuka masyarakat dan yang notabene selalu
rasional sering dihormati oleh warga, tetapi ia sering meminta kekuatan dan nasihat
dukun agar setiap orang tunduk kepadanya.
Seseorang terkadang berperilaku tidak sesuai dengan kedudukannya. Hal ini hanya
perilaku seperti yang dicontohkan tersebut. Perilaku orang tersebut akibatnya dianggap
sebagai orang yang ketinggalan kebudayaan (culture lag).
(Waluya, 2009)
A. Faktor Pendorong
1. Perubahan Kondisi Sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah karena masyarakat berubah pandangan
menjadi lebih terbuka. Kemajuan teknologi juga memungkinkan timbulnya mobilisasi
ke atas, selain itu perubahan ideology juga dapat menimbulkan stratifikasi baru.
2. Ekspansi Teritorial dan Gerak Populasi
Ekspansi social dan perpindahan penduduk, misalnya karena perkembangan
kota dan transmigrasi dapat mendorong terjadinya mobilitas social.
3. Komunikasi yang Bebas
Komunikasi yang terbatas antar anggota masyarakat akan menghambat
mobilitas social. Sedangkan komunikasi yang bebas dan efektif akan memudarkan garis
batas antar anggota social yang ada di masyarakat.
4. Pembagian Kerja
Pembagian kerja berhubungan dengan spesifikasi jenis pekerjaan yang
menuntut keahlian khusus. Semakin spesifik pekerjaan yang ada di masyarakat,
semakin sedikit kemungkinan individu berpindah dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain.
Akibatnya, semakin kecil kemungkinan terjadi mobilitas sosial.
5. Tingkat Fertilitas yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah
cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas
sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi membatasi tingkat reproduksi dan angka
kelahiran. Sedangkan orang yang tingkat ekonomi dan pendidikannya rendah
mempunyai kesempatan untuk bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan.
Dalam situasi, mobilitas sosial dapat terjadi.
6. Situasi Politik
Kondisi politik suatu negara yang tidak stabil memungkinkan banyak
penduduknya mengungsi atau pindah sementara ke negara lain yang lebih aman.
Sebagai contoh, ketika di Indonesia terjadi reformasi, dikhawatirkan kondisi negara
kacau balau. Sebagian kecil penduduk Indonesia pindah ke daerah atau negara yang
dianggap aman. Contoh lainnya, ketika Israel menyerang Lebanon mengungsi negara
tetangga untuk menghindar jatuhnya korban jiwa.
B. Faktor Penghambat
1. Perbedaan Rasial dan Agama
Mobilisasi social dapat terhambat karena faktor ras dan agama. Perbedaan ras
menimbulkan perbedaan status social.
2. Diskriminasi Kelas dalam Sisitem Kelas Terbuka
Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke
atas. Hal tersebut terbukti dengan adanya pembatasan keanggotaan suatu organisasi
tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
3. Kelas-Kelas Sosial
Kelas sosial dapat menjadi subkultur tempat individu berkembang dan
mengalami proses sosialisasi. Hal ini menjadi pembatas mobilitas ke atas.
4. Kemiskinan
Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang
dan mencapai status social tertentu. Sebagai contoh, X memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak mampu membiayai.
5. Perbedaan Gender dalam Masyarakat
Perbedaan gender berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status social dan
kesempatan-kesempatan untuk maju. Pria dipandang lebih tinggi derajatnya dan
cenderung lebih mudah mengalami gerak social daripada wanita. Sebagai contoh,
wanita yang hidup di desa yang masih sederhana merasa bahwa perannya hanyalah
sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut dipengaruhi oleh pandangan yang umum ada
pada masyarakatnya.
(Kun Maryati & Juju, 2001)
Menurut Piritim A. Sorokin, proses mobilitas vertikal yang melalui saluran tertentu
dinamakan sirkulasi sosial. Saluran terpenting itu di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Angkatan Bersenjata
(Murdiyatmoko, 2009)
Contoh: prajurit yang berjasa dalam pertempuran, yang bersangkutan akan dihargai
tanpa memandang kedudukan sebelumnya.
(Waluya, 2007)
b. Lembaga Keagamaan
(Murdiyatmoko, 2009)
Contoh: Nabi Muhammad saw berusaha untuk menaikkan derajat wanita dan budak
agar sederajat dengan umat lainnya, dalam sejarah Paus Gregorius VII yang jasanya
sangat besar dalam pengembangan agama katolik, padahal beliau adalah putra seorang
tukang kayu.
(Waluya, 2007)
c. Lembaga Pendidikan
(Murdiyatmoko, 2009)
Contoh: besarnya gaji pekerja lulusan SMP akan berbeda dengan lulusan SMA.
(Waluya, 2007)
d. Organisasi Politik
Organisasi politik merupakan sarana yang sangat efektif dan memberi peluang
yang besar untuk mobilitas sosial. Dengan menjadi pengurus partai politik, seseorang
akan menduduki jabatan yang tinggi.
(Murdiyatmoko, 2009)
Contoh: Seorang yang pandai berorganisasi serta memiliki visi misi yang baik akan
berpeluang untuk mewakili partainya di lembaga lesgislatif.
(Waluya, 2007)
e. Organisasi Ekonomi
(Murdiyatmoko, 2009)
(Murdiyatmoko, 2009)
g. Perkawinan
(Murdiyatmoko, 2009)
h. Organisasi keolahragaan
Melalui organisasi keolahragaan seseorang dapat meningkatkan statusnya ke
strata yang lebih tinggi.
(Tim Sosiologi, 2007)
Daftar Pustaka
HD, Hj. Safarina. 2011. SosiologiPendidikan: Individu, Masyarakat, danPendidikan. Cet. ke-
2 (EdisiRevisi). Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41649/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada
12 Maret 2015)
J Maulana, Heri D. 2009. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Juju, Suryawati dan Kun Maryati. 2001. Sosiologi Untuk SMA & MA Kelas XI Standar Isi
2006. Jakarta: ESIS.