Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Mobilitas Sosial

Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau
banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah
mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang
melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.
Mobilitas sosial adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan
dalam segi status social dan perantermasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh
beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok. Misalnya, seorang pensiunan
pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha
dan berhasil dengan gemilang. Proses perpindahan posisi atau status social yang dialami
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam struktur social masyarakat inilah yang
disebut gerak sosial atau mobilitas sosial (social mobility).
(http://repository.usu.ac.id)
Promosi kesehatan juga mengandung pengertian mobilisasi social Karena di dalam
promosi kesehatan diperlukan adanya advokasi kebijakan sehingga kebijakan yang ada
dapat memberikan dukungan bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Hal ini
merupakan law enforcemen yang dapat memaksa atau memobilisasi masyarakat untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Selain itu pembentukan opini publik yang merupakan
salah satu upaya promosi kesehatan juga dapat diartikan sebagai upaya memobilisasi
masyarakat (untuk memilih perilaku hidup sehat).

Berdasarkan beberapa perbedaan istilah diatas dan hubungannya dengan promosi


kesehatan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendidikan kesehatan, KIE, penyuluhan
kesehatan, pemasaran social, dan mobilisasi social merupakan komponen promosi
kesehatan. Dalam pengertian yang lebih luas, idealnya setiap kegiatan atau program yang
bertujuan memandirikan masyarakat harus memasukan pertimbangan-pertimbangan
kesehatan di dalam nya, dan promosi kesehatan sebagai payung yang merangkum
kegiatan atau program tersebut. Hal ini sesuai dengan konsep pembangunan berwawasan
kesehatan atau paradigma sehat.
(Heri, 2009)

Menurut Paul B. Hortondan Chester L. Hunt, mobilitas sosial adalah suatu gerak
perpindahan dari satu kelas social ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari stratayang
satu ke strata yang lainnyabaik itu berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status
sosial dan (biasanya) termasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa
individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.Pernyataan Horton dan Hunt di dukung
oleh Huky bahwa istilah mobilitas diartikan sebagai suatu gerak orang perorangan atau
grup dari suatu kelompok ke kelompok lainnya dalam masyarakat.
(http://repository.usu.ac.id)

Sifat Dasar Mobilitas Sosial


Dalam dunia modern, banyak negara berupaya untuk meningkatkan mobilitas sosial,
dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat mobilitas sosial akan menjadikan setiap
individu dalam masyarakat semakin bahagia dan bergairah. Tentunya asumsi ini
didasarkan atas adanya kebebasan yang ada pada setiap individu dari latar belakang sosial
manapun dalam menentukan kehidupannya.
Tidak adanya diskriminasi pekerjaan baik atas dasar sex, ras, etnis dan jabatan, akan
mendorong setiap individu memilih pekerjaan yang paling sesuai bagi sendirinya. Bila
tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial setiap
individu berbeda, dan tidak ada diskriminasi pekerjaan, maka mereka akan tetap merasa
mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Apabila tingkat mobilitas sosial rendah, maka hal ini akan menyebabkan
banyakorang terkungkung dalam status sosial para nenek moyang mereka.
Tinggi rendahnya mobilitas sosial individu dalam suatu masyarakat sangat ditentukan
oleh terbuka tidaknya kelas sosial yang ada pada masyarakat. Pada masyarakat yang
berkelas sosial terbuka maka masyarakatnya memiliki tingkat mobilitas tinggi, sedang
pada masyarakat dengan kelas sosial tertutup, maka masyarakat tersebut memiliki tingkat
mobilitas sosial yang rendah.
Padamasyarakatberkasta yang sifatnyatertutup,
hampirtakadageraksosialkarenakedudukanseseorangtelahditentukansejakdilahirkan.Pekerj
aan,
pendidikandanseluruhpolahidupnya.Karenastruktursosialmasyarakatnyatidakmemberikanp
eluanguntukmengadakanperubahan.
(Pasaribu, 2011)
Dalamsistemlapisanterbuka, kedudukan yang
hendakdicapaitergantungpadausahadankemampuanindividu.Memangbenarbahwaanakseor
angcamatmempunyaipeluang yang
lebihbaikdanlebihbesardaripadaanakseorangpenjualtomat.Akan tetapi,
kebudayaandalammasyarakattidakmenutupkemungkinanbagianakpenjualtomatuntukmemp
erolehkedudukan yang lebihtinggidarikedudukan yang
semuladipunyainya.SepertiChairulTanjung, DahlanIskan, dll.
Namunkenyataantidaklahseidealitu.Dalammasyarakatselaluadahambatandankesulitan-
kesulitan, misalnyabirokrasi (dalamarti yang kurangbaik), biaya, kepentingan-kepentingan
yang tertanam dengankuat, dan lain sebagainya.
(Safarina HD, 2011)

Tabel 1. Bentuk Mobilitas Sosial

Dalam berbagai kasus menunjukkan bahwa pada umumnya mobilitas


mengambil bentuk dalam dua arah. Tingkat mobilitas individu maupun kelompok yang
menurun maupun naik (meningkat), merupakan salah satu tolak ukur dari masyarakat yang
bersistem sosial terbuka, dan unsur positif maupun negatif dari sistem pewarisan tidak
cukup kuat menyaingi faktor prestasi sebagai faktor penentu utama dari kedudukan sosial.
Namun demikian apabila dalam kenyataan semua orang tetap berada pada jenjang kelas
sosial orang tua mereka (antargenerasi), ini merupakan tolak ukur dari masyarakat yang
bersistem sosial tertutup, dimana pewarisan status (berkaitan dengan generasi sebelumnya)
lebih menonjol daripada prestasi. Mobilitas sosial merupakan suatu fenomenal proses
sosial yang wajar dalam masyarakat yang menjunjung demokrasi. Pada masyarakat ini,
mobilitas merupakan suatu hal yang baik, di mana pengakuan terhadap individu
untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat terbuka lebar, sehinggatidak
ada lagi suatu jerat yang membatasi seseorang untuk menduduki status
yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Pada masyarakat yang mobil, disamping
bersifat menguntungkan karena manfaat yang diperoleh dari mobilitas tersebut, namun
demikian juga tetap memiliki konsekuensi negatif (kerugian).

(Pasaribu, 2011)

Bentuk - Bentuk Mobilitas Sosial

A. Mobilitas Sosial Horizontal


Mobilitas sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial dari
suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Dalam mobilitas sosial
ini, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang, misalnya peralihan
kewarganegaraan atau pekerjaan. Sebagai contoh, Pak Nano pada awalnya adalah seorang
guru matematika di SMK. Oleh karena merasa tidak ada kecocokan di tempat kerjanya, ia
memutuskan untuk pindah menjadi guru matematika di SMA. Dari contoh tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Pak Nano tidak ada perubahan status. Ia tetap sebagai guru pengajar
matematika di sekolah yang sederajat.

B. Mobilitas Sosial Vertikal


Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari
suatu kedudukan tertentu ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan
arahnya, maka terdapat dua jenis mobilitas sosial, yaitu mobilitas sosial vertikal ke atas
(socio climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).

Mobilitas sosial ke atas mempunyai dua bentuk yang utama.


1. Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi
Hal ini ditandai dengan masuknya individu-individu yang mempunyai
kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi yang telah ada. Contoh, Pak
A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMU. Oleh karena memenuhi persyaratan,
di angkat menjadi kepala sekolah. Jadi, Pak telah masuk ke kedudukan yang lebih
tinggi.

2. Membentuk kelompok baru


Pada bentuk ini terjadi pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian
ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi daripada kedudukan individu pembentuk
kelompok tersebut. Contoh, pembentukan dewan pembina dalam struktur organisasi
yang dulunya tidak ada dalam struktur kepengurusan. Sebagai contoh, Pak Manan
adalah anggota salah satu organisasi. Dia sangat aktif. Karena keaktifannya, ia dan
beberapa kawannya yang sama-sama aktif diberi kehormatan oleh seluruh anggota
organisasi tersebut untuk diangkat menjadi dewan pembina.

Mobilitas sosial vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.


1. Turunnya kedudukan
Pada bentuk ini, kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya
lebih rendah.
Contoh:
Seorang pengusaha yang menggeluti bisnis perumahan tiba-tiba bangkrut. Banyak
pelanggan yang tidak bisa melunasi hutangnya. Kemudiak, pengusaha itu membuka
warung kelontong dengan membeli kios di Pasar Inpres.
Seorang prajurit yang dipecat karena lari meninggalkan dinas ketentarannya
Seorang karyawan salah satu perusahaan diberhentikan dengan tidak hormat karena
melakukan korupsi.

2. Turunnya derajat kelompok


Pada bentuk ini, derajat sekelompok individu dan kelompok merupakan satu
kesatuan. Contoh, penurunan derajat kelompok adalah penurunan penghargaan
masyarakat terhadap bangsawan, karena perubahan sistem pemerintahan dari monarki
ke republik.

C. Mobilitas Antargenerasi, Intragenerasi, dan Gerak Sosial Geografis


Mobilitas sosial, selain dapat bergerak vertikal dan horizontal, juga dapat bergerak
berdasarkan keturunan. Berikut ini kita akan mempelajai mobilitas antargenerasi dan
mobilitas intragenerasi, serta gerak sosial geografis.
1. Mobilitas antargenerasi
Secara umum, mobilitas antargenerasi berarti mobilitas dua generasi atau
lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya.
Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik maupun turun dalam
suatu genersi. Penekanannya bukan pada perkembangan status sosial suatu generasi ke
generasi lainnya. Sebagai contoh, Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga Sekolah Dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya
menjadi seorang pengacara. Contoh itu menunjukkan telah terjadi mobilitas vertika
antargenerasi. Perhatikan bagan berikut!

2. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas ini adalah peralihan status sosial yang terjadi dalam satu generasi
yang sama. Mobiltas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di dalam satu
kelompok generasi yang sama. Contohnya adalah gerak sosial yang terjadi pada zaman
kemerdekaan. Kemerdekaan memberikan peluang yang besar bagi masyarakat untuk
berpindah status.
Berikut ini contoh mobilitas intragenerasi.
a. Banyak mantan pejuang kemerdekaan yang beralih profesi menjadi pengusaha.
b. Pemuda angkatan 90-an memiliki kesempatan yang luas untuk megembangkan iptek
karena hidup di tengah-tengah era globalisasi dan industrialisasi.

3. Gerak sosial geografis


Gerak sosial geografis adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu
daerah ke daerah lain, misalnya transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
Contoh gerak sosial geografis adalah sebagai berikut.
a. Banyak warga masyarakat desa yang dulunya petani mengadu nasib di kota-kota
besar, tetapi sekarang menjadi pedagang, sopir, dan pembantu rumah tangga.
b. Banyak warga di sekitar gunung berapi pindah ke daerah pantai karena gunung itu
akan meletus.
(Kun Maryati & Juju, 2001)

Dampak Mobilitas Sosial


Dalam Waluya (2009), konsekuensi yang mungkin timbul dari adanya mobilitas
sosial:
A. Munculnya Konflik
Keberhasilan yang dicapai dalam memperoleh kedudukan bagi seseorang atau
kelompok, tidak mungkin tanpa adanya perasaan tidak senang dari orang atau kelompok
lain. Hal itu dapat meningkatkan pertentangan antara yang berhasil mendapatkan
kedudukan dengan yang tidak berhasil atau yang merasa tergeser oleh orang yang
menempati kedudukan baru.Berikut ini macam-macam konflik yang mungkin terjadi
dalam kehidupan sosial:

a. Konflik Antarkelas Sosial


Pertentangan dapat terjadi apabila seseorang dari lapisan sosial bawah
menduduki posisi di lapisan menengah atau atas, kemudian kelompok lapisan sosial
yang didatangi merasa terganggu, akhirnya terjadi pertentangan. Misalnya sebagai
berikut:

1. Amir anak seorang pengemudi becak berhasil menjadi pedagang yang kaya dan
memiliki kedudukan yang terhormat di masyarakat. Hal yang demikian kadangkala
menyebabkan ketidaksenangan dari mereka yang telah lebih dahulu berada pada
lapisan menengah sehingga Amir perlu untuk meredam pertentangan dengan cara
menyesuaikan diri terhadap kondisi kelas atau lapisan sosial yang baru.

2. Pertentangan kelas dapat pula disebabkan oleh mobilitas sosial vertikal yang
menurun, contohnya bapak X seorang pengusaha kaya mengalami kebangkrutan
dalam usahanya. Apabila perilaku sosial bapak X sebelum bangkrut tidak diterima
oleh lapisan bawah karena sombong dengan kekayaannya maka setelah bapak X
berada di kelas bawah menjadi terasing di lingkungan sosialnya.

3. Perkawinan yang terjadi pada masyarakat yang memiliki sistem sosial tertutup atau
masyarakat yang memberlakukan sistem kasta. Seseorang dari kasta rendah kawin
dengan orang yang berasal dari kasta lebih tinggi karena perkawinan menyebabkan
kedudukannya terangkat dari sebelumnya. Hal inipun dapat menyebabkan
ketidaksenangan dari lapisan masyarakat yang didatangi, dan dianggap mengotori
atau mengganggu keutuhan kasta yang lebih tinggi.

4. Karyawan di sebuah pabrik sebagai tulang punggung industri, menuntut kenaikan


gaji dan fasilitas lain yang dianggap tidak dapat menjamin untuk hidup layak. Oleh
karena itu, karyawan yang merupakan lapisan bawah dalam perekonomian menuntut
hak yang harus diterimanya kepada pengusaha (atau orang-orang yang mengendali
kan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan).

b. Konflik Antarkelompok Sosial


Pertentangan yang terjadi pada kelompok sosial, tidak jauh berbeda dengan
konflik pada kelas atau lapisan sosial. Konflik yang dilakukan oleh kelas sosial berupa
orang perorangan, tetapi konflik pada kelompok sosial berupa kumpulan orang yang
melakukan pertentangan. Misalnya sebagai berikut:

1. Kelompok mayoritas apabila berada di bawah kelompok minoritas dalam menguasai


perekonomian maka akan menyebabkan saling mencurigai, merasa tidak puas dengan
kedudukan yang diperoleh kelompok minoritas.

2. Keberhasilan yang dicapai oleh kelompok tertentu akan menyebabkan ketidakpuasan


kelompok lain sehingga mereka menuntut persamaan hak.

c. Konflik Antargenerasi
Situasi sosial seperti pergaulan, pendidikan, zaman, teknologi yang dialami
oleh seorang anak akan berbeda dengan situasi sosial orangtuanya. Perbedaan ini akan
membawa pertentangan apabila kedudukan anak sama atau lebih tinggi daripada
orangtuanya.Pertentangan ini tidak selalu terjadi dengan orangtuanya saja, tetapi dapat
juga dengan orang lain yang lebih tua. Misalnya:

1. Di suatu kantor seorang pemuda berusia 20 tahun memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dibanding dengan orang lain yang ada di sekelilingnya yang rata-rata berusia 45
tahun ke atas sehingga pemuda yang bersangkutan harus memimpin orang-orang yang
usianya jauh lebih tinggi sebagai bawahannya. Tidak sedikit di antara mereka merasa
digurui oleh anak yang lebih muda. Hal ini mengakibatkan terjadinya pertentangan
antargenerasi dan akan terus berlanjut apabila tidak adanya kesadaran di antara mereka
untuk saling memahami sikap dan tindakan masing-masing.

2. Nasihat yang baik tidak selalu datang dari orangtua, adakalanya nasihat datang dari
anak muda. Akan tetapi, orangtua jarang menerima nasihat yang datang dari anak muda
yang usianya jauh di bawah usia orangtua karena dianggap menggurui, tidak pantas,
dan tidak sopan. Orangtua yang demikian memiliki sikap yang konservatif (kolot) tidak
terbuka terhadap keadaan zaman yang telah berubah. Anak muda dengan kemampuan
dan pendidikannya dapat melakukan mobilitas vertikal sehingga memiliki kedudukan
yang lebih baik daripada orangtua.

(Waluya, 2009)

B. Adaptasi terhadap Mobilitas Sosial


Setiap mobilitas sosial yang telah dilakukan memerlukan penyesuaian diri agar tidak
selalu terasing dengan situasi yang baru. Jika seseorang atau kelompok tidak dengan cepat
menyesuaikan diri dengan situasi dari hasil mobilitas tersebut, yang bersangkutan
dianggap ketinggalan kebudayaan (culture lag).
Kedudukan yang dicapai seseorang dapat dianggap sebagai kebudayaan baru yang
harus dihadapi oleh orang yang melakukan mobilitas sosial sehingga yang bersangkutan
harus menyesuaikan diri dengan meninggalkan kebudayaan lama sebelum kedudukannya
berubah.
(Waluya, 2007)

Berikut ini beberapa perubahan yang disebabkan oleh mobilitas sosial sehingga
kedudukan seseorang meningkat ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi sikap dan perilaku
lambat menyesuaikan diri.

1. Orang kaya yang bangkrut dan menjadi miskin, tetapi perilaku dan kebiasaannya
seakan-akan tetap kaya. Misalnya, bapak B seorang pengusaha yang kaya mengalami
kegagalan usahanya (bangkrut) kemudian jatuh miskin, dalam kehidupan sehari-hari
selalu ingin dihormati oleh orang sekelilingnya dan masih selalu memerintah orang lain
seperti kepada bawahannya.

2. Seorang sarjana, di daerahnya sebagai pemuka masyarakat dan yang notabene selalu
rasional sering dihormati oleh warga, tetapi ia sering meminta kekuatan dan nasihat
dukun agar setiap orang tunduk kepadanya.
Seseorang terkadang berperilaku tidak sesuai dengan kedudukannya. Hal ini hanya
perilaku seperti yang dicontohkan tersebut. Perilaku orang tersebut akibatnya dianggap
sebagai orang yang ketinggalan kebudayaan (culture lag).
(Waluya, 2009)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial

A. Faktor Pendorong
1. Perubahan Kondisi Sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah karena masyarakat berubah pandangan
menjadi lebih terbuka. Kemajuan teknologi juga memungkinkan timbulnya mobilisasi
ke atas, selain itu perubahan ideology juga dapat menimbulkan stratifikasi baru.
2. Ekspansi Teritorial dan Gerak Populasi
Ekspansi social dan perpindahan penduduk, misalnya karena perkembangan
kota dan transmigrasi dapat mendorong terjadinya mobilitas social.
3. Komunikasi yang Bebas
Komunikasi yang terbatas antar anggota masyarakat akan menghambat
mobilitas social. Sedangkan komunikasi yang bebas dan efektif akan memudarkan garis
batas antar anggota social yang ada di masyarakat.
4. Pembagian Kerja
Pembagian kerja berhubungan dengan spesifikasi jenis pekerjaan yang
menuntut keahlian khusus. Semakin spesifik pekerjaan yang ada di masyarakat,
semakin sedikit kemungkinan individu berpindah dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain.
Akibatnya, semakin kecil kemungkinan terjadi mobilitas sosial.
5. Tingkat Fertilitas yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah
cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas
sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi membatasi tingkat reproduksi dan angka
kelahiran. Sedangkan orang yang tingkat ekonomi dan pendidikannya rendah
mempunyai kesempatan untuk bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan.
Dalam situasi, mobilitas sosial dapat terjadi.
6. Situasi Politik
Kondisi politik suatu negara yang tidak stabil memungkinkan banyak
penduduknya mengungsi atau pindah sementara ke negara lain yang lebih aman.
Sebagai contoh, ketika di Indonesia terjadi reformasi, dikhawatirkan kondisi negara
kacau balau. Sebagian kecil penduduk Indonesia pindah ke daerah atau negara yang
dianggap aman. Contoh lainnya, ketika Israel menyerang Lebanon mengungsi negara
tetangga untuk menghindar jatuhnya korban jiwa.
B. Faktor Penghambat
1. Perbedaan Rasial dan Agama
Mobilisasi social dapat terhambat karena faktor ras dan agama. Perbedaan ras
menimbulkan perbedaan status social.
2. Diskriminasi Kelas dalam Sisitem Kelas Terbuka
Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke
atas. Hal tersebut terbukti dengan adanya pembatasan keanggotaan suatu organisasi
tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
3. Kelas-Kelas Sosial
Kelas sosial dapat menjadi subkultur tempat individu berkembang dan
mengalami proses sosialisasi. Hal ini menjadi pembatas mobilitas ke atas.
4. Kemiskinan
Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang
dan mencapai status social tertentu. Sebagai contoh, X memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak mampu membiayai.
5. Perbedaan Gender dalam Masyarakat
Perbedaan gender berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status social dan
kesempatan-kesempatan untuk maju. Pria dipandang lebih tinggi derajatnya dan
cenderung lebih mudah mengalami gerak social daripada wanita. Sebagai contoh,
wanita yang hidup di desa yang masih sederhana merasa bahwa perannya hanyalah
sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut dipengaruhi oleh pandangan yang umum ada
pada masyarakatnya.
(Kun Maryati & Juju, 2001)

SALURAN MOBILISASI SOSIAL

Menurut Piritim A. Sorokin, proses mobilitas vertikal yang melalui saluran tertentu
dinamakan sirkulasi sosial. Saluran terpenting itu di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Angkatan Bersenjata

Angkatan bersenjata sangat berperan dalam masyarakat yang memakai sistem


militerisme atau dalam masyarakat yang sedang mengalami peperangan, baik melawan
musuh dari luar maupun perang saudara. Seseorang yang bergabung dalam satuan
angkatan bersenjata, memiliki kesempatan untuk mengalami mobilitas vertikal.

(Murdiyatmoko, 2009)
Contoh: prajurit yang berjasa dalam pertempuran, yang bersangkutan akan dihargai
tanpa memandang kedudukan sebelumnya.

(Waluya, 2007)

b. Lembaga Keagamaan

Agama mengajarkan tentang kebaikan, disamping itu agama juga


menempatkan kedudukan setiap manusia itu sama. Hal yang membedakan yaitu pada
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemuka
agama berusaha untuk menaikkan kedudukan seseorang dari lapis rendah ke lapis atas.

(Murdiyatmoko, 2009)

Contoh: Nabi Muhammad saw berusaha untuk menaikkan derajat wanita dan budak
agar sederajat dengan umat lainnya, dalam sejarah Paus Gregorius VII yang jasanya
sangat besar dalam pengembangan agama katolik, padahal beliau adalah putra seorang
tukang kayu.
(Waluya, 2007)
c. Lembaga Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana mobilitas yang sangat besar peranannya, sebab


dengan memperoleh pendidikan yang cukup, seseorang dapat dipandang memiliki
keterampilan dan pola pikir yang baik dan maju. Saluran ini disebut sebagai saluran
konkret dari mobilisasi sosial, bahkan dianggap social elevator (pengangkat kedudukan
sosial). Dengan keterampilan dan pola pikir yang dimilikinya, seseorang dapat
mengubah keadaan dirinya dari strata yang paling rendah menuju strata yang paling
tinggi.

(Murdiyatmoko, 2009)

Contoh: besarnya gaji pekerja lulusan SMP akan berbeda dengan lulusan SMA.
(Waluya, 2007)
d. Organisasi Politik

Organisasi politik merupakan sarana yang sangat efektif dan memberi peluang
yang besar untuk mobilitas sosial. Dengan menjadi pengurus partai politik, seseorang
akan menduduki jabatan yang tinggi.

(Murdiyatmoko, 2009)
Contoh: Seorang yang pandai berorganisasi serta memiliki visi misi yang baik akan
berpeluang untuk mewakili partainya di lembaga lesgislatif.
(Waluya, 2007)

e. Organisasi Ekonomi

Organisasi ekonomi seperti perusahaan ekspor impor, penerbit buku, agen


perjalanan atau organisasi ekonomi lain merupakan saluran mobilitas sosial vertikal.
Ukuran kekayaan pada umumnya masih dipandang sebagai bentuk stratifikasi yang
berlaku secara umum. Oleh karena itu, setiap orang memiliki keinginan untuk
melakukan mobilitas dalam bidang-bidang ekonomi. Dengan ekonomi yang mencukupi
maka segala bentuk kepentingan hidup dapat diraih dengan mudah.

(Murdiyatmoko, 2009)

f. Organisasi Keahlian (Profesi)

Organisasi profesi dapat mengantarkan seseorang pada puncak karier sesuai


dengan keahliannya. Contoh organisasi keahlian: Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan
Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Biasanya organisasi keahlian ini memiliki etika atau
standardisasi tentang keahliannya.

(Murdiyatmoko, 2009)

g. Perkawinan

Perkawinan juga dapat menaikkan status seseorang dalam kehidupan. Dengan


adanya perkawinan, maka secara tidak langsung akan mengubah individu pada
kedudukan yang berbeda dari sebelumnya. Contoh: Rina berasal dari lapisan bawah
sedangkan Roni berasal dari lapisan atas, ketika mereka menikah maka ada dua
kemungkinan yaitu kedudukan Rina bisa terangkat atau kedudukan Roni jatuh.

(Murdiyatmoko, 2009)

h. Organisasi keolahragaan
Melalui organisasi keolahragaan seseorang dapat meningkatkan statusnya ke
strata yang lebih tinggi.
(Tim Sosiologi, 2007)
Daftar Pustaka

Fakhrurozi. 2010. Dampak Mobilitas Sosial. Dikutip dari fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/


pada tanggal 12 Maret 2015.

HD, Hj. Safarina. 2011. SosiologiPendidikan: Individu, Masyarakat, danPendidikan. Cet. ke-
2 (EdisiRevisi). Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41649/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada
12 Maret 2015)

J Maulana, Heri D. 2009. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Juju, Suryawati dan Kun Maryati. 2001. Sosiologi Untuk SMA & MA Kelas XI Standar Isi
2006. Jakarta: ESIS.

Mudiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi. Bandung: Grafindo.

________________. 2009.Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung: PT


Grafindo Media Pratama.

Pasaribu, Rowland Bismark. Struktur Sosial dan Perubahan Sosial.


https://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2013/02/bab-07-struktur-sosial-dan-
perubahan-sosial.pdfdiakses pada 12 Maret 2015.
Tim Sosiologi. 2007. Sosiologi : Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta : Yudisthira.

Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Bandung: PT


Setia Purna Inves.

___________. 2009. Sosiologi 2 : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas


XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai