Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL

Disusun Oleh:
Istinganatun
A. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan dan
bimbingan. Istilah pendidikan dalam islam disebutkan tarbiyah yang diterjemahkan
dengan pendidikan.
Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi pendidikan oleh
ahli, diantaranya sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad D.Marimba
memberikan pengertian pendidikan dengan bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap peserta didik menuju terbentuknya pribadi yang utama.
Pendidikan dapat juga diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing
dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
agar dapat berdiri sendiri dan bertanggun jawab.
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya,
masyarakat, dan Negara.1
Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, demi maju mundurnya
kualitas masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang ada pada
rakyat bangsa tersebut.Seperti yang dikatakan oleh harahap dan poerkatja,
pendidikan adalah usaha yang secara sengaja dari orang tua yang selalu diartikan
mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.2
1
Haryanto, 2012: dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para akhli
http://belajarpsikologi. com/pengertianpendidikan-menurut-ahli/
2
Muhibbin, syah. 2007. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. bandung. Pt. remaja
rosdakarya. Hal. 11
B. Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai gerakan
berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara etimologis
mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu ‘mobilis’ yang berarti mudah dipindahkan
atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, terdapatnya kata sosial
pada istilah mobilitas sosial adalah untuk menekankan bahwa istilah tersebut
mengandung makna yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam
kelompok sosial. 
Ransford dalam Sunarto (2004:87) menyatakan, dalam sosiologi mobilitas
sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial; “Social mobility refers to
the movement of individuals or groups--up or dowm--within a social hierarchy”.
Komblum (1988: 172) menyatakan mobilitas sosial adalah perpindahan individu,
keluarga atau kelompok sosial dari lapisan ke lapisan sosial lainnya. Dalam
perpindahan yang dilakukan dapat mempengaruhi status sosial yang dimiliki yaitu
bisa naik atau turun, atau bahkan tetap pada tingkat yang sama tetapi dalam
pekerjaan yang berbeda.
Senada dengan itu Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (dalam Bagong
Suyatno, 2004: 202) menyatakan mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan
dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu
ke strata yang lainnya baik itu berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status
sosial dan (biasanya) termasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh
beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok. Berdasarkan
penjelasan di atas, sederhananya mobilitas sosial dapat diartikan sebagai
perpindahan/gerak sosial yang dilakukan seseorang atau sekelompok masyarakat
dari satu strata (kelas sosial) ke strata lain biasanya dengan tujuan memperbaiki
kualitas hidup.
1. Menurut Soerjono Soekanto: Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur
sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
2. Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack: Mobilitas sosial adalah suatu
mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur
organisasi suatu kelompok social
3. Menurut William Kornblum: Mobilitas sosial adalah perpindahan individu-
individu, keluarga-keluarga dan kelompok sosialnya dan satu lapisan ke lapisan
sosial lainnya.
4. Menurut H.Edward Ransford: Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau
ke bawah dalam lingkungan sosial secara hirarki.
5. Menurut Robert M.Z. Lawang: Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi dari
lapisan yang satu ke lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi yang
lainnya.
6. Menurut Horton dan Hunt: Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari
suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.
Apabila kita berbicara menyangkut mobilitas sosial, biasanya kita berpikir
tentang perpindahan dari suatu tingkat yang rendah ke suatu tingkat yang lebih
tinggi, sesungguhnya mobilitas dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagaimana
orang berhasil mencapai status yang tinggi, namun beberapa orang mengalami
kegagalan, dan selebihnya tetap tinggal pada tingkat status yang dimiliki oleh orang
tua mereka, bahkan turun lebih rendah daripada itu. Mobilitas jenis di atas
merupakan bentuk mobilitas dalam lingkup antar generasi yakni kita bias
memperbandingkan status pekerjaan ayah dan anak, selain itu kita juga bisa
mengetahui sampai sejauh mana sang anak mengikuti jejak sang ayah dalam hal
pekerjaan. Mobilitas juga bias ditelaah dari segi gerak “intra generasi”, yakni kita
bisa mengukur sejauh mana individu yang sama mengalami perubahan sosial dalam
masa hidupnya sendiri. Kembali seperti pembahasan sebelumnya, dalam kedua hal
itu yang kita perhatikan adalah tingkat keterbukaan masyarakat secara ekstrim,
suatu masyarakat terbuka adalah masyarakat di mana hubungan antara pekerjaan
ayah dan pekerjaan anak, umpamanya, sama sekali acak sifatnya. Ini adalah sebuah
masyarakat di mana status diperoleh, berkat prestasi (achievement), di mana
mengetahui pekerjaan seorang ayah tidak akan membantu kita untuk meramalkan
pekerjaan anak-anaknya. Di ujung ekstrtim lainnya, sebuah masyarakat yang
tertutup sama sekali adalah masyarakat dimana status sudah merupakan bawaan
(ascribed) sejak lahir, penyapu jalan melahirkan (calon) penyapu jalan, juru rawat
melahirkan (calon) juru rawat, pengemis melahirkan (calon) pengemis pula. Akan
tetapi, dalam setiap masyarakat terdapat suatu campuran antara prestasi dan
askripsi, hubungan timbal balik antara usaha sendiri dan keturunan adalah
kompleks dan berubah-ubah.
Jadi dapat disimpulan bahwa mobilitas sosial adalah perpindahan posisi
seseorang atau kelompok dari lapisan (strata sosial) yang satu ke lapisan yang lain.
Mobilitas berasal dari bahasa Latin, yaitu mobilis yang berarti mudah dipindahkan
dari satu ke tempat ke tempat lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan
“gerak” atau “perpindahan”. Mobilitas sosial merupakan suatu konsep dinamika
sosial yang secara harfiah seringkali diartikan sebagai suatu gerakan yang terjadi
akibat berpindah atau berubah posisi sosial seseorang atau sekelompok orang pada
saat yang berbeda.

C. Faktor-Faktor Pendorong Mobilitas Sosial


1. Status Sosial
Setiap manusia secara hierarki berhak untuk memlih atau mengubah
status sosial yang mereka terima sejak lahir. Tetapi hal ini sangat tergantung
pada sistem stratifikasi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Pada sistem
pelapisan yang terbuka, individu memilik peluang besar untuk melakukan
untuk melakukan mobilitas antar kelas. Sedangkan pada sistem tertutup,
mobilitas sosial individu tetap dapat terjadi meskipun sangat terbatas dan
berjalan lambat. Pada sistem pelapisan tertutup, status yang ada dipaksakan
oleh keadaan untuk diterima. Meskipun terjadi perubahan , berjalan dalam
waktu yang lama setelah melewati beberapa generasi.
2. Keadaan Ekonomi
Terdapat perbedaan latar belakang ekonomi keluarga dari setiap
individu. Tetapi, masing-masing individu pasti berusaha untuk memperbaiki
dan meningkatkan keadaan ekonominya menjadi lebih baik dari semula. Jadi,
mobiltas social disebabkan oleh suatu sikap yang tidak menerima keadaan
ekonomi yang sudah dimiliki sebelumnya.
3. Situasi Politik
Situasi politik dalam suatu masyarakat sangat di pengaruhi aspek-aspek
lain sehingga perubahan dan kebijakan politik akan memberikan peluang untuk
melakukan mobiltas vertikal maupun horizontal.
4. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan atau
pengembangan kebutuhan dapat menjadi beban. Hal ini mudah di mengerti
karena sejumlah kebutuhan harus dibagi-bagi untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang semakin banyak jumlahnya sehingga tingkat kesejahteraan
berkurang, bahkan mengarah pada kemiskinan.3

D. Faktor Penghambat Mobilias Sosial


1. Perbedaan Ras dan Agama
Diskriminasi (pembedaan) ras mash banyak terjadi di dunia, baik yang
secara terbuka maupun secara terselubung. Perbedaan ini terutama di rasakan
oleh ras minoritas. Biasanya pemerintah suatu negara menerapkan kebijakan
tertentu yang membatasi hak-hak ras minoritas tersebut, seperti yang terjadi
pada ras aborigin di Australia atau ras Indian di Amerika Serikat.
2. Diskriminasi Kelas
Hambatan juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap kelas
sosial tertentu. Misalnya, pada zaman kolonial Belanda di Indonesia, sekolah
formal hanya dapat di ikuti oleh anak-anak Belanda, warga asing (khususnya
dari Asia Timur) dan kaum bangsawan pribumi yang memperoleh dukungan
dari pemerintah kolonial Belanda.
3. Pengaruh Sosialisasi yang Kuat

3
Rinitarosalinda, Pendidikan dan Mobilitas Sosial,
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2019/06/pendidikan-dan-mobilitas-sosial.html?m=1
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak berpartisipasi menjadi
anggota masyarakat. Jika proses sosialisasi ini berjalan baik, maka pola-pola
prilaku, cara pandang, dan persepsi, akan tertanam dengan sangat kuat
sehingga sulit dipengaruhi oleh unsur-unsur yang dianut kelas sosial lainnya.
Misal, pada umumnya seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
tinggal di pedesaan sederhana akan menghayati semua norma dan nilai-nilai
keluarganya, sehingga akan menolak atau bahkan menghindar bila bertemu
dengan tata nilai dan norma dalam masyarakat kota yang dianggap tidak pantas
dilakukan.
4. Kemiskinan
Banyak ilmuan yang menjadiakn kemiskinan ( kemiskinan material )
sebagai dasar permasalahan sulitnya masyarakat berubah dari kelas bawah ke
kelas menengah ataupun atas. Masyarakat miskin tidak memiliki akses yang
memadai atas saran informasi dan pendidikan, sehingga akhirnya tertinggal
dari kelompok lain dan dari generasi ke generasi akan tetap berada pada kelas
sosial yang sama.
5. Perbedaan Jenis Kelamin
Meskipun telah disinggung sebelumnya bahwa sosiologi tidak memandang
status sosial pria lebih tinggi dari pada wanita, namun pada kenyataannya
masih banyak masyarakat yang memandang bahwa pria lebih superior. Hal ini
memengaruhi pencapaian prestasi, kekuasaan, dan status sosial yang dicapai
oleh kebanyakan kaum wanita di seluruh dunia.4

E. Proses Terjadinya Mobilitas Sosial


Gerak sosial atau sosial mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu
pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungannya
adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur

4
Rinitarosalinda, Pendidikan dan Mobilitas Sosial,
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2019/06/pendidikan-dan-mobilitas-sosial.html?m=1
organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan
antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan
kelompoknya.
Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang
horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau
objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya
yang sederajat. Misalnya, seseorang yang beralih kewarganegaraan, beralih
pekerjaan yang sederajat atau mungkin juga peralihan lainnya. Dengan adanya
gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang ataupun suatu objek sosial. Gerak sosialvertikal dimaksudkan sebagai
perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak
sosial yang vertikal, yaitu yang naik (social-climbing) dan turun (social-
sinking).Dalam pelapisan masyarakat, semakin seimbang kesempatan-kesempatan
untuk mendapatkan kedudukan tersebut akan semakin besar gerak sosial. Itu berarti
bahwa sufat sistem lapisan masyarakat semakin terbuka. Dalam sisyem lapisan
terbuka, kedudukan apa yang hendak dicapai semuanya terserah pada individunya.
Menurut Pitirim A Sorokin, gerak sosialvertikal mempunyai saluran-saluran
dalam masyarakat. Proses gerak sosialvertikal melalui saluran tersebut disebut
social circulation. Sebagai contoh lembaga pendidikan sebagai saluran gerak sosial
seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran konkrit gerak sosial yang
vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai sosial elevator yang
bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling
tinggi. Kadang-kadang dijumpai keadaan disekolah-sekolah tertentu hanya dapat
dimasuki oleh golongan-golongan masyarakat tertentu di Indonesia sendiri, secara
relatif dapat ditelaah kedudukan apa yang ditempati oleh lapisan yang rendah maka
dia akan menjadi saluran geraksosial yang vertikal. Adapula mobilitas antargenerasi
(Perpindahan Status yang dilakukan oleh dua generasi. Misal orang tua dengan
anak-anaknya) dan mobilitas intragenerasi (terjadi dalam satu kelompok generasi
yang sama).
Adapun cara melakukan mobilitas diantaranya yaitu:
1. Perubahan standar hidup melalui perkawinan
Berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal
yang baru mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
2. Perubahan tingkah laku
Manusia memerlukan kedudukan dan peranan didalam masyarakat dalam
hal ini tidak selalu sama dalam hal pemenuhannya. Maka tidak dapat
dihindarkan bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistem
pembalasan jasa sebagai pendorong agar individu mau melaksanakan
kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan posisinya dalam masyarakat.
Dengan demikian mau tidak mau maka harus ada pelapisan masyarakat dan
mobilitas sosial karena gejala tersebut sekaligus memecahkan masalah yang
dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang
tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban
yang sesuai dengan kedudukan dan peranannya. Pengisian tempat-tempat
tersebut merupakan daya dorong agar mesyarakat bergerak sesuai dengan
fungsinya. Akan tetapi wujudnya dalam setiap masyarakat juga berlainan,
karena tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing masyarakat jelas
bahwa kedudukan dan peranan yang dianggap tertinggi oleh setiap masyarakat
adalah kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting serta memerlukan
kemampuan dan latihan-latihan yang maksimal.

F. Dampak Mobilitas Sosial


1. Mendorong Seseorang Untuk Maju
Seseorang yang berhasil naik ke kelas sosial yang lebih tinggi akan
termotivasi atau terdorong untuk lebih berprestasi dan lebih maju sehingga dapat
mempertahankan, atau bahkan meningkatkan, status sosialnya ke jenjang kelas
yang lebih tinggi lagi. Misalnya seorang staf dipromosikan menjadi pemimpin
unit di kantornya.
2. Mempercepat Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan struktur sosial yang meliputi lembaga-
lembaga tempat individu menjadi bagiannya. Melalui mobilitas sosial, seseorang
termotivasi untuk melakukan perubahan pola perilakunya.
3. Menimbulkan Kecemasan dan Ketegangan
Seseorang yang mengalami penurunan ke kelas sosial yang lebih rendah
akan mengalami kecemasan sebab fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang
sebelumnya dia miliki dan dinikmati dalam melakukan aktivitas sehari-hari tidak
lagi dimiliki.
4. Keretakan Hubungan Dalam Kelompok
Keretakan hubungan dalam kelompok primer terjadi ketika salah seorang
yang mulanya merupakan anggota suatu kelompok kemudian mengalami
perpindahan kelas sosial ke kelas sosial yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Misal, seseorang yang berasal dari kelompok masyarakat petani di suatu
kampung kemudian memperoleh jabatan yang lebih tinggi disuatu lembaga
pemerintahan.5

G. Hubungan Pendidikan dan Mobilitas Sosial


Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih
baik di dalam masyarakat. makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar
harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk
meningkatkan ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai
kesempatan untuk beralih dalam suatu golongan ke golongan yang lebih tinggi.
Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial (Nasution,
2009: 38). Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial
seseorang yang sukar ditembus karena sistem golongan yang ketat. Tokoh-Tokoh
pendidikan banyak yang menaruh kepercayaan akan keampuhan pendidikan untuk
memperbaiki nasib seseorang (Nasr, 2003: 192). Dengan memperluas dan
meratakan pendidikan universal memberikan pengetahuan dan keterampilan yang

5
Rinitarosalinda, Pendidikan dan Mobilitas Sosial,
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2019/06/pendidikan-dan-mobilitas-sosial.html?m=1
sama bagi semua anak dari semua golongan sosial. Dengan demikian perbedaan
golongan sosial akan dikurangi jikapun tidak dapat dihapuskan seluruhnya. Dalam
kenyataan cita-cita itu tidak demikian mudah diwujudkan (Nasution: 39).6
Hubungan antara pendidikan dengan mobilitas seperti yang dikemukakan
Robert G. Burgess dalam Bahar (1989: 37) bahwa sistem pendidikanlah yang
menjadi mekanisme mobilitas sosial. Pendapat Ivan Reid (1989: 37) menyatakan
bahwa pendidikan memainkan peranan penting dalam mobilitassosial sekalipun
tidak tertuju pada penempatan pekerjaan tertentu. Berkaitan dengan peranan
pendidikan dalam mobilitas sosial, kita mengetahui bahwa kualifikasi pendidikan
harus dihubungkan secara langsung dengan jenis pekerjaan.
Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial. Berkat
pendidikan seorang dapat meningkatkan dalam status sosialnya. Pendidikan secara
merata memberi kesamaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara
golongan tinggi dan rendah. Melalui pendidikan tiap warga Negara dapat membaca
surat kabar dan majalah yang sama, dapat memikirkan masalah-masalah politik,
sosial, dan ekonomi yang sama.
Walaupun terdapat mobilitas sosial secara sektoral, banyak pula golongan
rendah yang tetap dianggap rendah. Namun kedudukan golongangolongan rendah
tidak statis akan tetapi dapat terus bergerak maju diberi pendidikan yang lebih
banyak.7
Ada beberapa hal dalam melihat hubungan antara pendidikan dengan
mobilitas sosial yaitu: kesempatan pendidikan yang banyak ditentukan oleh faktor-
faktor tertentu antara lain kedudukan atau status sosial masyarakat. Kalangan
masyarakat bawah menginginkan terjadinya perubahan atau mobilitas sosial melaui
pendidikan. Selain itu juga untk mendapatkan pekerjaan, kualifikasi pendidikan ada
hubungannya dengan jenis pekerjaan, akan tetapi tidak semua orang yang
berkualifikasi tinggi dalam pendidikan mendapatkan yang cocok dengan
6
Muh. Yusuf Seknun, Pendidikan Sebagai Media Mobilitas Sosial, AULADUNA VOL. 2 NO.
1, 2015, hal. 133
7
Muh. Yusuf Seknun, Pendidikan Sebagai Media Mobilitas Sosial, ..., hal. 135
pekerjaannya. Kesempatan pekerjaan antara satu daerah dengan daerah lainnya
berbeda-beda karena mobilitas sosial dipengaruhi adanya pendidikan, maka
pendidikan menghasilkan kualifikasi yang lebih banyak.Jadi secara singkat
hubungan dengan mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh pekerjaan
sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sehingga apabila ingin mobilitas sosial
semakin baik maka kesempatan memperoleh pendidikan semakin baik, dan hasil
pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

H. Peran Pendidikan Dalam Mobilitas Sosial


Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial. Berkat
pendidikan seorang dapat meningkatkan dalam status sosialnya. Pendidikan secara
merata memberi kesamaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara
golongan tinggi dan rendah. Melalui pendidikan tiap warga Negara dapat membaca
surat kabar dan majalah yang sama, dapat memikirkan masalah-masalah politik,
sosial, dan ekonomi yang sama.
Walaupun terdapat mobilitas sosial secara sektoral, banyak pula golongan
rendah yang tetap dianggap rendah. Namun kedudukan golongangolongan rendah
tidak statis akan tetapi dapat terus bergerak maju diberi pendidikan yang lebih
banyak.
Mobilitas sosial ini terus berlangsung di semua Negara khususnya dalam
masyarakat industri karena di butuhkannya sejumlah besar tenaga teknis dan
professional. Golongan sosial tinggi tidak memenuhi segala kebutuhan itu dan
terpaksa mengambilnya dari lapisan sosial yang lebih rendah. Mereka yang lahir
dari golongan atas dan tidak mempunyai motivasi untuk memperoleh kemampuan
teknis, professional atau managerial akan dengan sendirinya turun dalam tangga
sosial. 8

I. Terjadinya Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan

8
Nasution, S. 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Hal. 39
Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Bahkan jenis
pekerjaan kasar yang berpenghasilan baik pun sukar diperoleh, kecuali jika
seseorang mampu membaca petunjuk dan mengerjakan soal hitungan yang
sederhana. Pada banyak dunia usaha dan perusahaan industri, bukan hanya terdapat
satu, melainkan dua tangga mobilitas.Yang pertama berakhir pada jabatan mandor,
yang lainnya bermula dari kedudukan “program pengembangan eksekutif,” dan
berakhir pada kedudukan pimpinan. Menaiki tangga mobilitas yang kedua tanpa
ijazah pendidikan tinggi adalah sesuatu hal yang jarang terjadi. Hal ini diduga
bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya kemungkinan
mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak selalu
benar bila pendidikan itu terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Jadi
walaupun kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMU masih menjadi pertanyaan
apakah mobilitassosial dengan sendirinya akan meningkat. Mungkin sekali tidak
akan terjadi perluasan mobilitas sosial, seperti dikemukakan diatas ijazah SMU
tidak lagi memberkan mobilitas yang lebih besar kepada seseorang. Akan tetapi
pendidikan tinggi masih dapat memberikan mobilitas itu walaupun dengan
bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin berkurang jaminan ijazah untuk
meningkat dalam status sosial.
Kini pendidikan SD bahkan SMA hampir tidak ada pengaruhnya dalam
mobilitas sosial. Iklan mencari pesuruh kantor mengundang lamaran dari lulusan
SMA. Apa lagi bila kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMA, atau sebagian
besar mendapat kesempatan menempuh pendidikan SMTA, maka ijazah SMA tidak
ada lagi artinya dalam mencari kedudukan yang tinggi pun kini sudah bertambah
sukar untuk memperoleh kedudukan yang empuk (Danandjaja, 2000: 12).
Di samping ijazah perguruan tinggi ada lagi faktor-faktor lain yang membawa
seseorang kepada kedudukan tinggi dalam pemerintahan atau dalam dunia
usaha.dapat kita pahami bahwa anak-anak dalam golongan rendah lebih sukar
mendapat kedudukan sebagai pimpinan perusahaan disbanding dengan anak
pemimpin perusahaan itu sendiri (Danandjaja: 14). Hubungan pribadi, rekomendasi
dari orang yang berkuasa di samping ijazah dan prestasi turut berperan untuk
mendapat posisi yang tinggi. Mobilitas sosial bagi individu agak kompleks karena
adanya macam-macam faktor yang membantu seorang meningkatkan dalam jenjang
social (Nasution: 42).
Sekolah dapat membuka kesempatan untuk meningkatkan status anakanak
dari golongan rendah. Di sekolah mereka mempunyai hak yang sama atas pelajaran,
mempelajari buku yang sama, mempunyai guru yang sama, bahkan berpakaian
seragam yang sama dengan anak-anak dari golongan tinggi (Nasution: 43). Dengan
prestasi yang tinggi dalam bidang akademis, olah raga, kegiatan ekstrakurikuler,
organisasi sekolah, dan lain-lain, mereka akan diterima dan dihargai oleh semua
murid. Dalam hubungan kelas mereka dapat mengikat tali persahabatan dengan
anak-anak dan golongan sosial yang lebih tinggi yang mungkin dapat dilanjutkan
dikemudian hari. Ia juga diharapkan meneruskan pelajarannya di perguruan tinggi.
Akan tetapi bila ia hanya memiliki ijazah Sekolah Menengah, mungkin tingkat
pendidikan itu kurang memadai dan tidak banyak artinya dalam meningkatkan
kedudukan sosialnya sebagai orang dewasa dan justru akan mengalamii frustasi,
kecuali bila ia bekerja keras didorong oleh tekad yang bulat untuk naik dalam
jenjang sosial. 9
Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari tiga “jenis
pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan
pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebih bisa
diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih
mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik
status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemudian mereka lebih
mempercayai kemampuan atau skill individu yang bersifat praktis daripada harus
menghormati kepemilikan ijasah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi sang
pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang bagi
tumbuhnya pendidikan-pendidikan nonformal, yang lebih bisa memberikan
keterampilan praktis-pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya

9
Muh. Yusuf Seknun, Pendidikan Sebagai Media Mobilitas Sosial, AULADUNA VOL. 2 NO.
1, 2015, hal. 137-138
berpengaruh pada pencapaian status seseroang. Dalam perspektif lain, dari sisi
intelektualitas, memang orang-orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya
dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil
keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat
penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam
masyarakat.

J. Strategi Pembaharuan Pendidikan Demi Tercapainya Mobilitas Sosial


Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari tiga “jenis
pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan
pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebih bisa
diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih
mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik
status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemudian mereka lebih
mempercayaikemampuan atau skill individu yang bersifat praktis dari pada harus
menghormati kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi sang
pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang bagi
tumbuhnya pendidikan-pendidikan non formal, yang lebih bisa memberikan
keterampilan praktis pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya
berpengaruh pada pencapaian status seseorang. Dalam perspektif lain, dari sisi
intelektualitas, memang orang-orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya
dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil
keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat
penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam
masyarakat.
Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia
pendidikan yang mulai dirintis sebagaial ternatif untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Jadi pembaharuan pendidikan
dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan
dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan
harapan kemajuan kedepan.
Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran yang
harus diperhatikan, yaitu:
1. Pendidikan akan berpengaruh terhadap perubahan masyarakatdan
2. Pendidikan harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses
transformasi menuju terwujudnya masyakat madani.
          Proses perubahan sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana
dengan langkah-langkah yang strategis, yaitu “mengidentifikasi berbagai problem
yang menghambat terlaksanya pendidikan dan merumuskan langkah-langkah
pembaharuan yang lebih bersifat strategis dan praktissehingga dapat
diimplementasikan dilapangan” langkah-langkah tersebut harusdilakukan secara
terencana, sistematis, dan menyentuh semua aspek, mengantisipasi perubahan yang
terjadi, mampu merekayasa terbentuknya sumber daya manusia yang cerdas, yang
memiliki kemampuan inovatif dan mampu meningkatkan kualitas manusia. Oleh
karena itu, pendidikan betul-betulakan berpengaruh terhadap perubahan kehidupan
masyarakat dan dapat memberikan sumbangan optimasi terhadap proses
transformasi ilmu pengetahuan dan pelatihan dan dapat diimplementasikan dalam
kehidupan manusia.10

10
Rinitarosalinda, Pendidikan dan Mobilitas Sosial,
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2019/06/pendidikan-dan-mobilitas-sosial.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai