Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL

(REVISI)
Disusun Oleh:
Kelompok 8
PAI 1

1. Putri Rahmadani 1710202033

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
A. PENDAHULUAN
Pendidikan pada hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan peserta
didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum ia masuk ke
dunia pendidikan.1 Agar pendidikan dapat memainkan peranannya sebagai
penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk intelektual
peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam perubahan yang
terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan dalam masyarakat
tergantung akan pendidikan apa yang diterima oleh peserta didiknya. Sebagai
contoh, apabila pendidikan mengajarkan bahwa komunis, kapitalisme, dan
anarkisme tidak baik. Maka peserta didik tidak akan melakukan hal tersebut.
Misalnya juga, bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan harus dengan
peka terhadap realitas sosial maka peserta didik yang dihasilkan akan selalu
melakukan perbaikan menjadi diri yang lebih baik lagi caranya mentaati perintah
dan menjauhi larangannya.
Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami
kemajuan atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari
pendidikan. Sebab, tanpa adanya Mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin
untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Maka dari itu, dalam makalah ini
akan mencoba membahas tentang pengertian dari pendidikan; pengertian dari
mobilitas sosial; proses terjadinya mobilitas sosial; saluran mobilitas sosial;
faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas sosial; faktor-faktor yang menghambat
mobilitas sosial; strategi pembaharuan pendidikan demi tercapainya mobilitas
sosial; peranan pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial; dan hubungan
pendidikan dengan mobilitas sosial.

1
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara , 2011 , h. 39.

1
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
Dilihat dari aspek bahasa, pendidikan berasal dari kata didik yang berarti
pemeliharaan, yakni memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan). Istilah
pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan dan
Bimbingan.2 Dalam bahasa Arab, kata pendidikan disebut tarbiyah, masdar kata
kerja rabba yu rabbi-tarbiyatan, yang artinya mendidik, mengasuh.3
Secara istilah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan,
dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering
terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara
otodidak.4

Jadi, dari pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa


Pendidikan merupakan suatu pembelajaran pengetahuan ataupun keterampilan
dengan memberi bimbingan atau pemeliharaan yang dilakukan oleh pendidik
kepada peserta didik melalui pengajaran, pelatihan, ataupun penelitian.
Pendidikan bisa juga didapatkan tanpa bimbingan orang lain atau secara otodidak.

2. Pengertian Mobilitas Sosial


Secara bahasa mobilitas berasal dari bahasa latin “mobilis” yang berarti
mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
Dan asal kata sosial mulanya berasal dari bahasa latin ”socius” yang mempunyai
arti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, serta berkembang dalam kehidupan
bersama. Itu artinya seorang individu memang sudah ditentukan tidak bisa hidup
terlepas dari bantuan orang lain, karena dia tetap membutuhkan bantuan dan

2
Ramayulis, dkk. Dasar-dasar Pendidikan, (Padang, The Zaky Press. 2009), h. 15.
3
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2016), h. 194.
4
Ramayulis, dkk, Op.cit., 2009, h. 15.

2
perhatian dari orang lain. Secara istilah mobilitas sosial adalah sebuah gerakan
masyarakat dalam kegiatan menuju perubahan yang lebih baik. Menurut Henry
Clay Smith mengatakan mobilitas sosial adalah gerakan dalam struktur social
(gerakan antar individu dengan kelompoknya). 5 Paul B. Horton dan Chester L.
Hunt mengatakan mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas
sosial ke kelas sosial lainnya.6

Jadi, dari pemaparan di atas tentang mobilitas sosial dapat disimpulkan


bahwasanya mobilitas sosial adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun
penurunan status dan peran anggotanya terhadap tingkat status sosial yang di
hadapinya. Suatu gerakan atau perubahan ke arah yang positif atau baik, maka
perubahan itu akan membawa seseorang menuju tingkat sosial yang baik sehingga
kedudukannya atau tingkat sosialnya meningkat di dalam masyarakat. Sebaliknya,
jika pergerakan atau perubahan yang dilakukan seseorang itu mengarah pada hal
yang negatif ataupun kurang maksimal, maka kedudukannya atau tingkat
sosialnya mengalami penurunan di dalam masyarakat. Proses keberhasilan
ataupun kegagalan setiap orang dalam melakukan gerak sosial seperti inilah yang
dikatakan mobilitas sosial (social mobility).

3. Proses terjadinya mobilitas sosial


Proses terjadinya mobilitas sosial melalui tipe-tipe gerak sosial terdiri dari
dua macam, yaitu gerak social horizontal dan vertical. Penjelasannya, sebagai
berikut: 7
a. Gerak social horizontal merupakan peralihan individu atau objek sosial
lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Contohnya: Seorang guru yang mengajar pelajaran agama yang bertugas di
MAN 4 merasa tidak cocok dengan lingkungan di sekolah tersebut, lalu guru
tadi pindah tugas di MAN 1 dan tetap mengajar pelajaran agama.

5
Ary Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, h. 36.
6
Abdullah Idi, Op.cit., h. 195.
7
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta, PT Raja Garfindo Persada,
1982), h. 220.

3
b. Gerak sosial vertikal adalah perpindahan individu maupun objek sosial
lainnya dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak
sederajat.
Sesuai dengan arahnya, karena itu dikenal dua jenis mobilitas vertikal, yakni:
1) Gerak sosial meningkat (social climbing), yaitu gerak perpindahan anggota
masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi.
Contohnya: Seorang buruh pabrik yang giat bekerja, karena ia dipandang
ulet dan rajin oleh atasannya lalu diangkat menjadi kepala bagian di pabrik
tersebut.
2) Gerak sosial yang menurun (social singking), yakni perpindahan anggota
masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang lebih rendah
posisinya.
Contohnya: Seorang pejabat yang ketahuan melakukan korupsi, lalu
diturunkan dari kedudukannya bahkan diberhentikan.

Berdasarkan pemaparan di atas tentang proses terjadinya mobilitas sosial


dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya mobilitas sosial terdiri dari dua
macam, yakni gerak social horizontal dan gerak social vertikal. Gerak sosial ini
masing-masing mempunyai perpindahan kedudukan sosial, baik itu kedudukan
sosial dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lain atau sederajat (gerak
sosial horizontal); dari perpindahan kedudukan sosial dari tingkat rendah ke
tingkat tinggi dan ada juga perpindahan kedudukan sosial dari tingkat tinggi ke
tingkat rendah (gerak sosial vertikal).

4. Saluran Mobilitas Sosial


Menurut P.A. sorokin, mobilitas sosial dapat dilakukan melalui beberapa
saluran, yakni:8
a. Angkatan Bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk
saluran mobilitas sosial vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan

8
Abdullah Idi, Op.cit., h. 198-200.

4
pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena
menyelamatkan negara dari pemberontakan, dia akan mendapatkan
penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan
pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan
masyarakat rendah.

b. Lembaga Keagamaan
Lembaga keagamaan dapat meningkatkan status sosial seseorang, misalnya
seorang yang berjasa dalam perkembangan agama seperti ustadz, pendeta, dan
biksu. Status sosial para penyebar ajaran agama ini akan meningkatkan status
sosialnya di masyarakat, terutama bagi komunitas pengikut agama tertentu.

c. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan umumnya merupakan saluran yang konkret dari
mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator
(perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan lebih
tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
mendapatkan kedudukan lebih tinggi. Seperti, seorang anak dari keluarga
miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi, setelah lulus dia
memiliki pengetahuan bisnis dan menggunakan pengetahuannya untuk
berusaha, sehingga dia berhasil menjadi pengusaha sukses, yang telah
meningkatkan status sosialnya.

d. Organisasi Politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya
yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi,
sehingga status sosialnya meningkat.

e. Ekonomi
Organisasi ekonomi, seperti perusahaan, koperasi, BUMN, dapat
meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya,

5
semakin besar jabatannya. Jika jabatannya tinggi maka pendapatannya akan
bertambah. Karena pendapatannya bertambah berakibat pada kekayaannya
bertambah. Juga, karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosial di
masyarakat meningkat.

f. Keahlian
Seperti situs-situs karya ilmiah, orang yang rajin menulis dan
menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya
akan dianggap lebih tinggi dari pengguna biasa. Sejumlah pemikiran atau ide-
ide penting akan bermanfaat bagi para pembaca dan mungkin akan berguna
dalam menambah ilmu pengetahuan terkait, atau bahkan ide tersebut dapat
menjadi bahan dan inspirasi solusi terhadap suatu permasalahan kehidupan
yang sedang dihadapinya.

g. Perkawinan
Melalui perkawinan, seorang bisa berubah kedudukan atau status sosialnya.
Misalnya, seorang pria miskin yang menikah dengan seorang janda kaya
dengan sendrinya satus sosial pria itu berubah menjadi orang kaya yang
dikarenakan istrinya kaya.

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai saluran mobilitas sosial, dapat


disimpulkan bahwa ada beberapa saluran mobilitas sosial yang masing-masing
berperan agar tercapainya status sosial yang baik, yaitu: (1) angkatan bersenjata,
seperti kenaikan pangkat seorang prajurit; (2) lembaga keagamaan, yaitu orang
yang berjasa dalam perkembangan agama, seperti ustadz, biksu, dll; (3) lembaga
pendidikan, sangat berperan penting dalam meningkatkan status sosial, seperti
orang yang awalnya miskin ia mengenyam pendidikan lalu mendapatkan suatu
ilmu pengetahuan dari pendidikannya, ia gunakan dalam menjalankan bisnisnya
lalu menjadi orang yang sukses; (4) organisasi politik, misalnya anggota dalam
suatu organisasi politik itu mempunyai skill dan semangat yang ulet maka posisi
jabatannya di organisasi tersebut akan meningkat. Sehingga, status sosialnya juga

6
meningkat; (5) ekonomi, seperti perusahaan, koperasi, BUMN, dapat
meningkatkan tingkat pendapatan seseorang, dan menambah kekayaannya,
sehingga status sosialnya meningkat; (6) keahlian, misal seorang yang mempunyai
inteligensi dan bakat dalam dirinya akan melakukan suatu keahlian yang ia sukai
dan dapat bermanfaat bagi orang banyak, lalu ia dikenal banyak orang. Inilah
dapat terwujudnya status sosial yang baik; dan (7) perkawinan, melalui
perkawinan, seorang bisa berubah kedudukan atau status sosialnya. Seperti, pria
yang miskin menikah dengan janda kaya. Sehingga, pria tadi menjadi kaya juga
dan status sosialnya berubah menjadi lebih meningkat dari sebelumnya.

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Terjadinya Mobiltas Sosial


Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya mobilitas sosial melalui
saluran pendidikan, pada dasarnya, sama dengan faktor-faktor yang memengaruhi
terjadinya mobilitas sosial pada umumnya. Faktor pengaruh mobilitas sosial,
antara lain:9
a. Perubahan kondisi sosial
Di mana kemajuan teknologi, misalnya, dapat memberi peluang kemungkinan
timbulnya mobilitas sosial. Penggunaan internet di sekolah bukanlah suatu hal
yang luar biasa. Di institusi pendidikan, para pendidik dan fasilitas penunjang
pembelajaran sudah mulai banyak yang memiliki layanan internet. Perbedaan
anak didik dari kalangan berbeda mulai direduksi dan dapat menggunakan
internet bersama-sama. Pengetahuan mereka bertambah dan memungkinkan
mereka untuk berprestasi dan akhirnya status sosial pun dapat meningkat pula,
katakanlah sebagai anak didik cerdas yang berasal dari kalangan kurang
mampu.

b. Ekspansi teritorial dan gerak populasi


Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang membuktikan ciri
fleksibilitas struktur, stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan
kota, transmigrasi, bertambah, dan berkurangnya penduduk.

9
Ibid., h. 201.

7
c. Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beragam akan
memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran
pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan menghalangi
mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas serta
efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial dan merangsang
mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.

d. Pembagian kerja
Terjadinya mobilitas bisa juga dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang
ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan terspesialisasi maka mobilitas
sosial akan menjadi lemah dan menyulitkan orang untuk bergerak dari satu
strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan
khusus. Kondisi ini dapat memacu anggota masyarakatnya untuk lebih giat
berusaha agar dapat memperoleh status sosial tersebut.

e. Tingkat fertilitas yang berbeda


Kelompok masyarakat yang berlatar belakang tingkat sosial-ekonomi dan
pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas lebih tinggi. Pada sisi
lain, pada masyarakat berlatar belakang kelas sosial-ekonomi lebih tinggi
cenderung membatasi tingkat reproduksi dan fertilitas. Dalam hal ini, orang-
orang yang berlatar belakang sosial-ekonomi dan pendidikan lebih rendah
mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas
keturunan, dan sekaligus mobilitas bisa terjadi.

f. Kemudahan dalam akses pendidikan


Jika kualitas pendidikan mudah didapat, mempermudah orang untuk
melakukan mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi anak
didik. Sebaliknya, kesulitan dalam akses pendidikan bermutu, akan
menjadikan orang tak memperoleh pendidikan yang bagus, kesulitan untuk
mengubah status, akibat dari kurangnya ilmu pengetahuan.

8
Dari pemaparan di atas tentang faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya
mobilitas sosial, dapat disimpulkan bahwasanya Agar terjadinya mobilitas sosial
pastinya ada faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktornya, yaitu: (1)
perubahan kondisi sosial, yakni dalam kemajuan teknologi di era globalisasi
internet menjadi salah satu alat untuk mempermudah dalam mencari informasi
dan memudahkan dalam belajar-mengajar. Dengan ini, perbedaan anak didik dari
kalangan berbeda (anak yang cerdas namun kurang mampu) dapat menggunakan
internet bersama-sama. Maka, pengetahuannya bertambah dan memungkinkan
bisa untuk berprestasi dan akhirnya status sosial pun dapat meningkat; (2)
ekspansi teritorial dan gerak populasi, yakni membuktikan ciri fleksibilitas
struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota,
transmigrasi, bertambah, dan berkurangnya penduduk. (3) komunikasi yang
bebas, komunikasi yang bebas serta efektif akan memudahkan dalam pertukaran
pengetahuan dan pengalaman sehingga, dapat memberikan solusi serta
menghadapi suatu permasalahan atau rintangan; (4) pembagian kerja, Jika tingkat
pembagian kerja tinggi dan harus memenuhi syarat dan ketentuan yakni pekerjaan
menuntut keterampilan khusus, sehingga menyulitkan orang untuk mendapatkan
pekerjaan tersebut. Jadi, kondisi ini dapat memacu anggota masyarakatnya untuk
lebih giat berusaha agar dapat memperoleh status sosial tersebut; (5) tingkat
fertilitas yang berbeda, yakni tingkat fertilisasi dari kelompok masyarakat yang
berlatar belakang tingkat sosial-ekonomi dan pendidikan rendah berbeda dengan
tingkat fertilisasi dari kelompok masyarakat yang berlatar belakang tingkat sosial-
ekonomi dan pendidikan tinggi; dan (6) kemudahan dalam akses pendidikan,
apabila kualitas pendidikan mudah didapat, maka dapat mempermudah orang
untuk melakukan mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi
anak didik.

9
6. Faktor-faktor yang Menghambat Terjadinya Mobilitas Sosial
Sejumlah faktor yang dapat menghambat terjadinya mobilitas sosial dalam
pendidikan, antara lain:10
a. Perbedaan kelas rasial
Seperti terjadi di Afrika Selatan pada masa lalu. Ketika itu, ras berkulit putih
berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam
untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa, dan juga
termasuk di sistem pendidikan. Sistem ini dinamakan Apartheid dan dianggap
berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden
Afrika Selatan. Agak mirip dengan kondisi etnis Aborigin di Australia belum
memiliki peluang optimal dalam sistem pemerintahan dan pendidikan di
Australia. Anak-anak Aborigin umumnya memiliki sekolah khusus yang
disebut sekolah Aborigin. Sama halnya dengan etnis Mahowak di Canada
(Amerika Utara) agak mirip kondisinya dengan etnis Aborigin, mereka
memiliki perkampungan/desa dan sekolah khusus. Dilihat dari kondisi struktur
sosial-ekonomi, pendidikan dan politik, mereka hingga kini belum
menempatkan posisi sejajar dengan orang kulit putih (white colour).

b. Agama
Negara yang mayoritas penduduknya menganut agama tertentu, kadangkala,
mereka yang menganut agama tertentu mereka akan mendapat kesulitan untuk
menduduki tempat yang terhormat dalam realitas kehidupan berbangsa,
walaupun secara resmi agama minoritas memiliki hak yang sama.

c. Diskriminasi kelas
Dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas sosial ke atas. Hal
ini terbukti dengan adanya pembatasan status organisasi tertentu dengan
berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu
memperolehnya. Misalnya, ketika penerimaan siswa unggulan dibatasi hanya
120 orang siswa prestasi terbaik yang lupus, sehingga 120 orang yang

10
Ibid., h. 203-205.

10
mendapat kesempatan untuk menaikkan status sosialnya menjadi siswa
unggulan di kelas tertentu.

d. Kemiskinan
Kemiskinan dapat menghambat seorang untuk berkembang dan mencapai
status sosial tertentu. Misalnya, seorang anak memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolahnya karena orang tuanya tidak dapat lagi membiayai
sekolahnya. Sehingga, anak tadi tidak memiliki kesempatan untuk
meningkatkan status sosialnya.

e. Perbedaan jenis kelamin


Dalam masyarakat, perbedaan jenis kelamin, juga berpengaruh terhadap
prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan untuk
meningkatkan status sosial. Dalam bidang pendidikan, jika ada siswa
perempuan dan siswa laki-laki yang lebih cerdas kadangkala perlakuan
berbeda juga terjadi, misalnya anak laki-laki lebih diutamakan untuk menjadi
ketua kelas.

Jadi, dari pemaparan di atas mengenai faktor-faktor yang menghambat


mobilitas sosial dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai mobilitas sosial, tak
lepas dari yang namanya faktor yang menghambatnya yang terjadi dalam
kehidupan, seperti: (1) perbedaan kelas rasial, yakni membedakan seseorang
melalui ras. Seperti ras kulit putih dengan yang ras kulit hitam. Ras kulit hitam
seperti tidak di anggap dan di kucilkan dengan ras kulit putih yang mengakui
dirinya lah yang baik dari ras tadi. Sehingga, ras kulit hitam sulit untuk
menempati posisi yang tinggi atau baik; (2) agama, dalam menganut suatu agama
yang minoritas di suatu tempat yang mayoritasnya agama lain. Maka, perlakuan
terhadap agama yang minoritas akan berbeda dengan yang mayoritas. Bagi
penganut agama yang minoritas seperti diasingkan atau tidak dianggap di tempat
tersebut; (3) diskriminasi kelas, adanya pembatasan status organisasi tertentu
dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu

11
memperolehnya; (4) kemiskinan, untuk mencapai status sosial yang baik maka
hanya orang yang kaya yang dapat mewujudkan status sosialnya yang baik di
masyarakat, sedangkan yang miskin tidak bisa mewujudkan hal itu dikarenakan
kurangnya ataupun tidak sanggup lagi membiayai sekolah atau pendidikan ke
tingkat yang lebih atas; dan (5) perbedaan jenis kelamin, perbedaan ini sering
terjadi seperti laki-laki yang lebih diutamakan daripada perempuan terutama
dalam hal kepemimpinan.

7. Strategi Pembaharuan Pendidikan Demi Tercapainya Mobilitas Sosial


Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia
pendidikan yang mulai dirintis sebagai alternatif untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Dalam proses perubahan
pendidikan paling tidak memiliki dua peran yang harus diperhatikan, yaitu: (1)
Pendidikan akan berpengaruh terhadap perubahan masyarakat, dan (2) Pendidikan
harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses transformasi menuju
terwujudnya masyakat madani. Proses perubahan sistem pendidikan harus
dilakukan secara terencana dengan langkah-langkah yang strategis, yaitu
“mengidentifikasi berbagai problem yang menghambat terlaksananya pendidikan
dan merumuskan langkah-langkah pembaharuan yang lebih bersifat strategis dan
praktis sehingga dapat diimplementasikan dilapangan” langkah-langkah tersebut
harus dilakukan secara terencana, sistematis, dan menyentuh semua aspek,
mengantisipasi perubahan yang terjadi, mampu merekayasa terbentuknya sumber
daya manusia yang cerdas, yang memiliki kemampuan inovatif dan mampu
meningkatkan kualitas manusia.11

Dari pemaparan di atas tentang strategi pembaharuan pendidikan demi


tercapainya mobilitas sosial. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembaharuan
pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia
pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih

11
George Ritzer-Dougla J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2004),
h. 120.

12
memberikan harapan kemajuan ke depan. Oleh karena itu, pendidikan betul-betul
akan berpengaruh terhadap perubahan kehidupan masyarakat dan dapat
memberikan sumbangan optimasi terhadap proses transformasi ilmu pengetahuan
dan pelatihan dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia menuju
perubahan yang lebih baik.

8. Peranan Pendidikan Dalam Mewujudkan Mobilitas Sosial


Pendidikan dalam kaitannya dengan mobilitas sosial harus mampu untuk
mengubah mainstream peserta didik akan realitas sosialnya. Pendidikan yang
tepat untuk mengubah paradigma ini adalah pendidikan kritis yang pernah
digulirkan oleh Paulo Freire. Sebab, pendidikan kritis mengajarkan kita selalu
memperhatikan kepada kelas-kelas yang terdapat di dalam masyarakat dan
berupaya memberi kesempatan yang sama bagi kelas-kelas sosial tersebut untuk
memperoleh pendidikan.12
Jadi, dari pemaparan di atas tentang peranan pendidikan dalam
mewujudkan mobilitas sosial dapat disimpulkan bahwa peran pendidikan bukan
lagi hanya sekedar usaha sadar yang berkelanjutan. Akan tetapi, sudah merupakan
sebuah alat untuk melakukan perubahan dalam masyarakat. Pendidikan harus bisa
memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang realitas sosial, analisa
sosial dan cara melakukan mobilitas sosial.

9. Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas Sosial


Pendidikan menjadi salah satu saluran bagi seorang individu atau
kelompok sosial untuk melakukan mobilitas sosial. Pendidikan telah membuka
kemungkinan adanya mobilitas sosial. Dengan pendidikan seorang dapat
meningkatkan status sosialnya. Pendidikan merupakan anak tangga paling penting
pada banyak dunia usaha perusahaan industri. Yang pertama berakhir pada jabatan
mandor, dan yang lainya bermula dari kedudukan “program pengembangan
eksekutif” dan berakhir sebagai pimpinan. Menaiki tangga mobilitas kedua tanpa

12
Ari Perdana, “Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pemerataan” dalam www.
csis.com, diakses pada 18 Oktober 2018 pukul 12:46.

13
ijazah pendidikan tinggi adalah sesuatu hal yang jarang terjadi. Hal ini diduga
karena bertambah tingginya taraf pendidikan maka makin besar kemungkinan
mobilitas bagi anak golongan rendah menengah. Hal ini tidak selalu benar bila
pendidikan terbatas pada tingkat menengah. Walaupun ditingkatkan sampai SMU
masih jadi pertanyaan apakah mobilitas akan meningkat dengan sendirinya. Akan
tetapi perguruan tinggi masih dapat memberi perluasan mobilitas, walau jaminan
ijazah belum tentu meningkat untuk status sosial.
Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standar pendidikan dari
tiga “jenis” yaitu pendidikan informal, formal, dan nonformal. Tampaknya dua
jenis terakhir lebih diandalkan, karena kepemilikan tanda lulus seseorang untuk
naik jabatan. Pada pendidikan formal dunia kerja dan dunia status lebih
mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus untuk naik jabatan atau status. Akan
tetapi, seiring dengan perkembangan mereka kemudian mempercayai skill atau
kemampuan yang bersifat praktis dari pada harus menghormati pemegang ijazah
yang tidak sesuai dengan kompetensi tanda lulus tersebut.
Dalam persektif lain dari sisi intelektualitas, orang-orang yang
berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya lebih
terfokus pada jenjang-jenjang hasil belajar dari pendidikan formal tersebut. Makin
tinggi pendidikannya maka makin tinggi pula tingkat penguasaan ilmunya
sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.
Hubungan antara pendidikan dengan mobilitas seperti yang dikemukakan
Robert G. Burgess bahwa sistem pendidikanlah yang menjadi mekanisme
mobilitas sosial. Pendapat Ivan Reid menyatakan bahwa pendidikan memainkan
peranan penting dalam mobilitas sosial sekalipun tidak tertuju pada penempatan
pekerjaan tertentu.13

Berdasarkan pemaparan di atas tentang hubungan pendidikan dengan


mobilitas sosial dapat disimpulkan bahwasanya sistem pendidikan yang menjadi
mekanisme mobilitas sosial, dan pendidikan memainkan peranan dalam mobilitas

13
Edi Suharto, “Bahaya Sosial Privatisasi Pendidikan” , dalam http://relawan.net, diakses
pada 18 Oktober 2018 pukul 13:26.

14
sosial. Dengan bertambah tingginya taraf pendidikan maka makin besar
kemungkinan mobilitas bagi individu atau kelompok sosial. Dengan pendidikan
maka status sosialnya akan menuju perubahan yang lebih baik seperti orang-orang
yang berpendidikan, maka lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat.

15
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tentang pendidikan dan mobilitas sosial, dapat
disimpulkan bahwasanya pendidikan merupakan suatu pembelajaran pengetahuan
ataupun keterampilan dengan bimbingan atau pemeliharaan yang dilakukan oleh
pendidik kepada peserta didik melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Serta
bisa juga didapatkan tanpa bimbingan orang lain atau otodidak. Dan mobilitas
sosial adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan
peran anggotanya terhadap tingkat status sosial yang di hadapinya. proses
terjadinya mobilitas sosial terdiri dari dua macam,yakni gerak social horizontal
dan gerak social vertikal, serta ada beberapa saluran mobilitas sosial yang
masing-masing berperan agar tercapainya status sosial yang baik, yaitu: (1)
angkatan bersenjata; (2) lembaga keagamaan; (3) lembaga pendidikan; (4)
organisasi politik; (5) ekonomi; (6) keahlian; dan (7) perkawinan. Agar terjadinya
mobilitas sosial pastinya ada faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktornya,
yaitu: (1) perubahan kondisi sosial; (2) ekspansi teritorial dan gerak populasi; (3)
komunikasi yang bebas; (4) pembagian kerja; (5) tingkat fertilitas yang berbeda;
dan (6) kemudahan dalam akses pendidikan. Selain faktor yang memengaruhi
mobilitas sosial ada juga faktor-faktor yang menghambat mobilitas sosial, seperti:
(1) perbedaan kelas rasial; (2) agama; (3) diskriminasi kelas; (4) kemiskinan; dan
(5) perbedaan jenis kelamin.
Adapun strategi pembaharuan pendidikan demi tercapainya mobilitas
sosial, bahwa pembaharuan pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-
masalah yang ada dalam dunia pendidikan dan menyongsong arah perkembangan
dunia pendidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan ke depan. Dalam hal
ini, peran pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial yaitu sebagai alat untuk
melakukan perubahan dalam masyarakat. Pendidikan harus bisa memberikan
pemahaman kepada peserta didik tentang realitas sosial, analisa sosial dan cara
melakukan mobilitas sosial. Serta, hubungan antara pendidikan dengan mobilitas
sosial, yaitu sistem pendidikan yang menjadi mekanisme mobilitas sosial, dan
pendidikan dapat memainkan peranan dalam mobilitas sosial.

16
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Idi, Abdullah. 2016. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Perdana, Ari. “Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pemerataan” dalam www.


csis.com diakses pada 18 Oktober 2018 pukul 12:46.

Ramayulis., dkk. 2009. Dasar-dasar Pendidikan, Padang, The Zaky Press.

Ritzer, George -Dougla J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:


Kencana.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta, PT Raja Garfindo


Persada.

Suharto, Edi. “Bahaya Sosial Privatisasi Pendidikan” dalam http://relawan.net


diakses pada 18 Oktober 2018 pukul 13:26.

17

Anda mungkin juga menyukai