Anda di halaman 1dari 3

Rombel : Sejarah Publik

Nama : Cut Maulida


Npm : 1906101020083

1. Sejarah publik, sesuai namanya berarti sejarah untuk umum. Jennifer Evans, dalam
tulisannya “What is Public History” menyatakan sejarah publik adalah sejarah
sebagaimana yang dilihat, didengar, dibaca, dan diinterpretasikan oleh masyarakat umum.
Sejarah publik adalah juga sejarah yang dimiliki publik. Bila definisi ini kita pakai, maka
sebagai sejarawan yang mendapat pendidikan akademi tentu mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab yang besar, yaitu bagaimana menjadikan berbagai memori kolektif dan
perjalanan kehidupan kemasyarakatannya dapat dihadirkan ke pentas sejarah, dari publik
untuk publik. Salah satu caranya adalah melalui pelatihan kajian sejarah. Dalam konteks
ilmu sejarah, sejarah publik merupakan bagian dari sejarah terapan (applied history) yang
mengarahkan perhatiannya pada khalayak yang berada di luar lingkup sejarah akademik.
Oleh sebab itu, siapa saja bisa menjadi sejarawan publik.
Berbagai aktivitas dan peristiwa yang terjadi dalam perjalanan hidup masyarakat adalah
ranah publik yang banyak mendapat sorotan dari berbagai kelompok komunitas dalam
masyarakat itu sendiri. Mereka memperhatikan dan melihat berbagai cara pelayanan
masyarakat. Ada juga yang aktif belajar mendengarkan dan memahami “apa persisnya”
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan masyarakat/komunitas. Beberapa kelompok yang
lain melakukan gerakan penentangan keterkotakan dan rasa eksklusifisme dari komunitas.
Semua perhatian itu memberi indikasi, sesungguhnya kita sudah menjadi sejarawan publik.
Di Indonesia, sejarah publik relatif baru yang digerakkan sekurangnya oleh tiga golongan
masyarakat, yaitu pertama, kalangan grass root (individu- individu, masyarakat lokal atau
komunitas kelompok tanpa ada inisiasi oleh kaum profesional). Kedua, penerapan sejarah
publik berkaitan dengan kelompok pekerja di institusi terkait kesejarahan, seperti museum
atau situs sejarah. Ketiga berasal dari kalangan universitas, akademik, dan peneliti-peneliti
sejarah, yang pada umumnya melakukan penelitian (research) dan mengikutsertakan
masyarakat dalam penelitian sejarah mereka, seperti proyek sejarah lisan, dan proyek
eskavasi komunitas. Meskipun demikian, dalam kenyataannya masih relatif sedikit
sejarawan yang menulis atau memproduksi sejarah yang mendasari dirinya melalui
perspektif sejarah publik.
Sejarah publik secara sederhana dipahami sebagai sejarah dalam domain publik. artinya
secara terbuka mendiskusikan bagaimana masa lalu hadir dalam ingatan dan imajinasi
masyarakat luas saat ini. Sejarah publik adalah studi transdisipliner yang melibatkan
berbagai aktor untuk mendekatkan orang-orang dari masa lalu.
Manfaat nya adalah sejarah yang lampau memberikan sebuah inovasi dan imajinatif artinya
sebuah sejarah tentu akan membuat kemudahan sebuah teknologi yang baru. Yang mana
dalam sejarah ini kita juga bisa banyak belajar hal.
2. Pameran di “pedir Museum” Banda Aceh tentang peninggalan-peninggalan perang
Belanda dan Aceh, contohnya ialah seperti tembak atau pistol Belanda, baju Jendral prang
Belanda, alat perang Aceh Rencong dan lain-lainnya.
a. Tujuan pameran
Tujuan dari pameran adalah supaya semua manusia mengetahui dan mempercayai
bahwa ada suatu peristiwa pada masa lalu yang sangat berharga untuk kita kenali
dan pahami sehingga orang yang telah mengetahui dari pameran tersebut akan
percaya atas apa yang pernah terjadi di masa lalu karena ada tempat atau
peninggalan sebagai sebagai bukti hasil dari pameran tersebut mempercayai bahwa
ada suatu peristiwa peristiwa pada masa lalu yang sangat berharga untuk kita kenali
dan pahami sehingga orang yang telah mengetahui dari pameran tersebut akan
percaya atas apa yang pernah terjadi di masa lalu karena ada tempat atau
peninggalan sebagai bukti hasil dari pamerannya
b. Dampak pameran
seseorang akan merasa senang karena ia dapat mengetahui apa yang belum ia
ketahui dan akan menjadi ilmu pengalaman serta manfaatnya untuk dirinya sendiri.

3. Pusat pustaka adalah peninggalan dari nenek moyang secara turun menurun dan akan
diberikan kepada penerus yang berikutnya .
Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum, yang mengumpulkan merawat
meneliti dan menjaga sisa-sisa peninggalan sejarah yang pernah terjadi pada masa lampau.
Perbedaan antara pusat warisan dan Museum adalah warisan hanyalah peninggalan yang
akan diberikan kepada penerusnya dan akan dikembangkan kembali oleh seseorang yang
telah mempunyai hak dan kewajiban atas apa yang diberikan untuk menjadi miliknya,
sedangkan museum hanyalah tempat-tempat barang berharga dari hasil sebuah kejadian
atau peristiwa yang telah dikumpulkan dan dilindungi agar orang lain dapat mengetahui
dan memahami atas peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu

4.
Gambar di atas merupaka Bangunan tua warisan Belanda di kawasan Neusu Jaya,
Baiturrahman, Banda Aceh berstatus cagar budaya
Komplek perumahan peninggalan Belanda itu tampak asri. Bangunan-bangunan tua
bergaya klasik mengapit sisi Jalan Nyak Adam Kamil II, Neusu Jaya, Kecamatan
Baiturrahman, Banda Aceh. Menjejakkan kaki di sini kita seakan diajak memasuki labirin
waktu, tatkala provinsi yang menjadi daerah modal republik ini diduduki Belanda.
Rumah-rumah bermaterial kayu berbalut cat bernuansa tanah dengan arsitektur unik
menampilkan wajah lain kota tua Banda Aceh. Memburatkan rona tempo dulu pada wajah
kota yang kini menginjak usia 809 tahun.

Manfaat gambar tersebut apabila publik mengetahuinya ialah dapat memberikan tambahan
ilmu yang berguna dalam mengembangkan pengetahuan tentang sejarah perkembangan
pemukiman militer Belanda yang ada di Neusu Jaya dan Kuta Alam, khususnya berkaitan
dengan peninggalan militer Belanda yang dibangun pada masa penjajahan Belanda.

Anda mungkin juga menyukai