Anda di halaman 1dari 2

Orientasi :

Musim kemarau sudah hampir berlalu. Musim hujan sebentar lagi akan datang. Kegiatan tanam padi
pun sudah dimulai beramai-ramai oleh para penduduk bobot. Dengan cepat Nara keluar dari hutan
dan masuk daerah terbuka di pinggiran wilayah desa. Bukit menoreh terlihat di kejauhan, tegak
berdiri menantang langit dalam warna hijau tua kelabu yang sangat gagah. Sudah seminggu lebih ia
tak kesana. Sedang berpikir untuk menengok padepokan lagi, bangunan utama padepokan menoreh
terletak di salah satu tubir tebing curam di bukit menoreh, tepat di tengah-tengah antara kaki dan
puncak bukit. Letak padepokan terlihat sungguh sangat cantik. Belum lagi hawa yang luar biasa
dingin dan terkadang awan tebal yang berwarna putih bagai kapas menyelimuti tempat itu.

Pengungkapan peristiwa :

“Sejauh ini, mana tempat terjauh yang pernah kau datangi?” tanya empu soca kemudian, tanpa
sedikit pun menoleh pada nara.

“Gegelang Bapa.”

“mulai besok kau harus pergi lebih jauh lagi, yaitu kedu. Mungkin bahkan sampai pajang.

Kau pergilah ke kedu dan temui seorang temanku yang bernama ki tawang alun. Ia seorang jagabaya
kademangan bagelen. Orang itu sedang memerlukan bantuan. Ia tahu aku mempunyai murid silat
satu orang, yaitu kau. Ia meminta tolong untuk meminjam tenagamu untuk mengawal keselamatan
majikannya, Demang Bagelen Martawuni.mereka akan berangkat ke pajang untuk
mempersembahkan upeti tanda setia pada sinuwun sultan hadiwijaya. Besok pagi kau berangkat ke
kedu. Sepertinya rombongan bagelen akan berangkat bersamaan dengan orang-orang kedu.sejak
berangkat dari bobot subuh tadi, ia belum sempat mandi. Nara mengarahkan kudanya pelan-pelan
menuju sungai, namun kemudian ia terpaksa menarik paksa tali kekang kudanya berhenti
mendadak. Terlihat kelompok begal beranggotakan 15 orang sedang menggempur sengit kelompok
pria lain yang hanya separuhnya. Setelah menaruh kuda dan buntalan bekalnya di tempat aman, ia
langsung mengambil peran untuk bertarung, dengan kemunculan nara kelompok begal tadi
melarikan diri dan ada juga yang tewas tertusuk pedang. Lalu nara bertemu dengan ki tawang alun
pada rombongan yang ia bantu. “Kuucapkan terima kasih atas bantuanmu, Nara, “ kata ki tawang
alun kemudian. “kalau bukan karena kau yang mendadak muncul di sini, anak buahku sepertinya tak
akan mampu mengusir mereka. Keadaan kami sudah sangat payah. Setelah itu, dikediaman demang
kedu pun seketika riuh. Semua orang bangun, mengerumuni rumah gandok tempat ki tawang alun
menginap. Memanag ada mayat dalam wujud mengerikan di sana. Dua tangan dan dua kaki
dipotong sehingga terpisah dari badan dan kepala. “Ada tanda ukiran di pisau itu pisau khusus. Nara
mungkin dapat mengenalinya sebagai orang rimba persilatan.” Nara pun mengetahui milik kelompok
siapa itu. Dan ternyata pisau itu milik kelompok macan lawu. Sebelum kejadian itu ki tawang alun
menitipkan suatu pesan untuk menjaga dan mengawal rombongan ki martawuni. Nara pun diangkat
menjadi jagabaya dari si ki demang.
Menuju konflik:

Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya sebelum ia dan rombongannya berangkat. Dia mendapat
ajakan dari rangga mandala putra sulung gusrti senopati ing alaga dari mataram. Saya datang untuk
menghaturkan undangan dari kanjeng rama senopati agar saudara-saudara semua berkenan untuk
singgah sejenak di gubug kami yang sederhana dimataram, jika dia menolak undangan itu
rombongan rangga mandala akan mengepung tempat itu dan menyerbu pasukan dari ki
martawani.dengan terpaksa ki bocor menerima tawaran dari rangga mandala . rombongan kami
menunggu di seberang sungai nanti kita berangkat bersama-sama menuju mataram. Di tengah-
tengah alun kota mataram terdapat orang yang bersila menjalankan laku pepe. Menjelang
magrib,mengundang para kerabat dari kedu dan bagelen untuk berkumpul di masjid besar mataram,
nara bersiaga terhadap kemungkinan terburuk andai terjadi bentrokan antara ki bocor dengan
senopati atau rangga mandala. Nara menahan napas dengan tegang. Ia mengamati semua orang
dihadapannya. Namun hawa yabg tersaji justru sebaliknya, sangat panas. Dan senopati pun
menawarkan beberapa bantuan penting. Kepada sanak kadang di kedu, kami menawarkan para ahli
pengairan kami. Kepada saudara-saudara di bagelen, kami menawarkan bantuan berupa kekuatan
bala tentara untuk merebut weru dari tangan bango lampar.saya tegaskan, kami sangat bersungguh-
sungguh .tapi sebagaimana hukum yang berlaku dalam dunia dagang, pasti tak ada pemberian yang
bersifat Cuma-Cuma. Yang pertama, kesetiaan berupa ikatan persekutuan diantara ketiga daerah
kita. Yang kedua, untuk menunda dulu pergi ke pajang dan tinggal sedikit lama di mataram.

Puncak konflik:

Nara terbangun larut malam dan semua orang terlelap tidur. Ia menoleh cepat ke pintu dengan jelas
mendengar sebentuk bunyi sambaran angin. Tapi jelas sekali terdengar di telinganya. Seseorang
sedang bergerak dengan kecepatan tinggi didekat tempat itu.tak mau berpikir terlalu lama.nara
bangkit dan mengendap keluar tanpa suara. Hawa yang luar biasa dingindan tiupan angin liar segera
mnyambut. Ia membeliak kaget tapi bersikap waspada. Senjata-senjata kecil dibidikkan ke arahnya.
Di tengah kegelapan yang nyaris pekat,dua pisau melesat lewat, tak sampai sejengkal dari leher dan
lututnya.dua lain terpaksa ia tangkis dengan tangan dan kaki.seraup angin mampir kehidungnya dan
membuatnya kenal betul dengan bau yang selalu dekat ini sepanjang hari terakhir. Ki bocor?. Ki
bocor lalu meminta bantuan kepada nara untuk membunuh senopati. Kata nara “tapi apakah bisa
semudah itu”. Tiba-tiba terlihat dari jauh senopati ing alaga! Ia berdiri memegang obor di tangan
kanan,membuat wajah dan sosoknya terlihat jelas. Ki bocor pun berpikir cepat dan memilih
serangan mendadak dan tak terduga. Lalu ia melempar goloknya itu mengarah kepada senopati ,
tapi obor melayang memapaki luncuran golok.seketika terdehngar bunyi benturan keras tapi tak
telalu jelas, benda mereka kemabali kemasing-masing pemiliknya. Tpi golok ki bocok berputar
kembali kepadanya lebih cepat 2kali dari sebelumnya , ia pasrah diri tetapi nara menendang
pinggang ki bocor sehingga ki bocor selamat dari goloknya sendiri. Setelah itu munculah seorang
wanita bernama retna wilis, yang membawa ki bocor entah kemana bersamaan dengan senopati.

Anda mungkin juga menyukai