Di antaranya Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Pemoeda Indonesia, Jong
Islamieten Bond, Jong Celebes, Sekar Rukun, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum Betawi. Kongres
ini dilaksanakan di tiga gedung serta tiga rapat yang berbeda untuk menghasilkan Sumpah
Pemuda:
Acara kemudian dilanjutkan dengan uraian Mohammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang akan memperkuat persatuan
Indonesia diantaranya sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak dapat dipisahkan dari pergerakan
nasional. Gerakan kepanduan sejak dini akan mendidik anak-anak agar lebih disiplin dan
mandiri, keduanya adalah hal-hal yang dibutuhkan dalam hal perjuangan. Pada rapat ketiga
inilah diumumkan rumusan hasil kongres yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia. Sebelum kongres
ditutup, WR Supratman menampilkan lagu ciptaannya Indonesia Raya yang mendapat sambutan
meriah.
Satu hal yang menarik dari lagu ini, tidak banyak yang mengetahui bahwa lagu tersebut selama
ini dinyanyikan hanya satu bait. WR Supratman menciptakan lagu tersebut dalam tiga bait
(stanza). Dari ketiganya, stanza pertama jauh lebih populer dan dihafal masyarakat Indonesia
daripada kedua dan ketiga. Indonesia Raya kemudian diresmikan menjadi lagu kebangsaan yang
menjadi identitas bangsa Indonesia.
Berikut ini adalah isi dari Kongres Sumpah Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 :
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Tanpa Sumpah Pemuda dan perjuangan mereka Indonesia bisa saja tak mencapai kesatuan dan
tak berhasil melawan penjajah.
Karenanya amalkan Semangat juang dan lanjutkan energi positif mereka pada generasi kini dan
seterusnya dalam mengambil langkah Apapun demi kemajuan dan kebersatuan bangsa
Indonesia.
Kebanggaan akan bahasa Indonesia perlu ditekankan. Terlebih saat ini bahasa Indonesia mulai
tergeser karena modifikasi bahasa. Padahal, tanpa pemahaman berbahasa yang baik,
mengungkapkan isi dan ide akan sulit. Hal ini juga berpengaruh pada intelegensi dan rasa
nasionalisme.
Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu,
sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya
Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa
Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusastraan Indonesia.
2. S. Mangoensarkoro
S. Mangoensarkoro atau nama lengkapnya Sarmidi Mangoensarkoro merupakan tokoh penting
sumpah pemuda yang lahir di tahun 1904. Sarmidi merupakan aktivis pendidikan, dimana saat
kongres pemuda I dan II berlangsung, Sarmidi lebih banyak berbicara soal pendidikan untuk
rakyat Indonesia. Bahkan berkat konsentrasinya dalam bidang pendidikan yang begitu kuat
tersebut, pada tahun 1949 sampai 1950 Sarmidi dipercaya menjadi menteri pendidikan dan
kebudayaan Indonesia.
Selain itu, Dolly Salim juga berinisiatif untuk melantunkan lirik lagu Indonesia Raya meskipun
Kongres Pemuda dijaga oleh polisi Belanda dan melarang kata ‘merdeka’. Lirik ‘merdeka’
dalam lagu tersebut kemudian diganti dengan ‘mulia’ oleh Dolly Salim agar tidak memicu
pembubaran dan penangkapan tokoh lainnya.
4. Amir Syarifuddin
Amir Syarifuddin Harahap merupakan wakil ketua dari Jong Batak Bond. Amir merupakan salah
satu aktivis yang sangat anti Jepang, Ia berkontribusi dalam ide-ide brilian saat terjadinya
perumusan sumpah pemuda.
5. W.R. Supratman
W.R Supratman tidak hanya dikenal sebagai seorang wartawan, pengarang, dan pencipta lagu
Indonesia Raya, W. R. Supratman juga menjadi tokoh penting dalam peristiwa sumpah pemuda.
Pada penutupan kongres pemuda II, W. R. Supratman menunjukkan sebuah lagu instrumental
tanpa teks dengan alat musik biola yang menjadi lagu kemerdekaan Indonesia yaitu Indonesia
Raya.
Ketika Manifesto Politik itu dicetuskan, ia menjadi Pengurus Perhimpunan Indonesia bersama
Hatta di mana Soenario menjadi Sekretaris II sementara Hatta menjadi bendahara I. Akhir
Desember 1925, ia meraih gelar Meester in de Rechten kemudian pulang ke Indonesia.
Aktif sebagai pengacara, ia membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi
Hindia Belanda. Ia menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan
Sumpah Pemuda. Dalam kongres tersebut, Sunario menjadi pembicara dengan makalah
“Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia”.
7. J. Leimena
J. Leimena merupakan anggota panitia kongres pemuda II yang lahir pada tahun 1905 di Ambon
Maluku dan merupakan mahasiswa aktivis dan ketua dari organisasi pemuda Jong Ambon dan
sebagai panitia Kongres Pemuda Pertama dan Kedua.
8. Soegondo Dojojopoepito
Soegondo Djojopoespito Pahlawan nasional kelahiran Tuban, Jawa Timur pada 22 Februari 1905
tersebut dipilih langsung oleh Mohammad Hatta sebagai ketua Persatuan Pemuda Indonesia di
Belanda. Tokoh yang satu ini merupakan salah satu pemuda yang aktif dalam organisasi
kepemudaan yaitu PPI.
Bersama dengan Mohammad Yamin dan para pemuda lainnya, Soegondo Djojopoespito berhasil
menciptakan ikrar Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia yang sekarang kita kenal
sebagai Sumpah Pemuda.
9. Djoko Marsaid
Djoko Marsaid merupakan tokoh penting Sumpah Pemuda yang menjabat menjadi wakil ketua.
Tokoh yang satu ini merupakan ketua dari Jong Java sebelum akhirnya menjabat sebagai wakil
ketua mendampingi Soegondo Djojopoespito.
Tidak banyak yang diketahui dari Djoko Marsaid, namun perannya sebagai wakil ketua tetap
menyumbang kontribusi besar bagi kelahiran Sumpah Pemuda dan tidak boleh kamu lupakan.
Pada tahun 1908, organisasi gerakan nasional pertama lahir dengan nama “Budi Utomo”. Sejak
Budi Utomo berdiri, muncul pula berbagai organisasi pemuda berkarakter daerah, seperti Tri
Koro Dharmo atau Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan lain-lain.
Seiring berjalannya waktu, lahirlah organisasi yang lebih luas seperti Perhimpunan Indonesia,
yang kemudian menjadi organisasi politik. Banyak pemikiran atau ide lain juga datang dari
banyak organisasi kepemudaan yang muncul namun memiliki satu tujuan, yaitu tercapainya cita-
cita nasional.
Salah satu upaya untuk mencapai mufakat adalah dengan mengadakan pertemuan besar, yang
kemudian disebut Kongres Pemuda I. Kongres Pemuda I ini untuk membangkitkan semangat
kerja sama antar organisasi kepemudaan.
Pertemuan Pertama
Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April 1926 di gedung Vrijmetselaarsloge
(sekarang gedung Bappenas), pada pukul 20.00. Kongres hari pertama dibuka dengan pidato
ketua kongres, yaitu Mohammad Tabrani. Ia membicarakan bahwa ada cara untuk
menyingkirkan penjajah. Karena itu, Tabrani meminta seluruh peserta kongres yang hadir
menjadi pilar kekuatan bagi kemerdekaan Indonesia.
Mengenai Kongres, Tabrani juga mengatakan bahwa tujuan Kongres adalah untuk meningkatkan
semangat kerja sama di antara asosiasi-asosiasi Indonesia. Usai pembukaan Kongres, perwakilan
masing-masing asosiasi diundang untuk berbicara. Setelah semuanya berjalan lancar sesuai
dengan tujuan, kongres hari pertama berakhir pada pukul 00.15.
Pertemuan Kedua
Pada hari Senin, 1 Mei 1926, kongres dilaksanakan kembali pada pukul 20.00. Topik utama yang
diangkat adalah posisi perempuan yang dibawakan oleh tiga pembicara yaitu Bahder Djohan,
Stientje Ticoalu-Adam, dan Djaksodipoera. Pada kongres hari kedua, Tabrani mengangkat
diskusi tentang perempuan karena, menurutnya perjuangan kemerdekaan tidak hanya dipimpin
oleh laki-laki. Bahder Djohan mengatakan topik perempuan sama pentingnya untuk dibahas,
seperti cita-cita politik dan ekonomi.
Dalam sebuah keluarga, seorang wanita yang berperan sebagai seorang ibu dapat mulai mengajar
anak-anaknya untuk mencintai tanah air mereka. Oleh karena itu, gagasan persatuan bangsa
dapat digagas oleh perempuan di lingkungan keluarga.
Selain itu, Ibu Stientje juga mengemukakan bahwa meskipun kedudukan perempuan di Indonesia
tidak sama, namun ada satu kesamaan yaitu dorongan batin untuk memperoleh kebebasan.
Begitu juga Nona Adam, yang mengatakan wanita dapat memilih mana yang terbaik untuk
dikampanyekan. Kemudian dari pembicara ketiga, Djaksodipoera memberikan sambutannya
yang bertajuk “Rapak Lumuh”.
Dalam sambutannya dikatakan bahwa kedudukan perempuan sangat lemah dalam perkawinan,
karena sewaktu-waktu dapat diceraikan, tetapi tidak dapat menceraikan suaminya. Oleh karena
itu, Djaksodipoera mewajibkan istri memiliki hak yang sama dengan suaminya. Setelah
menyampaikan pendapat yang berbeda, terjadi diskusi tentang isu perempuan. Setelah
pelaksanaan hari kedua ini berjalan lancar, kongres hari kedua berakhir pada pukul 24.00.
Pertemuan Ketiga
Kongres Pemuda I hari ketiga diadakan pada tanggal 2 Mei 1926 dan dilaksanakan pada pukul
09.00. Agenda kongres hari ketiga adalah mendengarkan ceramah dari dua pembicara,
Moh.Yamin dan Pinontoan. Moh. Yamin memberikan sambutan tentang bahasa-bahasa yang ada
di Indonesia salah satunya bahasa Melayu yang menurutnya mudah dipelajari dan dapat
diadaptasi untuk digunakan secara luas. Oleh karena itu, Moh. Yamin menyarankan agar bahasa
Melayu dapat digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia.
Selain itu, Pinontoan juga berbicara tentang pentingnya Islam dan Kristen di Indonesia. Ia
berpendapat bahwa, untuk mendapatkan persatuan bangsa di Indonesia, umat Islam dan Kristen
harus melepaskan kefanatikan mereka terhadap agama. Pinontoan mengatakan bahwa dalam
gerakan solidaritas, agama tidak boleh berperan langsung. Setelah selesai, kongres hari ketiga
berakhir pada pukul 12.30 WIB.
Hasil Kongres Pemuda I
Setelah Kongres Pemuda I dilaksanakan dalam tiga hari maka telah ditemukan hasil atau poin
penting yang telah dibicarakan dalam kongres tersebut. Berikut adalah hasil dari Kongres
Pemuda I.
Hasil tersebut tentunya dapat mendukung kemajuan bangsa Indonesia dalam hal kesatuan dan
kesatuan pemuda di Indonesia. Di mana peran pemuda Indonesia tentu sangat penting sekali
untuk membuat Indonesia menjadi negara yang bebas dari penjajahan pada saat itu.
Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II dilaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta yang dipimpin
oleh Soegondo Djojopoespito dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres tersebut
dibagi menjadi tiga rapat, di mana pada sesi kedua Kongres Pemuda II membahas masalah
pendidikan.
Kongres Pemuda II adalah hasil dari kegagalan Kongres Pemuda I pada tahun 1926 untuk
mewujudkan cita-cita persatuan pemuda. Selain itu, alasan dilaksanakannya Kongres Pemuda II
adalah untuk menumbuhkan ide-ide politik terbuka di kalangan anak muda melalui berbagai
acara.
Misalnya, pemberontakan KPI yang gagal, munculnya gerakan-gerakan pemuda yang kooperatif
dan non-kooperatif, kembalinya anggota Perhimpunan Indonesia dari Belanda, dan pembentukan
partai politik setelah tahun 1927. Pada Kongres Pemuda I yang diadakan di Clubgebouw Jalan
Kramat Raya pada tanggal 2 Mei 1928, para mahasiswa muda bertemu dan sepakat untuk
mengadakan Kongres Pemuda II.
Kongres Pemuda II ini tentunya memiliki tujuan tertentu dalam pelaksanannya. Kongres ini
bertujuan untuk mewujudkan cita-cita dari semua organisasi pemuda di Indonesia, membahas
mengenai masalah perkumpulan pemuda Indonesia, dan memperkuat dalam kesadaran
kebangsaan serta persatuan Indonesia.
Kongres Pemuda II dipimpin oleh Sugondo Joyopuspito dan didampingi R.M. Joko Marsaid
sebagai pemain wakil. Sementara itu, Moh. Yamin terpilih menjadi sekretaris dan Amir
Sjarifuddin terpilih menjadi bendahara. Selain itu, panitia Kongres Pemuda II adalah Joham
Mohammad Tjaja (pembantu I), R Kaca Sungkana (pembantu II), RCL Senduk (pembantu III),
Johanes Leimena (pembantu IV), dan Rochjani Soe`oed (pembantu V).
Kategori pertama memiliki karakter kedaerahan, seperti Jong Java dan Jong Sumatranen Bond.
Kategori kedua didasarkan pada klub belajar seperti Klub Studi Indonesische. Yang ketiga
didasarkan pada banyak nasionalisme dan agama, seperti Perhimpunan Indonesia, Jong
Islamieten Bond, dan lain-lain. Kongres Pemuda II dilaksanakan selama dua hari di 3 kongres
dan 3 gedung yang berbeda sebagai berikut.
Pertemuan Pertama
Pada tanggal 27 Oktober 1928, pertemuan pertama dilaksanakan di Gedung Pemuda Katolik
pada pukul 19.30 sampai 23.30. Pada pertemuan ini, para peserta membahas pentingnya bahasa
Melayu sebagai bahasa politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Selain itu, dibahas gagasan untuk menjadi tuan rumah gerakan perjuangan dalam bentuk
organisasi nasional.
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dari pukul 08.00 sampai 12.00 di
gedung Oost Java Bioscoop (sekarang Jalan Medan Merdeka Utara). Para peserta membahas
tentang pentingnya peran pendidikan dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Pembicara
pada kongres tersebut adalah Sarmidi Mangoensarkoro, Sarwono, dan Ki Hajar Devantoro yang
menekankan pentingnya pendidikan nasional yang harus diberikan kepada seluruh anak
Indonesia.
Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari yang sama dengan pertemuan kedua, yaitu pada 28
Oktober 1928 pada pukul 17.30 sampai 23.30 di Gedung Indonesische Clubgebouw. Kongres ini
membahas mengenai lima hal, arak-arakan pandu, penyampaian dari Ramelan untuk kepanduan,
penyampaian dari Pergerakan Pemuda Indonesia dan Pemuda di Tanah Luaran oleh Soenario,
pengambilan keputusan dan penutupan kongres.
Hasil Kongres Pemuda II
Pada hari Minggu, 28 Oktober 1928, sekitar pukul 10.00 WIB, semua peserta Kongres Pemuda II
berkumpul untuk merangkum hasil kongres selama dua hari tersebut. Saat itu, Moh. Yamin
meminta waktu untuk membacakan teks resolusi yang dia ambil.
Selain itu, pada tanggal 28 Oktober 1928, ketua membacakan keputusan Kongres Pemuda II dan
memperoleh persetujuan dari para peserta. Saat dibacakan, keputusan kongres tersebut disebut
sebagai Ikrar Pemuda, yang kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda. Dengan demikian,
Kongres Pemuda II menghasilkan Sumpah Pemuda, yang dimulai pada tahun 1959, dan
diperingati setiap tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda.
1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pada tahun 1928, para pemuda mengikrarkan sumpah pemuda sebagai bentuk semangat
perjuangan berdirinya bangsa Indonesia yang bebas dari penjajah. Perumusan sumpah pemuda
1. Muhammad Yamin
Siapa sih yang nggak kenal sama pahlawan nasional yang satu ini, Muhammad Yamin.
hukum yang sangat dihormati. Selain itu, Ia merupakan salah satu tokoh yang mencetuskan
Kongres Sumpah Pemuda II dan menjabat sebagai sekretaris, serta merancang teks Sumpah
Rumusan Sumpah Pemuda tertulis dalam tiga frasa atau sering kita kenal dengan “Trilogi
2. Soegondo Djojopoespito
para pelajar Indonesia yang dibentuk pada September 1926. Organisasi ini bertujuan untuk
adalah senjata terkuat untuk melawan Belanda. Atas jasanya di organisasi tersebut, Soegondo
3. Djoko Marsaid
Djoko Marsaid atau Tirtodiningrat berperan sebagai Wakil Ketua Kongres Sumpah Pemuda II,
sekaligus ketua organisasi Jong Java. Tidak banyak informasi yang diketahui tentang Djoko
Marsaid, tapi teman-teman jangan lupa untuk mengenang jasanya sebagai tokoh penting dalam
Supratman berperan penting dalam memperjuangkan kebebasan negara kita dari penjajah,
dengan menciptakan banyak lagu bertema rasa cinta tanah air dan patriotisme. Salah satu lagu
Selama Kongres Pemuda II berlangsung, pelaksanaannya dijaga ketat oleh Kepolisian Belanda,
sehingga Belanda melarang adanya kata “Merdeka”. Hingga pada penutupan Kongres, Soegondo
memberi izin kepada W.R. Soepratman untuk memperdengarkan lagu Indonesia Raya lewat
5. Soenario Sastrowardoyo
Soenario berperan aktif dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, dimana dalam Manifesto 1925, Ia
berperan sebagai sekretaris II Perhimpunan Indonesia di Belanda. Pada Kongres Pemuda II,
Soenario berperan dalam membantu proses berjalannya Kongres sebagai pembicara dan
penasihat yang membela para aktivis kemerdekaan dalam merancang Sumpah Pemuda.
Amir Syarifuddin merupakan tokoh Sumpah Pemuda yang mewakili Jong Batak, dimana Ia
berperan sebagai bendahara dan mencetuskan ide-ide dalam perumusan naskah. Selain itu, Ia
juga berperan menjadi Perdana Menteri saat Revolusi Nasional Indonesia berlangsung.
7. Sarmidi Mangunsarkoro
Pada tahun 1949 – 1950, Sarmidi Mangunsarkoro menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia. Pada Kongres Pemuda I dan II, S. Mangunsarkoro berpendapat bahwa
pemuda Indonesia wajib mendapat pendidikan tentang nilai kebangsaan dan pendidikan harus
bersifat demokratis.
rumah Sie Kong Liong, dimana Ia secara sukarela menjadikan rumahnya sebagai tempat
Kartosuwiryo merupakan salah satu tokoh Sumpah Pemuda dan pemimpin DI/TII. Pada tahun
1949 – 1962, Ia memimpin pemberontakan Darul Islam melawan pemerintahan Indonesia dan
mendirikan Negara Islam Indonesia berdasarkan hukum syariah. Hingga pada 5 September 1962,
Pada saat Kongres Pemuda II berlangsung, Johannes Leimena merupakan salah satu anggota
panitia Kongres yang menjabat sebagai ketua organisasi Jong Ambon. Selain itu, Ia juga
menjabat sebagai salah satu menteri kabinet Indonesia, dengan masa jabatan kurang lebih selama
21 tahun berturut-turut, serta bergabung menjadi anggota Komando Operasi Tinggi (KOTI)
dalam rangka Trikora dengan pangkat Laksamana Madya/Tituler di TNI Angkatan Laut.
Kongres Pemuda merupakan tonggak awal perjuangan pemuda yang sudah bersifat nasionalis.
Kongres tersebut terjadi dua kali yakni Kongres Pemuda I tahun 1926 dan Kongres Pemuda II
tahun 1928. Kongres Pemuda I ini menghasilkan kesepakatan untuk menerima rasa persatuan
dan kebangsaan Indonesia. Sedangkan, Kongres Pemuda II menghasilkan peristiwa besar yakni
Sumpah Pemuda yang menunjukkan semangat persatuan pemuda. Tokoh- tokoh penting yang
terlibat antara lain : Soegondo Djojopoespito, Mohammad Yamin, Djoko Marsaid, Wage Rudolf
Soepratman, dan sebagainya.
Dengan demikian, tokoh-tokoh yang terlibat seperti M. Yamin, Djoko Marsaid, WR.
Soepratman, Dolly Salim, dan sebagainya merupakan para pejuang yang menyatukan semangat
nasionalisme para pemuda