Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Sumpah Pemuda

Sumpah pemuda adalah sebuah ikrar dari para pemuda yang dijadikan bukti otentik
bahwa pada tangga 28 oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karena itu sudah
seharusnya segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari
lahirnya bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari
perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis
pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat
itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia
asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil
mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

A. Sejarah Menuju lahirnya Sumpah Pemuda


Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu sebelum tahun 1908 dan sesudah tahun 1908. Perjuangan sebelum tahun 1908 selalu
dapat digagalkan oleh penjajah. Hal itu karena perjuangan masih bersifat kedaerahan, dan
perjuangan masih berupa perjuangan fisik dengan senjata yang sederhana. Kegagalan
perjuangan yang telah dilakukan mendorong pejuang mengubah taktik perjuangan melalui
organisasi sosial politik. Awal tahun 1908 mulailah bermunculan berbagai organisasi
pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan PNI. Sejak saat
itu arah perjuangan bangsa Indonesia pun makin tegas, yaitu mewujudkan persatuan nasional.

Pada tahun 1908, nama Indonesia untuk pertama kalinya di gunakan oleh Perhimpunan
Indonesia. Perhimpunan Indonesia adalah organisasi yang didirikan oleh pelajar-pelajar
Indonesia di negeri Belanda. Organisasi ini awalnya bernama Indische Vereeniging. Namun,
pada tahun 1922 nama itu diganti menjadi Indonesische Vereeniging, tetapi pada tahun yang
sama namanya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Para pahlawan kita, seperti Ki Hajar
Dewantara, Budi Utomo, dan DR. Mohammad Hatta, turut memopulerkan istilah Indonesia
untuk mengimbangi istilah Hindia Belanda yang dipakai oleh pemerintah kolonial Belanda saat
itu.

1. Kongres Pemuda 1
Terselenggaranya Kongres Pemuda 1 tidak terlepas dari adanya Perhimpunan
Indonesia. Pada tahun 1925 di Indonesia telah mulai didirikan Perhimpunan Pelajar pelajar
Indonesia (PPPI), tetapi peresmiannya baru pada tahun 1926.anggota- anggotanya terdiri dari
pelajar-pelajar sekolah tinggi yang ada di Jakarta dan di Bandung. Para tokoh PPPI antara lain
adalah : Sugondo Djojopuspito, sigit, Abdul Sjukur, Gularso, Sumitro, Samijono,
Hendromartono, Subari, Rohjani, S. djoenet Poesponegoro, Kunjtoro, Wilopo, Surjadi, Moh.
Yamin, A.K. gani, Abu Hanifah, dan lain-lain. PPPI di Indonesia sering mendapatkan kiriman
majalah Indonesia Merdeka dari Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Disamping majalah
Indonesia Merdeka terbitan PPPI di negeri Belanda, PPPI sendiri juga menerbitkan majalah
Indonesia Raya. Yang pemimpin redaksinya Abu Hanifah. Pandangan organisasi PPPI sudah
menunjukkan persatuan dan kesatuan sebagaimana yang terdapat pada PI. Pemuda-pemuda
di Bandung menginginkan agar mulai melepaskan sifat-sifat kedaerahan. Hal itu
didasarkan atas dorongan Mr. sartono dan Mr. Sunario

Pada tanggal 20 Februari 1927 nama Jong Indonesia telah diubah menjadi Pemuda
Indonesia. Para pemimpin organisasi pemuda Indonesia ini ialah Sugiono, Sunardi, Moeljadi,
Soepangkat, Agus Prawiranata, Soekamso, Soelasmi, Kotjo Sungkono, dan Abdul Gani.
Sedangkan ketuanya pertama kali ialah Sugiono. Mengenai gerakan politik organisasi pemuda
ini belum belum ikut langsung dalam gerakan politik. Selama beberapa tahun diperdebatkan
bentuk persatuan yang diinginkan.

Akhirnya para pemuda Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres Pemuda yang
berlangsung di Jakarta pada 30 April-2 mei 1926. Kongres Pemuda 1 bertujuan untuk
Membentuk badan sentral organisasi pemuda menjadi bahasa persatuan atau bahasa
pergaulan bagi rakyat Indonesia.
Hasil utama yang dicapai dalam Kongres Pemuda 1 itu antara lain sebagai berikut :
a. Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia (walaupun dalam hal ini masih
tampak samar samar)
b.Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan yang kolot, dan lain lain.

2. Kongres Pemuda II
Namun, sampai berlangsungnya kongres pemuda II pada tanggal 28 oktober 1928
organisasi Pemuda Indonesia belum juga bergerak secara langsung di bidang politik Kongres
Pemuda 1 ini menerima dan mengakui cita cita persatuan Indonesia, walaupun
perumusannya masih samar samar dan belum jelas. Oleh karena itu, antara PPPI, Pemuda
Indonesia, PI, dan PNI berencana untuk memfusikan organisasi mereka dengan alas an untuk
mewujudkan persatuan Indonesia dan persamaan cita cita. Peleburan (fusi) dari organisasi
pemuda itu ternyata semakin lama semakin diperlukan karena kaum pemuda sangat
merasakan bahwa bentuk organisasi masih bersifat kedaerahan, seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi,
Jong Islamieten Bond, Studerence Minahasa, dan pemuda kaum Theosofi. Hal ini jelas tampak
adanya perbedaan pada waktu diselenggarakan Kongres pemuda 1. Dalam pembicaraan
ternyata kepentingan daerah masih sangat menonjol.

Masalah bahasa juga menunjukkan masalah yang tak mudah mendapatkan


kesepakatan dalam kongres tersebut. Di samping itu juga masih tampak sifat mementingkan
daerah misalnya tentang adat yang ada di daerah masing masing. Untuk membentuk cita
cita bersama seperti rasa persatuan dan kesatuan bangsa, maka hal hal tersebut sangat
menghambat. Untuk itulah, maka para peseta merasa tidak puas dan ingin melanjutkan
Kongres Pemuda yang berikutnya. Sebenarnya dalam Kongres Pemuda 1 tersebut, para
peserta dan pemimpin Kongres telah menunjukkan usaha yang keras untuk mencapai suatu
cita cita persatuan. Namun, mengingat baru pertama kali Kongres Pemuda dilaksanakan,
maka untuk mencapai cita cita yang dikehendaki masih mengalami kesulitan. Fanatisme
terhadap adat masih sangat kuat dan berpengaruh besar terhadap semua pembicaraan.
Pemimpin Kongres Moh. Tabrani pandai menjaga jangan sampai terjadi perpecahan, karena
setiap pembicaraan yang menjurus kearah perbedaan adat dan pandangan, segera diambil
jalan tengah untuk dinetralisasi.

Oleh karena itu, dalam kongres banyak pidato yang berjudul Indonesia Bersatu para
pemuda diharapkan memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh untuk mengatasi
kepentingan golongan, agama, dan daerah. Juga secara jelas diuraikan tentang Sejarah
Perjuangan Indonesia dan ditekankan masalah- masalah yang perlu mendapat perhatian
pemuda untuk meresapkan dan dihayati dalam rangka mencapai cita cita Indonesia merdeka.

Jadi, para peserta memang menyadari bahwa pada saat itu masih sulit untuk
membentuk kebulatan tekad dalam perjuangan mencapai cita cita Nasional. Selain itu, belum
banyak para anggota PI yang kembali ke tanah air dan juga belum ada anggota PI yang
mengikuti Kongres pemuda 1 tersebut. Oleh karena itu, cita cita untuk mencapai persatuan
memang belum kuat. Baru dalam persiapan Kongres Pemuda II tanggal 28 oktober 1928,
banyak bekas anggota PI yang ikut serta memikirkan jalannya Kongres Pemuda II yang akan
diselenggarakan. Memang dapat dipahami, bahwa kondisi politik sangat berat. Hal tersebut
dikarenakan adanya pemberontakan komunis yang gagal dan pihak Pemerintah Kolonial
Belanda terus meningkatkan pengawasan pergerakan nasional dalam bidang politik. Itu artinya
manifestasi persatuan pemuda Indonesia berhasil diwujudkan dalam Kongres Pemuda II
pada 26 28 Oktober 1928. dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga
kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond


(KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI
Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam
sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat
persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas


masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro,
berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada
keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara
demokratis.

Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106,
Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari
pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri,
hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :


Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)

Peserta : Abdul Muthalib Sangadji, Purnama Wulan, Abdul Rachman, Raden Soeharto,
Abu Hanifah, Raden Soekamso, Adnan Kapau Gani, Ramelan, Amir (Dienaren van Indie),
Saerun (Keng Po), Anta Permana, Sahardjo, Anwari, Sarbini, Arnold Manonutu, Sarmidi
Mangunsarkoro, Assaat, Sartono, Bahder Djohan, S.M. Kartosoewirjo, Dali, Setiawan, Darsa,
Sigit (Indonesische Studieclub), Dien Pantouw, Siti Sundari, Djuanda, Sjahpuddin Latif,
Dr.Pijper, Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken), Emma Puradiredja, Soejono Djoenoed
Poeponegoro, Halim, R.M. Djoko Marsaid, Hamami, Soekamto, Jo Tumbuhan, Soekmono,
Joesoepadi, Soekowati (Volksraad), Jos Masdani, Soemanang, Kadir, Soemarto, Karto
Menggolo, Soenario (PAPI & INPO), Kasman Singodimedjo, Soerjadi, Koentjoro
Poerbopranoto, Soewadji Prawirohardjo, Martakusuma, Soewirjo, Masmoen Rasid, Soeworo,
Mohammad Ali Hanafiah, Suhara, Mohammad Nazif, Sujono (Volksraad), Mohammad Roem,
Sulaeman, Mohammad Tabrani, Suwarni, Mohammad Tamzil, Tjahija, Muhidin (Pasundan),
Van der Plaas (Pemerintah Belanda), Mukarno, Wilopo, Muwardi, Wage Rudolf Soepratman,
Nona Tumbel.

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr.
Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah
tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh
Yamin.
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu,
Tanah Indonesia).

KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa
Indonesia).

KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa
Indonesia).

Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu


kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu
Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar
Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu
kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para
pemuda tetap terus menyanyikannya.

Apabila kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai banyak hal tentang Sumpah
Pemuda kita bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat
PPI Jl. Kramat Raya 106 Jakarta Pusat. Museum ini memiliki koleksi utama seperti biola asli
milik Wage Rudolf Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta foto-
foto bersejarah peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak
sejarah pergerakan pemuda-pemudi Indonesia.

Kongres ini merupakan puncak Integrasi ideology Nasional dan merupakan peristiwa
nasional yang belum pernah terjadi pada masa itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa Kongres itu
membawa semangat nasionalisme ke tingkat yang lebih tinggi hal itu di sebabkan utusan
yang datang mengucapkan "Sumpah Pemuda" yang menjadi landasan perjuangan untuk
mencapai kemerdekaan. Kalau pada bulan April 1926 telah berlangsung Kongres Pemuda 1
yang biasa dikatakan belum berhasil sesuai dengan yang di harapkan, maka dalam Kongres
Pemuda II benar benar dapat memenuhi harapan bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun
kongres Pemuda 1 tidak dapat dikatakan gagal total karena telah berhasil meletakkan dasar
dasar perstuan. Dalam Kongres Pemuda 1 belum banyak orang orang bekas anggota
Perhimpunan Indonesia yang ikut membantu pembicaraan sejak persiapan maupun dalam
persidangan. Sedangkan dalam kongres Pemuda II telah banyak orang orang bekas anggota
Perhimpunan Indonesia yang secara aktif mengambil bagian dalam persiapan sampai dengan
pelaksanaan Kongres. Pelaksanaan dan hasil kongres Pemuda 1 dan Kongres Pemuda II
adalah sangat berbeda, namun, kedua Kongres tersebut tetap mempunyai tujuan yang sama
yaitu menuju tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, kesadaran para pemuda Indonesia
saat itu pun semakin kuat karena mereka tidak berjuang sendiri. Maka tak heran, Sumpah
Pemuda adalah salah satu tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia.

B. Menuju Proklamasi 1945


Proses panjang sejak terbentuknya gerakan kepemudaan yang berciri kedaerahan
seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes, Jong Ambon dan sebagainya maka pada
tanggal 31 Desember 1930 jam 12 malam, mereka telah berfusi menjadi satu dan membentuk
Perkoempoelan INDONESIA MOEDA. Indonesia Muda tidak punya afiliasi dengan partai
politik manapun juga, dalam sejarahnya merupakan cikal bakal gerakan kepemudaan menuju
Indonesia merdeka. Meskipun organisasi ini sudah tidak berdiri lagi dizaman pendudukan
Jepang, para anggotanya tetap aktif memperjuangkan cita-cita mereka secara terselubung.
Dengan menimba ilmu dan teknologi kemiliteran dizaman Jepang para pemuda bergabung
dalam Tentara Nasional Indonesia, yang ahirnya pada periode Revolusi Kemerdekaan 1945-
1949, dengan semangat, cita-cita Sumpah Pemuda, ikut serta mewujudkan Proklamasi
Kemerdekaan R.I, 17 Agustus 1945.

6 Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki
oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan
sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.

7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan dan dibentuk lembaga baru yang akan
meneruskan tugas BPUPKI yaitu PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan Ir.
Soekarno sebagai ketuanya. 9 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat
diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa
pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan
Indonesia pada 24 Agustus.

10 Agustus 1945, Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita
lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-
siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan
sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom
atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah.
Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini
kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
11 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan
kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari. 14 Agustus 1945, Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman
kembali ke tanah air dari Dalat (250 km di sebelah timur laut dari Saigon), Syahrir mendesak
agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan
di Dalat sebagai tipu busuk Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada
Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro
dengan Jepang. Hatta menceritakan kepada Sjahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.

Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan
mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan
kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk
dicetak dan dibagi-bagikan. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah,
dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar,
dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap, Soekarno
mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu
adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ke tangan Belanda. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut,
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana


Maeda, di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat
atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta
masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera
mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10
malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan
Hatta.

16 Agustus 1945, Gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh


Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Pada siang hari mereka
berkumpul di rumah Hatta, dan sekitar pukul 10 malam di rumah Soekarno. Sekitar 15 pemuda
menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul
pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan
kemerdekaan pada 16 Agustus.
Tokoh penting di balik Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini
dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.

Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda II yang digelar di rumah Sie Kong Liang, 27-28 Oktober 1928, di
Jalan Kramat Raya 106, sekitar 1 kilometer dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Waktu itu, ada sekitar 700
peserta yang hadir, tetapi kenyataannya sekarang hanya 82 peserta yang tercatat. Artinya, sebagian tokoh yang
berkiprah dalam sejarah ini justru luput tercatat.

Dalam Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda (2015). Tercatat 82 nama yang tersusun secara alfabetis
sebagai peserta Kongres Pemuda II, yang kala itu disebut sebagai "Kerapatan (Congres) Pemoeda-Pemoeda
Indonesia di Weltevreden (27-28 Oktober)".

Berikut ini Tokoh-tokoh yang berperan dalam Sumpah Pemuda pada Kongres Pemuda Kedua yang
diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta):

Mr. Sunario
Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo (lahir di Madiun, Jawa Timur, 28 Agustus 1902
meninggal di Jakarta, 18 Mei 1997 pada umur 94 tahun) adalah salah satu tokoh
Indonesia pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pernah menjabat
sebagai pengurus Perhimpunan Indonesia di Belanda.

Sunario adalah satu-satunya tokoh yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang
menjadi tonggak sejarah nasional Manifesto 1925 dan Konggres Pemuda II. Ketika
Manifesto Politik itu dicetuskan ia menjadi Pengurus Perhimpunan Indonesia bersama
Hatta. Sunario menjadi Sekretaris II, Hatta bendahara I. Akhir Desember 1925, ia
meraih gelar Meester in de rechten, lalu pulang ke Indonesia. Aktif sebagai pengacara,
ia membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda. Ia
menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam kongres itu
Sunario menjadi pembicara dengan makalah "Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia." (Baca
selengkapnya: "Biografi Sunario Sastrowardoyo - Tokoh Manifesto 1925 dan Konggres Pemuda II")

Biodata Sunario Sastrowardoyo:


Jabatan

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke-7, Masa jabatan: 9 April 1957 10 Juli 1959
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ke-2, Masa jabatan: 1960 1963
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ke-3, Masa jabatan: 1960 1972

Informasi pribadi

Lahir: 28 Agustus 1902 Madiun, Jawa Timur, Hindia Belanda


Meninggal: 18 Mei 1997 (umur 94) Jakarta, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia
Profesi: Diplomat
Agama: Islam
J. Leimena
Dr. Johannes Leimena (lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905 meninggal di Jakarta,
29 Maret 1977 pada umur 72 tahun) adalah salah satu pahlawan Indonesia. Ia
merupakan tokoh politik yang paling sering menjabat sebagai menteri kabinet
Indonesia dan satu-satunya Menteri Indonesia yang menjabat sebagai Menteri selama
21 tahun berturut-turut tanpa terputus. Leimena masuk ke dalam 18 kabinet yang
berbeda, sejak Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet Dwikora II (1966), baik sebagai
Menteri Kesehatan, Wakil Perdana Menteri, Wakil Menteri Pertama maupun Menteri
Sosial. Selain itu Leimena juga menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-
AL ketika ia menjadi anggota dari KOTI (Komando Operasi Tertinggi) dalam rangka
Trikora. (Selengkapnya: Biografi Johannes Leimena - Pahlawan Nasional)

Biodata Johannes Leimena


Jabatan:

Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia ke-3, Masa jabatan: 24 Februari 1966 27
Maret 1966
Menteri Koordinator Kompartemen Distribusi Indonesia, Masa jabatan: 6 Maret 1962 27 Agustus
1964
Menteri Sosial Republik Indonesia ke-13, Masa jabatan: 9 April 1957 10 Juli 1959
Presiden Soekarno
Menteri Kesehatan Republik Indonesia ke-3, Masa jabatan: 12 Agustus 1955 24 Maret 1956, Masa
jabatan: 6 September 1950 30 Juli 1953, Masa jabatan: 20 Desember 1949 6 September 1950, Masa
jabatan: 3 Juli 1947 4 Agustus 1949

Informasi pribadi:

Lahir: 6 Maret 1905 Ambon, Maluku, Hindia Belanda


Meninggal: 29 Maret 1977 (umur 72) Jakarta, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia
Partai politik: Partai Kristen Indonesia
Agama: Protestan

Soegondo Djojopoespito
Sugondo Djojopuspito (lahir di Tuban, Jawa Timur, 22 Februari 1905 meninggal di
Yogyakarta, 23 April 1978 pada umur 73 tahun) adalah tokoh pemuda tahun 1928
yang memimpin Kongres Pemuda Indonesia Kedua dan menghasilkan Sumpah
Pemuda, dengan motto: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia.

Biodata Soegondo Djojopoespito:


Lahir: 22 Februari 1905, Tuban, Jawa Timu

Meninggal: 23 April 1978, Yogyakarta

Pendidikan:

HIS (Sekolah Dasar 7 tahun) tahun 1911-1918 di kota Tuban, mondok di Cokroaminoto Surabaya, mondok di
rumah HOS Cokroaminoto bersama Soekarno, lulus MULO, tahun 1922, AMS afdeling B (Sekolah Menengah
Atas bagian B - paspal - 3 tahun) di Yogyakarta tahun 1922-1925, melalui HOS Cokroaminoto dititipkan mondok
di rumah Ki Hadjardewantoro di Lempoejangan Stationweg 28 Jogjakarta (dulu Jl. Tanjung, sekarang Jl. Gajah
Mada, Setelah lulus AMS tahun 1925 melanjutkan kuliah atas biaya pamannya dan bea siswa di
Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta - didirikan tahun 1924 - cikal bakal Fakultas
Hukum Universitas Indonesia sekarang), Kuliah di RHS hanya mencapai lulus tingkat Candidat Satu (C1).

Pekerjaan:

Pada masa penjajahan Jepang, bekerja sebagai pegawai Shihabu (Kepenjaraan)


Pada masa revolusi aktif dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP)
Menteri Pembangunan Masyarakat dalam Kabinet Halim. Pada masa RIS, dalam Negara Republik
Indonesia dengan Acting Presiden Mr. Assaat.

Djoko Marsaid
Djoko Marsaid. Merupakan wakil ketua pada saat Kongres Pemuda berlangsung. Djoko mewakili organisasinya,
Jong Java. Tidak banyak informasi mengenai Djoko Marsaid ini. Meskipun begitu, namanya tetap tercantum
sebagai tokoh penting dalam perumusan Sumpah Pemuda.

Mohammad Yamin

Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24
Agustus 1903 meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah
sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati
sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern
Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang
mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia. (Baca Selengkapnya: Biografi
Mohammad Yamin)

Biodata Mohammad Yamin:


Jabatan

Menteri Penerangan Indonesia ke-14. Masa jabatan: 6 Maret 1962 17 Oktober 1962
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia ke-8. Masa jabatan: 30 Juli 1953 12
Agustus 1955
Menteri Kehakiman Indonesia ke-6. Masa jabatan: 27 April 1951 3 April 1952

Informasi pribadi

Lahir: 24 Agustus 1903 Sawahlunto, Sumatera Barat, Hindia Belanda


Meninggal: 17 Oktober 1962 (umur 59) Jakarta, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia
Agama: Islam
Amir Sjarifudin

Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (ejaan baru: Amir Syarifuddin Harahap) (lahir di
Medan, Sumatera Utara, 27 April 1907 meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 19
Desember 1948 pada umur 41 tahun) adalah seorang politikus sosialis dan salah
satu pemimpin terawal Republik Indonesia. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri
ketika Revolusi Nasional Indonesia sedang berlangsung. Berasal dari keluarga
Batak Muslim, Amir menjadi pemimpin sayap kiri terdepan pada masa Revolusi.
Pada tahun 1948, ia dieksekusi mati oleh pemerintah karena terlibat dalam
pemberontakan komunis. ((Baca Selengkapnya: Biografi Amir Sjarifoeddin -
Perdana Menteri Indonesia ke-2)

Biodata Amir Sjarifoeddin Harahap


Jabatan

Perdana Menteri Indonesia ke-2, Masa jabatan: 3 Juli 1947 29 Januari 1948
Menteri Pertahanan Indonesia ke-3, Masa jabatan: 14 November 1945 29 Januari 1948
Menteri Penerangan ke-1, Masa jabatan: 2 September 1945 12 Maret 1946

Informasi pribadi

Lahir: Amir Sjarifoeddin Harahap, 27 April 1907 Medan, Sumatera Utara, Hindia Belanda
Meninggal: 19 Desember 1948 (umur 41) Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia
Partai politik: PSI, PKI
Profesi: Politikus
Agama: Kristen Protestan

S. Mangoensarkoro
Ki Mangunsarkoro atau Sarmidi Mangunsarkoro (lahir 23 Mei 1904 meninggal 8
Juni 1957 pada umur 53 tahun) adalah pejuang di bidang pendidikan nasional, ia
dipercaya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1949
hingga tahun 1950. (Baca selengkapnya: Biografi Ki Sarmidi Mangunsarkoro -
Pejuang Pendidikan Nasional)

Biodata Ki Sarmidi Mangunsarkoro


Jabatan : Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia ke-5, Masa jabatan: 4
Agustus 1949 6 September 1950

Informasi pribadi

Lahir: 23 Mei 1904 Indonesia


Meninggal: 8 Juni 1957 (umur 53) Indonesia
Agama: Islam
Karto Soewirjo
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (lahir di Cepu, Jawa Tengah, 7 Januari 1905
meninggal di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, 5 September 1962 pada umur 57 tahun)
adalah seorang tokoh Islam Indonesia yang memimpin pemberontakan Darul Islam
melawan pemerintah Indonesia dari tahun 1949 hingga tahun 1962, dengan tujuan
mengamalkan Pancasila dan mendirikan Negara Islam Indonesia berdasarkan hukum
syariah.

Biodata Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo


Imam Negara Islam Indonesia. Masa jabatan: 7 Agustus 1949 4 Juni 1962

Informasi pribadi

Lahir: 7 Januari 1905 Cepu, Jawa Tengah, Hindia Belanda


Meninggal: 5 September 1962 (umur 57) Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia
Istri: Dewi Siti Kalsum
Agama: Islam

Kasman Singodimedjo

Mr. Kasman Singodimedjo (lahir di Poerworedjo, Jawa Tengah, 25 Februari 1904


meninggal di Jakarta, 25 Oktober 1982 pada umur 78 tahun) adalah Jaksa Agung
Indonesia periode 1945 sampai 1946 dan juga mantan Menteri Muda Kehakiman
pada Kabinet Amir Sjarifuddin II. Selain itu ia juga adalah Ketua KNIP (Komite
Nasional Indonesia Pusat) yang menjadi cikal bakal dari DPR. (Baca selengkapnya:
Biografi Kasman Singodimedjo)

A.K. Gani
Dr. Adnan Kapau Gani atau biasa disingkat A.K. Gani (lahir di Palembayan, Agam,
Sumatera Barat, Hindia Belanda, 16 September 1905 meninggal di Palembang,
Sumatera Selatan, Indonesia, 23 Desember 1968 pada umur 63 tahun) adalah
seorang dokter dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana
Menteri pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II.

Biodata A. K. Gani

Jabatan

Wakil Perdana Menteri Indonesia ke-1, Masa jabatan: 11 November 1947 29 Januari 1948
Menteri Perdagangan Indonesia ke-3, Masa jabatan: 2 Oktober 1946 29 Januari 1948
Presiden Soekarno
Menteri Pertanian Indonesia ke-4, Masa jabatan: 2 Oktober 1946 29 Januari 1948
Informasi pribadi

Lahir: 16 September 1905 Palembayan, Sumatera Barat, Hindia Belanda


Meninggal: 23 Desember 1968 (umur 63) Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia
Agama: Islam

Sie Kong Liong


Sie Kong Liong adalah Pemilik sebuah rumah/Bangunan di Jalan Kramat Raya 106 yang menjadi tempat
diadakannya acara Sumpah Pemuda. Rumah tersebut kini menjadi museum.

Atas prakarsa Soenario, rumah Sie Kong Liong dipugar oleh Gubernur DKI kala itu, Ali Sadikin, dan ditetapkan
menjadi Gedung Sumpah Pemuda sebelum akhirnya berubah nama menjadi Museum Sumpah Pemuda.

Anda mungkin juga menyukai