Pergerakan Nasional, karena : (1) merupakan hari lahirnya Organisasi Pergerakiln Nasional
yang pertama yaitu Budi Utomo. oleh para pelajar Sekolah Dokter di Jakarta; (2) lahirnya
organisasi pergerakan Budi Utomo ini kemudian diikuti oleh timbulnya organisasi-organisasi
pergerakan yang lain (p. 51)
Tetapi pada jaman pendudukan Jepang sejak 9 Maret 1942 seluruh gerakan politik
dinyatakan terlarang dan dibubarkan. Sebagai pengganti, pemerintah pendudukan
Jepang membentuk organisasi-organisasi baru yang dimaksudkan untuk mengerahkan
tenaga rakyat Indonesia membantu berhasilnya proyek peperangan Jepang. (p. 60)
Di jaman pendudukan Jepang dalam rangka janji September 1944 yang akan
memberikan kemerdekaan terhadap daerah-daerah pendudukan di wilayah laut
Selatan, maka pada tanggal 28 Mei 1945 dibentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dipimpin oleh dr. Rajiman
Wedyodiningrat dan R.P. Suroso. (p. 61)
KEBERAGAMAN
Cita-cita perjuangan Ibu Kartini te!ah mencakup ruang lingkup Nasional yaitu cita-
cita perjuangan segenap Kaum Wanita Indonesia. Ibu Kartini adalah pelopor gerakan
emansipasi wanita Indonesia yang menuntut persamaan hak dengan kaum pria.
Gerakan Ibu Kartini adalah Kebangkitan jiwa merdeka yang menuntut kebebasan dari
belenggu adat kolot dan sikap sewenang-wenang terhadap kaum wanita Indonesia.
Tokoh lain pelopor gerakan emansipasi wanita adalah Ibu Dewi Sa.rt!ka di Jawa Barat
(Bandung). Cita-citanya adalab sejajar dengan Ibu Kartini, ialah menaikkan dtaajat kaum
wanita dengan jalan pengajaran dan pendidikan. (p. 54-55)
INTEGRASI
Tahun 1930 Budi Utomu dan Serikat Madura bergabung menjadi Partai
Bangsa Indonesia (PBI) yang dipimpin oleh dr. Sutomo.
Tahun 1935 beberapa organisasi kebangsaan Daerah seperti Serikat Sunda,
Kaum Betawi dan Serikat Sumatra bergabung dengan PBI, menjelma menjadi
Parindra (Partai Indonesia Raya) yang dipimpin oleh dr. Sutomo.
Pada tahun 1939 berhasil dibentuk G.A.P.1. (Gabungan Politik Indonesia)
yang terdiri atas : Parindra, Gerindo, Pasundan, P.S.I.I. dan lain-lain. Pemimpin-
pemimpin G.A.P.I. yang terkenal di antaranya Muhammad Husni Thamrin
(Parindra), Abikusno Cokrosuyoso (P.S.I.I.) dan Amir Syarifuddin (Gerindo).
Gabungan Politik Indonesia (GAPI) herhasil menyelenggarakan Kongres Rakyat
Indonesia di Jakarta dan terkenal dengan tuntutannya : "Indonesia berparlemen ".
Pada tahun 1941 berhasil dibentuk Majelis Rakyat Indonesia (MRI). Segenap
organisasi pergerakan telah tergabung di dalam Majelis Rakyat Indonesia, sebagai
suatu lembaga front perjuangan rakyat Indonesia. (p. 59)
WACANA
Oleh karena itu berita menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal
15 Agustus sangat mengejutkan di Indonesia, sehingga untuk beberapa saat
menimbulkan keragu-raguan pada sementara pemimpin Indonesia untuk bertindak
radikal dalam memproklamasikan kemerdekaan. Dalam kaitan situasi demikian inilah
maka terjadi "peristiwa Rengasdengklok" tanggal 15 Agustus 1945 tengah malam,
yaitu aksi sekelompok pemuda kelompok Sukarni, Chairul Saleh, Yusuf Kunto,
Singgih dan lain-lain untuk menyingkirkan Sukarno - Hatta keluar kota, yaitu ke
daerah Rengasdengklok di Bekasi, karena kedua tokoh ini tidak bersedia
memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus 1945 tanpa turut sertanya
PPKI. (Panitia ini direncanakan mengadakan sidang pertama tanggal16 Agustus pagi
harinya).
Dalam hubungan ini B.M. Diah, salah seorang tokoh wartawan muda yang turut serta
dalam proses penentuan Proklamasi Kemerdekaan 1945 menuliskan penilaiannya
sebagai berikut : "Saya hanya membuat perbedaan antara mereka (pemimpin 45) dan
pemuda (45), tentang cara pendekatan masalah peka dan pelik yang dihadapi seluruh
bangsa Indonesia pada saat itu. Pemuda yakin, bahwa dengan kekerasan, dengan
tindakan-tinaakan revolusioner, kita harus memerdekakan bangsa dan tanah air,
apapun juga. korban yang harus diberikan. Pimpinan tua-an menghendaki agar
dipikirkan masak-masak, bahwa jika dapat jangan banyak korban, dan kemerdekaan
sebenarnya sudah di tangan ...”
Bung Karno - Bung Hatta berpegang terus pada jalan yang resmi, yang legal, yang
tidak melanggar hukum-hukum. Sebabnya sudah ada PPKI. Bung Karno - Bung Hatta
ingin hanya jalan itulah yang diambil. Karena sah, karena juga terhindar daripada
tindakan-tindakan militer Jepang. (p. 68)
Berdasarkan keputusan Kongres Pemuda Indonesia dan Sumpah Pemuda 1928 maka segenap
organisasi pemuda kebangsaan daerah ini bersama-sama dengan organisasi pemuda yang
lain-lain, pada tanggal 31 Desember 1930 bergabung ke dalam satu organisasi pemuda
Indonesia yaitu Indonesia Muda (I.M.). (p. 56)
PERIODE SOEKARNO
Antara bulan-bulan September, Oktober, Nopember, dan Desember 1945 merupakan masa
pertempuran dan teror di Jakarta, seperti pertempuran di daerah-daerah Kemayoran. Tanah
Tinggi, Klender, Bekasi dan Tangerang. Pasukan-pasukan Sekutu (Inggris-NICA) tidak hanya
melakukan teror terhadap rakyat, tetapi juga melakukan penembakan-penembakan terhadap
pimpinan Republik Indonesia, seperti Mr. Moh. Roem, Perdana Menteri Syahrir dan lain-lain.
Dengan semakin meningkatnya aksi-aksi teror itu maka : (-) penduduk Jakarta berduyun-
duyun mengungsi dan hijrah ke luar kota, (-) mendesak Pemerintah segera membentuk
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945 untuk menjamin dan
memperkuat keamanan umum. Pada tanggal 4 Januari 1946 pr~siden dan Wakil Presiden
terpaksa meninggalkan ibu kota Jakarta dan hijrah ke Yogyakarta. (p. 73)
Sejak bulan-bulan terakhir tahun 1945 banyak terjadi pertempuran-pertempuran antara
kesatuan-kesatuan Republik melawan pasukan Belanda di daerah Sulawesi Selatan dan
Tenggara. Pada tanggal 28 Oktober 1945 telah dilancarkan serangan umum terhadap
kedudukan pasukan NICA di kota Makasar. Segenap badan-badan perjuangan dan laskar
rakyat di daerah ini kemudian tergabung dalam laskar Pemberontakan Rakyat Indonesia
Sulawesi (LAPRI5), yang meliputi 26 organisasi (badan-badan perjuangan dan laskar Rakyat.
Pemuda (21 tahun) Robert Wolter Mongisidi menjabat sebagai Sekretatis Jendral LAPRIS.
Dalam bulan Desember 1946 bersamaan dengan rencana pembentukan Negara Indonesia
Timur, pasukan NICA dari "Divisi 7 Desember" di bawah pimpinan Kapten Westerling
melakukan aksi pembersihan dan pembunuhan massal di seluruh daerah Sulawesi Selatan dan
Tenggara, bukan saja terhadap para pejuang melainkan juga terhadap rakyat yang tidak
berdosa. Aksi teror dan tindakan-tindakan biadab yang tak mengenal prikemanusiaan dari
pasukan Westerling ini menimbulkan korban yang sangat besar yaitu sekitar 40.000 jiwa
rakyat gugur menjadi korban keganasan Belanda dalam bakti mempertahankan kemerdekaan
Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945. Di antara para korban ini ialah pejuang wanita Emmy
Saelan dan pemuda Robert Wolter Mongisidi. (p. 78)
Perang Kemerdpkaan I atau agresi Belanda yang pertama dilancarkan pada tanggal 21 Juli
1947 tengah malam, hanya empat bulan setelah ditanda tanganinya persetujuan Linggajati 25
Maret 1947. Dengan agresi ini maka: (a) pihak Belanda terang-terangan mengkhianati
perjanjian Linggajati 25 Maret 1947 dengan menyerbu wilayah de facto RI yang telah
diakuinya. (b) masalah Indonesia diperdebatkan dalam sidang Dewan Keamanan PBB
sehingga merupakan masalah Internasional. Hal ini menguntungkan bagi perjuangan
diplomasi Republik Indonesia. Tanggal 1 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB menyerukan
perintah gencatan senjata (cease-fire) yang dilaksanakan sejak 4 Agustus 1947. Kemudian
dengan perantaraan Komisi Tiga Negara (KTN) yaitu Amerika Serikat, Australia dan Belgia
diselenggarakan perundingan di atas geladak kapal USA "Renville" di teluk Jakarta.
Perundingan ini menghasilkan "Persetujuan Renville" yang ditanda tangani pada tanggal 17
Januari 1948.
KERAGAMAN
Militer.
Suatu bangsa telah siap dan matang untuk merdeka, manakala bangsa itu telah rela dan
bersedia memberikan pengorbanan yang sebesar-besarnya, pengorbanan hak milik dan jiwa
raganya untuk kemerdekaannya. Semangat juang dan Semangat untuk berkorban bagi bangsa
Indonesia telah lama timbul dan mencapai klimaksnya pada saat menjelang, sekitar dan
sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Masa perjuangan fisik/perjuangan
bersenjata ini meliputi peristiwa-peristiwa perjuangan sebagai berikut: (a) pertempuran-
pertempura..I' sekitar tahun 1945-1946. (b) perang kemerdekaan I dan perang kemerdekaan
II. (c) pembentukan Badan-Badan perjuangan dan konsolidasi kekuatan fisik. (p. 73-74)
INTEGRASI
Pembentukan Negara Federal RIS tetap dipandang sebagai hasil politik pemerintah kolonial
Belanda untuk memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa Indoriesia. Oleh karena itu
segera sesudah pengakuan kedaulatan, di daerah-daerah negara bagian timbul pergolakan dan
pernyataan-pernyataan yang spontan dari rakyat untuk kembali ke negara kesatuan dengan
jalan menggabungkan diri ke dalam negara Republik Indonesia (yang berkedudukan sebagai
negara bagian dalam RIS). Akibat pergolakan dan tuntutan-tuntutan rakyat itu maka dalam
bulan Maret, April dan Mei 1950 telah dilakuan penggabungan-penggabungan ke dalam
negara kesatuan RI yaitu : Negara Jawa Timur, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan,
Daerah. Kalimantan Timur, Daerah Banjar, Daerah Dayak Besar, Daerah Kalimantan
Tenggara, Bangka, Belitung, dan Daerah Riau.
Kemudian Padang dimasukan Daerah Sumatra Barat, Sabang dimasukkan Daerah Aceh,
Kotawaringin dimasukkan ke dalam wilayah R.I. Sehingga negara federal RIS tinggal terdiri
atas RI, NIT dan NST. Tetapi akhimya kedua Negara bagian federal inipun memberikan
mandat penuh kepada Pemerintah RIS untuk mengadakan perundingan dengan Pemerintah RI
untuk kembali kepada bentuk negara kesatuan. Pada tanggal 19 Mei 1950 berhasil
ditandatangani Piagam Persetujuan Pemerintah RIS dan Pemerintah RI untuk menetapkan
UUD negara kesatuan RI yaitu UUDS 1950.
Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1950 dalam sidang gabungan DPR dan Senat RIS,
Presiden Sukarno menyampaikan Naskah Piagam Pernyataan terbentuknya negara kesatuan
Republik Indonesia, yang antara lain berbunyi :
"Berdasarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 maka kami atas nama
rakyat pada tingkatan perjuangan Kemerdekaan sekarang ini, menyatakan sebagai perubahan
dalam negeri terbentuknya negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi seluruh Tanah
Air dan segenap bangsa Indonesia". Dan perubahan ini berlaku sejak tanggal 17 Agustus
1950. (p. 103)
Setelah perjuangan diplomasi lewat PBB selalu gagal untuk mencapai persetujuan 2/3 suara
dalam Majelis Umum, maka pada tanggal 19 Desember 1961 Presiden/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang mengumumkan Tri Komando (Trikora) yang pokok isinya ialah: (1)
Gagalkan usaha pembentukan "Negara Boneka Papua”, (2) Kibarkan Sang Meral! Putih di
seluruh Irian Barat Tanah Air Indonesia, (3) Persiapkan diri untuk mobilisasi umum. Untuk
pelaksanaan Trikora ini dibentuk Komando Mandala di Makasar dengan Panglima Mandala
Mayor Jendral Suharto. Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi pertempuran Laut Aru yang
mengakibatkan: (-) tenggelamnya Kapal terpedo RI "Macan Tutul", (-) Gugurnya Deputy
KSAL Komodor Laut Yos Sudarso bersama Kapten Wiratno.
Konfrontasi bersenjata Trikora ini dapat diakhiri dengan Persetujuan New York 15 Agustus
1962. Di bawah perantaraan diplomatik dari USA : Alsworth Bunker. Delegasi RI dipimpin
oleh Menlu dr. Subandrio. Delegasi Belanda dipimpin oleh Menlu Yoseph Luns. Pokok isi
persetujuan New York ialah: (1) Penghentian permusuhan, (2) Dibentuk UNTEA
(Kekuasaan pemerintah Sementara PBB) di. Irian Barat yang diketuai oleh diplomat dari Iran
Djalal Abduh. Wakil RI dalam Untea dipimpin oleh Mr. Sudjarwo Tjondronegoro, (3) Masa
pemerintahan UNTEA adalah sbb.: (a) antara 1 Oktober - 31 Desember 1962 : UNTEA
bersama-sama kerajaan Belanda, (b) antara 1 Januari - 1 Mei 1963 : UNTEA bersama-sama
R.I., (c) sejak 1 Mei 1963 Irian Barat sepenuhnya kembali di bawah kekuasaan R.I., (4)
Tahun 1969 akan diselenggarakan Act of Free Choice (Pepera = Penentuan Pendapat Rakyat)
untuk menentukan pilihan rakyat Irian Barat apakah tetap dalam kesatuan negara R.I. apakah
lain. Pepera dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 1969 dengan hasil segenap rakyat Irian Barat
menyatakan tetap dalam kesatuan negara R.I. (p. 100-102)