Dalam buku berjudul Gadis Remaja(1961) terbitan Balai
Pustaka Dr. Sis Heyster menuliskan kalimat apik : suatu tanda djaman sekarang, djaman kebobrokan djiwa, ialah bahwa harga diri dan tjara membatasi diri pada si gadis dan wanita umumnya makin lama makin tak nampak. Pendapat Dr. Sis Heyster boleh kita terima atau kita tolak. Bagaimana kemudian seorang gadis, apalagi anak-anak remaja di masa sekarang ini, cenderung dibebaskan. Orangtua di zaman sekarang cenderung memberikan kebebasan kepada para anak gadisnya. Bila dahulu, ada masa-masa yang harus dilalui oleh seorang gadis sebelum ia memasuki masa dewasa. Para gadis tak hanya dididik oleh orangtua dalam urusan rumah tangga. Tetapi mereka juga diajarkan berbagai ketrampilan yang mesti dikuasai oleh mereka sebagai bekal ketika dewasa kelak. Kita bisa mendapati gadis-gadis di masa lampau amat sangat lihai dalam urusan dapur, sumur, dan kasur. Urusan kebersihan rumah, urusan masak-memasak menjadi suatu hal yang sudah mereka kuasai. Maka malulah orangtua mereka bila anak gadisnya tak mampu menyelesaikan ketrampilan-ketrampilan yang bersifat domestik itu. Dalam urusan rumah tangga yang berhubungan dengan masyarakat, gadis remaja pun dididik dan dibina agar ia tahu dan mengerti bagaimana kelak memposisikan dirinya dalam lingkungan masyarakatnya. Hal ini tak hanya berurusan dengan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga erat dengan hubungan ketrampilan seorang gadis menguasai tempat-tempat yang berhubungan dengan kebutuhan rumah tangga seperti belanj kebutuhan rumah tangga dan sebagainya. Mereka juga mendapati bekal pengetahuan akan tubuh mereka sendiri ketika akan memasuki masa-masa puber dan menjelang dewasa. Ada norma-norma yang diwariskan oleh orangtua kita agar menjadi suatu bekal dan pengetahuan agar mereka selamat menjalani masa-masa dewasa mereka dengan bijak. Oleh karena itu, pemahaman tentang kemajuan di kalangan gadis-gadis remaja di masa itu adalah penguasaan terhadap ilmu serta nasihat dari orangtua mereka. Sehingga, perempuan di kala itu, tentu masih identik dengan yang domestik, berhubungan dengan rumah. Tapi di rumah itu pula, ia memberikan warna, memberikan keharmormonisan dan sumber kebahagiaan bagi keluarga mereka. Kita masih mendapati sisa-sisa potret perempuan yang memiliki ketrampilan sosial yang bagus dan penguasaan urusan domestik yang bagus di kedua era yakni orde lama dan orde baru. Kita mendapati Inggrid dan juga Ibu Tien yang selama ini menjadi sosok yang tak hanya lihai dalam urusan rumah tangga, jahit-menjahit hingga urusan sosial mereka. Setelah era kedua presiden kita, sepertinya susah untuk menemukan sosok gadis remaja yang hingga dewasa memiliki keterampilan rumah tangga yang begitu sempurna dan berpadu dengan keterampilan sosialnya. Begitu pula pengetahuan dalam urusan adat dan tata susila yang begitu lekat dalam tubuhnya. Kemerosotan para gadis dan perempuan di masa sekarang yang semakin jauh meninggalkan dunia domestik dan sosial mereka banyak dinilai sebagai kemajuan. Orang tua sekarang lebih senang kalau anak mereka lebih mudah bergaul dan menemukan diri mereka bersama teknologi dan pergaulan yang erat dengan kemajuan. Mereka merasa urusan masak-memasak, urusan kebersihan rumah tangga, hingga urusan nilai dan etika akan mereka temukan sendiri seiring berjalannya waktu ketika mereka menjelang dewasa. Terlebih membatasi pergaulan mereka dengan lawan jenis cenderung tak menjadi trend orangtua sekarang. Bila perlu, mereka diberi kebebasan sepenuhnya bertanggungjawab terhadap tubuh mereka sendiri. Singkatnya, orangtua sekarang cenderung tak mau ribet dalam urusan mendidik anak. Bila perlu mereka fokus bekerja, sehingga urusan anak menjadi tanggungjawab pembantu atau sekolah. Meski dalam urusan pendidikan mereka begitu perhatian, tetapi dalam urusan keterampilan mereka di rumah hingga pergaulan, orangtua sekarang cenderung mengabaikannya. Di tahun 1975 kita bisa mendapati kesepakatan Asosiasi Kesejahteraan Keluarga Amerika yang mengemukakan pentingnya ilmu kesejahteraan keluarga : Tidak banyak impian khayal akan menghasilkan suatu identitas biasa yang ada gunanya dalam hubungan pekerjaan ..... Mereka (para Ahli Keejahteraan Keluarga), mempunyai sikap yang sama terhadap pelayanan pelayanan manusia, dan kepekaan seperti kepada hubungan timbal-balik lingkungan dan kepribadian terhadap tingkah laku dan perbuatan (Mc Farland, 1975 :5). Vincent G.Hutchinson mengungkap banyak hal yang berkaitan dengan ilmu kesejahteraan keluarga di bukunya Kecenderungan Baru dalam Pendidikan Ilmu Kesejahteraan Keluarga(1992). Ia juga mengungkapkan negara-negara luar seperti Finlandia juga mulai mengurusi betapa pentingnya ilmu ini. Lalu bagaiamana dengan negara kita sendiri?. Ilmu tentang kesejahteraan keluarga dan dinamikanya cenderung makin lama makin meredup. Bila dulu, kita masih mewarisi PKK, kini organisasi itu diisi oleh orangtua-orangtua dan tak banyak generasi ibu-ibu muda masuk PKK. Dengan alasan kerja dan sebagainya, akhirnya PKK pun menjadi organisasi yang tak banyak berubah dan stagnan. Bila kita prihatin dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan persoalan keluarga seperti pergaulan anak muda, sampai pada persoalan tindak kekerasan terhadap anak, mestinya ilmu tentang etika pergaulan, tentang keluarga, dan hubungannya dengan lingkungan sosial tetaplah diperlukan. Bahkan negara pun boleh dibilang terlambat membentuk Direktorat Pendidikan Keluarga dan Anak. Sampai saat ini, lembaga ini belum sepenuhnya optimal mengatasi pelbagai persoalan keluaga seperti kekerasan seksual pada anak, dan persoalan keluarga lainnya. Ada pergeseran yang jauh tentang bagaimana ilmu dan kebijaksanaan keluarga yang dahulu dimulai dari orangtua, menjadi sesuatu yang bersifat kelembagaan dan diurusi negara. Sepertinya kita telah kehilangan banyak ilmu yang mengurusi pelbagai persoalan pelik tentang keluarga kita sendiri. Sehingga ketika banyak kasus terjadi yang berkait dengan persoalan keluarga, kita terpaksa mempertanyakan kepada ahli dan mengadu pada negara. Fenomena ini sama seperti kita terheran-heran bagaimana mungkin kota gaplek seperti Wonogiri menjadi tempat yang subur dalam kasus pelecehan seksual anak yang tak hanya perkosaan, bahkan pembunuhan begitu sadis hadir disana.
*) Peminat Dunia Pendidikan dan Anak, guru MIM PK Kartasura