Anda di halaman 1dari 8

Berbaik Sangka Kepada Allah

Arif Yudistira, Tuan Rumah Pondok Filsafat Solo, Pengasuh di SDIT Pelita Umat

Sudah tabiat manusia, bila ia tertimpa kesenangan, ia


merasa bahagia. Sedang saat ia ditimpa musibah, bencana, rasa
sakit maupun kelaparan, ia dengan segera kembali pada Tuhan-
Nya. Di saat manusia tertimpa musibah, atau bencana, tidak
sedikit pula yang meninggalkan bahkan melupakan Tuhan-Nya.
Pada waktu tidak tertimpa musibah, orang bisa sedemikian dekat
dengan Tuhan-Nya. Namun, di saat ada musibah, ada pula
orang yang berubah meninggalkan Tuhan-Nya. Itulah sifat
makhluk, sifat hamba yang bergantung pada Tuhan.
Gambaran manusia yang begitu kontras tadi sering kita
jumpai dalam kehidupan kita juga. Seorang karyawan bisa sangat
baik dengan Pimpinan saat kondisi normal. Tetapi jarang kita
jumpai karyawan yang loyal saat perusahaan sedang tertimpa
krisis atau hampir jatuh. Karyawan ini pun bisa dengan cepat
melupakan jasa-jasa perusahaan terhadapnya.
Tabiat makhluk memang berbeda dengan pencipta-Nya.
Allah tidak pernah membeda-bedakan terhadap hamba-Nya.
Tuhan juga tidak pernah meninggalkan hamba-Nya saat
musibah terjadi. Tuhan menyelamatkan orang dari bencana
menurut yang Dia kehendaki.
Ketika bencana terjadi, kita tidak bisa serta merta
menyalahkan Tuhan. Orang yang begitu saja menyalahkan
Tuhan, memiliki kecenderungan bahwa apa yang telah terjadi
yang tidak baik baginya selalu ditolak. Sementara yang baik
baginya, akan diterima dari Tuhan. Ini adalah contoh
bahwasannya kita (manusia) sering tidak berkenan dengan takdir
yang buruk dari Tuhan.
Ibnu Athailah Asa-kandari dalam kitabnya Al-Hikam
menulis : “Jangan megadukan musibah kepada selain Allah,
karena Allah semata yang menurunkannya. Bagaimana mungkin
selain Allah dapat mengangkat musibah yang telah ditetapkan-
Nya?.” Kebanyakan manusia memang tidak selalu bisa saabar
dalam menghadapi musibah. Orang sering berpaling bahkan
menyalahkan Rabb-nya saat ia ditimpa musibah. Padahal
kebanyakan musibah atau bencana datang dari kelasahan
manusia. Tidak sedikit saat bencana hadir di tengah mereka,
mereka tidak ingat Tuhan, mereka justru meninggalkan perintah
Tuhan.
Sebagai orang beriman, mestinya ketika musibah atau
bencana datang, kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah. Allah yang menguasai langit dan bumi, yang
mendatangkan musibah, yang mengatur bumi ini. Kita harus
memiliki keyakinan bahwa setiap musibah yang datang kepada
kita adalah agar manusia bersandar kepada Rabb-nya.
Peringatan
Tuhan telah memberikan peringatan yang cukup keras
berkaitan dengan musibah. Dalam sebuah hadist riwayat At-
Thabrani dan Ibnu Asakir Allah berfirman “Siapa saja yang
tidak rela menerima ketetapan-Ku (takdir-Ku) dan tidak sabar
menghadapi ujian-ujian-Ku kepada dirinya, silahkan dia mencari
Tuhan selain Aku.”
Dalam situasi sulit saat bencana orang beriman hendaknya
menyandarkan sepenuhnya pada ketetapan Allah. Kita mesti
meyakini bahwa ujian, cobaan dan juga bencana adalah untuk
menguji hambanya, untuk meningkatkan ketaatan kita kepada
Tuhan. Pada saat bencana menimpa itulah, kita akan mengenali
bahwa siapa hamba yang taat hanya saat senang, dan hamba
yang taat di setiap kondisi (baik dan buruk).
Tidaklah mungkin Tuhan mendatangkan bencana atau
ujian untuk menyiksa manusia tanpa sebab. Bencana diciptkan
Tuhan agar manusia semakin dekat dengan Tuhannya. Walau
yang terjadi sebaliknya. Di saat bencana hadir, justru
kecenderungan untuk tidak taat, atau meninggalkan Tuhan
sering terjadi dalam kehidupan kita.
Adanya wabah Covid-19 yang membuat semua orang di
seluruh dunia kelimpungan adalah gambaran mengenai betapa
lemahnya manusia. Betapa kecil dan tidak kuasanya kita
melawan makhluk yang teramat kecil namun bisa mematikan.
Tuhan tidak malu untuk membuat perumpamaan seekor
nyamuk agar manusia memahami, mengerti bahwa dirinya,
kekuasaannya, serta karakternya adalah lemah, tidak berdaya,
dan senantiasa membutuhkan perlindungan dari Tuhannya.
Ketika belum sampai ke Indonesia, banyak orang, bahkan
pejabat meremehkan wabah ini. Menganggap korona bisa hilang
sendiri di indonesia. Menganggap bahwa korona seperti flu
biasa. Namun, saat wabah ini sampai ke Indonesia, banyak
orang terbelalak, kaget dan tentu saja tidak siap saat menghadapi
wabah ini. Pemerintah pun tidak bisa membendung saat wabah
sudah menyebar ke seluruh negeri ini. Inilah potret bahwa kita
belum sepenuhnya yakin kepada Allah. Kita sering
mempermudah dan abai terhadap perkara besar dalam hal ini
wabah.
Ketika kita tidak memiliki pengalaman sama sekali dalam
penanganan wabah, dan kita cenderung meremehkan, mestinya
kita bersikap waspada dan berhati-hati. Ketidakhati-hatian kita
dan sikap kita yang sembrono dengan meremehkan wabah
korona ini, yang pada akhirnya membawa kerugian kepada diri
kita sendiri.
Ibnu Athailah membagi manusia menjadi dua golongan
yakni golongan khusus dan golongan awam. Golongan khusus
adalah orang yang berbaik sangkat kepada Allah atas sifat-sifat
baik-Nya. Sementara golongan yang umum adalah manusia yang
berbaik sangka kepada Allah atas perlakuan-Nya yang baik
terhadap diri mereka, berupa karunia dan nikmat yang telah
diberikan-Nya kepada mereka.
Kebanyakan manusia termasuk kepada golongan yang
umum yakni yang berbaik sangka saat perkara baik
menimpanya. Sementara saat mereka menerima perkara buruk,
mereka cenderung berburuk sangka kepada Tuhannya.
Ada baiknya kita merenungi apa yang dituturkan oleh Ibnu
Athaillah : “Sungguh mengherankan orang yang ingin
menghindari Allah dengan tidak melakukan apa yang
ditetapkan-Nya untuknya dan lebih suka mencari dunia dan
perkara-perkara selain-Nya karena mengikuti hawa nafsu.”
Sikap kita menghadapi musibah mencerminkan kejernihan
akal dan juga hati kita. Bila kita sabar dan tawakal kepada-Nya,
tentu Tuhan akan membimbing dan menyelamatkan kita.
Sebaliknya bila kita berpaling, mengabaikan dan
meninggalkannya, maka kita telah buta mata hatinya. Sikap
berbaik sangka kepadanya di setiap peristiwa akan menjadikan
kita semakin dekat dan taat pada segala ketentuan dan
ketetapan-Nya. Begitu pula sebaliknya, sikap berburuk sangka
kepada-Nya justru akan semakin membuat kita semakin
terpuruk dan menutup mata hati kita.

Anda mungkin juga menyukai