SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
MEGAWATI
1053 37708 312
SURAT PERJANJIAN
MEGAWATI
10533 7083 12
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah asli hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan atau dibuatkan orang
lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
MEGAWATI
10533 7083 12
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Waktu itu bagaikan sebilah pedang, kalau engkau tidak memanfaatkannya, maka
ia akan memotongmu
PERSEMBAHAN
“Akhirnya kupersembahkan karya ini kepada Ibunda, Ayahanda, dan Suamiku
serta keluargaku tercinta yang tidak dapat kusebutkan. Atas segala doa,
pengorbanan, dan restunya dalam setiap langkahku. Semoga Allah Swt. senantiasa
melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada kita semua Amin”
(Akhir dari sebuah goresan perjalanan hidup)
viii
ABSTRAK
Megawati, 2016. “Analisis Tindak Tutur dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habibburahman El-Zhirasy” dengan pendekatan pragmatik. Skripsi Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. A. Rahman Rahim pembimbing I dan
Djuanda pembimbing II.
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan bentuk- bentuk tindak tutur yang
terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta. Penelitian ini dilakukan pada bulan April
2016 sampai Juli 2016. Adapun data dalam penelitian adalah isi dari novel Ayat-
Ayat Cinta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung, membaca,dan mencatat.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh atau ditemukan bahwa
novel Ayat-Ayat Cinta karya Habibburahman El-Zhirasy banyak atau sarat
dengan bentuk-bentuk tindak tutur dalam hal ini, berupa tindak lokusi, tindak
ilokusi,dan tindak perlokusi. Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habibburahman El-
Zhirasy, menceritakan tentang kisah percintaan yang Islami sesuai dengan ajaran
agama Islam yang di dalamnya seperti aqidah, fiqh, hubungan lelaki dan
perempuan, hubungan non-muslim dan sebagainya antara Fahri, Maria, dan Aisya.
Latar yang digunakan novel tersebut adalah negara Mesir. Alur yang digunakan
pengarang adalah alur maju dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama.
Bahasa yang terdapat dalam novel tersebut adalah Bahasa Indonesia, Arab,
Inggris, dan Jerman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, di dalam novel Ayat-Ayat Cinta
karya Habibburahman El-Zhirasy terdapat 3 jenis tindak tutur dengan masing-
masing memiliki pembagian di dalamnya yang dituturkan oleh para tokoh dalam
novel tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa novel Ayat-Ayat
Cinta karya Habibburahman El-Zhirasy adalah novel yang sangat layak untuk
diapresiasikan. Karena di samping dapat dinikmati kronologis ceritanya yang
sangat menarik, juga dapat memberikan nilai-nilai keislaman serta memberikan
pengetahuan baru terhadap bahasa khususnya jenis-jenis tindak di dalam novel
tersebut.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya jualah sehingga Skripsi ini dapat terwujud dalam bentuk
sederhana. Salawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang
telah menuntun kita semua ke arah keselamatan melalui jalan yang dibawanya.
penyusunan Skripsi ini tidak luput dari adanya hambatan dan kesulitan yang
dihadapi. Namun, berkat doa dan ketekunan serta usaha yang sungguh-sungguh,
utamanya ridho dari Allah Swt. maka hambatan yang dialami dapat teratasi
dengan baik, begitu pula dengan adanya bantuan dari beberapa pihak yang
Segala rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tua penulis yaitu Mahmud dan Hasnah yang telah berjuang,
untuk menjadi orang yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa. Demikian
awal penyusunan Skripsi ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
kepada;
x
Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta dosen dan para staf
Muhammadiyah Makassar.
Teman - teman penulis kelas D Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2012
terima kasih atas motivasi, saran, dan kebersamaannya kurang lebih empat tahun.
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar skripsi ini dapat
bermanfaat pada penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya serta bisa
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................v
SURAT PERNYATAAN....................................................................................vi
SURAT PERJANJIAN.......................................................................................vii
MOTO..................................................................................................................viii
ABSTRAK...........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR........................................................................................x
DAFTAR ISI.......................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................7
C. Tujuan Penelitian......................................................................................7
D. Manfaat Penelitian....................................................................................8
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................................9
B. Kerangka Pikir..........................................................................................29
A. Fokus Penelitian.......................................................................................32
A. Simpulan...................................................................................................61
B. Saran.........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hubungan dengan sesamanya adalah bahasa. Bahasa dan manusia merupakan dua
hal yang tidak dapat pipisahkan, dalam arti keduanya berhubungan erat. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia karena dengan bahasa
manusia dapat mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran atau gagasannya.
erat dan konsep berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan
pikiran, semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula
pikirannya.
menjelaskan isi teks untuk memahami alam genre (jenis) sastra. Tindak tutur
Seorang dapat dikatakan menguasai bahasa tidak hanya sekadar mengetahui arti
ribuan kata, tetapi orang dapat dikatakan menguasai bahasa apabila dia mampu
1
2
karena itu, dapat berbahasa dengan baik orang perlu belajar berbahasa.
Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Bahasa
lainnya. Tindak tutur biasa terjadi dalam komunikasi sosial di masyarakat yang
melibatkan antara penutur dan lawan tutur pada umumnya, pengetahuan tentang
status pihak-pihak yang terlibat dalam penuturan, dan maksud tersirat dari
Bentuk tuturan ini bukan hanya berbentuk lisan, namun peristiwa tindak
tutur itu terdapat pula dalam wacana tulis misalnya dalam bentuk sastra. Oleh
karena itu dalam setiap proses komunikasi terjadilah yang disebut peristiwa tutur
sesuatu adalah melakukan sesuatu, dan bahasa atau tutur dapat dipakai untuk
daya ilokusi itu merupakan fungsi tindak tutur yang inheren (padu) dalam tutur.
Perlokusi adalah suatu tindak yang mempengaruhi kondisi psikologi lawan tutur
agar menuruti keinginan penutur. Perbedaan mendasar antara daya lokusi, daya
ilokusi, dan daya perlokusi dari ketiga bentuk tutur ini yaitu ada tuturan yang
3
tidak mengharapkan apapun dari lawan tuturnya ada juga yang menuntut adanya
pertanggung jawaban serta adapun yang dapat mempengaruhi lawan tuturnya agar
menuruti keinginannya.
dalamnya terdapat fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan
karangan yang utuh. Wacana fiksi terdiri dari wacana prosa yaitu wacana yang
disampaikan atau dituliskan dalam bentuk prosa berupa novel, cerpen, artikel,
makalah, skripsi, tesis, dan lain sebagainya. Wacana tulis adalah wacana yang
Black (2011) dalam wacana sastra tentu akan berbeda dari percakapan
keseharian dan dari beberapa wacana tulis lainnya, karena semua karya yang
dalam dialog fiksi, kesalahan ucap yang tidak disengaja dan referensi yang tidak
jelas seperti yang banyak dijumpai dalam bahasa lisan jarang dipresentasikan.
Pada dasarnya cerita fiksi tidak hanya diambil dari hasil imaji seorang
penulis, akan tetapi juga bersumber dari kehidupan nyata, hanya saja bahasa
dalam wacana sastra lebih diperhalus untuk menimbulkan kesan tertentu pada
pembaca. Ini berarti meskipun berbeda antara wacana sastra dengan percakapan
keseharian, namun jika dilihat dari bentuk tuturan atau percakapan tidaklah jauh
perbedaan itu. Seperti dalam situasi percakapan keseharian, pasti ada tindakan-
tindakan dalam tuturan yang memberikan ruang terjadinya berbagai tipe tindak
4
terlepas dari peristiwa tindak tutur yang mana bentuk peristiwa ini paling baik di
meluangkan imajinasinya baik itu bentuk lisan maupun tulisan. Karena karya
sastra diciptakan bukan sekadar untuk dinikmati, akan tetapi untuk dipahami dan
diambil mamfaatnya.
Sebuah novel memiliki alur kisah kehidupan. Kisah ini dapat diungkapkan
dengan gaya, cerita, narasi atau percakapan tokoh. Percakapan dalam sebuah
novel mempunyai konteks sesuai dengan situasi yang terdapat dalam novel
dengan interpretasi pragmatik. Dengan demikian, jelas bahwa novel yang berisi
pada karya sastra. penelitian ini akan membahas tindak tutur yang terdapat dalam
karya sastra dengan pendekatan pragmatik bukan hanya makna karya sastranya.
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang di dalamnya banyak
mengandung nilai-nilai kehidupan yang berisi amanat atau nasehat. Dalam novel
tersebut, berbagai nilai hidup dihadirkan karena hal ini merupakan hal positif yang
5
yang lebih baik sebagai makhluk yang dikarunia akal, pikiran, dan perasaan.
Novel Ayat-Ayat Cinta ini adalah salah satu karya Habibburrahman El Shirazy
yang merupakan pelopor karya sastra islami yang sedang masa kebangkitannya.
oleh INSANI UNDIP AWARD pada tahun 2008) selain novelis, sarjana
Universitas Al-Ashar, Kairo, Mesir ini juga karya-karyanya banyak diminati tak
Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmmya,2004), Di Atas Sajadah Cinta (telah
Pesona Ciopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Dalam Mihrab Cinta
(2007), Bumi Cinta ( 2010) dan The Romance dan kini sedang merampungkan
Bulan Madu di Yerussalem, Bumi Cinta, dan Api Tauhid yang sedang dimuat
Shirazy ini pernah dijadikan bahan penelitian para mahasiswa sastra seperti novel
6
Bumi Cinta, Di Atas Sajadah Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih akan tetapi para
Wentuk (2012) berjudul “Struktur dan Tindak Tutur Ujar Wacana Surat
Pembaca dalam Surat Kabar Harian di Manado”. Suatu kajian pragmatik yang di
dalamnya Wentuk menyimpulkan bagaimana jenis tindak tutur lokusi, ilokusi dan
perlokusi dalam wacana surat pembaca dalam surat kabar harian di Manado.
Kasmawati (2011) orang yang meninjau bentuk tindak tutur melalui objek guru
dengan siswa. Penelitian ini mengangkat judul dengan “Analisis Peristiwa Tutur
dan Tindak Tutur Guru dengan Siswa di Kelas”. Penelitian ini khusus meneliti
bagaimana peristiwa tutur dan tindak tutur yang terjadi akan berbeda-beda pada
setiap situasi tutur. Begitu pula yang terjadi di dalam kelas atau kegiatan di dalam
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan yang terjadi di dalam kelas tidaklah lepas dari
adanya komunikasi. Komunikasi antara guru dan siswa dan siswa dengan guru.
Kesamaan pada penelitian ini terletak dipenggunaan bahasa tindak tutur yang
wacana novel Ayat-Ayat Cinta perlu dipahami secara cermat karena di dalamnya
terdapat hal-hal yang menarik terutama pada bahasa yang dituangkan dalam cerita
secara baik dan menarik. Oleh karena itu, penelitian ini akan menelaah tindak
Shirazy dengan mengarah kepada upaya untuk menemukan tindak tutur lokusi,
percakapan dalam sebuah novel mempunyai konteks sesuai dengan yang terdapat
dalam novel tersebut. Para tokoh Ayat-Ayat Cinta sering menggunakan bahasa
percakapan yang hanya ada dikalangan mereka seperti Allah Yubarik fik dan flat.
Kata seperti ini tidaklah semua orang mengetahui arti dari makna kata tersebut.
Dengan begitu saya tertarik akan bentuk dialog atau percakapan di dalam novel
Ayat-Ayat Cinta.
B. Rumusan Masalah
berikut:
Cinta?
Cinta?
Cinta?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
mengenai bentuk tindak tutur yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta.
Dan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti yang lain dalam
A. Tinjauan Pustaka
relevan dengan penelitian ini seperti penelitian yang dilakukan Heru Susanti
(2014) yang juga pernah melakukan suatu penelitian tentang teori tindak tutur
yang berjudul analisis bentuk tindak tutur pada novel “Rembulan Tenggelam di
Wajahmu Karya Tere Liye” pada tahun 2014. Penelitian ini juga memiliki
kesamaan pada bentuk, objek, dan pengungkapan penggunaan bahasa tindak tutur.
2. Pengertian Pragmatik
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang semakin maju saat ini. Sekitar
dua dasawarsa silam cabang ilmu bahasa ini tidak pernah disambut oleh para
pakar bahasa. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnrya para linguis bahwa upaya
menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa
9
1
menangani data fisik tuturan, menjadi disiplin ilmu yang sangat luas
sebelumnya oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris dalam kaitannya
dengan ilmu bahasa, pragmatik memiliki cabang, sintaksis yaitu studi relasi
formal tanda-tanda, semantik yaitu studi relasi tanda dengan penafsirannya akan
tetapi, pragmatik yang berkembang saat ini yang mengubah orientasi linguistik di
Amerika pada tahun 1970-an sebenarnya dipahami oleh karya-karya filsuf seperti
Austin (1962) dan Searle (1969) yang termasuk dengan teori tindak tutur.
situasi ujar (Leech,1993:8) dalam terjemahan Oka. Yang meliputi unsur unsur
penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak lokusi, tuturan, waktu, dan
a. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa). Orang yang menyapa
b. Konteks sebuah tuturan berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah
sesuatu.
a. Tidak ada penutur bahasa yang memiliki satuan gaya yang seragam harena
nyata yang melibatkan penutur dan mitra tutur dalam situasi pemakaian tertentu,
mengenai hal tertentu. Kondisi penggunaan bahasa itu ditentukan oleh konteks
kemasyarakatan.
antara kalimat, konteks, situasi, dan waktu diujarkan dalam kalimat tersebut.
Definisi yang dikemukakan oleh parera dapat dilihat pada berikut ini: (1).
1
konteks dan keadaannya. Pragmatik sebagai ilmu bersumber pada beberapa ilmu
lain yang juga mengkaji bahasa dan faktor-faktor yang berkaitan dengan
berbagai sumber dan pakar, yang dapat dirangkum seperti berikut ini:
kalimat dengan proposisi (rencana atau masalah). Dalam hal ini teori
b. Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang
c. Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup
aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi
1
d. Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang
merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan
tutur ditentukan oleh konteks yang menyertai sebuah tuturan tersebut. Dalam hal
ini Leech menyebutnya dengan aspek-aspek situasi tutur antara lain: pertama,
yang menyapa (penyapa) dan yang disapa (pesapa); kedua, konteks sebuah
tuturan; ketiga, tujuan sebuah tuturan; keempat, tuntutan sebagai bentuk tindakan
atau kegiatan tindak tutur (speech act); dan kelima, tuturan sebagai hasil tindak
bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman
Dengan kata lain, jika seseorang ingin memahami sifat-sifat bahasa, ia harus
memahami pragmatik juga. Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa pragmatik
tindak tutur sebagai alat salah satu konsep yang paling menonjol dalam peneorian
linguistik masa kini. Konsep ini dianggap mampu membawa upaya ilmiah
dasar suatu tuturan dalam suatu komunikasi pemahaman suatu konteks sangat
menjadi empat macam, yaitu: (1). Konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya
pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa
komunikasi itu (2). Konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang
sama-sama diketahui oleh pembicara atau pun pendengar (3). Konteks linguistik
kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi (4). Konteks sosial
yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara
Berdasarkan uraian diatas, maka teori tindak tutur adalah bagian dari
pragmatik dan pragmatik merupakan bagian dari cabang ilmu linguistik, serta
bahwa menganalisis tindak ujar merupakan bagian dari pragmatik. Oleh karena
a. Peristiwa Tutur
berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,
di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Seperti interaksi yang berlangsung
antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan
Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas
di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh Dell
Setting and scene, setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutran
berlangsung sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu dan situasi
psikologis pembicaraan.
dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan.
1
Ends merujuk pada maksud dan tujuan tuturan. Peristiwa tutur yang terjadi
telegraf atau telepon dan bentuk tuturan seperti bahasa, dialek, kode, dll
hikayat doa, bahasa perkuliahan, pedagang, ceramah, surat edaran, dan tajuk
rencana.
Menurut penjelasan di atas, peristiwa tutur terjadi pada tempat, waktu, dan
situasi tertentu. Berarti suatu peristiwa tutur terjadi pada situasi tertentu. Situasi
tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Di dalam komunikasi, tidak ada
tuturan tanpa situasi tutur. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa sebuah
b. Tindak Tutur
1
di balik itu. menurut Chaer ( 1995: 65) tindak tutur merupakan gejala individual,
penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada
Tindak tutur di titikberatkan kepada mkna atau arti tindak, sedangkan peristiwa
tutur lebih yang dilakukan penutur kepada mitra tutur dalam rangka
tindak tutur dari segi pembicara. Kalimat yang bentuk formalnya berupa
tindak tutur yang dilakukan oleh penutur. Dengan demikian, penutur yang
diucapkan suatu tindakan, seperti “pergi”, “silahkan anda tinggalkan rumah ini”
karena anda belum membayar kontraknya! Tindak tutur ini merupakan suatu
Teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh Austin (1956) seorang
guru besar di Universitas Harvard. Teori yang berwujud hasil kuliah itu
kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1965) dengan judul How to do Things
with words?. Akan tetapi teori itu baru berkembang secara mantap setelah
lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih cepat apabila disebut produk atau
hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.
Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang
mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech (1993: 5-6) menyatakan
bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu
tutur dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana,
dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain
yakni sarana linguistik dan sarana pragmatik. Sarana linguistik berkaitan dengan
pada sarana linguistik lebih sering dihadapi oleh pembelajar bahasa Indonesia
pembelajar tingkat menengah dan tingkat lanjut. Hal ini dibuktikan dari
dalam wacana tulis pembelajar bahasa Indonesia untuk penutur Asing (BIPA).
Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang
bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu
tutur dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana,
bilamana, dan bagaimana. Tindak tutur merupakan identitas yang bersifat sentral
di dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain
Teori tindak tutur pertama kali diungkapkan oleh Austin (1962). Teori
tersebut dikembangkan kembali oleh Searle pada tahun 1969. Menurut Searle,
dalam semua komunikasi bukan hanya sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi
lebih merupakan hasil dari perilaku tindak tutur (searle, 1969 dalam Suwito
1983). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur merupakan suatu
analisis yang bersifat pokok dalam kajian pragmatik. Pendapat tersebut berkaitan
dengan objek kajian pragmatik yang sebagian besar berupa tindak tutur dalam
peristiwa komunikasi. Dalam analisis pragmtik objek yang dinalisis adalah objek
teori pragmatik.
2
merupakan tindak tutur atau tindak ujar. Rumusan tersebut merupakan simpulan
dari dua pendapat, yaitu pendapat Austin (1962) yang menyatakan bahwa
1. Penutur dan lawan tutur yaitu usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis
2. Konteks tuturan mencakup konteks dalam semua aspek fisik atau setting
4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas yakni bahwa tindak tutur
disimpulkan bahwa tindak tutur adalah suatu tindakan bertutur yang memiliki
maksud dan tujuan dapat diungkapkan secara jelas atau terang-terangan. Tindak
tutur memiliki maksud tertentu yang tidak dapat dipisahkan dari konsep situasi
tutur. Konsep inilah yang akan memperjelas pengertian tindak tutur sebagai suatu
Tindak tutur ini jenisnya sangat banyak, bahkan ribuan menurut Austin
akan tetapi pada dasarnya tindak tutur terbagi atas tiga bagian yaitu:
1. Tindak Lokusi
sesuatu. Lokusi merupakan semata - mata tindak tutur atau tindak bertutur yaitu
tindak melakukan sesuatu dengan kata dan makna kalimat yang sesuai dengan
makna itu (di dalam kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah
sintaksisnya. Tindak lokusi merupakan makna dasar karena dalam tuturan lokusi
masalah maksud dan fungsi tuturan itu tidak penting karena hanya berkaitan
dengan makna tuturan yang diucapkan. Lokusi semata-mata tindak tutur atau
bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata-kata. Makna kata dalam
tuturan lokusi itu sesuai dengan makna kata di dalam kamus. Tindak lokusi
sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranannya untuk memahami tindak
tutur.
dalam bentuk lokusi ini tidak dipermasalahkan fungsi tuturannya karena makna
2
yang terdapat dalam kalimat yang dianjurkan. Selain itu, karena tuturan yang
digunakan sama dengan makna yang disampaikan maka tindak tutur ini
Tuturan di atas mengacu pada saya “Aku” pengganti orang kesatu, dan lapar
ketika seseorang berkata Penutur tuturan ini tidak secara langsung merujuk
kepada maksud tertentu kepada lawan tuturnya. Maka tuturan ini bermakna bahwa
si penutur sedang dalam keadaan lelah yang teramat sangat, tanpa bermaksud
meminta untuk diperhatikan dengan cara misalnya dipijat oleh lawan tuturnya.
Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dalam tindak lokusi ini tidak
yang diujarkan. Selain itu karena tuturan yang digunakan sama dengan makna
yang disampaikan maka tindak tutur ini merupakan tindak tutur yang paling
mudah.
a. Berita (deklaratif)
2
b. Tanya (interogatif)
c. Perintah (imperatif)
2. Tindak ilokusi
Ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau
daya tuturan. Pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan tindak ilokusi. Ilokusi
mewujudkan suatu ungkapan. Dengan kata lain tindak ilokusi adalah melakukan
Tuturan tersebut dapat saja bermakna dalam ruangan itu ada orang yang tidak
disukai oleh penutur sehingga suasana hatinya menjadi panas. Namun, bisa juga
bukan sekadar ucapan panas, tetapi berharap orang yang ada di ruangan itu
Jika kalimat ini dituturkan kepada lawan tutur yang sedang menyalakan
televisi dengan volume yang sangat keras, berarti tuturan ini tidak hanya
bersiap-siap bahwa ujian sudah dekat. Tetapi jika orang tua, berarti seruan
berhenti untuk bermain tetapi harus belajar dengan baik. Dengan demikian, dapat
a. Arsetif (Assertives)
mengklaim.
b. Direktif (directives)
c. Ekspresif (expressives)
2
d. Komisif (commissives)
e. Deklarasi (declaration)
dan menghukum.
3. Tindak perlokusi
seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang mendengarkan. Tindak
kepada lawan tutur. Ibrahim (1993) menyatakan bahwa tindak perlokusi dapat
bersifat menerim topik, menolah, dan netral. Maksud yang terdapt dalam
Makna yang terkandung dalam suatu ujaran sabgat ditentukan oleh kemampuan
penafsiran dari mitra tutr. Penafsiran terhadap suatu ujaran atau tuturan berbeda
antara satu orang dengan orang yang lain, karena persepsi orang yang satu dengan
Efek yang diharapkan dari tuturan tersebut agar pendengar yang ada di ruangan
Maka arti dari kalimat ini yaitu si anak akan mengambil alat-alat untuk
membersihkan kamarnya.
Tindak tutur perlokusi juga dapat menghasilkan efek atau daya ujaran
terhadap mitra tutur hasilnya rasa khawatir, rasa takut, sedih, putus asa, kecewa,
dan sebagainya.
a. Karya sastra
Sastra adalah seni bahasa. Maksudnya adalah, lahirnya sebuah karya sastra
adalah untuk dapat menikmati suatu karya sastra secara sungguh-sungguh dan
penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat dangkal dan sepintas karena
Karya sastra bukanlah ilmu. Karya sastra adalah seni, di mana banyak unsur
kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan karya sastra, tidak ada
salahnya kita melirik lebih mendalam tentang genre (jenis) karya sastra. karya
sastra dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni karya sastra imajinatif
dan karya sastra nonimajinatif. Ciri karya sastra imajinatif adalah karya sastra
yang lebih menonjolkan sifat khayal, dengan menggunakan bahasa yang konotatif
Karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen. Kata novel berasal
dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan “baru” karena jika dibandingkan
dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, jenis novel ini
seterusnya, jenis prosa fiksi yang disebut roman lazim dinyatakan sebagai novel.
Bentuk astra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas
pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan
yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga
ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan
bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel bukan saja dituntut agar dia
merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan
2
hiburan pada kita. Tetapi dia juga dituntut lebih dari itu. Novel syarat utamanya
adalah bahwa dia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah
atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang
sebagai berikut:
Novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini
paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya
budaya sosial, moral, dan pendidikan. Novel adalah karya sastra yang berbentuk
Sebuah novel memiliki alur kisah kehidupan. Kisah ini dapat diungkapkan
dengan gaya, cerita, narasi atau percakapan tokoh. Percakapan dalam sebuah
novel mempunyai konteks sesuai dengan situasi yang terdapat dalam novel
Dengan demikian, jelas bahwa novel yang dimaksud dalam penelitian adalah
Habibburahman El Shirazy. Pengarang muda yang akrab dipanggil kank Abik ini
telah mengalami 22x cetakan dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Novel ini berisi
418 halaman dengan 33 bab. Novel ini juga disebut novel Pembangun Jiwa karena
isinya yang sangat menggugah jiwa dan mengandung nilai-nilai agama yang
B. Kerangka Pikir
penelitian ini. Landasan berpikir yang di maksud akan mengarahkan penulis untuk
Hal-hal berikut:
1. Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna ucapan yang tidak
menjadi tiga jenis yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
3. tindak tutur dalam novel sangat berfungsi untuk menggambarkan dengan jelas
menguntungkan. Karena tidak akan ada revisi-revisi yang berat dalam tata
Pragmatik
Tindak Tutur
Analisis Data
Temuan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Fokus Penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga hal yang dimaksud menjadi jelas
Berdasarkan judul penelitian ini yakni analisis tindak tutur dalam novel
metode penelitian kualitatif deskriptif, artinya yang dianalisis dan hasil analisinya
1. Data
Data merupakan tahap awal dalam sebuah penelitian, begitu pula dengan
penelitian ini, pertama kali diadakan observasi data-data. Data ini diambil dari
novel Ayat-Ayat Cinta yang dijadikan sebagai data dalam penelitian ini. Peneliti
tuturan ditulis berdasarkan situasi yang terjadi di dalam cerita dalam novel Ayat-
Ayat Cinta.
32
3
2. Sumber Data
Data penelitian ini bersumber dari cerita novel Ayat-Ayat cinta karya
pragmatik. Analisis ini untuk menemukan maksud penutur baik diekspresi secara
Teknik yang digunakan pada peneliti ini adalah teknik pilah unsur
penentu. Adapun alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki
oleh penelitinya. Sesuai dengan jenis penentu yang akan dipisah-pisahkan atau
dibagi menjadi berbagai unsur itu maka daya pilah itu dapat disebut daya pilah
antardata.
3
tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang telah disesuaikan dengan
penguatan data.
35
BAB IV
mengenai hasil penelitian, maka terlebihdahulu akan dibahas kembali jenis tindak
tutur.
Pada dasarnya pengelompokan tindak tutur terdiri atas tindak tutur lokusi,
ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur lokusi yaitu tindak mengatakan sesuatu dengan
makna dasar, dan terdiri atas tiga bagian yaitu Imperatif, Deklaratif, dan
Interogatif. Tindak tutur ilokusi yaitu tindak melakukan sesuatu dengan maksud
tertentu, seperti janji, perintah, tawaran, permintaan, dan seterusnya. Ilokusi ini
terdiri atas Arsetif, Direktif, Komisif, Ekspresif, dan Deklarasi. Tindak tutur
1. Lokusi
makna dasar.
a. Deklaratif
Data 1 (hal-45)
35
3
Data 2 (hal-46)
“kebetulan saat ini saya sedang menuju masjid Abu Bakar Ash-Shaddiq untuk
talaqqi. Kalau ada yang mau ikut menjumpai Syaikh Utsman boleh menyertai
saya”.
Data di atas mengandung makna memberitahukan sesuatu, dalam dialog ini Fahri
memberitahukan kepada perempuan bercadar dan beberapa penumpang di atas
metro bahwa jika mereka ingin bertemu dengan Syaikh Utsman bisa melaluinya.
Data 3 (hal-60)
Data 4 (hal-69)
“Mabruk. Kamu lulus, kamu bisa nulis tesis. Tadi sore pengumumannya
keluar”
Data di atas mengandung makna memberitahukan sesuatu, bentuk tuturan ini
yaitu tidak langsung karena Mustafa memberitahukan informasi pengumuman
lulus fahri telah keluar melalui pesan singkat kepada Fahri bahwa ia dapat menulis
tesisnya.
Data 5 (hal-118)
Data 6 (hal-253)
“Sayang, asin begini kah dibilang manis. Mungkin bukan gula yang kau
masukkan tapi garam. Coba kaurasakan lagi! Aisha kembali mencicipi.
Dia memandangku dengan sedikit heran”.
Data di atas mengandung makna memberitahukan, pada tuturan ini Fahri
menginformasikan kepada Aisha bahwa makanan yang sedang ia makan terasa
asin dan menyuruh istrinya itu untuk mencobanya juga.
Data 7 (hal-265)
Data 8 (hal-278)
b. Interogatif
sesuatu kepada lawan tuturnya. Dengan perkataan lain, apabila seorang penutur
3
bermaksud mengetahui jawaban terhadap suatu hal atau suatu keadaan, penutur
Data 1 (hal-59)
Data 2 (hal-59)
Data 3 (hal-77)
Data 4 (hal-81)
Data 5 (hal-88)
tentang Noura yang sedang tinggal di rumah salah satu mahasiswi yang bernama
Nurul. Ia menanyakan apakah Noura diterima tinggal dengan unsur keterpaksaan
mereka.
Data 6 (hal-89)
Data 7 (hal-112)
Berdasarkan tuturan di atas, maka tuturan ini juga termasuk lokusi interogatif
karena menanyakan sesuatu yang ditandai dengan tanda tanya, maksud dari
tuturan ini yaitu menanyakan tentang kado yang telah saiful bungkus. Ia
menanyakan kepada Fahri untuk siapa kado ini akan diberikannya, apakah kado
Data 8 (hal-132)
Data 9 (hal-257)
tanya pada tuturan tersebut. Maksud dari tuturan ini menanyakan kepada lawan
tuturnya tentang tujuan ibunya yang dulu ingin berdakwah apakah ibunya berhasil
berdakwah walaupun ia telah menikah. Si penutur menanyakan hal tersebut
karena lawan tutrnya itu pernah bercerita seputar orang tuanya yang ingin
berdakwah.
Data 10 (hal-297)
c. Imperatif
“Terus tolong nanti bilang sama dia untuk membeli gula dan minyak
goreng”.
Maksud tuturan di atas adalah si penutur (Fahri) secara langsung menyuruh atau
meminta Saiful agar mengingatkan Rudi berbelanja untuk keperluan dapur. Si
penutur menyampaikan ini karena berhubung hari ini adalah piket dari Rudi.
Data 4 (hal-112)
“Rud, Tolong sambil kau bantu membungkus yang satunya! Kau kan
jagonya membungkus kado, pintaku pada Rudi.
Berdasarkan tuturan di atas, maka tuturan ini termasuk lokusi imperatif yaitu
berbentuk perintah atau suruhan. Maka maksud tuturan di atas penutur (Fahri)
memberikan perintah kepada Rudi untuk membantunya membungkus kado yang
ingin diberikannya kepada madame Nahed karena menurut si penutur Rudi
sangatlah jago dalam membungkus kado.
2. Ilokusi
a. Arsetif
Berikut ini adalah uraian tentang tindak tutur ilokusi arsetif dalam novel
Data 1 (hal-75)
“Tidakkah kau bisa turun dan menyeka airmatanya. Kasihan Noura, dia
perlu seseorang yang menguatkan hatinya.
Berdasarkan tuturan di atas, diutarakan oleh penutur yaitu Fahri kepada lawan
tuturnya Maria. Data di atas mengandung tindak tutur arsetif “menyarankan” data
tersebut terdapat pada tuturan “tidakkah kau bisa”. Pada tuturan ini bermaksud
penutur menyarankan agar ia bisa membantu menghapus ataupun menghibur
Noura karena si penutur tidak tega melihanya bersedih.
Data 2 (hal-110)
“Sudahlah akhi, aku lagi capek sekali nanti habis maghrib aku jelaskan
semua”
4
Tuturan di atas, diutarakan oleh Fahri kepada Rudi yang disebut akhi atau saudara
laki-lakinya. Data di atas mengandung tindak tutur arsetif “mengeluh” data
tersebut terdapat pada tuturan “Sudahlah akhi, aku lagi capek sekali”. Pada tuturan
ini bermaksud si penutur sedang capek sekali sehingga ia tidak ingin menjelaskan
tentang belanjaan yang dibawanya tetapi akan menjelaskan kepada saudaranya itu
nanti setelah maghrib.
Data 3 (hal-125)
“Apa saya tidak memiliki urusan yang lebih penting dari mengurusi
anakmu, Heh”.
Tuturan di atas, diutarakan oleh Tuan Boutros kepada Bahadur. Data di atas
mengandung tindak tutur arsetif “mengklaim” maksud tuturan ini yaitu penutur
tidak mengakui bahwa ia telah membantu Noura dan menyembunyikannya dari
Bahadur. Si penutur berkata seperti itu karena ia tahu bagaimana sifat Bahadur
dan tak ingin mencari masalah dengannya sehingga ia tidak mengakuinya.
Data 4 (hal-125)
“Tuan Bahadur, memang benar, malam itu aku turun menghibur Noura.
Tapi Noura tidak bisa dihibur. Ia menangis terus dan tidak berbicara
sepatah kata pun padaku. Aku jengkel, lalu ya kutinggal dia. Setelah itu
aku tidak tahu kemana dia”.
Tuturan di atas, diutarakan oleh Maria kepada Bahadur. Data di atas mengandung
tindak tutur arsetif “mengklaim” maksud dari tuturan ini yaitu penutur
menjelaskan kepada lawan tuturnya soal yang terjadi pada malam ketika Noura
menangis, tetapi dalam tuturan tersebut jelas si penutur tidak mengakui bahwa
pada malam itu ia membantu Noura dan mengajaknya ke kamarnya. Si penutur
mengklaim tuturan tersebut karena ia juga tidak ingin mencari masalah dengan
Bahadur ayah dari Noura.
Data 5 (hal-335)
“Saya merasa rumah Fahri adalah tempat yang aman untuk sementara.
Akhirnya tepat pukul tiga maria mengantarkan saya turun ke tempat
Fahri. Fahri sendiri yang masih bangun ia membukakan pintu dengan
mempersilahkan saya masuk ke kamarnya.
Tuturan di atas, diutarakan oleh Noura kepada hakim dan para orang yang ada
dalam tempat persidangan. Data di atas mengandung tindak tutur arsetif
“mengklaim” maksud tuturan di atas yaitu penutur memberikan penjelasan kepada
hakim persidangan yang tidak sesuai dengan yang terjadi pada dirinya yang
4
Data 6 (hal-347)
Data 7 (hal-351)
“Selesai membaca surat itu aku tak mampu menahan isak tangisku.
Usahaku sekian tahun belajar mati-matian seakan sia-sia belaka.
Tuturan di atas, diutarakan oleh Fahri. Data di atas mengandung tindak tutur
arsetif “menyatakan” maksud tuturan tersebut yaitu penutur sangat kecewa ketika
ia membaca sepucuk surat dari KBRI bahwa ia telah dikeluarkan dari kampus
tempat ia menimbah ilmu akibat asusila yang menimpa dirinya walaupun
sebenarnya ia tak bersalah. Si penutur menyatakan hal ini karena ia merasa
uasahanya gagal padahal ia telah belajar mati-matian selama ini.
Data 8 (hal-376)
“Menikahlah dengan dia, demi anak kita! Jika Maria tidak memberikan
kesaksiannya, maka aku tak tahu lagi harus berbuat apa untuk
menyelamatkan ayah dari anak yang kukandung ini”.
Tuturan di atas, di utarakan oleh Aisha kepada Fahri. Data di atas mengandung
tindak tutur arsetif “menyarankan” maksud dari tuturan ini yaitu penutur
memberikan saran kepada suaminya agar ia mau menikahi Maria untuk
menyelamatkan dirinya dari penjara Si penutur menyarankan seperti itu kerana ia
tahu bahwa hanya maria saksi kunci dari masalah suaminya ini.
b. Direktif
Data 2 (hal-76)
“Aku tidak tahan, kumohon andaikan aku halal baginya tentu aku akan
turun mengusap airmatanya dan membawanya ke tempat yang jauh dari
linangan airmata selama-lamanya”.
Tuturan di atas, diutarakan oleh penutur (Fahri) kepada lawan tuturnya (Maria).
Data di atas mengandung tindak tutur direktif “memohon” maksud dari tuturan ini
penutur meminta dengan sangat kepada lawan tuturnya agar ia bisa menolong
gadis yang sedang merasakan kesedihan agar bisa menghiburnya. Si penutur
memohon kepada lawan tuturnya karena ia tahu bahwa gadis malang tersebut
bukan lah istrinya.
Data 3 (hal-76)
Data 4 (hal-76)
“Begini saja kak Fahri, si Noura suruh turun di depan Masjid Rab’ah.
Aku dan Farah akan menjemputnya tepat pukul setengah sembilan.
Tuturan di atas, diutarakan oleh penutur (Nurul) kepada lawan tuturnya (Fahri).
Data di atas mengandung tindak tutur direktif “merekomendasi” maksud dari
tuturan ini penutur menyarankan agar ia menyuruh Nourah agar turun di masjid
nanti ia akan menjemputnya bersama temannya. Nurul menyarankan itu karena ia
telah mengiakan permintaan dari Fahri untuk bisa memberikan tempat tinggal
kepada Noura.
Data 6 (hal-108)
“Nanti kalau ada apa-apa, atau ada yang kurang bilang saja. Juga kalau
Noura sudah menceritakan masalahnya, langsung kontak secepatnya!
Tuturan di atas, diutarakan oleh penutur (Fahri) kepada lawan tuturnya (Nurul).
Data di atas mengandung tindak tutur direktif “memerintah” maksud dari tuturan
ini bahwa penutur menyuruh melakukan sesuatu kepada lawan tuturnya untuk
mengatakan kebutuhan yang diperlukan Noura gadis yang tinggal bersamanya dan
memberi perintah agar lawan tuturnya ini dapat menelponnya jikalau Nourah telah
menceritakan semua hal yang menimpa dirinya.
Data 7 (hal-112)
“Rud, tolong sambil kau bantu membungkus kadonya, kau kan jago
membungkus kado”.
Tuturan di atas, diutarakan oleh penutur (Fahri) kepada lawan tutunya (Rudi).
Data di atas mengandung tindak tutur direktif “memerintah” maksud dari tuturan
ini yaitu memberikan perintah kepada lawan tuturnya untuk membantu
membungkus kado. Si penutur meminta ini kepada lawan tuturnya karena ia tahu
bahwa temannya itu sangat berbakat dalam hal ini.
Data 8 (hal-308)
“Kapten, aku memilih membuktikan di pengadilan bahwa aku tidak
bersalah, aku yakin negara ini punya undang-undang dan hukum. Aku
minta disediakan pengacara!”
Tuturan di atas, diutarakan oleh penutur (Fahri) kepada lawan tuturnya (polisi).
Data di atas mengandung tindak tutur direktif “memohon” maksud dari tuturan ini
agar penutur berharap supaya mendapat sesuatu yang dapat meringankan dirinya
nannti pada persidangan. Si penutur menyampaikan ini kepada polisi karena ia
ingin membuktikan bahwa semua tuduhan pada dirinya tidaklah benar.
4
Data 9 (hal-329)
c. Ekspresif
sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan ini, meliputi tuturan
“Ia gadis yang sangat cerdas, nilai ujian akhir sekolah lanjutan atasnya
adalah terbaik kedua tingkat nasional Mesir. Bahkan ia masuk Fakultas
Komunikasi, Cairo University, dan tiap tingkat selalu meraih predikat
mumtaz atau comlaude”.
Berdasarkan tuturan di atas, di utarakan oleh penutur (Fahri). data di atas
mengandung tindak tutur ekspresif “memuji” maksud dari tuturan ini yaitu Fahri
mengatakan bahwa Maria adalah seorang gadis yang sangat cerdas terbukti dari
apa yang telah dapatkan sewaktu ia sekolah.
Data 2 (hal-31)
Data 3 (hal-41)
Data 4 (hal-51)
Data 5 (hal-62)
Data 6 (hal-65)
Data 7 (hal-327)
“Oh ya ada salam dari Syaikh Abdurrahim Hasuna, imam masjid kita.
Beliau ikut berbelasungkawa atas musibah yang menimpamu dan beliau
akan ikut serta mendoakanmu”.
Tuturan di atas, diutarakan oleh penutur (Magdi) kepada lawan tuturnya (Fahri).
Data di atas mengandung tindak tutur direktif “berbelasungkawa” maksud dari
tuturan ini yaitu menyampaikan pesan yang dititipkan oleh Syaikh Abdurrahim
Hasuna untuk Fahri yang sedang menjalani hukuman di penjara. Si penutur
menyampaikan ini ke lawan tuturnya karena Imam Masjid dari merka ini tidak
dapat menjenguknya, namun akan terus mendoakan untuk kebebesannya.
Data 8 (hal-330)
“Sungguh sangat tragis nasibmu anakku, kau menolong dia tapi dia
malah membalasnya dengan fitnah yang keji sekali”.
Tuturan di atas, diutarakan oleh Madame Nahed kepada Fahri. data di atas
mengandung tindak tutur direktif “berbelasungkawa” maksud dari tuturan ini
yaitu menyampaikan rasa duka citanya kepada tetengganya itu yang sudah ia
anggap sebagai anaknya. Si penutur sangat merasa kasihan atas apa yang telah
menimpa Fahri, ia mengutakan bahwa kau telah menolongnya tetapi mengapa
sekarang gadis itu malah memfitnahmu dengan sekeji ini.
Data 9 (hal-381)
d. Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk
Data 1 (hal-75)
“Bagaimana kalau kau turun dan menyeka air matanya. Kasihan Noura,
dia perlu seseorang yang mengiatkan hatinya”.
Berdasarkan tuturan di atas, di utarakan oleh penutur (Fahri) kepada lawan
tuturnya (Maria). Data di atas mengandung tindak tutur komisif “menawarkan
sesuatu” tersebut terdapat pada tuturan Fahri “bagaimana kalau kau turun”.
Maksud dari tuturan ini mengunjutkan sesuatu dengan maksud agar lawan
tuturnya untuk melakukannya. Si penutur menyampaikan tuturannya agar lawan
tuturnya dapat membantu Noura dalam menguatkan hatinya.
Data 2 (hal-84)
Data 3 (hal-102)
Data 4 (hal-384)
“Pak hakim dan seluruh yang hadir dalam sidang ini, saya berani bersaksi
atas nama Tuhan Yang Maha Mengetahui bahwa Noura malam itu, sejak
pukul dua malam sampai pagi berada di kamarku.
Tuturan di atas, diutarakan oleh penutur (Maria) kepada lawan tuturnya (Pak
Hakim). Data di atas mengandung tindak tutur komisif “bersumpah” maksud dari
tuturan ini penutur mengutarakan pernyataannya dengan menyatakan kebenaran
5
e. Deklaratif
mengangkat,dan menghukum.
Data 1 (hal-309)
Data 2 (hal-354)
“Aku juga memiliki prediksi dan kalkulasi yang tidak jauh berbeda,
sekarang senjata kita tinggal kesaksian Maria. Dan dia masih koma di
rumah sakit, kondisinya sangat memprihatinkan, susah untuk kita
harapkan.
Tuturan di atas, diutarakan oleh penuturr (Amru) kepada lawan tuturnya (Fahri).
data di atas mengandung tindak tutur direktif “berpasrah” maksud dari tuturan ini
penutur menyampaikan prakiraan tentang hal-hal yang yang belum pasti terjadi. Si
penutur sepenuhnya menyampaikan bahwa ia tinggal mengharapkan kesembuhan
dari Maria karena hanya dia saksi kunci dari masalah ini.
3. Perlokusi
baik yang nyata maupun yang diharapkan. Sebuah tuturan yang disampaikan
hal ini mitra tutur atau lawan tutur. Misalnya, karena adanya ucapan ibu (kepada
anaknya) “mungkin kamu tidak bisa melanjutkan kuliah karena ayah sudah tidak
lagi bekerja”, maka si anak akan merasa sedih karena impian dan cita-citanya
tidak tercapai. Tindak perlokusi yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta, yaitu:
Data 1 (hal-43)
Data 2 (hal-32)
B. Pembahasan
Pada penelitian ini objek yang dikaji adalah tindak tutur yang digunakan di
bahwa terdapat tiga jenis tindak tutur dalam Novel Ayat-Ayat Cinta, yaitu tindak
penutur yang ditanggapi oleh mitra tutur sebanyak 9 data, tuturan lokusi
interogatif (pernyataan) dari si penutur yang ditanggapi oleh mitra tutur sebanyak
10 data, dan tuturan lokusi imperatif (perintah) dari si penutur yang ditanggapi
oleh mitra tutur sebayak 4 data. Jadi pada tuturan lokusi yang terdapat dalam
5
Novel Ayat-Ayat Cinta berjumlah 23 data. Tututran ilokusi arsetif dari si penutur
yang ditanggapi oleh mitra tutur 8 data, tuturan ilokusi direktif dari si penutur
yang ditanggapi oleh mitra tutur sebanyak 9 data, tuturan ilokusi ekspresif dari si
penutur yang ditanggapi oleh mitra tutur sebanyak 9 data, tuturan ilokusi komisif
dari si penutur yang ditanggapi oleh mitra tutur sebanyak 4 data, dan ilokusi
deklaratif dari si penutur yang ditanggapi oleh mitra tutur sebanyak 2 data. jadi
pada tuturan ilokusi yang terdapat dalam Novel Ayat-Ayat Cinta berjumlah 32
data. Sedangkan tuturan perlokusi hanya terdapat 2 data pada Novel Ayat-Ayat
digunakan dalam novel Ayat-Ayat Cinta. Pembagian jenis tindak tutur dalam
penelitian ini berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh Austin. Secara analitis,
Austin membagi tiga jenis tindak tutur, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan
tindak perlokusi. Tindak tutur pada Novel Ayat-Ayat Cinta dapat digolongkan
menjadi tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandug maksud dan
fungsi yang ditujukan untuk memberikan efek atau pengaruh kepada lawan tutur.
Jika melihat hasil penelitian yang diperoleh dalam tindak tutur ilokusi dalam
Novel Ayat-Ayat Cinta, ditemukan adanya jenis-jenis ilokusi yang berupa tindak
tutur arsetif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Tindak ilokusi arsetif
pada Novel Ayat-Ayat Cinta meliputi tuturan yang memiliki maksud memesan,
komisif pada Novel Ayat-Ayat Cinta meliputi tuturan yang memiliki makna
berbelasungkawa. Dan yang terakhir yaitu tindak ilokusi deklaratif pada Novel
dan menghukum. Tindak tutur perlokusi merupakan hasil atau efek ujaran
perlokusi pada Novel Ayat-Ayat Cinta memiliki makna yang sebenarnya dengan
kajian yang sama, yaitu mengkaji tentang tindak tutur, namun antara penelitian
yang dilakukan Sappewali dengan penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu
pragmatik. Selain itu, objek yang digunakan antara kedua penelitian ini memiliki
wacana lisan yang dituturkan langsung pada rapat musyawarah yang dilakukan
oleh masyarakat kajang sebagai sumber data yang dikaji, dalam penelitian ini
A. Simpulan
1. Bentuk lokusi dalam tuturan novel Ayat-Ayat Cinta karya Habibburahman El-
Shirazy merupakan makna dasar yang yang diacu oleh ujaran tersebut yaitu
pertama wujud lokusi yang berupa deklaratif (kalimat berita) kedua wujud
lokusi yang berupa interogatif (kalimat tanya), dan ketiga wujud lokusi yang
tuturnya. Bentuk ilokusi yang ditemukan yaitu pertama tindak tutur tindak
penelitian ini ditemukan bahwa dalam satu tindak tutur selalu terdapat tuturan
perlokusi ini dapat berupa hasil yang nyata setelah ujaran tersebut dituturkan
ataupun hasil yang diharapkan oleh penutur. Dalam penelitian ini ditemukan
55
56
tindak tutur yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta ialah tindak tutur lokusi,
menyimpulkan bahwa tindak tutur yang paling banyak dituturkan oleh para tokoh
dalam novel Ayat-Ayat Cinta, yaitu tindak tutur Ilokusi, karena novel ini berisi
penutur bertindak sesuatu dengan apa yang telah dituturkan oleh penutur.
B. Saran
ini.
1. Penulis berharap penulisan tentang tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi
dapat dilakukan oleh penulis lain dengan menggunakan konsep dan objek
di dalam bentuk tindak tutur yang terdapat dalam novel dan selanjutnya
perkembangan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1995. Sosiolinguistik dan Linguistik Umum. Jakarta: Rineke Cipta.
Kasmawati, 2011. Analisis Peristiwa Tutur dan Tindak Tutur Guru dengan Siswa
di KelasSkripsi, Makassar: BID UNISMUH.
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: PT.
Rineke Cipta.
Wentuk. 2012. Struktur dan Tindak Ujar Wacana Surat Kabar Harian di Manado.
Skripsi, Manado: Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi.
Wibowo, Wahyu, 2015. Konsep Tindak Tutur Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima ujung utara kota Cairo,
Maria memanggil Fahri dan titip untuk dibelikan disket. Maria adalah puteri
sulung Tuan Boutros Rafael Girgis. Berasal dari keluarga besar Girgis. Sebuah
dengan seorang pemuda mesir bernama Ashraf yang juga seorang Muslim.
Mereka bercerita tentang banyak hal. Tak lama kemudian, ada tiga orang bule
dalam metro. Satu diantara dua perempuan itu adalah seorang nenek yang
umpatan kepada Aisha dan ia pun hanya bisa menangis. Kemudian Fahri berusaha
untuk meredakan perdebatan itu. Di Mesir Fahri tinggal bersama dengan keempat
orang temannya yang juga berasal dari Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi, dan
Misbah. Maria adalah seorang gadis Mesir yang manis dan baik budi pekertinya.
Maria itu seorang non-muslim, namun ia mampu menghafal surat Al-Maidah dan
surah Maryam. Suatu ketika keluarga Pak Boutros mengajak Fahri dan teman-
temannya untuk makan malam di tepi sungai Nil kebanggaan kota Mesir, Madame
Nahed meminta Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak pernah
mau di ajak berdansa. Fahri menolaknya dengan alasan Maria bukan mahramnya.
Fahri juga mempunyai tetangga yang bernama Bahadur. Ia bersikap kasar
kepada siapa saja bahkan dengan istrinya madame Syaima dan putri bungsunya
Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona, Suzanna, dan
Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam namun tidak halnya dengan Noura, dia
dengan luka cambukan. Fahri meminta bantuan Maria. Malam itu Noura
menginap di rumah Nurul. Fahri dan Maria berusaha mencari tahu siapa keluarga
Noura sebenarnya. Mereka yakin Noura bukanlah anak Bahadur dan Madame
Syaima. Akhirnya benar, Noura bukanlah anak mereka. Noura yang malang itu
Fahri terfokus pada ujian yang sangat menentukan. Jika proposalnya ditolak maka
Aisha mulai jatuh cinta pada Fahri. Ia meminta pamannya Eqbal untuk
menjodohkannya dengan Fahri. Aisha telah mengenal Fahri dan Fahri juga telah
mengenalnya. Eqbal banyak cerita tentang keluarganya. Fahri pun telah cerita
banyak pada Eqbal. Tentang keluarganya yang miskin. Tentang bagaimana Fahri
datang ke Mesir dengan menjual sawah warisan kakek. Harta satu-satunya yang
dimiliki keluarga. Tentang awal-awal di Mesir yang penuh derita. Tak ada
beasiswa. Tak ada pemasukan. Melalui bantuan Syaik Utsman, Fahri pun bersedia
Faroughi, memberi tahu semuanya telah siap. Fahri minta tolong pada Eqbal agar
bisa melihat wajah Aisha sebelum berangkat. Tepat saat adzan ashar
sampai di sana. Aisha dan dua bibinya langsung menuju lantai dua tempat jamaah
Prof.Dr. Abdul Ghafur Ja’far, Bapak Atdikbud, Eqbal Hakan Erbakan, Akbar Ali
dan beberapa syaikh Mesir yang diundang Syaikh Ustman duduk dengan khidmat
tepat di depan mihrab menghadap ke arah jamaah dan hadirin yang memenuhi
masjid. Rupanya saat shalat Jum’at tadi telah diumumkan akan ada acara akad
nikah antara mahasiswa Indonesia dan muslimah Turki, sehingga orang Mesir
yang ada di sekitar masjid penasaran dan masjidpun penuh. Fahri duduk di
menikah dengan Aisha. Malang benar nasib Nurul. Fahri dan Aisha memutuskan
Yousef. Maria dan adiknya itu datang ke rumah Fahri untuk memberikan sebuah
kado pernikahan. Namun Maria tampak lebih kurus dan murung. Memang saat
Fahri dan Aisha menikah, keluarga Boutros sedang pergi berlibur. Begitu
mendengar Fahri telah menjadi milik wanita lain dan tidak lagi tinggal di flat,
dibawa ke markas polisi Abbasca. Fahri diinterogasi dan dimaki dengan kata-kata
kotor. Fahri dituduh memperkosa Noura hingga hamil hampir tiga bulan. Noura
teramat luka hatinya saat Fahri memutuskan untuk menikah dengan Aisha. Di
persidangan, Noura yang tengah hamil itu memberikan kesaksian bahwa janin
yang dikandungannya adalah anak Fahri. Pengacara Fahri tidak dapat berbuat apa-
apa, karena ia belum memiliki bukti yang kuat untuk membebaskan kliennya dari
segala tuduhan. Fahri pun harus mendekam di penjara selama beberapa minggu.
Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan Fahri dari fitnah kejam
Noura adalah Maria. Marialah yang bersama Noura malam itu yaitu malam yang
Maria sedang terluka lemah tak berdaya. Luka hati karena cinta yang bertepuk
sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi
mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma
kesaksian di persidangan. Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Dengan kata
lain, Fahri dapat meninggalkan penjara yang mengerikan itu. Takbir bergemuruh
di ruang pengadilan itu dilantunkan oleh semua orang yang membela dan simpati
pada Fahri. Seketika Fahri sujud syukur kepada Allah Swt. Aisha memeluk Fahri
dengan tangis bahagia tiada terkira. Paman Eqbal dan Bibi Sarah tidak mampu
membendung airmatanya. Syaikh Ahmad dan Ummu Aiman juga sama. Satu
persatu orang Indonesia yang ada di dalam ruangan itu memberi selamat dengan
wajah baru.
Fahri memaafkan Noura. Terungkaplah bahwa ayah dari bayi dalam kandungan
Noura adalah Bahadur. Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani rumah tangga
mereka dengan baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya, demikian pula
dengan cara mengambilkan air untuk berwudlu. Dengan sekuat tenaga Fahri
membopong Maria yang kurus kering itu menuju kamar mandi. Aisha juga
membantu membawakan tiang infus. Dengan tetap dibopong oleh Fahri, Maria
diwudhui oleh Aisha. Setelah selesai, Maria kembali dibaringkan di atas kasur
seperti semula. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia
Tak lama kemudian kedua matanya yang bening itu tertutup rapat.
Fahri memegang tangannya dan denyut nadinya telah berhenti. Tidak ada
yang menduga jika maut akhirnya merenggut Maria. Maria menghadap Tuhan
Kata-kata yang tadi diucapkannya denagn bibir bergetar itu kembali terngiang
menjemputnya, ia telah menjadi seorang mu’alaf dengan bantuan Fahri dan Aisha.
Biografi Habiburrahman El Shirazy
Beliau kini telah menjadi seorang penulis yang sangat terkenal dengan
Habiburrahman El Shirazy
Habiburrahman El Shirazy Pg.D
Agama: Islam
Semua itu bisa diraih olehnya dengan sederet karya yang banyak dikenal
2004), Ayat-Ayat Cinta (versi film, 2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005),
Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Dalam Mihrab Cinta (2007), Ketika Cinta
Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007), Bumi Cinta (2010) dan The
Romance.
Semua itu tentu tidak lepas dari latar belakang pendidikan yang telah
lulus pada tahun 1999. Gelar Postgraduate Diploma (Pg.D) ia raih setelah
Habiburrahman EL Shirazy lulus Strata 2 (S2) dari Institute for Islamic Sudies,
Kairo, pada tahun 2001. Bisa dikatakan semua perguruan tinggi itulah yang
mengasah kemampuan dan bakat Habibirrohman El Shirazy untuk meraih
kesuksesan dalam bidang yang ditekuninya, hingga bisa sukses seperti sekarang
ini. Nah, berarti sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi, kamupun bisa meraih
bahwa beliau adalah seorang perintis tersebuah organisasi, yaitu Komunitas Sastra
Indonesia (KSI) dan Forum Lingkar Pena (FLP), di manakedua organisasi itu
berada di Kairo Mesir. Selain itu, selama berada di Mesir untuk berkuliah, beliau
tahun, dimulai tahun 1996 hingga 1997. Selain itu, ia juga pernah menjabat
sebagai koordinator Islam ICMI Orsat Kairo dalam 2 periode (1998-2000 dan
dalam membangun sebuah organisasi yang berkualitas, apalagi di luar negeri sana.
Keren, ya?!
semua itu didapatkannya dimulai dari semenjak duduk di bangku SMA. Seperti
Juara II dalam Lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994), Juara I dalam
lomba baca puisi keagamaan tingkat SLTA se-Jateng (1994), Juara I lomba pidato
tingkat remaja se-eks Keresidenan Surakarta (1994), Juara I lomba pidato bahasa
Arab se-Jateng dan DIY (1994), Pemenang Pertama dalam lomba baca puisi Arab
tingkat Nasional (1994), Pena Award (2005), The Most Favorite Book and Writer
masyarakat Indonesia baik itu novel, syair maupun film. Pria yang telah
ternyata juga pernah berkarir di dunia pendidikan dengan menjadi seorang guru di
MAN 1 Jogjakarta pada tahun 2003-2004. Tak hanya sampai di situ saja, beliau
juga pernah mendedikasikan ilmunya sebagai guru besar atau dosen Lembaga
Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta,
Indonesia.
Riwayat Hidup
Dasar Negeri Unggulan Bontomanai pada tahun 2001 dan melanjutkan pendidikan
ke jenjang selanjutnya di SMP Negeri 1 Bontomarannu tahun 2007. Pada saat itu
Negeri 2 Somba Opu dan mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual dan
itu juga pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Keinginan terbesar
penulis adalah membahagiakan kedua orang tua dan suami tercinta dan semoga
penulis menjadi seorang tenaga pendidik yang profesional seperti apa yang