Dalam tata sastra Indonesia, kita telah mengenal adanya puisi baru dan puisi lama. Puisi lama
jelas merupakan puisi yang lazim lahir dan muncul sejak zaman dahulu serta telah digunakan sejak
jaman jaman kerajaan. Puisi lama telah menjadi warisan kebudayaan Indonesia dan seringkali di
gunakan untuk upacara - upacara adat khususnya pantun yang di gunakan ketika adanya pernikahan.
Membaca puisi atau deklamasi merupakan salah satu bagian seni satra lisan yang disetai
dengan gerak,mimik,intonasi dan interprestasi/penghayatan yang baik.dengan pembacaan puisi
diharapkan pendengar dapat menikmati keindahan puisi yang ditampilkan melalui unsur-unsur
intrisiknAkan tetapi tidak semua orang dapat dengan mudah memahami apa isi yang terkandung
dalam sebuah puisi. Karena puisi mengkomunikasikan hasil cipta sastra yang terkandung
menggunakan bahasa yang sulit dimengerti. Bahasa puisi tidaklah seperti bahasa sehari-hari.
Memahami puisi dapat dilakukan diantaranya, melalui pemahaman dari cara pengungkapan isi
berupa gambaran penginderaan. Sesuatu yang berhubungan denagn yang terungkap dalam puisi
tersebut.ya.seperti diksi,rima,irama dan sebagainya
Puisi lama memang berbeda dengan puisi baru. Perbedaan terletak pada pilihan kata, susunan
kalimat, sajak dan irama, pikiran dan perasaan yang terjelma serta isi dan bentuknya. Puisi lama
disajikan dalam bahasa yang singkat, padat, serta indah.
Menanggapi cara pembacaan puisi berarti memberikan komentar terhadap pembacaan puisi
seseorang. Tanggapan atau komentar tersebut dapat berupa kritikan, masukan, penilaian, ataupun
pujian. Sebelum memberikan tanggapan terhadap pembacaan puisi, alangkah baiknya kamu
memahami aspek -aspek yang baik dalam pembacaan puisi, sehingga dalam menanggapi kamu
dapat memberikan penilaian mana hal yang sudah baik dan tepat serta mana hal yang masih kurang.
Puisi merupakan sarana penyaluran perasaan dan pikiran. Ada beberapa bentuk mengapresiasi puisi,
yaitu pembacaan, deklamasi, dramatisasi, dan musikalisasi puisi. Dapatkah kamu membedakan
bentuk-bentuk tersebut?
Idealnya, menikmati puisi adalah menyimak pembacaan puisi tersebut. Oleh karena itu, pembaca
puisi harus dapat menggambarkan perasaan, situasi, kondisi, dan peristiwa dalam puisi.
Mengomentari Pembacaan Puisi Baru tentang Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat
Pada umumnya, puisi yang hendak dibaca dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu puisi
kamar dan puisi auditorium. Puisi kamar dibaca dengan lirih karena mengandung permenungan dan
kekuatan ekspresi yang ditonjolkan. Puisi auditorium lebih membutuhkan kekuatan vokal
pembacanya, dalam hal ini penbaca harus menguasai teknik untuk membacakan puisi.
Puisi dibangun atas dua unsur utama, yaitu lapis bentuk dan lapis arti. Lapis bentuk puisi
berupa struktur bunyi, yang terdiri atas irama, ritme, rima, dan intonasi. OIeh karena itu, keindahan
bentuk sebuah puisi baru benar-benar dapat dinikmati jika dibacakan atau diperdengarkan . Namun,
pembacaan yang dilakukan dengan asal asalan tentu juga tidak akan mampu mempersembahkan
keindahan itu. Agar keindahannya dapat dinikmati dan muncul dengan optimal, puisi harus
dibacakan dengan irama yang baik, penafsiran dan pemahaman makna secara tepat, dan dengan
pengekspresian yang proporsional.
Seringkali puisi yang sebenarnya sangat indah, menjadi biasa saja karena dibacakan secara monoton
atau tanpa intonasi, salah enjambemen atau pemenggalan frasa/baris, pengekspresian yang
berlebihan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk membaca dan memahami puisi perlu persiapan:
Berdasarkan kurun waktu penciptaannya, dikenal puisi lama dan puisi baru.
Hal-hal yang bisa kamu peroleh ketika mendengarkan pembacaan puisi, antara lain :
Hal yang dapt ditanggapi dalam pembacaan puisi meliputi hal berikut.
1. Penerangan unsur irama dalam pembacaan sebuah puisi dapat diartikan sebagai pengolahan
nada yang menyangkut tinggi rendah dan panjang pendeknya nada. Berkaitan dengan irama,
seorang pembaca puisi harus sadar akan kekuatan napas dan jangkauan vokal yang di miliki.
2. Unsur mimik dan ekspresi dalam pembacaan puisi berkaitan dengan raut wajah dan gerak
tubuh.
3. Penerapan unsur kinesik (bisikan) dalam pembacaan puisi dapat diterapkan pada kata-kata yang
bersifat tanya, keluhan, atau penekanan.
4. Volume suara dalam pembacaan dapat menjakau seluruh pendengar, tidak terkesan dipaksakan,
jelas, dan mantap.
5. Penghayatan terhadap puisi dangan pemahaman tema atau isi puisi tersebut
1.Interpretasi/penghayatan
sebelum mendeklamasiklan puisi,deklamator harus dapat memahami isi puisi agar dapat
memahami isi puisi agar dapatmenghayatinya,memahami puisi dapat dilakukan dengan cara;
a.Membaca berulang-ulang
d.memparafrasekan puisi
2.Intonasi
d.jeda : perhentian
3.Mimik,yaitu perubahan raut wajah dalam membacakan ouisisesuai dengan isi puisi.
4.Kinersik,yaitu gerakan tub uh ,kepala dalam deklamsi.gerakan ini terbatas pada gerakan tangan
menengadah, melangkah 1-2 langkah,menggeleng ,mengangguk danb sebagainya
Untuk dapat menanggapi pembacaan puisi dengan baik, ikutilah panduan dengan
beberapa pertanyaan berikut ini;