Anda di halaman 1dari 2

LEGENDA GOA KREO

Di ceritakan Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan islam


baru saat itu hendak mendirikan MESJID AGUNG DEMAK.
Untuk membangun masjid ini di utuslah Sunan Kalijaga untuk
mencari kayu jati sebagai sakaguru atau tiang masjid ke arah
barat dari Kerajaan Demak. Setelah melalui perjalanan yang
panjang dan berliku kayu jati pun didapat. Selanjutnya, untuk
mengejar waktu pohon tersebut akhirnya dipotong menjadi 3
bagian. Sepertiga bagian untuk usuk dan papan. Sedangkan
dua pertiga lainnya yang berukuran 30 meter-an digotong
beramai-ramai menuju kota demak. Karena terlalu berat ,
akhirnya diputuskan untuk menghanyutkan kayu tersebuk di
sungai agar lebih mudah. Hal ini berjalan dengan lancar,
sampai suatu ketika disalah satu bagian sungai ; kayu
tersebut tersangkut dibebatuan besar.

Berbagai upaya telah diusahakan untuk menggulirkan kayu


jati tersebut agar kembali hanyut. Berpuluh- puluh orang
dikerahkan tetapi sia-sia. Kayu jati tersebut tetap diam tak
bergeming. Melihat hal ini Sunan Kalijaga pun memutuskan
untuk mengistirahatkan rombongan. Ia pun lalu menuju ke
salah satu puncak bukit yang tinggi dan menemukan sebuah
goa untuk bersemedi memohon petunjuk dan jalan keluar dari
yang kuasa. Di tengah semedinya ; entah dari mana
datangnya , tiba- tiba muncul 4 ekor kera besar. Masing -
masing memiliki bulu yang berbeda yaitu merah,putih,hitam
dan kuning.

Empat kera ini lalu menghampiri sunan kalijaga dan berkata


sanggup untuk membantunya mengatasi kesulitan yang
dihadapinya. Sunan kalijaga pun memberi izin untuk 4 kera
ini membantunya menghanyutkan kembali kayu jati yang saat
ini tersangkut di bebatuan. Diluar dugaan tenaga empat kera
ini ternyata sangat besar dan dengan mudahnya
menggulirkan kayu yang tersangkut sehingga kayu jati pun
kembali hanyut. Versi yang lain mengatakan kayu jati itu
akhirnya di potong menjadi 2 bagian , 1 bagian tenggelam
ditengah sungai. 1 bagian lainnya berhasil dihanyutkan.
Sunan kalijaga menjadi lega. Ia kemudian bertanya kepada
keempat kera tersebut tentang asal-usul dan tempat tinggal
mereka. Rupanya ke empat ekor kera ini merupakan
penghuni sebuah goa yang terletak tidak jauh dari rombongan
sunan kalijaga beristirahat. Semula empat kera ini hendak
ikut Sunan Kalijaga ke demak. Tapi oleh Sunan Kalijaga
empat kera ini dilarangnya untuk mengikutinya ke Demak.
Kemudian Sunan Kalijaga meminta kepada empat kera ini
untuk menjaga goa tempat mereka tinggal sampai keturunan
mereka kelak.

Sunan kalijaga berpesan pada ke empat kera ini "Yen ngono,


guwo iki REHO tekan anak putumu tekan suk tembe mburi
nganti rejaning jaman. Ning pawelingku, ojo nganti kowe
kabeh lan sak anak putumu nggawe rusak lan ngganggu
deso-deso sak kiwo tengene kene(kalau begitu , goa ini
kaliankelola(REHO) sampai anak cucumu kelak. Satu
pesanku, jangan sekali-kali kamu dan anak cucumu merusak
dan mengganggu desa-desa disekitar sini)"
Seusai mendengar pesan ini , empat kera ini berpamitan pada
Sunan Kalijaga dan menghilang tanpa bekas. Sunan Kalijaga
pun pergi meninggalkan tempat itu bersama rombongannya
kembali ke Demak. Dari perkataan "reh-o" atau "reh-en"
inilah lama kelamaan masyarakat sekitar menyebut goa
tempat tinggal empat kera ini dengan sebutan GOA KREO.
Demikian juga sungai yang mengalir dibawahnya yang kini
menghilang menjadi waduk disebut Kali Kreo.
Adapun warna keempat kera ini konon memiliki makna
tersendiri. Merah sebagai tanda api , melambangkan jiwa
yang penuh keberanian. Hitam sebagai tanda warna tanah ,
melambangkan jiwa kesadaran. Putih sebagai tanda warna air
melambangkan jiwa yang penuh kesucian. Dan kuning
sebagai tanda warna angin, melambangkan kesempurnaan.

Anda mungkin juga menyukai