Anda di halaman 1dari 7

MENGUAK ANCAMAN KEPUNAHAN BAHASA-BAHASA LOKAL:

PENYEBAB, DAMPAK, DAN UPAYA PELESTARIANNYA

Pendahuluan

Kekayaan kultural suatu masyarakat tercermin dalam beragamnya bahasa yang


digunakan. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga jendela ke dalam
pemikiran, tradisi, dan identitas suatu kelompok. Namun, dalam era globalisasi yang
mengutamakan dominasi bahasa-bahasa besar, ancaman terhadap keberagaman bahasa
semakin nyata, terutama bagi bahasa-bahasa lokal yang terpinggirkan. Essay ini mengajukan
perbincangan tentang eskalasi kepunahan bahasa-bahasa lokal, akibatnya yang meresap ke
dalam masyarakat, serta solusi-solusi yang dapat diadopsi untuk menjaga kelangsungan
bahasa-bahasa ini.
Mengakui peran sentral bahasa dalam membentuk identitas budaya adalah suatu
keharusan. Setiap bahasa menyimpan nilai-nilai, pengetahuan tradisional, serta cara pandang
unik yang telah berkembang seiring sejarah masyarakat. Dalam era globalisasi yang
mengedepankan bahasa-bahasa internasional untuk tujuan ekonomi dan komunikasi global,
bahasa-bahasa lokal sering terpinggirkan (Alfanani & Gunawan, 2015). Popularitas bahasa-
bahasa global seperti Inggris, Mandarin, dan Spanyol seringkali membawa kesan bahwa
penguasaan bahasa-bahasa ini adalah jaminan kesuksesan. Akibatnya, generasi muda
cenderung mengabaikan bahasa-bahasa lokal dalam upaya mengejar peluang yang dianggap
lebih besar.
Tren kepunahan bahasa-bahasa lokal menimbulkan konsekuensi yang mendalam.
Dalam banyak kasus, hilangnya bahasa juga mengartikan hilangnya tradisi, kisah-kisah lisan,
dan aspek-aspek budaya yang tak ternilai. Bahasa yang mati berdampak pada pemudaran
ikatan dengan leluhur, identitas etnis, serta nilai-nilai yang diwariskan melalui kata-kata.
Selain itu, hilangnya keanekaragaman bahasa juga menghasilkan "kekeringan" dalam cara
berpikir dan berekspresi. Setiap bahasa membangun dunia konseptualnya sendiri, dan dengan
kepunahan bahasa, keragaman cara pandang dan interpretasi terhadap realitas pun semakin
merosot (Heryadi & Silvana, 2013).
Namun, upaya pelestarian bahasa-bahasa lokal tidaklah sia-sia. Langkah-langkah
konkret dapat diambil untuk merespons tantangan ini. Dari pendekatan pendidikan yang
memasukkan bahasa lokal ke dalam kurikulum, hingga dokumentasi pengetahuan lisan dalam
bentuk tertulis dan audio, semua merupakan langkah nyata yang dapat mempertahankan
bahasa. Selain itu, integrasi teknologi modern dapat menjadi alat untuk mempromosikan dan
mengajarkan bahasa lokal kepada generasi yang lebih muda.
Melalui eksplorasi mendalam terhadap penyebab kepunahan, dampak sosialnya, dan
upaya pelestariannya, essay ini berusaha membuka wawasan tentang perlunya menghargai
dan menjaga bahasa-bahasa lokal. Dalam menghadapi era global yang terus berubah,
menjaga keberagaman bahasa adalah komitmen terhadap pelestarian identitas budaya dan
warisan yang melekat dalam setiap ucapan dan kata.

Penyebab Kepunahan Bahasa-Bahasa Lokal

Kepunahan bahasa-bahasa lokal menjadi suatu fenomena yang semakin


mengkhawatirkan dalam konteks global saat ini. Berbagai faktor telah berkontribusi pada
menghilangnya keanekaragaman linguistik ini, yang pada gilirannya mengancam warisan
budaya dan identitas masyarakat lokal di seluruh dunia. Tiga faktor utama yang dapat
diidentifikasi sebagai penyebab utama kepunahan bahasa-bahasa lokal adalah globalisasi,
urbanisasi, dan modernisasi.
Globalisasi telah menjadi pendorong utama dalam pergeseran dominasi bahasa-bahasa
besar, seperti Inggris, Mandarin, dan Spanyol, ke dalam kehidupan sehari-hari individu.
Yusuf (2023) mengungkapkan, penyatuan dunia melalui konektivitas yang semakin tinggi
telah mengakibatkan bahasa-bahasa ini menjadi simbol kemajuan, peluang ekonomi, dan
modernitas. Akibatnya, banyak generasi muda mengalihkan minat mereka dari bahasa lokal
ke bahasa-bahasa global ini, karena persepsi bahwa menguasai bahasa-bahasa tersebut akan
membuka pintu menuju peluang yang lebih luas. Ini tidak hanya mengancam eksistensi
bahasa lokal, tetapi juga melemahkan transmisi nilai-nilai tradisional yang tertanam dalam
bahasa tersebut.
Urbanisasi juga memainkan peran penting dalam penurunan popularitas bahasa lokal.
Pergeseran penduduk dari daerah pedesaan ke lingkungan perkotaan telah mengakibatkan
bahasa lokal menjadi semakin tidak relevan dalam konteks perkotaan yang heterogen. Bahasa
nasional atau bahasa internasional, yang sering kali digunakan dalam pendidikan, pekerjaan,
dan interaksi sosial di perkotaan, lebih dianggap sebagai alat komunikasi yang lebih praktis.
Seiring waktu, bahasa lokal cenderung kalah saing dalam persaingan ini, dan bahasa-bahasa
generasi sebelumnya mungkin tidak lagi diteruskan kepada generasi muda (Budiarto, 2020).
Modernisasi, terutama dalam hal teknologi dan media massa, juga telah menyebabkan
kepunahan bahasa lokal. Media modern, termasuk televisi, radio, dan platform online,
cenderung menggunakan bahasa resmi atau bahasa internasional sebagai standar komunikasi.
Konten-konten ini meresap ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, dan bahasa lokal
cenderung dikesampingkan. Hal ini didukung penelitian Khansa (2022), bahwa
perkembangan teknologi komunikasi seperti ponsel pintar dan jejaring sosial telah
memperkuat dominasi bahasa-bahasa global, karena lebih mudah untuk berinteraksi dengan
mereka daripada menggunakan bahasa local.
Dalam menghadapi ancaman kepunahan bahasa-bahasa lokal, langkah-langkah harus
diambil untuk melestarikan kekayaan budaya dan identitas ini. Pentingnya pengajaran bahasa
lokal dalam kurikulum pendidikan harus ditingkatkan, sambil tetap mengajarkan bahasa-
bahasa global yang juga penting dalam dunia yang terhubung ini. Selain itu, upaya untuk
mempromosikan penggunaan bahasa lokal dalam konteks modern, seperti melalui media dan
teknologi digital, dapat membantu menjaga relevansinya. Kita perlu mengenali bahwa
keanekaragaman linguistik adalah bagian tak terpisahkan dari keanekaragaman budaya, dan
upaya kolektif diperlukan untuk memastikan warisan berharga ini tetap hidup dalam
masyarakat yang terus berkembang.

Dampak Kepunahan Bahasa-Bahasa Lokal

Kepunahan bahasa-bahasa lokal membawa dampak yang mendalam dan meresahkan,


merusak inti dari warisan budaya, kekayaan linguistik, serta identitas individu dan kelompok.
Efek-efek ini, yang meresap ke dalam struktur masyarakat dan individual, memberi
peringatan akan urgensi untuk melestarikan keragaman bahasa.
Dampak yang sangat mencolok dari kepunahan bahasa adalah hilangnya warisan
budaya yang tak ternilai harganya. Bahasa tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga
pintu gerbang ke dalam dunia tradisi, cerita rakyat, dan cara pandang yang unik dari suatu
masyarakat. Ketika bahasa menghilang, demikian pula pengetahuan tentang asal-usul suatu
budaya. Cerita-cerita lisan yang telah diturunkan dari generasi ke generasi, ritual-ritual khas,
dan praktik-praktik tradisional mulai menghilang dari pikiran kolektif. Hal ini sesuai dengan
pandangan Setyari (2015) yang menyatakan bahwa seiring bahasa-bahasa lokal memudar,
semakin banyak pengetahuan tentang kisah-kisah nenek moyang, kearifan lokal, dan nilai-
nilai kultural yang terkandung dalam bahasa-bahasa tersebut juga terhampar.
Keberagaman linguistik adalah jantung dari keragaman pikiran dan ekspresi manusia.
Setiap bahasa membawa dalam dirinya struktur unik, kosakata, dan cara berbicara yang
mencerminkan cara berpikir dan pandangan dunia komunitas yang menggunakannya.
Kehilangan bahasa berarti kehilangan keragaman tersebut. Bahasa bukan hanya tentang kata-
kata, tetapi juga tentang cara berkomunikasi yang lebih dalam dan kompleks. Ketika bahasa
punah, gaya ekspresi yang khas dan ciri khas pikiran yang terwujud dalam bahasa tersebut
juga hilang. Dunia menjadi lebih sempit dengan setiap bahasa yang meredup, karena
keragaman cara pandang dan interpretasi atas realitas juga ikut terkikis.
Aspek psikologis dan identitas juga merasakan getaran kuat akibat kepunahan bahasa.
Bahasa bukan hanya sarana komunikasi, tetapi juga bagian integral dari identitas individu dan
kelompok. Bahasa adalah cara orang berhubungan dengan sejarah keluarga mereka, budaya
asal, dan komunitas tempat mereka tumbuh besar. Kehilangan bahasa dapat menyebabkan
perasaan terasingkan dari akar-akar budaya, meruntuhkan ikatan psikologis yang kuat dengan
leluhur (Astawa, et al., 2021). Rasa rendah diri dapat timbul karena rasa takut kehilangan
akar identitas. Selain itu, identitas kelompok juga terancam ketika bahasa yang merupakan
tanda pengenalan suatu komunitas menghilang.
Dalam upaya untuk melindungi dan memelihara kekayaan ini, masyarakat perlu
mengambil langkah-langkah proaktif. Pendidikan tentang pentingnya melestarikan bahasa-
bahasa lokal harus ditingkatkan, serta diintegrasikan dengan pemahaman yang mendalam
tentang nilai budaya dan historis yang terkandung di dalamnya. Organisasi dan lembaga yang
peduli terhadap pelestarian bahasa harus diberikan dukungan yang kuat. Selain itu, upaya
untuk merangsang penggunaan bahasa lokal dalam konteks modern, seperti dalam media dan
teknologi, juga harus ditekankan. Hanya melalui upaya bersama ini kita dapat memastikan
bahwa keanekaragaman bahasa dan warisan budaya tetap hidup dan bersemayam di tengah
lautan globalisasi yang terus berlanjut.

Upaya Pelestarian Bahasa-Bahasa Lokal

Pelestarian bahasa-bahasa lokal adalah suatu upaya yang penting dan mendesak untuk
mempertahankan keanekaragaman budaya dan identitas masyarakat di tengah arus globalisasi
yang terus berkembang. Meskipun bahasa-bahasa ini terancam oleh berbagai faktor, seperti
globalisasi dan modernisasi, ada sejumlah langkah konkret yang dapat diambil untuk
melestarikannya.
Pendidikan memiliki peran krusial dalam upaya pelestarian bahasa-bahasa lokal.
Salah satu langkah pertama adalah mendorong penggunaan bahasa lokal di lingkungan
sekolah. Upaya pelestarian Bahasa lokal dilakukan dengan memasukkan bahasa-bahasa lokal
ke dalam kurikulum Pendidikan (Rahayu, 2020). Dengan demikian, generasi muda akan
memiliki kesempatan untuk belajar, berbicara, dan menulis dalam bahasa lokal mereka.
Selain itu, penggunaan bahasa lokal dalam lingkungan pendidikan dapat memberikan rasa
kebanggaan dan pengakuan terhadap nilai-nilai budaya mereka. Ini juga memungkinkan
siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang warisan budaya
mereka.
Dokumentasi juga memegang peran penting dalam pelestarian bahasa-bahasa lokal.
Pengetahuan lisan, cerita rakyat, lagu, dan tradisi-tradisi yang terkandung dalam bahasa lokal
dapat diabadikan melalui berbagai bentuk media. Tulisan, audio, dan video dapat digunakan
untuk merekam dan menyimpan pengetahuan ini secara tertulis atau digital. Langkah ini
membantu mencegah informasi dan ekspresi budaya yang terkandung dalam bahasa lokal
dari terlupakan seiring berjalannya waktu. Dokumentasi juga memungkinkan pengetahuan ini
dapat diakses oleh generasi mendatang, sehingga memastikan kontinuitas warisan budaya
(Pramudyo & Salim, 2021).
Penggunaan bahasa lokal dalam kehidupan sehari-hari adalah langkah praktis yang
dapat diambil oleh individu dan komunitas. Di rumah, bahasa lokal dapat terus digunakan
sebagai medium komunikasi antar-anggota keluarga. Di masyarakat, penggunaan bahasa
lokal dalam interaksi sehari-hari, seperti berbicara dengan tetangga atau teman, dapat
mempertahankan keterampilan berbahasa dan memastikan bahwa bahasa tersebut tetap
relevan dalam konteks sosial.
Inovasi teknologi dapat menjadi sekutu kuat dalam upaya pelestarian bahasa-bahasa
lokal. Aplikasi pembelajaran bahasa lokal dapat dirancang untuk membantu individu
memahami, berbicara, dan menulis dalam bahasa tersebut. Menurut Ceasearrio, et al (2020),
platform media, baik itu radio lokal, saluran YouTube, atau podcast, dapat digunakan untuk
mengudaraan konten berbahasa lokal, termasuk cerita rakyat, lagu tradisional, dan wawasan
budaya. Selain itu, kampanye online dapat mempromosikan pentingnya bahasa lokal dan
mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pelestariannya.
Dalam menghadapi tantangan pelestarian bahasa-bahasa lokal, penting bagi
masyarakat untuk bekerja sama. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan,
kelompok masyarakat, dan individu sangat diperlukan. Sumber daya dan dukungan harus
dialokasikan untuk mendukung langkah-langkah ini, mulai dari pengembangan kurikulum
pendidikan hingga penciptaan platform teknologi yang sesuai. Pelestarian bahasa-bahasa
lokal bukan hanya tentang melestarikan kata-kata, tetapi juga tentang memelihara identitas,
nilai-nilai, dan kekayaan budaya yang tertanam dalam setiap bentuk komunikasi dan ekspresi.
Dengan kerja keras dan komitmen bersama, bahasa-bahasa lokal dapat terus mengalir sebagai
sungai penting dalam keberagaman manusia.

Kesimpulan
Ancaman kepunahan bahasa-bahasa lokal adalah tantangan serius dalam menjaga
keragaman budaya dan keanekaragaman linguistik di dunia. Namun, dengan upaya
kolaboratif dari masyarakat, pendidik, pemerintah, dan inovator teknologi, bahasa-bahasa
lokal dapat dijaga agar tetap hidup dan berkembang. Pelestarian bahasa lokal bukan hanya
tentang menjaga kata-kata, tetapi juga tentang menjaga identitas, budaya, dan cara pandang
yang berharga.

Referensi

Alfanani, R. J., & Gunawan, W. H. (2015). Kolaborasi Trilogi Bahasa sebagai Modal
Keberjayaan Masyarakat dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Astawa, I. N., Sukanadi, N. L., Susrawan, I. N. A., & Indrawati, I. T. (2021). Mencegah
Termarginalnya Bahasa Daerah: Sebuah Kajian Dari Perspektif Multi Kultural Dan
Politik Bahasa Di Indonesia. Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP), 11(1).
Budiarto, G. (2020). Dampak cultural invasion terhadap kebudayaan lokal: Studi kasus
terhadap bahasa daerah. Jurnal Pamator: Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo, 13(2),
183-193.
Ceasearrio, F., Rahmawati, E. C. P., Sari, I. P., Aziiz, M. N. I., Robial, Y. J. R.,
Purwahananta, D., ... & Amirul, F. (2020). Media dan Perkembangan Budaya (Vol.
8). Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang bekerjasama dengan
Inteligensia Media (Intrans Publishing Group).
Heryadi, H., & Silvana, H. (2013). Komunikasi antarbudaya dalam masyarakat multikultur.
Jurnal Kajian Komunikasi, 1(1), 95-108.
Khansa, N. M. (2022). Pengaruh Globalisasi Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia. Jurnal
Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 9(1), 1-8.
Pramudyo, G. N., & Salim, T. A. (2021). Tinjauan sistematis tentang preservasi warisan
musik. Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 17(1), 40-55.
Rahayu, R. (2020). Pelaksanaan Mulok Bahasa Lampung dalam Upaya Pelestarian Bahasa
Lampung di Kabupaten Lampung Selatan. Kelasa, 15(1), 46-63.
Setyari, A. D. 2015. Bahasa Ibu Dan Ibu Berbahasa Punahnya Satu Kearifan Lokal Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional Dan Folklor Dan Kearifan Lokal
Yusuf, A. M. (2023). Pengaruh Globalisasi Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia. Jurnal
Mahasiswa Kreatif, 1(2), 01-06.
BUKTI CEK TURNITIN

Anda mungkin juga menyukai