Anda di halaman 1dari 6

KEPUNAHAN BAHASA

MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK

Disusun oleh :

YATI NOVITA VIA


20113007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI


BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS ABULYATAMA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Disadari atau tidak peristiwa kebahasaan yang dinamakan dengan


kepunahan Bahasa ini lambat laun dapat terjadi pada suatu Bahasa. Di saat
orang tak lagi menggunakan suatu Bahasa, tentu Bahasa yang pada
mulanya ada akan menjadi punah karena ketidaan penuturnya. Bahkan
dimungkinkan pula bahwa penutur asli dari suatu Bahasa lebih memilih
untuk menggunakan Bahasa lain karena dirasa lebih strategis dan ditambah
pula mereka tidak mahir atau menguasai Bahasa asli mereka. Fenomena
yang terjadi akhir-akhir ini adalah generasi muda (misalnya di daerah Aceh)
tidak fasih mengusai Bahasa Aceh, karena keterdesakan Bahasa lain yang
lebih sering mereka gunakan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mereka
bahkan lebih fasih menggunakan Bahasa Inggris daripada berbicara dengan
menggunakan Bahasa Aceh.

Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya fenomena tersebut,


misalnya mereka menganggap Bahasa Aceh (Bahasa asli daerah) mereka
kurang gaul bila dibandingkan dengan Bahasa inggris. Kloss (di dalam
Sumarsono dan Partana, 2002:286) menyebutkan bahwa ada tiga tipe
utama kepunahan bahasa, yaitu :

1. kepunahan bahasa tanpa terjadinya pergeseran bahasa;


2. kepunahan bahasa karena pergeseran bahasa (guyub tutur tidak berada
dalam wilayah tutur yang kompak atau bahasa itu menyerah pada
pertentangan intrinsik prasarana budaya modern yang berdasarkan
teknologi; dan
3. kepunahan bahasa nominal melalui metamorfosis (misalnya suatu
bahasa tutur derajatnya menjadi dialek ketika masyarakat tidak lagi
menulis dalam bahasa itu dan mulai memakai bahasa lain.

B. Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan pembahasan yang terarah, maka diperlukan
suatu rumusan masalah yaitu “mengapa Bahasa mengalami kepunahan ?”

C. Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui sejauh mana proses kepunahan Bahasa dan apa
penyebab terjadinya kepunahan Bahasa.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kepunahan Bahasa
Pergeseran bahasa kadang-kadang mengacu kepada kepunahan
bahasa. Hal ini terjadi manakala guyub bergeser ke bahasa baru secara total
sehingga bahasa terdahulu tidak dipakai lagi. Ada dua aspek kepunahan
bahasa, yaitu: 1) Aspek Linguistik Dari aspek linguistik, bahasa yang berada
dalam saat-saat terakhir pemakaiannya dalam suatu guyub tutur mengalami
perubahan-perubahan dalam sistem lafal, sistem gramatika, dan dalam
beberapa pijinasi atau penyerdehanaaan. 2) Aspek Sosiolinguistik Dalam
aspek sosiolinguistik, yang dicari adalah seperangkat kondisi yang
menyebabkan guyub itu menyerah dalam suatu bahasa bagi kelangsungan
bahasa lain.
Kepunahan Bahasa merupakan pergeseran total di dalam satu guyup
(komunitas) saja dan pergeseran itu dari bahasa yang satu ke Bahasa yang
lain. Sebab utama kepunahan bahasa-bahasa adalah karena para orang tua
tak lagi mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anaknya dan tidak lagi secara
aktif menggunakannya di rumah dalam berbagai ranah komunikasi (Grimes,
2000:17). Sebab yang lainnya adalah, bukan karena penuturnya berhenti
bertutur, melainkan akibat dari pilihan penggunaan bahasa sebagian besar
masyarakat tuturnya (Landweer, 1999:1).
Salah satu contoh bahasa yang mengalami kepunahan karena
pergeseran (terjadi pada abad ke-19) yakni bahasa Gaeltacht di Irlandia.
Masyarakat Irlandia lebih memilih untuk meninggalkan bahasanya dan
menggantinya dengan bahasa Inggris.

B. Sebab Terjadinya Kepunahan Bahasa


Ada dua sebab utama kepunahan, yaitu karena para orang tua tidak
lagi mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anak serta tidak lagi
menggunakannya di rumah dan pilihan sebagian masyarakat tutur untuk
tidak menggunakannya dalam ranah komunikasi sehari-hari. Kedua sebab ini
terkait dengan sikap dan pemertahanan bahasa masyarakat tuturnya. Jika
pilihan untuk tidak menggunakan dan kebiasaan orang tua untuk tidak
mentransmisikan bahasa ibu kepada anak-anaknya lemah, maka pergerakan
kepunahan akan lebih cepat lagi. Sebaliknya, bahasa-bahasa yang
penuturnya memiliki pemertahanan bahasa yang kuat, memiliki vitalitas
hidup kuat pula.
Menurut beberapa ahli, faktor-faktor yang menyebabkan kepunahan
bahasa, antara lain : 1) rapuhnya upaya untuk melindungi dan
mempertahankan, 2) tidak mempunyai guyub tutur yang terpusat di
perkotaan; 3) terjadinya modernisasi; 4) adanya kehendak aktif dari
masyrakat untuk bergeser; 5) tidak cukupnya konsentrasi masyarakat untuk
menghadapi lingkungan yang kuat secara ekonomi dan canggih
teknologinya; 6) tidak adanya pengalihan (tansmisi) bahasa asli dari orang
tua kepada anak-anaknya; 7) tidak adanya optimisme akan masa depan
bahasa.
Kepunahan bahasa dapat pula dialami oleh bahasa Indonesia apabila
masyarakat dan pemerintah tidak bersikap tegas dan selektif terhadap
berbagai budaya (bahasa) yang masuk ke Indonesia. Menurut Halim (melalui
Muslih, 2010: 20) setelah bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa
persatuan, situasi kebahasaan ditandai oleh dua tantangan. Tantangan
pertama, yakni perkembangan bahasa Indonesia yang dinamis, tetapi tidak
menimbulkan pertentangan di antara masyarakat. Tantangan kedua, yakni
persoalan tata istilah dan ungkapan ilmiah. Tantangan kedua ini yang
menimbulkan prasangka yang tetap dihadapi ilmuan kita yang mengatakan
bahwa bahasa Indonesia miskin, bahkan kita dituduh belum mampu
menyediakan sepenuhnya padanan istilah yang terdapat banyak dalam
disiplin ilmu, teknologi dan seni.

C. Strategi Perawatan Agar Bahasa Terselamatkan Dari Kepunahan.


Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah sekaligus
menangani ancaman kepunahan bahasa-bahasa daerah yang ada di
Indonesia, antara lain 1) vitalisasi etnolinguistik; 2) menggiatkan penerbitan
majalah berbahasa daerah bagi media cetak dan menyediakan program
khusus berbahasa daerah; 3) memasukkan sebagian kosakata bahasa daerah
ke dalam bahasa nasional; 4) menjadikan bahasa daerah sebagai mata
pelajaran wajib di berbagai jenjang pendidikan; 5) membentuk jurusan atau
jika memungkinkan fakultas di perguruan tinggi yang khusus membidangi
bahasa daerah.

Berikut ini cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah kepunahan
Bahasa :

1. Sering menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari


2. Tidak malu menggunakannya di tempat umum
3. Menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap istilah-istilah dalam Bahasa daerah
4. Belajar membiasakan diri berbicara Bahasa daerah di keluarga
5. Tidak menghindari pembicaraan atau percakapan yang menggunakan
Bahasa daerah
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Jumlah dan kecepatan pergerakan ke kepunahan bahasa-bahasa di dunia
dan juga di Indonesia tidak saja merupakan bencana linguistik, tetapi juga telah
menyampikan informasi sosio-ekonomi yang mengkhawatirkan mengenai
keterpencilan, ketakberdayaan, dan perjuangan melawan kemiskinan kaum
minoritas melawan ketertinggalan dari kemajuan dan dominasi bahasa-bahasa
dengan berpenutur banyak dan dinamis. Dalam konteks Indonesia, pembiaran
atas kepunahan bahasabahasa berpenutur sedikit, sesungguhnya adalah
pengingkaran atas kemajemukan yang sesungguhnya merupakan soko guru ke-
Indonesiaan. Lembaga pengayom bahasa yang ditugasi pemeritah (baca: Pusat
Bahasa) harus segera merancang program-program preservasi, sebelum bahasa-
bahasa itu benar-benar punah.
Saran
Hendaknya kita sebagai pelajar menjaga dan melstarikan bahasa daerah
agar tidak terjadi hilangnya suatu bahasa dengan cara memakai bahasa itu sendiri
dalam aktifitas keseharian

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. “169 Bahasa Daerah Terancam Punah”. Kompas, 12 Agustus 2008.
Ibrahim, Gufran Ali. 2006. “Beberapa Bahasa di Maluku Utara akan Punah”.
Makalah yang disampaikan dalam Konferensi Internasional tentang Bahasa-
bahasa yang Punah, di Pusat Bahasa Depdiknas, Jakarta 22 Desember 2006.
Ibrahim, Gufran Ali. 2007. “Lima Abad Penelitian Bahasa di Maluku Utara”. Makalah
yang disampaikan pada Konferensi Internasional Makalah yang disampaikan
pada Kongres Internasional Bahasa Daerah yang diselenggarakan atas
Kerjasama Pemerintah Provinsi Maluku, Universitas Pattimura, dan Pusat
Bahasa Depdiknas, di Ambon, 5-8 Agustus 2007.
Sumarsono & Partana, P.. 2004. Sosiolinguitik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muslih, M.. 2010. Tata bentuk bahasa Indonesia (kajian ke arahtatabahasa
deskripti). Jakarta: Bumi Aksar

Anda mungkin juga menyukai