Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTROLISIS

Disusun Oleh :

Nama : Abudzar Adhari Yusra


Stambuk : 09320220114
Kelas/Kelompok : C4/ I (Satu)

Asisten

(Nur Farhana)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel elektrolisis merupakan ilmu yang mempelajari perubahan
energi. Berlawanan dengan reaksi redoks spontan, yang menghasilkan
perubahan energi kimia menjadi energi listrik, elektrolisis ialah proses yang
menggunakan energi listrik agar reaksi kimia nonspontan dapat terjadi. Sel
elektrolitik ialah alat untuk melaksanakan elektrolisis. Asas yang sama
mendasari elektrolilis dan proses yang berlangsung dalam sel galvanik.
Konsumsi energi global semankin meningkat setiap tahun sekitar
1.5% tercatat sejak 2010 dari jumlah keseluruhan energi yang dibutuhkan
dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Darurat energi juga sudah
disampaikan oleh pemerintah Indonesia melalui BPPT dengan alasan
konsumsi bahan bakar yang terus meningkat setiap tahunnya dengan
indikator produksi minyak bumi sejak 1991 terus mengalami penurunan.
Pemerintah menargetkan pada tahun 2018 produksi minyak sekitar 800 ribu
barel per hari, namun hingga akhir juli data Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral mengatakan bahwa produksi miyak masih sekitar 773 ribu
barel, jumlah ini jauh dibawah tahun sebelumnya yang dapat mencapai 949
ribu barel per hari. Kekhawatiran meningkatnya produksi CO2 juga menjadi
perhatian karena membahayakan lingkungan tempat tinggal makhluk hidup
semngkin terancam maka dibutuhkan sumber daya energi terbarukan seperti
angin, matahari maupun energi yang berasal dari proses kimia yang ramah
lingkungan. Memisahkan unsur H2 dari H2O dengan proses elektrolisis
reaksi Redoks menghasilkan hidrogen sebagai bahan bakar yang bersih dan
ramah lingkungan untuk mesin pembakaran dalam merupakan salah satu
solusi menjawab dari ketergantungan terhadap energi yang bersumber dari
bahan fosil dan berbahaya. Gas hidrogen sangat baik digunkan sebagai
bahan bakar karena memiliki sifat yang mudah terbakar dengan kepadatan
energy gravimetric yang tinggi atau nilai kalor sekitar 142 MJ/Kg dan
terrendah 120 MJ/Kg pada temperatur 25℃ (Siregar et al., 2020)
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari proses elektrolisis larutan KI dan FeCl3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Elektrolisis
Elektrolisis merupakan proses elektrokimia dengan memanfaatkan
energi listrik yang mengalir melalui katoda dan anoda didalam wadah yang
berisi elektrolit. Dibutuhkan dua elektroda yang menghubungkan aliran
listrik dari sumber arus agar terjadi rekasi kimia yaitu pada sisi positif
disebut anoda dan pada sisi negative disebut katoda. Jenis anoda dan katoda
diambil dari golongan logam yang bersifat netral seperti stainless steel.
Reaksi yang dihasilkan akan berbeda jika kita menggunakan jenis elektroda
yang berbeda, hal ini juga akan mempengaruhi produksi gas hidrogen yang
dihasilkan. Ada tiga jenis elektroda yang akan digunkan pada penelitian ini
yaitu stainless steel, aluminium dan tembaga (Siregar dkk., 2020)
Elektrolisis merupakan reaksi dekomposisi dalam suatu elektrolit oleh
arus listrik. Air merupakan elektrolit sangat lemah yang dapat terionisasi
menjadi ion-ion H+ dan OH-, sehingga memungkinkan untuk dilakukan
elektrolisis untuk dipecah menjadi gas-gas hidrogen dan oksigen. Proses
elektrolisis air berjalan sangat lambat sehingga perlu diupayakan cara-cara
untuk meningkatkan efisiensi produk, misalnya dengan penambahan zat
terlarut yang bersifat elektrolit, modifikasi elektroda atau dengan cara-cara
lain yang mampu meningkatkan efisiensi produk. Pada penelitian ini dicoba
melakukan elektrolisis akuades, air sumur dan larutan soda dengan
menggunakan elektroda stainless steel selama 900 detik dengan tegangan
12 V. Selama proses elektrolisis dilakukan pengamatan terhadap perubahan
temperatur dan pH dalam selang waktu tertentu, yang selanjutnya
digunakan untuk mempelajari perilaku sel elektrolisis.Berdasarkan data
variasi temperatur dan pH selama proses elektrolisis dapat dibuat
termogram temperatur dan waktu serta kurva perubahan pH untuk setiap sel
elektrolisis. Untuk masing-masing sel elektrolisis ternyata memberikan
termogram dan kurva pH yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
masing-masing sel elektrolisis memiliki perilaku yang berbeda, yang
menunjukkan bahwa jenis dan atau kuantitas material yang terlibat pada
proses elektrolisis dapat berbeda (Supiah, 2012)
Proses elektrolisis air sedang dikembangkan untuk menghasilkan
hidrogen. Namun, karena proses elektrolisis membutuhkan energi listrik
sebagai pemicu reaksi, proses ini memberikan efisiensi yang relatif rendah.
Proses elektrolisis berfungsi jika ketersediaan sumber energi listrik mudah
diperoleh dengan harga murah. Pengujian dengan variasi jarak katoda dan
anoda, campuran elektrolit dan jenis elektroda yang digunakan terus
dikembangkan untuk mengurangi jumlah energi listrik yang digunakan
dalam proses elektrolisis sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sosial,
tetapi belum belum menuai hasil yang memuaskan. Penelitian ini
menggunakan sumber arus baterai 12V, dan jarak yang telah ditetapkan
pada katoda dan anoda ialah 80 mm,120 mm dan 200 mm. Jenis elektroda
yang digunakan Stainless steel, Aluminium dan Tembaga, dengan jumlah
campuran garam yang terlarut ialah 250 gram dalam lima liter air, atau 50
gram perliter air. Hasil dari pengujian, tekanan gas yang dihasilkan oleh
elektroda yang berbahan stainless steel lebih tinggi dibandingkan oleh
elektroda yang berbahan aluminium dan tembaga dan semakin dekat jarak
elektroda maka tekanan gas yang dihasilkan semakin tinggi. Dengan
menggunakan manometer tabung U tekanan gas hidrogen tertinggi diukur
pada elektroda stainless steel pada sisi katoda jarak 80 mm sebesar 9733 Pa.
Sedangkan tekanan hydrogen pada elektroda aluminium pada sisi katoda
9246.8 Pa, dan tekanan hidrogen terendah diukur pada elektroda tembaga
6034 Pa. Hasil pengujian menunjukkan perbedaan tekanan dari setiap jenis
elektroda (Alfansury Siregar dkk., 2020)
Alat elektrolisis terdiri atas sel elektrolisis yang berisi elektrolit
(larutan atau leburan). Pada elektrolisis biasa kita selalu menggunakan
elektroda yang sama dimasukkan dalam larutan yang bersangkutan. Pada
elektrolisis yang menghasilkan H2 dan O2 ternyata timbulnya kedua gas ini
baru mulai setelah E lebih besar dari 1,7 Volt Ada 2 prinsip yang khas
dari elektrolisis yaitu kaitan antara beda potensial yang digunakan dan
arus yang mengalir melalui sel elektrolisis. Serta discas yang selektif
diantara ion-ion pada permukaan elektroda. Pada potensial-urai tiba-
tiba bertambah, pada saat elektrolisis mulai berlangsung pada elektron.
Menghasilkan hidrogen dan oksigen (Putra, 2012)
Elektrolisis adalah pengurangan suatu elektrolit oleh arus listrik pada
sel-sel elektrolisis, dimana molekul air (H2O) menjadi molekul hidrogen
dan oxigen (O2) yang menggunakan arus listrik dalam larutan elektrolit.
Proses ini terjadi pada susunan plat dengan ukuran dan ruas kisi-kisi yang
telah ditentukan. Jumlah plat ada sebelas, dan hanya dua plat yang diberikan
hantaran arus listrik langsung pada baterai DC dikutub positif dan negative.
Dari dua kutub tersebut terjadi reaksi reduksi (katoda) dan reaksi oksidasi
(anoda) dalam air yang di alirkan arus listrik langsung mengalir melalui
sistem (Dadang, 2018)
2.2 Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan
sumber energi listrik untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi. Secara
teoritis, sel elektrolisis merupakan bagian dari sel elektrokimia. Pada sel
elektrolisis katoda memiliki muatan negatif sedangkan anoda memiliki
muatan positif. Sesuai dengan prinsip kerja arus listrik. Terdiri dari zat yang
dapat mengalami proses ionisasi, elektrode dan sumber listrik (baterai).
Larutan akan mengalami ionisasi menjadi kation dan anion. Kation di
katoda akan mengalami reduksi sedangkan di anoda akan mengalami
oksidasi. Salah satu aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan logam
emas dengan menggunakan larutan elektrolit yang mengandung unsur emas
(Au). Hal ini dilakukan untuk melapisi kembali perhiasan yang kadar
emasnya sudah berkurang (Harahap, 2016)
Sel elektrolisis merupakan ilmu yang mempelajari proses perubahan
energi listrik menjadi energi kimia. Sel elektrolisis khususnya sangat
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga menjadi salah satu hal
penting dalam bidang kimia, namun konsep ini sendiri memiliki tingkat
keabstrakan yang cukup tinggi (Febyanti dkk., 2020)
2.2.1 Susunan sel elektrolisis

Gambar 2.1 Susunan Sel Elektrolisis

a. Anoda (+)
Berhubungan dengan kutub (+) sumber arus, anion dari
elektrolit menuju katoda, mengalami oksidasi, dan melepas
elektron.
b. Katoda (-)
Berhubungan dengan kutub (-) sumber arus, kation dari
elektrolit menuju katoda, mengalami reduksi, dan menerima
elektron.
2.2.2 Aturan sel elektrolisis
a. Kation yang sukar tereduksi pada katoda sel elektrolisis, yaitu
logam alkali (IA), logam alkali tanah (IIA), Al dan Mn.
b. Elektroda inert adalah elektroda yang sukar bereaksi, yaitu
elektroda Pt, Au dan C.
2.2.3 Reaksi – reaksi sel elektrolisis
a. Jika kation sukar tereduksi, maka H2O tereduksi menjadi H2.
2H2O(l) + 2e 2OH– (aq) + H2(g)
b. Jika kation tidak sukar tereduksi, maka kation logam tersebut
yang tereduksi menjadi logamnya.
Mx+(aq) + x e M(s)
c. Ion H+ dari asam tereduksi menjadi H2.
2H+ (aq) + 2e H2(g)
d. Jika elektrolit berupa berupa lelehan / leburan / cairan (tidak
mengandung air), maka kation apapun tetap tereduksi menjadi
logamnya.
2.3 Elektroda
Pengelasan merupakan proses penyambungan logam dengan
menggunakan bahan tambah berupa elektroda. Sebelum melakukan
pengelasan salah satu faktor penting yaitu perlakuan elektroda. Hal tersebut
penting dilakukan terutama pada perlakuan penyimpanan elektroda tipe
basic low hydrogen (E7016). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
pemanasan elektroda dapat menghindari retak sambungan las pada uji face
bend. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkapkan pengaruh
perlakuan suhu penyimpanan elektroda terhadap uji tekuk sambungan las.
Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, dimana
penelitian dilakukan dengan memberi perlakuan pada suhu penyimpanan
elektroda. Elektroda diberi perlakuan suhu penyimpanan dengan variasi 40°
C, 80° C, dan 120° C selama 30 menit. Elektroda yang digunakan yaitu jenis
low hydrogen (E7016) dan material sampel menggunakan pelat SS400.
Sambungan las menggunakan kampuh V tunggal dan pengelasan sampel
menggunakan proses shield metal arc welding (Afan dkk., 2020)
Sel elektrolisis atau elektroda adalah sel elektrokimia yang bereaksi
secara tidak spontan (Eosel (-) atau ∆G>0), karena energi listrik disuplai dari
sumber luar dan dialirkan melalui sebuah sel. Elektrolisis diartikan juga
sebagai peristiwa penguraian zat elektrolit oleh arus listrik searah,
melainkan juga mengalami perubahan-perubahan kimia. Perubahan kimia
yang terjadi selama elektrolisis dapat dilihat sekitar elektroda. Elektroda
merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari sebuah penghantar
elektrolit (misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik. Elektroda positif
(+) disebut anoda sedangkan elektroda negatif (-) adalah katoda (Svehla,
1985). Reaksi kimia yang terjadi pada 4 elektroda selama terjadinya
konduksi listrik disebut elektrolisis dan alat yangdigunakan untuk reaksi ini
disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis memerlukan energi untuk memompa
elektron. Dalam pengelasan las listrik menggunakan energi listrik yang
dihasilkan dari mesin genset akan mempengaruhi hasil lasan karena naik
turunnya tegangan voltase. Voltase harus disesuaikan dengan bahan
material yang akan dilas termasuk pemilihan kawat elektroda yang sesuai.
Sambungan las tumpul atau butt joint adalah sambungan yang paling sering
ditemui di kapal, umumnya pelat yang digunakan memiliki tebal yang sama.
Sedangkan dalam proses pengelasan, kawat elektroda merupakan bagian
penting dalam menentukan kualitas hasil pengelasan (Mawahib dkk., 2017)
Shield metal arc welding (SMAW) merupakan proses menyambung
logam dengan mencairkannya melalui pemanasan menggunakan busur
elektroda. Bahan tambah dalam proses las ini menggunakan elektroda habis
pakai yang dilapisi oleh fluks untuk melindungi cairan las dari proses
oksidasi. Saat proses penyambungan logam dilakukan bahan tambah
tersebut akan mencair bersamaan dengan logam yang disambung dan cairan
akan membeku sehingga menghasilkan sambungan las. Proses pengelasan
ini banyak digunakan di industri pemeliharaan dan perbaikan, kontruksi
baja struktur serta industri fabrikasi. Keuntungan dari las ini yaitu peralatan
murah, serbaguna untuk melakukan pengelasan pada berbagai variasi
desain sambungan las, jenis logam, ketebalan logam, posisi las, dan
peralatan mudah untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
Sebelum melakukan pengelasan salah satu faktor penting yaitu perlakuan
elektroda. Bahan pelindung elektroda jenis low hydrogen (E7016) memiliki
batas kadar maksimum kelembapan yaitu 0,6%. Penyimpanan elektroda
E7016 di lapangan umumnya setelah selesai digunakan disimpan kembali
pada kemasannya sehingga tidak cukup terlindungi dari udara sekitarnya
dan menyebabkan bahan pelindung menjadi lembap. Akibat kondisi
pelindung elektroda yang lembap dapat menyebabkan terjadinya cacat pada
hasil las seperti spatters dan porosity Selain itu, keberadaan cacat las pada
sambungan dapat mengurangi kekuatan dan tingkat mutu sambungan las.
Secara visual kelembapan bahan pelindung elektroda dapat dilihat pada
kondisi bahan pelindungnya, elektroda yang lembap cenderung memiliki
warna gelap. Penyimpanan elektroda tipe ini harus pada tempat yang kering
dan terhindar dari lingkungan yang lembap. Untuk penyimpanan elektroda
jenis low hydrogen (E7016) setelah dibuka dari kemasan pabrik dapat
disimpan pada suhu 30° C – 140° C (Mawahib dkk., 2017)
Penelitian tentang suhu penyimpanan atau pemanasan elektroda telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu Habib melakukan penelitian dengan
tujuan mengetahui pengaruh perlakuan pemanasan elektroda terhadap uji
tarik dan struktur mikro, hasilnya menunjukkan bahwa kualitas sambungan
las diperoleh dengan hasil yang baik dengan pemanasan suhu yang tinggi.
Gumono telah melakukan studi perbandingan suhu penyimpanan elektroda
untuk mengetahui kekerasan sambungan las, hasilnya menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan nilai kekerasan dan kekerasan maksimum didapat pada
suhu 75° C. Wibowo dalam penelitiannya melakukan pengujian tarik, face
bend, dan kekerasan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemanasan dan
tanpa pemanasan pada elektroda. Pada hasil pengujian tersebut perlakuan
suhu 150° menghindari retak dan menghasilkan kekuatan sambungan las
paling optimal.
Hasil dari beberapa penelitian sebelumnya dapat digunakan untuk
mengetahui efek suhu pemanasan terhadap sifat sambungan las. Walaupun
demikian, hasil penelitian belum dapat mengidentifikasi cacat sambungan
las dengan baik. Selain itu, diantara penelitian sebelumnya tidak mengkaji
pengaruh suhu penyimpanan elektroda terhadap pengujian root bend. Oleh
karena itu, perlu adanya studi pengujian tekuk sambungan las lebih lanjut
terutama dalam mengidentifikasi retak las. Dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan lebih lanjut pengaruh suhu penyimpanan elektroda
terhadap hasil uji tekuk sambungan las kampuh V tunggal pada material
pelat SS400 (Mawahib dkk., 2017)

Gambar 2.2 Elektroda las

2.4 Hukum – Hukum Faraday


Beberapa mesin listrik mempunyai prinsip kerja dengan menggunakan
hukum-hukum dalam ilmu fisika. Hukum faraday adalah salah satunya.
Dalam ilmu mesin listik sangat penting pengaruhnya. Di dalam hukum
faraday dijelaskan beberapa pokok bahasan yang menjelaskan pengadaan
listrik dari suatu mesin atau alat. Faraday menyimpulkan bahwa sebuah
arus listrik dapat diinduksikan dalam suatu rangkaian oleh medan magnet
yang berubah-ubah (Hartoyo, 2016)
2.2.1 Hukum Faraday I
Pada hukum Faraday I ini dinyatakan bahwa zat yang
diendapkan berbanding lurus dengnan muatan yang dilewati dalam
sel dan massa ekivalen zat tersebut. Hukum Faraday I menyatakan
bahwa “Massa zat yang dihasilkan (W) pada elektrolisis sebanding
dengan jumlah muatan listrik yang digunakan (Q).
W = e . I . t / F . m ......................................................................(2.1)
Keterangan :
W = Massa zat yang dihasilkan (g)
e = Massa ekuivalen
I = kuat arus (A)
t = waktu (s)
F = Tetapan Faraday yaitu 96.500 (C/mol)
2.2.2 Hukum Faraday II
Massa zat yang dihasilkan (W) pada elektrolisis sebanding
dengan massa ekuivalen zat (e) tersebut. Apabila sebagian sel
elektrolisis tersusun berdasarkan seri atau listrik sama (jumlah
muatan listrik yang sama juga), maka perbandingan massa zat-zat
yang diperoleh akan sama dengan perbandingan massa ekuivalen
masing-masing.
W1/W2 = e1 / e2 ........................................................................(2.2)
Keterangan:
W1 = Massa Zat 1 (g)
W2 = Massa Zat 2 (g)
e1 = Massa ekuivalen zat 1
e2 = Massa ekuivalen zat 2
Dari penjelasan diatas, pada dasarnya hukum Faraday
digunakan untuk memperhitungkan aspek kuantitatif zat-zat yang
terlibat dalam reaksi dalam sel elektrolisis.
2.5 Elektrolit
Larutan Elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus
listrik. Berdasarkan kuat-lemahnya daya hantar listrik, larutan elektrolit
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu larutan lektrolit kuat dan larutan
elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dimana zat
terlarutnya terurai sempurna membentuk ion-ion positif dan ion-ion negatif
yang dapat menghasilkan arus listrik.Ciri-ciri daya hantar listrik Larutan
elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan menyala terang dan timbul gelembung
gelembung di sekitar elektrode. Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang
daya hantar listriknya lemah dengan harga ionisasi sebesar 0 < alfa > 1.
Larutan elektrolit lemah mengandung zat yang hanya sebagian kecil
menjadi ion-ion ketika larut dalam air. Larutan yang tidak memberikan
gejala lampu menyala, tetapi menimbulkan gas termasuk ke dalam larutan
elektrolit lemah. Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Hal ini terjadi karena suatu zat tidak dapat
membentuk ion-ion dan tidak dapat bergerak bebas dalam pelarutnya (Sinta
dkk., 2021)
Berdasarkan proses pembentukan ion-ionnya (ionisasi), larutan
elektrolit memiliki dibagi menjadi 2 jenis, yaitu larutan elektrolit kuat dan
larutan elektrolit lemah.
2.5.1 Larutan elektrolit kuat
Larutan Elektrolit Kuat adalah larutan elektrolit yang terurai
sempurna menjadi ion atau mengalami ionisasi sepenuhnya dalam
larutan air atau dalam keadaan lebur. Hal inilah yang membuat
larutan masuk dalam kelompok larutan elektrolit kuat. Ciri-ciri
larutan elektrolit kuat adalah larutan yang sepenuhnya terionisasi
untuk membentuk ion bebas ketika dilarutkan, dan tidak ada
molekul netral yang terbentuk dalam larutan. Semakin banyak
tersedianya ion bebas dalam suatu elektrolit, semakin besar
kapasitasnya untuk membawa atau menghantarkan arus.
Garam dapat menjadi alternatif energi terbarukan pembangkit
listrik yang mengandung senyawa ionic dari ion positif (kation) dan
ion negatif (anion). Sehingga larutan garam menjadi larutan
elektrolit. Garam dapur adalah sejenis mineral yang dapat membuat
rasa asin. Garam dapur termasuk elektrolit kuat karena garam
memiliki molekul yang dapat terionisasi jika dilarutkan dan akan
memberikan larutan tersebut kemampuan untuk menghantarkan
listrik. Garam dapur padat tidak dapat menghantarkan listrik, tetapi
ketika garam dilarutkan, ion-ionnya yang dapat bergerak bebas
dalam larutan, dan memungkinkan. Sedangkan, ion-ion garam
dalam keadaan padat terikat dengan gaya antar partikel yang kuat.
Oleh karena itu, mereka tidak bebas bergerak dalam keadaan padat
dan tidak dapat menghantarkan listrik. NaCl yang dilarutkan dalam
air kemudian garam (padatan) larut menjadi ion-ion komponennya,
dapat diwakili oleh persamaan ionisasi:
NaCl(s) → Na+(aq) + Cl−(aq)
larutan NaCl (garam) bukan satu-satunya yang tergolong ke
dalam larutan elektrolit kuat. Karena terdapat beberapa larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik adalah NaOH (soda api), H2SO4
(asam sulfat), HCl (asam klorida), dan KCl, yang semuanya juga
termasuk elektrolit kuat.
2.5.2 Larutan elektrolit lemah
Larutan Elektrolit Lemah yaitu elektrolit yang tidak terurai
sempurna menjadi ion atau mengalami ionisasi sebagian sehingga
jumlah zat yang terurai menjadi ion tidak banyak dan menjadi
penghantar listrik yang buruk. Hal demikian yang menjadikan
larutan elektrolit lemah masih dapat menghantarkan listrik tapi
sifatnya lemah sehingga lampu tidak terlalu bisa menyala dengan
terang. Ciri-ciri larutan elektrolit lemah adalah hanya sebagian
terionisasi dalam air (biasanya 1% sampai 10%). Karena itu,
elektrolit lemah tidak seefisien elektrolit kuat dalam menghantarkan
listrik. Zat-zat dalam larutan elektrolit lemah biasanya meliputi
asam lemah dan basa lemah, yang sebagian besar merupakan
senyawa kovalen. Beberapa molekul netral hadir dalam larutan
elektrolit lemah ini. Contoh larutan elektrolit lemah adalah
CH3COOH (asam asetat), N4OH, HCN (hidrogen sianida), dan Al
(OH)3. Air juga merupakan elektrolit yang sangat lemah.
2.5.3 Larutan non elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menyalakan lampu ataupun gelembung gas di sekitar elektrodanya
pada alat uji elektrolit. Kebalikan dari larutan elektrolit, larutan non
elektrolit merupakan larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik
karena zat-zat yang dilarutkan tidak menghasilkan ion atau tidak
mengalami ionisasi sama sekali. Elektrolit Contoh larutan non
elektrolit adalah Etil alkohol (etanol) karena tidak terionisasi ketika
dilarutkan dalam air. Contoh lain adalah glukosa dalam air
membentuk larutan non elektrolit karena meskipun gula larut dalam
air, namun gula tetap mempertahankan identitas kimianya.

Gambar 2.3 Ilustrasi larutan elektrolit dan non elektrolit

Penggambaran perbedaan jumlah molekul ion yang dimiliki oleh


elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit. Di mana larutan non
elektrolit tidak menghasilkan ion-ion yang bergerak bebas sehingga
tidak akan menghantarkan listrik, sedangkan pada larutan elektrolit kuat
maupun lemah memiliki ion-ion yang bergerak bebas. Meskipun untuk
larutan elektrolit lemah tidak menghasilkan ion sebanyak elektrolit kuat
sehingga lampu yang menyala pada elektrolit lemah tidak seterang atau
dapat dikatakan menyala redup dibandingkan elektrolit kuat (Sinta dkk.,
2021)
2.6 Hubungan elektrolisis dengan air
Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O)
menjadi gas-gas hidrogen (H2) dan oksigen (O2) dengan menggunakan arus
listrik yang melalui air tersebut. Gas H2O sangat pontensial digunakan
sebagai sumber energi karena sifatnya yang ramah lingkungan. Proses
elektrolisis dalam mengurai senyawa air berlangsung lambat sehingga
dibutuhkan katalis untuk mempercepat reaksi dan dapat menambah jumlah
gas hidrogen yang diproduksi. Produksi gas hidrogen dari air laut yang
mengandung natrium klorida (NaCl) merupakan cara yang dapat dilakukan
untuk mendapatkan gas hidrogen. Gas hidrogen memberikan tingkat emisi
yang mendekati zero emission. NaCl yang terkandung dalam air laut
berfungsi sebagai katalis secara alami. NaCl belum maksimal dalam
membantu proses penguraian ikatan hidrogen dan oksigen di dalam air
Sehingga, dibutuhkan tambahan katalis berupa elektrolit kuat yang
memiliki pH asam atau basa lain yang dapat memaksimalkan proses
penguraian ikatan hidrogen dan oksigen di dalam air. Penggunaan
katalisator elektrolit kuat seperti NaOH, KOH dan H2SO4 berfungsi
mempermudah proses penguraian air menjadi hidrogen dan oksigen karena
ion-ion katalisator mampu mempengaruhi kesetabilan molekul air menjadi
ion H+ dan OH- yang lebih mudah di elektrolisis karena terjadi penurunan
energi pengaktifan (Sinta dkk., 2021)
Elektrolisis terjadi ketika aliran arus listrik melalui senyawa ionik
dan mengalami reaksi kimia. Larutan elektrolit dapat menghantar listrik
karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion tersebut
yang menghantarkan arus listrik melalui larutan. Hantaran listrik melalui
larutan elektrolit terjadi ketika sumber arus searah memberi muatan yang
berbeda pada kedua elektroda. Katoda (elektroda yang dihubungkan dengan
kutub negatif) bermuatan negatif, sedangkan anoda (elektroda yang
dihubungkan dengan kutub positif) bermuatan positif. Spesi (ion, molekul,
atau atom) tertentu dalam larutan akan mengambil elektron dari katoda,
sementara spesi lainnya melepas elektron ke anoda. Selanjutnya elektron
akan dialirkan ke katoda melalui sumber arus searah. Faktor yang
mempengaruhi elektrolisis antara lain penggunaan katalisator, luas
permukaan tercelup, sifat logam bahan elektroda, konsentrasi pereaksi, dan
besar tegangan eksternal. Berikut akan diuraikan penjelasan dari faktor-
faktor tersebut. Katalisator NaOH, KOH dan H2SO4 berfungsi
mempermudah proses penguraian air menjadi hidrogen dan oksigen karena
ion-ion katalisator mampu mempengaruhi kesetabilan molekul air menjadi
menjadi ion H+ dan OHyang lebih mudah di elektrolisis karena terjadi
penurunan energi pengaktifan. Zat tersebut tidak mengalami perubahan
yang kekal (tidak dikonsumsi dalam proses elektrolisis) (Sinta dkk., 2021)
Semakin besar luasan menyentuh elektrolit maka semakin
mempermudah suatu elektrolit untuk mentransfer elektronnya. Sehingga
terjadi hubungan berbanding lurus. Jika luasan yang tercelup sedikit maka
semakin mempersulit elektrolit untuk melepaskan elektron dikarenakan
sedikitnya luas penampang penghantar yang menyentuh elektrolit. Sehingga
transfer elektron bekerja lambat dalam mengelektrolisis elektrolit. Semakin
besar konsentrasi suatu larutan pereaksi maka akan semakin besar pula laju
reaksinya. Ini dikarenakan dengan presentase katalis yang semakin tinggi
dapat mereduksi hambatan pada elektrolit. Sehingga transfer elektron dapat
lebih cepat mengelektrolisis elektrolit. Terjadi hubungan sebanding
terhadap presentase katalis dengan transfer elektron. Semakin besar nilai
tegangan yang diberikan akan semakin besar pula laju reaksinya. Nilai
tegangan dapat memperbesar arus yang dihantarkan oleh ion-ion bebas yang
ada didalam larutan. Semakin besar arus listrik maka semakin banyak ion-
ion yang terlibat dalam penghantaran arus listrik. Semakin banyaknya ion-
ion yang terlibat dalam penghantaran arus listrik inilah yang membuat laju
reaksi semakin besar. Adapun faktor yang mempengaruhi elektrolisis air
antara lain:
a. Kualitas elektrolit,
b. Konsentrasi elektrolit,
c. Dan material dari elektroda.
Elektrolit kuat lebih mempercepat reaksi elektrolisis air daripada
elektrolit lemah. Konsentrasi semakin besar akan semakin mempercepat
reaksi elektrolisis air. Logam yang reaktif akan mempercepat reaksi
elektrolisis air. Garam dapur termasuk elektrolit kuat karena garam
memiliki molekul yang dapat terionisasi jika dilarutkan dan akan
memberikan larutan tersebut kemampuan untuk menghantarkan listrik.
Garam dapur padat tidak dapat menghantarkan listrik, tetapi ketika garam
dilarutkan, ion-ionnya yang dapat bergerak bebas dalam larutan, dan
memungkinkan mempercepat elektrolisis air.

Gambar 2.4 Elektrolisis air


Pada air terdapat ikatan tiga molekul berbeda muatan yang saling
tarik-menarik dan juga tolak-menolak sekaligus. Yakni muatan positif yang
dimiliki oleh 2 molekul H dan muatan negatif yang dimiliki sebuah molekul
O. Molekul O menarik kedua molekul tersebut. Namun gaya tolak terbentuk
akibat kedua molekul H yang ditarik oleh O memiliki muatan yang sama-
sama positif. Gerakan antara menarik dan menolak itu kemudian membentuk
pola gerakan mengepak seperti sayap burung yang sedang terbang. Oleh
gerakan ini kemudian bergerak secara kontinyu dan massal dalam kumpulan
ikatan besar berupa air. Bila air mengalami gangguan baik itu berupa
pemberian panas, pancaran gelombang elektromagnetik, maupun beda
potensial maka molekul- molekul penyusun di dalamnya akan mengalami
perubahan gerak. Oleh sebab itu air disebut sebagai cairan elektrolit. Bila air
diberi perlakuan panas maka yang terjadi adalah makin panas suhunya maka
makin cepat gerakan molekul-molekul di dalamnya. Hingga pada suhu
tertentu air tersebut kemudian lepas dan membentuk ikatan yang kecil
berupa uap air (Alfansury Siregar dkk., 2020)
2.7 Hidrogen

Hidrogen adalah unsur yang terdapat di alam yang kelimpahan


terbesar, tetapi hanya sedikit tertinggal di bumi. Dari analisis spektrum sinar
yang dipancarkan oleh bintang, disimpulkan bahwa bintang terutama terdiri
dari hidrogen. Hidrogen sangat reaktif, sehingga hidrogen di bumi banyak
ditemui dalam bentuk senyawa air dengan komposisi hidrogen sebanyak
11,1% berat, hidrokarbon misalnya gas alam 25%, minyak bumi 14% dan
karbohidrat, misalnya patih 6%.
2.7.1 Karakteristik hidrogen
Hidrogen adalah gas ringan (lebih ringan dari udara), tidak
berwarna dan tidak berbau. Jika terbakar tidak menunjukkan adanya
nyala dan akan menghasilkan panas yang sangat tinggi .
Tabel 1. Sifat Fisik Gas Hidrogen
.

Parameter Keterangan
0
Titik lebur -259,14 C
Titik didih -252,87 0C
Warna tidak berwarna
Bau tidak berbau
Densitas 0,08988 g/cm3 pada 293 K
Kapasitas panas 14,304 J/g0K
Nilai Kalor 142 KJ/gram

2.7.2 Manfaat hidrogen sebagai bahan bakar


Keuntungan jika hidrogen digunakan sebagai bahan bakar yaitu:
1. Suatu cuplikan hidrogen jika dibakar akan menghasilkan energi
sebanyak kira-kira tiga kali energi yang dihasilkan bensin dengan
beratyang sama
2. Dalam mesin kendaraan bermotor hidrogen akan terbakar lebih
efisien jika dibandingkan dengan bahan bakar lain
3. Pembakaran hidrogen kurang menghasilkan polusi. Polutan yang
terjadi hanya oksida nitrogen yang terjadi jika suhu pembakaran
sangat tinggi.
4. Mesin yang menggunakan hidrogen mudah diubah agar dapat
menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar.
Alasan utama mengapa hidrogen masih belum digunakan
secara besar-besaran sebagai sumber energi yaitu Produksi hidrogen
masih cukup mahal dan kesukaran penyimpanan.

Hidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar sebab dapat


terbakar dalam oksigen membentuk air dan menghasilkan energi dan
dengan oksigen dapat digunakan dalam sel bahan bakar menghasilkan
energi lisrik.
Pembakaran hidrogen dapat menghasilkan kalor sebanyak 286
kJ per mol hidrogen. Pada tabel dibawah ini dapat dibandingkan kalor
yang dihasilkan oleh hidrogen dengan kalor yang dihasilkan oleh
bahan bakar lain.
Tabel 2 Nilai Kalor pada Berbagai Macam Bahan Bakar
Kalor yang dihasilkan (kJ)
Bahan Bakar
Per gram Per mol Per
liter
Gas Hidrogen 143 286 12
Hidrogen Cair 142 285 9970
Gas metan 55 882 36
LPG 50 2220 25600
Oktana cair 48 5512 3400

2.7.3 Penyimpanan Hidrogen


Hidrogen dapat disimpan dengan cara berikut:
a. Hidrogen dicairkan dan disimpan pada suhu -253oC. dalam
hal ini memerlukan tangki khusus dan mahal. Hidrogen cair
perlahan-lahan menguap dan dapat meledak. Energi untuk
mencairkan hydrogen kira- kira 40% energi yang dihasilkan
pada pembakaran.
b. Dapat disimpan dalam tangki berukuran tinggi kira-kira 30
kali dibandingkan tangki berisi bensin yang menghasilkan
energi yang sama.
c. Dapat disimpan dalam aliasi logam. Hidrogen dapat
menempati ronggadiantara atom aliasi logam dan membentuk
hidrida (hidrida interstisi). Hidrida logam ini aman untuk
pengisian hidrogen karena tidak meledak jika gas dibakar.
2.7.4 Penggunaan hidrogen
a. Sintesis amonia.
b. Pembuatan asam nitrat (oksidasi amonia menghasilkan NO;
amonia diperoleh dari hasil haber).
c. Pembuatan margarin. Minyak yang merupakan ester tidak
jenuh diubah menjadi senyawa yang jenuh menggunakan
katalis nikel Ramey.
d. Pembuatan bahan bakar “petroleum”. Dengan menggunakan
katalis, serbuk batu bara diubah menjadi minyak hdrokarbon
(petroleum hidrocarbon), kemudian disuling menjadi bensin,
minyak pelumas, dan sebagainya. 1 kg batu bara dapat
menghasilkan 1 dm3 bensin).
e. Sintesa metanol.
f. Hidrogen adalah gas yang paling ringan. Sering digunakan
untuk balon meteorologi.
g. Digunakan sebagai cairan krigonik untuk menghasilkan suhu
rendah.
h. Reaksi dengan O2 menghasilkan energi besar. Pembakar
(obor) oksihidrogen dapat menghasilkan suhu 2500oC. Oleh
karena kalor pembakaran yang besar 120 kJ/g cairan hidrogen
digunakan sebagai bahan bakar roket.
i. Dalam jangka panjang untuk mengatasi problema energi,
hidrogen dapat menarik perhatian, karena bahan baku air
berlimpah-limpah.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3. 1 Alat Percobaan

Gambar 3.1.1 tabung Raksi Gambar 3.1.2 Pipa U Gambar 3.1.3 Elektroda
`

Gambar 3.1.4 Gelas piala Gambar 3.1.5 stopwatch Gambar 3.1.6 Pipet Skala

3.2 Bahan Percobaan


a. Larutan KI 0,25 M
b. Larutan FeCl3
c. Indikator PP
d. NH4OH
e. CHCl3

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Elekrolisis Larutan KI
Pertama menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, setelah itu
memasukan larutan Kalium Iodida (KI 0,25 M) kedalam tabung U,
kemudian pasang elektroda dan dihubungkan dengan sumber arus searah
6 votl selama 5 menit, setelah itu putuskan arusnya, kemudian catat
perubahan yang terjadi didalam ruangan anoda dan katoda, setelah itu
menyiapkan 3 buah tabung reaksi, kemudian mengisi tabung (1) dan (2)
dengan larutan dalam ruangan katoda sebanyak 2 ml, tabung (3) diisi
dengan larutan dalam ruang anoda sebanyak 2 ml. kemudian pada tabung
(1) menambahkan larutan FeCl3 sebanyak 1 ml, pada tabung (3) diisi
dengan larutan CHCl3, kemudian mengocok tabung reaksi dan amatilah
perubahan yang terjadi.
3.3.2 Elektrolisis Larutan FeCl3
Pertama menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, setelah itu
memasukan larutan Besi Klorida (FeCl3) kedalam tabung U, kemudian
pasang elektroda dan dihubungkan dengan sumber arus searah 6 votl
selama 5 menit, setelah itu putuskan arusnya, kemudian catat perubahan
yang terjadi didalam ruangan anoda dan katoda, setelah itu menyiapkan 4
buah tabung reaksi, kemudian mengisi tabung (1) dan (2) dengan larutan
dalam ruangan katoda sebanyak 2 ml, dan pada tabung (3) dan (4) deangan
larutan dalam ruangan anoda sebanyak 2 ml, setelah itu tabung reaksi (1)
dan (3) menambahkan indikator PP sebanyak 1 tetes, dan pada tabung
reaksi (2) dan (4) menambahkan larutan NH4OH sebanyak 2 ml,
kemudian amatilah dan catatlah perubahan yang terjadi. Lalu bandingkan
larutan FeCl3 yang sudah dielektrolsis dan yang belum dieletrolisis.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Pengamatan
a. Elektrolisis Larutan KI

Setelah
Warna Setelah ditambahkan
Ruang ditambahkan
Larutan CHCl3
FeCl3

Katoda Kuning Merah batu -

Anoda Perak - Pink

KI Kuning - -

b. Elektrolisis Larutan FeCl3

Setelah
Warna Setelah ditambahkan
Ruang ditambahkan
Larutan NH4OH
indikator PP

Katoda Orange Kuning Orange Cerah

Kuning (ada
Anoda Orange Orange Cerah
endapan)
FeCl3 Orange - -

4.2 Reaksi
a. Elektrolisis Larutan KI
Di Katoda : 2H2O + 2e- H2 + 2OH
DI Anoda : 2l l2 + 2e-

Reaksi sel : 2H2O + 2I H2 + 2OH


b. Elektrolisis Larutan FeCl3
Di Katoda : FeCl3 Fe3+ + Cl-

DI Anoda : 3Cl- Cl2 + 3e-

Reaksi sel : Fe3+ + 3e- Fe

4.3 Pembahasan
4.3.1. Elektrolisis Larutan KI
Bila suatu larutan elektrolit diberikan arus listrik searah melalui elektroda
maka terjadi peristiwa elektrolisis. Pada percobaan ini yang dielektrolisis adalah
larutan KI. Setelah melakukan langkah - langkah percobaan, dapat dilihat adanya
perubahan baik pada ruang katoda maupun anoda. Pada ruang katoda
ditambahkan FeCl3 terbentuk lapisan berwarna merah batu dan beberapa ml
larutan dari ruang anoda ditambahkan CHCl3 ternyata terbentuk lapisan berwarna
pink.
4.3.2. Elektrolisis Larutan FeCl3
Bila suatu suatu larutan elektolit diberikan arus listrik searah melalui
elektroda maka terjadi peristiwa elektrolisis. Pada percobaan, dapat yang
elektrolisis adalah larutan FeCl3. Setelah dilakukan langkah-langkah
percobaan, dapat dilihat perubahan warna pada ruang katoda dan anoda
yaitu orange. Setelah ditambahkan indikator penolftalin (PP) maka
menghasilkan warna Kuning pada katoda dan kuning (ada endapan) pada
anoda. Kemudian pada ruang katoda dan anoda ditambahkan NH4OH
terbentuk lapisan berwarna orange cerah.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada elektrolisis, reaksi yang terjadi pada anoda adalah reaksi
oksidasi sedangkan reaksi yang terjadi dikatoda adalah reaksi reduksi. Pada
sel volta, anoda (–) dan katoda (+), sedangkan pada sel elektrolisis sebaliknya,
anode (+) dan katode (–). Pada sel elektrolisis anode dihubungkan dengan
kutub positif sumber energi listrik, sedangkan katode dihubungkan dengan
kutub negatif. Oleh karena itu pada sel elektrolisis di anode akan terjadi reaksi
oksidasi dan di katode akan terjadi reaksi reduksi. Elektroda adalah benda
yang digunakan sebagai penghantar arus listrik (konduktor).
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat dan bahan ditambahkan agar mahasiswa dapat
melakukan semua praktikum dan waktu untuk praktikum
ditambahkan agar tidak terburu buru saat melakukan praktikum.
Kemudian langit – langit dan juga dinding agar sekiranya bisa di
renovasi pada bagian yang sudah terkelupas.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Saran saya untuk kakak asisten agar fokus mengajari
praktikannya dengan baik dan tidak melakukan kegiatan lain saat
sedang berlangsungnya praktikum.
5.3 Ayat yang berhubungan
”Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa
mereka tidak beriman?”. (Q.S. Al-Anbiya: 30)
Ayat diatas menyebutkan bahwa ”Allah jadikan segalah sesuatu yang
hidup berasal dari air”. Hal ini relevan dengan elektrolisis dimana air berperan
sebagai elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA

Afan, M. Bin, Purwantono, P., Mulianti, M., & Rahim, B. (2020). Pengaruh Suhu
Penyimpanan Elektroda Low Hydrogen E7016 Terhadap Hasil Uji Tekuk
Sambungan Las Pelat Baja Karbon SS400. Jurnal Rekayasa Mesin, 15(1).
Alfansury Siregar, M., Umurani, K., & Septiawan Damanik, W. (2020). Pengaruh
Jenis Katoda Terhadap Gas Hidrogen Yang Dihasilkan Dari Proses
Elektrolisis Air Garam. In Media Mesin : Majalah Teknik Mesin (Vol. 21,
Issue 2).
Dadang, R. (2018). Kajian Terhadap Besaran Daya Dan Efisiensi Alat Perangkat
Generator Hho Sederhana Tipe Dry Cell Sebagai Bahan Paduan Pembakaran
Dalam Pada Kendaraan Bermotor. Jurnal Teknik Mesin Cakram, 1(1).
Febyanti, A. D., Sidauruk, S., & Fatah, A. H. (2020). Kesulitan Siswa Kelas XII
MIA SMA Negeri Di Kota Palangka Raya Tahun Ajaran 2018/2019 Dalam
Memahami Konsep Sel Elektrolisis Yang Ditelusuri Menggunakan Instrumen
Two Tier Multiple Choiche. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang, 11(1).
Harahap, M. R. (2016). Sel Elektrokimia: Karakteristik Dan Aplikasi. CIRCUIT:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 2(1).
Hartoyo, F. (2016). Hukum Faraday Dan Aplikasinya. Hukum Faraday Dan
Aplikasinya.
Mawahib, M. Z., Jokosisworo, S., & Yudo, H. (2017). Pengujian Tarik Dan Impak
Pada Pengerjaan Pengelasan SMAW Dengan Mesin Genset Menggunakan
Diameter Elektroda Yang Berbeda. Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi Kelautan, 14(1).
Putra, A. M. (2012). Analisis Produktifitas Gas Hidrogen Dan Gas Oksigen Pada
Elektrolisis Larutan Koh. Jurnal Neutrino.
Sinta, T., Pandia, A. B., Sumarni, W., Annisa Izzania, R., & Kunci, K. (2021a).
Chemistry In Education Pengembangan Alat Peraga Uji Daya Hantar Listrik
Berbasis Stem Dan Pengaruhnya Terhadap Literasi Kimia Peserta Didik. Cie,
10(1).
Sinta, T., Pandia, A. B., Sumarni, W., Annisa Izzania, R., & Kunci, K. (2021b).
Chemistry In Education Pengembangan Alat Peraga Uji Daya Hantar Listrik
Berbasis Stem Dan Pengaruhnya Terhadap Literasi Kimia Peserta Didik. Cie,
10(1).
Siregar, M. A., Umurani, K., & Damanik, W. S. (2020). Pengaruh Jenis Katoda
Terhadap Gas Hidrogen Yang Dihasilkan Dari Proses Elektrolisis Air Garam.
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin, 21(2).
Https://Doi.Org/10.23917/Mesin.V21i2.10386
Supiah, I. (2010). Perilaku Sel Elektrolisis Air Dengan Elektroda Stainless Steel.
Prosiding Seminar Nasional Kimia Dan Pendidikan Kimia, 03(02).

Anda mungkin juga menyukai