ELEKTROLISIS
Disusun Oleh :
Asisten
(Nur Farhana)
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel elektrolisis merupakan ilmu yang mempelajari perubahan
energi. Berlawanan dengan reaksi redoks spontan, yang menghasilkan
perubahan energi kimia menjadi energi listrik, elektrolisis ialah proses yang
menggunakan energi listrik agar reaksi kimia nonspontan dapat terjadi. Sel
elektrolitik ialah alat untuk melaksanakan elektrolisis. Asas yang sama
mendasari elektrolilis dan proses yang berlangsung dalam sel galvanik.
Konsumsi energi global semankin meningkat setiap tahun sekitar
1.5% tercatat sejak 2010 dari jumlah keseluruhan energi yang dibutuhkan
dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Darurat energi juga sudah
disampaikan oleh pemerintah Indonesia melalui BPPT dengan alasan
konsumsi bahan bakar yang terus meningkat setiap tahunnya dengan
indikator produksi minyak bumi sejak 1991 terus mengalami penurunan.
Pemerintah menargetkan pada tahun 2018 produksi minyak sekitar 800 ribu
barel per hari, namun hingga akhir juli data Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral mengatakan bahwa produksi miyak masih sekitar 773 ribu
barel, jumlah ini jauh dibawah tahun sebelumnya yang dapat mencapai 949
ribu barel per hari. Kekhawatiran meningkatnya produksi CO2 juga menjadi
perhatian karena membahayakan lingkungan tempat tinggal makhluk hidup
semngkin terancam maka dibutuhkan sumber daya energi terbarukan seperti
angin, matahari maupun energi yang berasal dari proses kimia yang ramah
lingkungan. Memisahkan unsur H2 dari H2O dengan proses elektrolisis
reaksi Redoks menghasilkan hidrogen sebagai bahan bakar yang bersih dan
ramah lingkungan untuk mesin pembakaran dalam merupakan salah satu
solusi menjawab dari ketergantungan terhadap energi yang bersumber dari
bahan fosil dan berbahaya. Gas hidrogen sangat baik digunkan sebagai
bahan bakar karena memiliki sifat yang mudah terbakar dengan kepadatan
energy gravimetric yang tinggi atau nilai kalor sekitar 142 MJ/Kg dan
terrendah 120 MJ/Kg pada temperatur 25℃ (Siregar et al., 2020)
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari proses elektrolisis larutan KI dan FeCl3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Elektrolisis
Elektrolisis merupakan proses elektrokimia dengan memanfaatkan
energi listrik yang mengalir melalui katoda dan anoda didalam wadah yang
berisi elektrolit. Dibutuhkan dua elektroda yang menghubungkan aliran
listrik dari sumber arus agar terjadi rekasi kimia yaitu pada sisi positif
disebut anoda dan pada sisi negative disebut katoda. Jenis anoda dan katoda
diambil dari golongan logam yang bersifat netral seperti stainless steel.
Reaksi yang dihasilkan akan berbeda jika kita menggunakan jenis elektroda
yang berbeda, hal ini juga akan mempengaruhi produksi gas hidrogen yang
dihasilkan. Ada tiga jenis elektroda yang akan digunkan pada penelitian ini
yaitu stainless steel, aluminium dan tembaga (Siregar dkk., 2020)
Elektrolisis merupakan reaksi dekomposisi dalam suatu elektrolit oleh
arus listrik. Air merupakan elektrolit sangat lemah yang dapat terionisasi
menjadi ion-ion H+ dan OH-, sehingga memungkinkan untuk dilakukan
elektrolisis untuk dipecah menjadi gas-gas hidrogen dan oksigen. Proses
elektrolisis air berjalan sangat lambat sehingga perlu diupayakan cara-cara
untuk meningkatkan efisiensi produk, misalnya dengan penambahan zat
terlarut yang bersifat elektrolit, modifikasi elektroda atau dengan cara-cara
lain yang mampu meningkatkan efisiensi produk. Pada penelitian ini dicoba
melakukan elektrolisis akuades, air sumur dan larutan soda dengan
menggunakan elektroda stainless steel selama 900 detik dengan tegangan
12 V. Selama proses elektrolisis dilakukan pengamatan terhadap perubahan
temperatur dan pH dalam selang waktu tertentu, yang selanjutnya
digunakan untuk mempelajari perilaku sel elektrolisis.Berdasarkan data
variasi temperatur dan pH selama proses elektrolisis dapat dibuat
termogram temperatur dan waktu serta kurva perubahan pH untuk setiap sel
elektrolisis. Untuk masing-masing sel elektrolisis ternyata memberikan
termogram dan kurva pH yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
masing-masing sel elektrolisis memiliki perilaku yang berbeda, yang
menunjukkan bahwa jenis dan atau kuantitas material yang terlibat pada
proses elektrolisis dapat berbeda (Supiah, 2012)
Proses elektrolisis air sedang dikembangkan untuk menghasilkan
hidrogen. Namun, karena proses elektrolisis membutuhkan energi listrik
sebagai pemicu reaksi, proses ini memberikan efisiensi yang relatif rendah.
Proses elektrolisis berfungsi jika ketersediaan sumber energi listrik mudah
diperoleh dengan harga murah. Pengujian dengan variasi jarak katoda dan
anoda, campuran elektrolit dan jenis elektroda yang digunakan terus
dikembangkan untuk mengurangi jumlah energi listrik yang digunakan
dalam proses elektrolisis sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sosial,
tetapi belum belum menuai hasil yang memuaskan. Penelitian ini
menggunakan sumber arus baterai 12V, dan jarak yang telah ditetapkan
pada katoda dan anoda ialah 80 mm,120 mm dan 200 mm. Jenis elektroda
yang digunakan Stainless steel, Aluminium dan Tembaga, dengan jumlah
campuran garam yang terlarut ialah 250 gram dalam lima liter air, atau 50
gram perliter air. Hasil dari pengujian, tekanan gas yang dihasilkan oleh
elektroda yang berbahan stainless steel lebih tinggi dibandingkan oleh
elektroda yang berbahan aluminium dan tembaga dan semakin dekat jarak
elektroda maka tekanan gas yang dihasilkan semakin tinggi. Dengan
menggunakan manometer tabung U tekanan gas hidrogen tertinggi diukur
pada elektroda stainless steel pada sisi katoda jarak 80 mm sebesar 9733 Pa.
Sedangkan tekanan hydrogen pada elektroda aluminium pada sisi katoda
9246.8 Pa, dan tekanan hidrogen terendah diukur pada elektroda tembaga
6034 Pa. Hasil pengujian menunjukkan perbedaan tekanan dari setiap jenis
elektroda (Alfansury Siregar dkk., 2020)
Alat elektrolisis terdiri atas sel elektrolisis yang berisi elektrolit
(larutan atau leburan). Pada elektrolisis biasa kita selalu menggunakan
elektroda yang sama dimasukkan dalam larutan yang bersangkutan. Pada
elektrolisis yang menghasilkan H2 dan O2 ternyata timbulnya kedua gas ini
baru mulai setelah E lebih besar dari 1,7 Volt Ada 2 prinsip yang khas
dari elektrolisis yaitu kaitan antara beda potensial yang digunakan dan
arus yang mengalir melalui sel elektrolisis. Serta discas yang selektif
diantara ion-ion pada permukaan elektroda. Pada potensial-urai tiba-
tiba bertambah, pada saat elektrolisis mulai berlangsung pada elektron.
Menghasilkan hidrogen dan oksigen (Putra, 2012)
Elektrolisis adalah pengurangan suatu elektrolit oleh arus listrik pada
sel-sel elektrolisis, dimana molekul air (H2O) menjadi molekul hidrogen
dan oxigen (O2) yang menggunakan arus listrik dalam larutan elektrolit.
Proses ini terjadi pada susunan plat dengan ukuran dan ruas kisi-kisi yang
telah ditentukan. Jumlah plat ada sebelas, dan hanya dua plat yang diberikan
hantaran arus listrik langsung pada baterai DC dikutub positif dan negative.
Dari dua kutub tersebut terjadi reaksi reduksi (katoda) dan reaksi oksidasi
(anoda) dalam air yang di alirkan arus listrik langsung mengalir melalui
sistem (Dadang, 2018)
2.2 Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan
sumber energi listrik untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi. Secara
teoritis, sel elektrolisis merupakan bagian dari sel elektrokimia. Pada sel
elektrolisis katoda memiliki muatan negatif sedangkan anoda memiliki
muatan positif. Sesuai dengan prinsip kerja arus listrik. Terdiri dari zat yang
dapat mengalami proses ionisasi, elektrode dan sumber listrik (baterai).
Larutan akan mengalami ionisasi menjadi kation dan anion. Kation di
katoda akan mengalami reduksi sedangkan di anoda akan mengalami
oksidasi. Salah satu aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan logam
emas dengan menggunakan larutan elektrolit yang mengandung unsur emas
(Au). Hal ini dilakukan untuk melapisi kembali perhiasan yang kadar
emasnya sudah berkurang (Harahap, 2016)
Sel elektrolisis merupakan ilmu yang mempelajari proses perubahan
energi listrik menjadi energi kimia. Sel elektrolisis khususnya sangat
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga menjadi salah satu hal
penting dalam bidang kimia, namun konsep ini sendiri memiliki tingkat
keabstrakan yang cukup tinggi (Febyanti dkk., 2020)
2.2.1 Susunan sel elektrolisis
a. Anoda (+)
Berhubungan dengan kutub (+) sumber arus, anion dari
elektrolit menuju katoda, mengalami oksidasi, dan melepas
elektron.
b. Katoda (-)
Berhubungan dengan kutub (-) sumber arus, kation dari
elektrolit menuju katoda, mengalami reduksi, dan menerima
elektron.
2.2.2 Aturan sel elektrolisis
a. Kation yang sukar tereduksi pada katoda sel elektrolisis, yaitu
logam alkali (IA), logam alkali tanah (IIA), Al dan Mn.
b. Elektroda inert adalah elektroda yang sukar bereaksi, yaitu
elektroda Pt, Au dan C.
2.2.3 Reaksi – reaksi sel elektrolisis
a. Jika kation sukar tereduksi, maka H2O tereduksi menjadi H2.
2H2O(l) + 2e 2OH– (aq) + H2(g)
b. Jika kation tidak sukar tereduksi, maka kation logam tersebut
yang tereduksi menjadi logamnya.
Mx+(aq) + x e M(s)
c. Ion H+ dari asam tereduksi menjadi H2.
2H+ (aq) + 2e H2(g)
d. Jika elektrolit berupa berupa lelehan / leburan / cairan (tidak
mengandung air), maka kation apapun tetap tereduksi menjadi
logamnya.
2.3 Elektroda
Pengelasan merupakan proses penyambungan logam dengan
menggunakan bahan tambah berupa elektroda. Sebelum melakukan
pengelasan salah satu faktor penting yaitu perlakuan elektroda. Hal tersebut
penting dilakukan terutama pada perlakuan penyimpanan elektroda tipe
basic low hydrogen (E7016). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
pemanasan elektroda dapat menghindari retak sambungan las pada uji face
bend. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkapkan pengaruh
perlakuan suhu penyimpanan elektroda terhadap uji tekuk sambungan las.
Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, dimana
penelitian dilakukan dengan memberi perlakuan pada suhu penyimpanan
elektroda. Elektroda diberi perlakuan suhu penyimpanan dengan variasi 40°
C, 80° C, dan 120° C selama 30 menit. Elektroda yang digunakan yaitu jenis
low hydrogen (E7016) dan material sampel menggunakan pelat SS400.
Sambungan las menggunakan kampuh V tunggal dan pengelasan sampel
menggunakan proses shield metal arc welding (Afan dkk., 2020)
Sel elektrolisis atau elektroda adalah sel elektrokimia yang bereaksi
secara tidak spontan (Eosel (-) atau ∆G>0), karena energi listrik disuplai dari
sumber luar dan dialirkan melalui sebuah sel. Elektrolisis diartikan juga
sebagai peristiwa penguraian zat elektrolit oleh arus listrik searah,
melainkan juga mengalami perubahan-perubahan kimia. Perubahan kimia
yang terjadi selama elektrolisis dapat dilihat sekitar elektroda. Elektroda
merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari sebuah penghantar
elektrolit (misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik. Elektroda positif
(+) disebut anoda sedangkan elektroda negatif (-) adalah katoda (Svehla,
1985). Reaksi kimia yang terjadi pada 4 elektroda selama terjadinya
konduksi listrik disebut elektrolisis dan alat yangdigunakan untuk reaksi ini
disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis memerlukan energi untuk memompa
elektron. Dalam pengelasan las listrik menggunakan energi listrik yang
dihasilkan dari mesin genset akan mempengaruhi hasil lasan karena naik
turunnya tegangan voltase. Voltase harus disesuaikan dengan bahan
material yang akan dilas termasuk pemilihan kawat elektroda yang sesuai.
Sambungan las tumpul atau butt joint adalah sambungan yang paling sering
ditemui di kapal, umumnya pelat yang digunakan memiliki tebal yang sama.
Sedangkan dalam proses pengelasan, kawat elektroda merupakan bagian
penting dalam menentukan kualitas hasil pengelasan (Mawahib dkk., 2017)
Shield metal arc welding (SMAW) merupakan proses menyambung
logam dengan mencairkannya melalui pemanasan menggunakan busur
elektroda. Bahan tambah dalam proses las ini menggunakan elektroda habis
pakai yang dilapisi oleh fluks untuk melindungi cairan las dari proses
oksidasi. Saat proses penyambungan logam dilakukan bahan tambah
tersebut akan mencair bersamaan dengan logam yang disambung dan cairan
akan membeku sehingga menghasilkan sambungan las. Proses pengelasan
ini banyak digunakan di industri pemeliharaan dan perbaikan, kontruksi
baja struktur serta industri fabrikasi. Keuntungan dari las ini yaitu peralatan
murah, serbaguna untuk melakukan pengelasan pada berbagai variasi
desain sambungan las, jenis logam, ketebalan logam, posisi las, dan
peralatan mudah untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
Sebelum melakukan pengelasan salah satu faktor penting yaitu perlakuan
elektroda. Bahan pelindung elektroda jenis low hydrogen (E7016) memiliki
batas kadar maksimum kelembapan yaitu 0,6%. Penyimpanan elektroda
E7016 di lapangan umumnya setelah selesai digunakan disimpan kembali
pada kemasannya sehingga tidak cukup terlindungi dari udara sekitarnya
dan menyebabkan bahan pelindung menjadi lembap. Akibat kondisi
pelindung elektroda yang lembap dapat menyebabkan terjadinya cacat pada
hasil las seperti spatters dan porosity Selain itu, keberadaan cacat las pada
sambungan dapat mengurangi kekuatan dan tingkat mutu sambungan las.
Secara visual kelembapan bahan pelindung elektroda dapat dilihat pada
kondisi bahan pelindungnya, elektroda yang lembap cenderung memiliki
warna gelap. Penyimpanan elektroda tipe ini harus pada tempat yang kering
dan terhindar dari lingkungan yang lembap. Untuk penyimpanan elektroda
jenis low hydrogen (E7016) setelah dibuka dari kemasan pabrik dapat
disimpan pada suhu 30° C – 140° C (Mawahib dkk., 2017)
Penelitian tentang suhu penyimpanan atau pemanasan elektroda telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu Habib melakukan penelitian dengan
tujuan mengetahui pengaruh perlakuan pemanasan elektroda terhadap uji
tarik dan struktur mikro, hasilnya menunjukkan bahwa kualitas sambungan
las diperoleh dengan hasil yang baik dengan pemanasan suhu yang tinggi.
Gumono telah melakukan studi perbandingan suhu penyimpanan elektroda
untuk mengetahui kekerasan sambungan las, hasilnya menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan nilai kekerasan dan kekerasan maksimum didapat pada
suhu 75° C. Wibowo dalam penelitiannya melakukan pengujian tarik, face
bend, dan kekerasan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemanasan dan
tanpa pemanasan pada elektroda. Pada hasil pengujian tersebut perlakuan
suhu 150° menghindari retak dan menghasilkan kekuatan sambungan las
paling optimal.
Hasil dari beberapa penelitian sebelumnya dapat digunakan untuk
mengetahui efek suhu pemanasan terhadap sifat sambungan las. Walaupun
demikian, hasil penelitian belum dapat mengidentifikasi cacat sambungan
las dengan baik. Selain itu, diantara penelitian sebelumnya tidak mengkaji
pengaruh suhu penyimpanan elektroda terhadap pengujian root bend. Oleh
karena itu, perlu adanya studi pengujian tekuk sambungan las lebih lanjut
terutama dalam mengidentifikasi retak las. Dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan lebih lanjut pengaruh suhu penyimpanan elektroda
terhadap hasil uji tekuk sambungan las kampuh V tunggal pada material
pelat SS400 (Mawahib dkk., 2017)
Parameter Keterangan
0
Titik lebur -259,14 C
Titik didih -252,87 0C
Warna tidak berwarna
Bau tidak berbau
Densitas 0,08988 g/cm3 pada 293 K
Kapasitas panas 14,304 J/g0K
Nilai Kalor 142 KJ/gram
Gambar 3.1.1 tabung Raksi Gambar 3.1.2 Pipa U Gambar 3.1.3 Elektroda
`
Gambar 3.1.4 Gelas piala Gambar 3.1.5 stopwatch Gambar 3.1.6 Pipet Skala
Setelah
Warna Setelah ditambahkan
Ruang ditambahkan
Larutan CHCl3
FeCl3
KI Kuning - -
Setelah
Warna Setelah ditambahkan
Ruang ditambahkan
Larutan NH4OH
indikator PP
Kuning (ada
Anoda Orange Orange Cerah
endapan)
FeCl3 Orange - -
4.2 Reaksi
a. Elektrolisis Larutan KI
Di Katoda : 2H2O + 2e- H2 + 2OH
DI Anoda : 2l l2 + 2e-
4.3 Pembahasan
4.3.1. Elektrolisis Larutan KI
Bila suatu larutan elektrolit diberikan arus listrik searah melalui elektroda
maka terjadi peristiwa elektrolisis. Pada percobaan ini yang dielektrolisis adalah
larutan KI. Setelah melakukan langkah - langkah percobaan, dapat dilihat adanya
perubahan baik pada ruang katoda maupun anoda. Pada ruang katoda
ditambahkan FeCl3 terbentuk lapisan berwarna merah batu dan beberapa ml
larutan dari ruang anoda ditambahkan CHCl3 ternyata terbentuk lapisan berwarna
pink.
4.3.2. Elektrolisis Larutan FeCl3
Bila suatu suatu larutan elektolit diberikan arus listrik searah melalui
elektroda maka terjadi peristiwa elektrolisis. Pada percobaan, dapat yang
elektrolisis adalah larutan FeCl3. Setelah dilakukan langkah-langkah
percobaan, dapat dilihat perubahan warna pada ruang katoda dan anoda
yaitu orange. Setelah ditambahkan indikator penolftalin (PP) maka
menghasilkan warna Kuning pada katoda dan kuning (ada endapan) pada
anoda. Kemudian pada ruang katoda dan anoda ditambahkan NH4OH
terbentuk lapisan berwarna orange cerah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada elektrolisis, reaksi yang terjadi pada anoda adalah reaksi
oksidasi sedangkan reaksi yang terjadi dikatoda adalah reaksi reduksi. Pada
sel volta, anoda (–) dan katoda (+), sedangkan pada sel elektrolisis sebaliknya,
anode (+) dan katode (–). Pada sel elektrolisis anode dihubungkan dengan
kutub positif sumber energi listrik, sedangkan katode dihubungkan dengan
kutub negatif. Oleh karena itu pada sel elektrolisis di anode akan terjadi reaksi
oksidasi dan di katode akan terjadi reaksi reduksi. Elektroda adalah benda
yang digunakan sebagai penghantar arus listrik (konduktor).
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat dan bahan ditambahkan agar mahasiswa dapat
melakukan semua praktikum dan waktu untuk praktikum
ditambahkan agar tidak terburu buru saat melakukan praktikum.
Kemudian langit – langit dan juga dinding agar sekiranya bisa di
renovasi pada bagian yang sudah terkelupas.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Saran saya untuk kakak asisten agar fokus mengajari
praktikannya dengan baik dan tidak melakukan kegiatan lain saat
sedang berlangsungnya praktikum.
5.3 Ayat yang berhubungan
”Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa
mereka tidak beriman?”. (Q.S. Al-Anbiya: 30)
Ayat diatas menyebutkan bahwa ”Allah jadikan segalah sesuatu yang
hidup berasal dari air”. Hal ini relevan dengan elektrolisis dimana air berperan
sebagai elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
Afan, M. Bin, Purwantono, P., Mulianti, M., & Rahim, B. (2020). Pengaruh Suhu
Penyimpanan Elektroda Low Hydrogen E7016 Terhadap Hasil Uji Tekuk
Sambungan Las Pelat Baja Karbon SS400. Jurnal Rekayasa Mesin, 15(1).
Alfansury Siregar, M., Umurani, K., & Septiawan Damanik, W. (2020). Pengaruh
Jenis Katoda Terhadap Gas Hidrogen Yang Dihasilkan Dari Proses
Elektrolisis Air Garam. In Media Mesin : Majalah Teknik Mesin (Vol. 21,
Issue 2).
Dadang, R. (2018). Kajian Terhadap Besaran Daya Dan Efisiensi Alat Perangkat
Generator Hho Sederhana Tipe Dry Cell Sebagai Bahan Paduan Pembakaran
Dalam Pada Kendaraan Bermotor. Jurnal Teknik Mesin Cakram, 1(1).
Febyanti, A. D., Sidauruk, S., & Fatah, A. H. (2020). Kesulitan Siswa Kelas XII
MIA SMA Negeri Di Kota Palangka Raya Tahun Ajaran 2018/2019 Dalam
Memahami Konsep Sel Elektrolisis Yang Ditelusuri Menggunakan Instrumen
Two Tier Multiple Choiche. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang, 11(1).
Harahap, M. R. (2016). Sel Elektrokimia: Karakteristik Dan Aplikasi. CIRCUIT:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 2(1).
Hartoyo, F. (2016). Hukum Faraday Dan Aplikasinya. Hukum Faraday Dan
Aplikasinya.
Mawahib, M. Z., Jokosisworo, S., & Yudo, H. (2017). Pengujian Tarik Dan Impak
Pada Pengerjaan Pengelasan SMAW Dengan Mesin Genset Menggunakan
Diameter Elektroda Yang Berbeda. Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi Kelautan, 14(1).
Putra, A. M. (2012). Analisis Produktifitas Gas Hidrogen Dan Gas Oksigen Pada
Elektrolisis Larutan Koh. Jurnal Neutrino.
Sinta, T., Pandia, A. B., Sumarni, W., Annisa Izzania, R., & Kunci, K. (2021a).
Chemistry In Education Pengembangan Alat Peraga Uji Daya Hantar Listrik
Berbasis Stem Dan Pengaruhnya Terhadap Literasi Kimia Peserta Didik. Cie,
10(1).
Sinta, T., Pandia, A. B., Sumarni, W., Annisa Izzania, R., & Kunci, K. (2021b).
Chemistry In Education Pengembangan Alat Peraga Uji Daya Hantar Listrik
Berbasis Stem Dan Pengaruhnya Terhadap Literasi Kimia Peserta Didik. Cie,
10(1).
Siregar, M. A., Umurani, K., & Damanik, W. S. (2020). Pengaruh Jenis Katoda
Terhadap Gas Hidrogen Yang Dihasilkan Dari Proses Elektrolisis Air Garam.
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin, 21(2).
Https://Doi.Org/10.23917/Mesin.V21i2.10386
Supiah, I. (2010). Perilaku Sel Elektrolisis Air Dengan Elektroda Stainless Steel.
Prosiding Seminar Nasional Kimia Dan Pendidikan Kimia, 03(02).