Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN LARUTAN CuSO4 DARI KAWAT TEMBAGA Siti Masitoh 1112016200006 M.

Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

ABSTRAK
Elektrolisis ialah proses di mana energi listrik digunakan untuk mendorong agar reaksi redoks yang nonspontan bias terjadi. Hubungan kualitatif antara arus yang dipasok dan produk yang terbentuk dirumuskan oleh Faraday. Berlawanan dengan reaksi redoks spontan, yang menghasilkan perubahan energi kimia menjadi energi listrik, elektrolisis ialah proses yang menggunakan energi listrik agar reaksi kimia nonspontan dapat terjadi. Sel elektrolitik ialah alat untuk melaksanakan elektrolisis. Asas yang sama mendasari elektrolisis dan proses yang berlangsung dalam sel galvanik. Reaksi yang terjadi dalam proses elektrolisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut

Cu + H2SO4 CuSO4 + H2 CuSO4 Cu2+ + SO42Anoda: 2H+ + 2e- H2 Katoda: Cu Cu2+ + 2e2H+ + Cu H2 + Cu 2+ Serbuk Cu yang dihasilkan dari proses elektrolisis dapat membantu larutan merubah warnanya menjadi biru.

PENDAHULUAN
Energi adalah salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang paling penting. Sumber energi sangat diperlukan untuk memasak, transportasi, elektronik seperti TV dan komputer. Salah satu sumber energi utama untuk keperluan tersebut adalah baterai, atau yang disebut dengan sel elektrokimia (imc.kimia.undip.ac.id). Studi hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik disebut elektrokimia. Reaksi elektrolisis, dimana perubahan non-spontan terjadi dengan mengalirkan arus listrik melalui sistem kimia, adalah termasuk elektrokimia. Reakai spontan reduksi-oksidasi (reaksi redoks) yang dapat manghasilkan listrik juga termasuk elektrokimia. Perubahan yang terjadi dalam suatu sistem kimia karena reaksi elektrolisis dan reaksi redoks dibahas dalam reaksi elektrokimia (imc.kimia.undip.ac.id). Pada elektrokimia, elektroda tempat terjadinya reaksi kimia disebut katoda dan anoda. Pada katoda terjadi reaksi reduksi dan pada anoda reaksi oksidasi (imc.kimia.undip.ac.id). Oksidasi merupakan suatu proses di mana bilangan oksidasi unsur bertambah dan di mana electron terlihat di sisi kanan dari setengah-persamaan oksidasi. Reduksi merupakan sutu proses di mana bilangan oksidasi unsur menurun dan di mana electron terlihat di sisi kiri dari setengah-persamaan reduksi. Baik setengah-reaksi oksidasi maupun reduksi harus ada bersama-

sama. Selanjutnya, jumlah keseluruhan electron yang menyangkut rekasi oksidasi harus sama dengan jumlah keseluruhan elekton yang menyangkut proses reduksi (Petrucci, 2:1987). Dalam elektrolisis, sumber aliran listrik luar digunakan untuk mendesak elektron agar mengalir dalam arah yang berlawanan dengan aliran spontan. Jumlah perubahan kimia yang dihasilkan dalam suatu sel elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang melalui sel, seperti yang dinyatakan dalam hukum Faraday dari elektrolisis. Banyak proses industry penting menggunakan proses elektrolisis (Petrucci, 40:1987). Reaksi redoks dan sel elektrokimia. Persamaan yang menytakan reaksi redoks dapat disetarakan dengan menggunakan metode ion elektron. Reaksi redoks melibatkan transfer elektron dari zat pereduksi ke zat pengoksidasi. Dengan menggunakan kompartemen yang terpisah, reaksi redoks dapat digunakan untuk menghasilkan elektron yang mengalir di bagian luar pada suatu susunan yang dinamakan sel galvanik (Raymond Chang, 193: 2003). Elektrolisis ialah proses di mana energi listrik digunakan untuk mendorong agar reaksi redoks yang nonspontan bias terjadi. Hubungan kualitatif antara arus yang dipasok dan produk yang terbentuk dirumuskan oleh Faraday. Elektrolisis merupakan cara utama untuk memproduksi logam aktif serta nonlogam aktif dan banyak lagi bahan kimia yang penting di industri (Raymond Chang, 193: 2003). Berlawanan dengan reaksi redoks spontan, yang menghasilkan perubahan energi kimia menjadi energi listrik, elektrolisis ialah proses yang menggunakan energi listrik agar reaksi kimia nonspontan dapat terjadi. Sel elektrolitik ialah alat untuk melaksanakan elektrolisis. Asas yang sama mendasari elektrolisis dan proses yang berlangsung dalam sel galvanik (Raymond Chang, 219: 2003).

BAHAN DAN METODE


a. Alat dan bahan 1. Catu daya 2. Elektroda Cu lurus dan spiral

3. Gelas kimia 4. Gelas ukur 5. Kabel penghubung 6. Larutan H2SO4 7. Ampelas

b. Metode Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode elektrolisis. 1. Masukkan 100 ml larutan H2SO4 ke dalam gelas kimia 2. Ampelas elektroda yang akan digunakan 3. Rangkai alat ekektrolisis, pasang elektroda Cu spiral pada kutub positif dan elektroda Cu lurus pada kutub negatif. 4. Hidupkan catu daya, amati perubahannya. 5. Keluarkan elektroda jika elektroda sudah banyak endapannya, lalu ampelas 6. Pasang kembali elektroda yang telah diampelas 7. Ulangi langkah 5 dan 6 sampai larutan CuSO4 terbentuk yang ditandai dengan perubahan warna menjadi biru.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Persamaan reaksi Persamaan reaksi yang terjadi ketika pembuatan CuSO4 adalah sebagai berikut: Cu + H2SO4 CuSO4 + H2 CuSO4 Cu2+ + SO42Anoda: 2H+ + 2e- H2 Katoda: Cu Cu2+ + 2e2H+ + Cu H2 + Cu 2+

Pembahasan Praktikum kali ini mengenai pembuatan larutan CuSO4 dari larutan H2SO4 dan kawat tembaga dengan menggunakan metode elektrolisis, di mana H2SO4 sebagai larutannya dan kawat Cu sebagai elektrodanya. Dari proses ini maka akan didapat larutan CuSO4. Proses deposisi elektrolisis merupakan cara yang banyak digunakan secara luas dalam pembuatan serbuk tembaga, berilium, besi, serta nikel. Kesesuaian antara material kimia dengan kondisi fisik selama elektrodeposisi memungkinkan untuk melonggarkan endapan yang menempel pada katoda, sehingga mudah untuk diserut menjadi serbuk (Riles Wattimena, 1). Tegangan yang harus diberikan untuk berlangsungnya proses elektrolisis merupakan jumlah potensial reversible anoda dan katoda, seluruh kelebihan potensial anoda dan katoda serta kelebihan potensial karena tahanan elektrolit. Variasi tegangan 1,0 ~ 1,5 volt, dan variasi tegangan 1 ~ 2 volt (Riles Wattimena, 4). Terjadi sedikit kesalahan dalam praktikum yang telah dilakukan, misalnya kesalah dalam mengganti elektroda. Elektroda terlalu cepat diganti dan diambil ketika reaksi sedang berlangsung, akibatnya pembuatan larutan CuSO4 menjadi lama. Sedangkan pergantian elektroda dilakukan agar dalam larutan tidak banyak kotoran yang mengendap, tetapi kotoran tersebut adalah serbuk Cu yang meluruh akibat proses elektrolisis. Serbuk Cu tersebut sedikit membuat larutan menjadi biru. Maka dalam praktikum yang telah dilakukan, larutan CuSO4 yang dibuat membutuhkan waktu lama untuk berubah menjadi warna biru, karena serbuk Cu tidak ada dalam larutan. Lamanya waktu pembuatan larutan CuSO4 ini juga dipengaruhi oleh besar voltase yang digunakan. Semakin besar voltase maka proses pembuatan larutan CuSO4 akan semakin cepat. Tetapi dalam praktikum yang telah dilakukan voltase yang digunakan hanya 0 V. karena catu daya yang digunaka sedikit bermasalah. Jadi, jika terjadi reaksi redoks maka elektron bergerak melalui kabel circuit (arus DC) dan ion bergerak di dalam cairan. Aliran ion dalam cairan disebut hantaran elektrolit. Pada hantaran elektrolit, terjadinya migrasi ion terutama karena perbedaan jumlah antara ion (+) dan ion (-) dalam kumpulan ion (+) atau (-) sehingga tidak stabil, sehingga dalam cairan ada

kecenderungan untuk mempertahankan muatan listrik yang netral dan ini dilakukan dengan aliran ion (imc.kimia.undip.ac.id).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum mengenai pembuatan larutan CuSO4 dari kawat tembaga yang telah dilakukan, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Studi hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik disebut elektrokimia. Reaksi elektrolisis, dimana perubahan non-spontan terjadi dengan mengalirkan arus listrik melalui sistem kimia, adalah termasuk elektrokimia. 2. Serbuk Cu yang dihasilkan dari proses elektrolisis dapat membantu larutan merubah warnanya menjadi biru. 3. Lamanya waktu pembuatan larutan CuSO4 juga dipengaruhi oleh besar voltase yang digunakan. Semakin besar voltase maka proses pembuatan larutan CuSO4 akan semakin cepat. 4. Pada hantaran elektrolit, terjadinya migrasi ion terutama karena perbedaan jumlah antara ion (+) dan ion (-) dalam kumpulan ion (+) atau (-) sehingga tidak stabil, sehingga dalam cairan ada kecenderungan untuk mempertahankan muatan listrik yang netral dan ini dilakukan dengan aliran ion.

DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimi Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat-Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Anonim. mata-kuliah/kimia-dasar-ii/bab-3-sel-elektrokimia. http://imc.kimia.undip.ac.id.

Diakses pada 7 April 2014. Pukul 21.28 WIB.

Wattimena, Riles. Analisa Pembuatan Serbuk Tembaga Hasil Proses Elektrorefining Metode Laboratorium. http://www.polines.ac.id. Diakses pada 9 April 2014. Pukul 12.39 WIB.

Anda mungkin juga menyukai