PENDAHULUAN
Asam laktat (CH3CHOHCOOH) merupakan senyawa kimia yang banyak
digunakan dalam industri. Nama IUPAC dari asam laktat yaitu 2-hydroxypropanoic
acid. Senyawa asam ini memiliki beberapa sifat seperti tak berwarna sampai
kekuningan, larut dalam air, alkohol, eter, dan korosif. Asam laktat banyak digunakan
sebagai bahan baku polimer untuk bidang farmasi, kedokteran, dan pertanian (Achmadi
et al 2017). Selain itu, senyawa ini merupakan salah satu produk metabolit sekunder
yang banyak digunakan sebagai monomer dalam proses produksi polimer plastik
biodegradable asam polilaktat atau Polylactic Acid (PLA). Asam laktat dapat
diproduksi melalui dua cara, yaitu secara kimiawi dan fermentasi mikrob (Hasbullah
dan Nurdiansyah 2018). Polimerisasi adalah proses pembentukan polimer dari
monomernya. Reaksi tersebut akan menghasilkan polimer dengan susunan ulang
tertentu (Cowd 1991). Proses polimerisasi terbagi menjadi dua, yaitu adisi dan
kondensasi (Handayani 2010). Praktikum ini bertujuan melihat pengaruh dari
perubahan suhu dan waktu pemanasan terhadap PLA yang didapatkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Cara Polimerisasi
Proses polimerisasi terbagi menjadi dua, yaitu adisi dan kondensasi.
Polimerisasi kondensasi adalah proses terbentuknya polimer dari monomer fungsional
dengan reaksi kondensasi dengan melepaskan beberapa molekul sederhana.
Polimerisasi kondensasi bereaksi lambat dan bertahap. Polimerisasi adisi adalah proses
terbentuknya polimer dari monomer, dengan terlebih dahulu terjadi proses pembukaan
ikatan rangkap tanpa harus kehilangan molekul-molekul yang sederhana. Polimerisasi
adisi berlangsung cepat dan serentak (Handayani 2010). Keuntungan dari polimerisasi
ini adalah reaksinya sangat mudah dan murah. Kelemahan penggunaan katalis ini
adalah produk yang didapat akan terkontaminasi oleh logam tersebut sehingga tidak
aman sebagai pembungkus makanan dan biomedis (Andiyani et al 2017).
Stannous Oktat
Polimerisasi asam laktat dengan metode kondensasi dapat menggunakan katalis
logam, seperti Zn dan Sn. Stannous oktoat atau Sn(Oct2) merupakan katalis berbasis
Sn untuk sintesis laktida, karena menghasilkan derajat rasemisasi yang rendah pada
suhu tinggi, tingkat keracunannya sangat rendah daripada katalis logam yang lain, dan
prosedur pemurnian dari PLA telah diketahui dengan baik (Kricheldorf dan Lee, 1995).
Stannous oktoat memiliki titik didih lebih dari 200°C, sehingga dapat mengontrol laju
polimerisasi dan terjadinya rasemisasi pada suhu tinggi (Tamyiz, 2012).
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah gelas piala 50 ml, termometer 200 °C, gelas
ukur 50 ml, hot plate, neraca, pipet tetes, dan gelas pengaduk. Bahan yang digunakan
adalah asam laktat.
Prosedur Percobaan
Pertama, sebanyak 20 ml asam laktat dimasukkan ke dalam 3 gelas piala 50 ml
berbeda yang ditandai dengan A1 dan A2. Selanjutnya, bobot awal asam laktat
ditimbang dengan menggunakan neraca. Kemudian gelas piala tersebut dipanaskan
pada suhu 120 °C selama 1 jam atau telah terjadi perubahan warna larutan asam laktat
dari tidak berwarna menjadi seperti kekuningan. Setelah itu, larutan diaduk dan
masing-masing gelas piala dipanaskan selama 30 menit (A1) dan 50 menit (A2) pada
suhu 120 °C. Lalu, gelas piala dipindahkan dari hot plate dan dibiarkan hingga
mencapai suhu kamar. Terakhir, PLA ditimbang dan diamati warna masing-masing
PLA yang didapat.
(a) (b)
PEMBAHASAN
Poli asam laktat atau Polylactic Acid (PLA) memiliki rumus kimia
(CH3CHOHCOOH)n. Polimer ini memiliki ciri-ciri biokompatibel, biodegradable,
dan berasal dari sumber daya terbarukan (Andiyani et al 2017). Poli asam laktat dapat
dibuat dengan menggunakan polimerisasi kondensasi. Prinsip utama dari polimerisasi
ini adalah terjadinya proses penghilangan molekul air (H2O) yang disebabkan oleh
pemanasan. Proses sintesa PLA dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu
condensation polymerization, azeotropic polymerization, dan ring opening
polymerization.
SIMPULAN
Lamanya waktu dan suhu pemanasan yang dibutuhkan akan berpengaruh
terhadap jumlah rendemen dan bobot molekul PLA yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi SS, Azhari A, Nurjannah L, Suryani. 2017. Produksi asam laktat oleh
lactobacillus delbuereckii subsp. bulgaris dengan sumber karbon tetes tebu.
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia 9 (1): 1-9.
Achmadi SS, Haryadi Y, Ibrahim A, Wijaya HC. 2006. Polikondensasi azeotropik
asam laktat menjadi poli asam laktat sebagai bahan baku kemasan. Jurnal Sains
Materi Indonesia 8 (1): 58-64.
Analy J, Hutagaol RP, Nurchayanti L. 2011. Sintesis poli asam laktat berbobot molekul
rendah memakai katalis stannum. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa
Bangsa 1 (1): 81-86.
Andayani T, Barleany DR, Prasetya B, Rahmayetti, Suhendi E. 2017. Polylactic acid
synthesis via direct polycondensation method using candida rugosa lipase
catalyst. World Chemical Engineering Journal 1 (5): 70-74.
Cowd M. 1991. Kimia Polimer. Bandung(ID): ITB.
Handayani PA. 2010. Polimerisasi poliakrilamid dengan metode mixed-solvent
precipitation dalam pelarut etanol-air. Jurnal Polimerisasi Akrilamid. 8(1): 69-
78.
Hasbullah UHA, Nurdyansyah F. 2018. Optimasi fermentasi asam laktat oleh
lactobacillus casei pada media fermentasi yang disubtitusi tepung kulit pisang.
Jurnal Biologi 11 (1): 64-71.
Kricheldorf SG, Malkin A. 1997. Rheokinetics of free radical polymerization of
acrylamide in an aqueous solution. Polymer Engineering and Science. 37. 1331
-1340.
Tamyiz M. 2012. Pengaruh konsentrasi katalis timah (ii) oktoat terhadap viskositas dan
massa molekul poli(asam laktat) pada polimerisasi asam laktat dengan metode
ring opening polymerization. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.