Ganjil/2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
2
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Elektrokimia
Konsep elektrokimia merupakan cabang ilmu yang mempelajari aspek
elektronik dan reaksi kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia
dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Elektrokimia
merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan elektronyang
terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri dari
elektrodapositif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda
tersebut akan dialiri oleh aruslistrik sebagai sumber energi dalam pertukaran
elektron. Konsep elektrokimia didasari olehreaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan
larutan elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan darirekasi reduksi dan
oksidasi yang berlangsung secara bersamaan. Pada reaksi reduksi terjadi peristiwa
penangkapan elektron sedangkan reaksi oksidasi merupakan peristiwa pelepasan
elektron yang terjadi pada media pengantar pada sel elektrokimia (Atkins, 1999).
Elektrokimia pada dasarnya berpegang pada pemahaman tentang hubungan
antara senyawa listrik dan kimia. Elektrokimia merupakan studi yang mempelajari
bagaimana reaksi kimia dapat menimbulkan tegangan listrik dan tegangan listrik
terbalik dapat menyebabkan reaksi kimia dalam sel elektrokimia. Konversi energi
dari bentuk kimia ke bentuk listrik dan sebaliknya adalah inti dari elektrokimia.
Ada dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel galvanik dan elektrolit. Sel galvanik
adalah sel yang menghasilkan tenaga listrik ketika sel mengalami reaksi kimia
sedangkan Sel elektrolit adalah sel yang mengalami reaksi kimia ketika tegangan
listrik diterapkan. Elektrolisis dan korosi adalah contoh dari proses penting seperti
yang ada pada elektrokimia. Prinsip-prinsip dasar elektrokimia didasarkan pada
rasio tegangan antara dua zat dan memiliki kemampuan untuk bereaksi satu sama
lain. Semakin lama logam dalam elemen galvanik yang terpisah dalam seri
tegangan elektrokimia, semakin kuat listrik akan terekstrak. Teori Elektro-kimia
dan metode elektrokimia memiliki aplikasi praktis dalam teknologi dan industri
dalam banyak cara. Penemuan dan pemahaman reaksi elektrokimia telah
memberikan kontribusi untuk mengembangkan sel bahan bakar dan baterai, dan
3
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
pemahaman logam relatif terhadap satu sama lain dalam elektrolisis dan korosi
(Sukardjo, 1997).
Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat
terjadinya serah terima elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan
larutan. Larutan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit
kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan bukan elektrolit . Larutan elektrolit kuat
merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut yang dapat mengantarkan
arus listrik sangat baik sehingga proses serah terima elektron berlangsung cepat
dan energi yang dihasilkan relatif besar. Sedangkan larutan elektrolit lemah
merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut cenderung terionisasi
sebagian sehingga dalam proses serah terima elektron relatif lambat dan energi
yang dihasilkan kecil. Namun demikian proses elektrokimia tetap terjadi. Untuk
larutan bukan elektrolit, proses serah terima electron tidak terjadi. Pada proses
elektrokimia tidak terlepas dari logam yang dicelupkan pada larutan disebut
elektroda. Terdiri dari katoda dan anoda (Harahap, 2016).
2.2 Jenis-jenis Elektroda
A. Elektroda Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu
elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial
setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap
komposisi larutan yang sedang selidiki.. Pasangan electrode pembanding adalah
elektrode indikator (disebut juga working electrode) yang potensialnya
bergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki. Syaratnya adalah
(Masteron, 2009) :
1. Mematuhi persamaan Nernst bersifat reversible.
2. Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu.
3. Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil.
4. Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu.
5. Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal.
4
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
B. Elektroda Indikator
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial
elektrodanya bergantung terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur.
Jenis-jenis elektroda indicator antara lain (Skoog, 2004) :
1. Elektroda indikator logam
a. Elektroda jenis pertama
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi
Mn+ dalam Mn+|M reaksi setengah redoks. Elektroda jenis pertama merupakan
elektroda logam murni yang memepertukarkan kationnya langsung dengan
logamnya.Elektroda jenis pertama tidak banyak digunakan karena sangat tidak
selektif dan merespon kation lainnya yang mudah tereduksi. Kelemahan dari
elektroda ini tidak terlalu selektif, kadang bereaksi dengan katon lain yang
lebih mudah tereduksi, elektroda logam dangat mudah teroksidasi.
b. Elektroda jenis ke-2
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi X
dalam MXn|M reaksi setengah redoks. Logam tidak hanya merespon
kationnya tetapi juga merespon anion yang membentuk endapan sedikit larut
dan kompleks stabil dengan kationnya. Elektroda jenis ini memiliki ion-ion
yang tidak bertukar elektron langsung dengan elektrodanya. Sebagai gantinya,
anion akan mengatur konsentrasi kation yang bertukar elektron dengan
elektroda.
c. Elektroda redoks
Elektroda inert yang dapat menjadi sumber elektron bagi reaksi setengah
redoks.
C. Elektroda Membran
Pada elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau
kepada membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran membiarkan ion-ion
jenis tertentu menembusnya, namun menghentikan ion-ion lain. Jenis – jenis dari
elektroda membrane yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari ataupun di
labaratorium yaitu (Jeffery, 1978) :
1. Potensial membran
5
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
6
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
7
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
kandungan ion logam perlu digunakan elektrode indikator membran jenis lain
yaitu elektroda selektif-ion (Harvey, 2000).
8
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
9
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
.......... (2.1)
Penulisan notasi sel volta mengikuti konvensi umum sebagai berikut.
1. Komponen-komponen pada kompartemen anoda (setengah sel oksidasi)
ditulis pada bagian kiri, sedangkan komponen-komponen pada kompartemen
katoda (setengah sel reduksi) ditulis pada bagian kanan.
2. Tanda dua garis vertikal ( || ) melambangkan jembatan garam yang
memisahkan kedua setengah sel.
3. Tanda satu garis vertikal ( | ) melambangkan batas fase antara komponen-
komponen dengan fase berbeda. Sebagai contoh, Ni(s) | Ni2+(aq)
mengindikasikan bahwa Ni padat berbeda fase dengan larutan Ni2+.
4. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam
fase yang sama. Sebagai contoh, suatu sel volta dengan anoda Co dan katoda
inert Pt, di mana terjadi oksidasi Co menjadi Co2+ dan reduksi Fe3+ menjadi
Fe2+, dinotasikan sebagai berikut.
......... (2.2)
5. Jika diperlukan, konsentrasi dari komponen-komponen terlarut ditulis dalam
tanda kurung. Sebagai contoh, jika konsentrasi dari larutan Zn2+ dan Cu2+
adalah 1 M keduanya, maka dituliskan seperti berikut.
.......(2.3)
10
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
produk dan reaktan dalam larutan 1 M dan tekanan gas setiap produk dan reaktan
1 atm) disebut potensial sel standar (E°sel). Nilai potensial sel sama dengan selisih
potensial kedua elektrode. Menurut kesepakatan, potensial elektrode standar
mengacu pada potensial reaksi reduksi (McMurry, 2016).
............................. (2.4)
Katode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih besar (positif),
sedangkan anode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih kecil (negatif).
Data nilai potensial elektrode standar dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah
(Silberberg, 2015).
D. Reaksi Redoks Spontan
Kespontanan reaksi redoks dapat diprediksi dari nilai potensial reaksi redoks
tersebut. Nilai potensial reaksi redoks sama dengan nilai potensial sel, yaitu
selisih antara potensial reduksi katode (reaksi reduksi) dengan potensial reduksi
anode (reaksi oksidasi). Suatu reaksi redoks akan berlangsung spontan ke arah
pembentukan produk bila potensial reaksinya bernilai positif (Purba, 2007).
................... (2.5)
11
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
12
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
....................... (2.6)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang
membedakan
sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter
diganti dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin
dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan
ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda
yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C).
Sel elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks. Pada
sel elektrolisis, katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi. Pada
katoda,
1. Kation (K+)
2. Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan
atau lelehan).
Pada anoda, yaitu :
1. Anion (A-).
13
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
2. Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan
atau lelehan).
14
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
digunakan dua elektrode yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda.
Elektrode dalam larutan pekat merupakan katode (tempat terjadinya reaksi
reduksi) sedangkan elektrode dalam larutan encer merupakan anode (tempat
terjadinya reaksi oksidasi).
Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan karena
larutan-larutan yang diperikan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan
bukan konsentrasi kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati atau terdiscas
habis, barulah sistem itu berada dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0
dan faktor K dalam persamaan Nernst setara dengan tetapan kesetimbangan. Jadi
persamaan nernst merupakan persamaan yang menyatakan hubungan antara
potensial dari sebuah elektron ion-ion metal dan konsentrasi dari ion dalam
sebuah larutan.
Eoreduksi merupakan potensial reduksi zat yang mengalami reduksi
sedangkan Eooksidasi merupakan potensial reduksi zat yang mengalami oksidasi.
Kegunaan potensial reduksi standar adalah: Meramalkan kemampuan oksidasi dan
reduksi dari zat. Semakin positif nilai E0, semakin bertambah daya oksidasi zat,
atau zat merupakan oksidator yang baik. Sebaliknya, semakin negatif nilai E0,
semakin bertambah daya reduksi zat, atau zat merupakan reduktor yang baik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Esel adalah konsentrasi. Persamaan
yang menghubungkan konsentrasi dengan Esel dinamakan persamaan Nernst.
Bentuk persamaan Nernst untuk reaksi aA + bB → cC + dD , adalah sebagai
berikut:
............................ (2.7)
Keterangan :
F = konstanta Faraday
n = jumlah elektron yang dipertukarkan dalam reaksi redoks
Untuk perhitungan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, aktivitas
dapat diganti dengan konsentrasi sebagai berikut :
..........(2.8)
15
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat yang digunakan
1. Kertas Saring
2. Kabel
3. Kertas amplas
4. Ampermeter
5. Hot plate
6. Labu ukur 100 ml
7. Gelas ukur 100 ml
8. Gelas piala 500 ml, 100 ml
9. Penjepit
10. Lembaran seng dan tembaga
11. Termometer
12. Sumber arus DC
13. Stopwatch
14. Pipet ukur
15. Batang pengaduk
16. Spatula
17. Kaca arloji
18. Neraca analitik
16
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
Gambar 3.1
5. Larutan dipanaskan dalam gelas piala sampai suhu mencapai 80oC dan
suhu juga dijaga supaya konstan.
6. Pada saat suhu sudah konstan 80oC, aliran listrik dihubungkan dan
dialirkan melalui larutan(2). Pada waktu yang sama waktu dicatat dengan
stopwatch. Arus listrik harus dijaga konstan selama percobaan. (Lihat pada
power suply)
7. Setelah 10 menit, aliran listrik dimatikan, anoda dibersihkan dengan air
kemudian dikeringkan dengan tissu.
8. Anoda ditimbang sekali lagi.
17
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
2. Larutan jenuh NH4NO3 atau KNO3 (± 10-20 ml) disiapkan. Buat jembatan
garam dengan selembar kertas saring digulung dan direkatkan
menggunakan selotip dibagian tengahnya untuk mencegah gulungan
terbuka.
3. Disiapkan dua gelas piala 100 ml,yang satu diisi dengan CuSO4 1,0 M (±
60 ml) dan yang lainnya dengan ZnSO4 1,0 M. Elektroda-elektroda logam
dicelupkan dan dihubungkan dengan kabel.
Gambar 3.2
4. Kertas saring yang telah dibentuk jadi gulungan tadi dicelupkan kedalam
larutan jenuh NH4NO3, kelebihan amonium nitrat dihilangkan dengan
menggunakan kertas saring lain, kemudian ditempatkan sedemikian rupa
sehingga kedua ujung gulungan tercelup kedalam larutan yang berada pada
kedua gelas piala.
5. Diamati nilai GGL dengan menggunakan Multi tester yang distel pada
posisi mV. Catat
6. Disiapkan 100 ml larutan CuSO4 0,1 M dengan jalan pengenceran larutan
CuSO4 1,0 M
7. Larutan CuSO4 1,0 M diganti dengan CuSO4 0,1 M, larutan ZnSO4 jangan
diganti.
8. Cuci dan bersihkan kembali kedua elektroda dengan kertas amplas. Ganti
jembatan garam dengan yang baru dan kemudian ukur dan catat nilai GGL
dengan menggunakan
9. Ulangi langkah (7), tapi menggunakan larutan CuSO4 yang lebih encer
10. Catat hasil percobaan.
18
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
Tabel 4.1 Hasil percobaan elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
Jenis Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Perubahan Berat (gr) Waktu (s)
4.2. Pembahasan
4.2.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
Pada tahap ini terjadi proses elektrolisis pada lempengan Zn dan Cu
dengan larutan NaCl. Pada tahapan ini, terdapat gelembung di sekitaran
lempengan Zn dan Cu. Gelembung tersebut menunujukkan adanya aktivitas
elektrik di dalam larutan. Hal ini terjadi karena terjadinya aliran electron dari
katoda Cu/Cu+2 menuju kelarutan sehingga ion positif mengalami reduksi pada
katoda Cu/Cu+2 tersebut sedangkan ion negatif dari larutan akan ditarik keanoda
Zn/Zn+2 sekaligus mengalami oksidasi pada anoda Zn/Zn+2tersebut. Untuk reaksi
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Katoda (Cu) : 2H2O(l) + 2e- 2OH- (aq) + H2(g)
Anoda (Cu) : Cu(s) Cu+2(aq) + 2e-
2NaCl + 2H2O(l) + Cu(s)2Na+(aq) + 2Cl-(aq) + 2OH- (aq) + Cu+2+ H2(g)
19
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
Pada larutan NaCl, kation Na+ berasal dari golongan utama sehingga yang
direduksi adalah H2O, sedangkan yang dioksidasi adalah elektroda Cu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa gelembung-gelembung yang terbentuk disekitar elektroda
merupakan gas H2 hasil dari reduksi air pada katoda dan yang menjadikan larutan
yang berwarna hijau di awal, yang kemudian merah merupakan logam Cu yang
teroksidasi.
4.1.2 Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst
Percobaan ini menggunakan larutan ZnSO4 1 M dan larutan CuSO4
dengan konsentrasi 1M; 0.1M; 0.01 M dan 0.001 M. Konsentrasi larutan CuSO4
dibuat semakin kecil yang tujuannya untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Cu
terhadap nilai Eosel. Untuk menemukan hubungannya, digunakan rumus Nernst.
Persamaan Nernst untuk reaksi setengah-sel elektrokimia adalah :
Pada persamaan tersebut αoks berbanding lurus dengan E (volt). Pada kasus ini,
yang mengalami oksidasi adalah Cu. Perubahan aktivitas elektron pada Cu (αoks)
berbanding lurus dengan molaritas (konsentrasi). Jadi, nilai konsentrasi juga
mempengaruhi nilai E. Semaikn besar nilai dari konsentrasi senyawa yang
mengalami oksidasi, semakin besar juga nilai E-nya, dan berlaku sebaliknya.
Dengan begitu, apabila konsentrasi Cu diperkecil, maka nilai E juga mengecil.
20
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat adalah sebagai berikut :
1. Pada sel elektrolisis salah satu elektroda (anoda) mengalami penambahan
massa sedangkan elektroda lain mengalami penurunan massa
2. Pada sel elektrolisis larutan berubah dari bening menjadi merah
kecoklatan setelah dialiri listrik. Hal ini membuktikan bahwa sel
elektrolisis merupakan sel yang memerlukan energi listrik agar reaksi
kimia dapat berlangsung
3. Pada percobaan GGL (gaya gerak listrik), semakin kecil konsentrasi
CuSO4.5H2O maka GGL yang diperoleh semakin kecil, begitupun
sebaliknya.
4. Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan anion
dan kation pada larutan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi
dapat berlangsung terus-menerus.
5. Hubungan antara energi bebas Gibbs dan potensial sel arus nol ( E ) dapat
diturunkan dengan memperhatikan perubahan G pada saat reaksi sel
bertambah dengan kuantitas yang sangat kecil.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah sebelum praktikum hendaknya
praktikan memahami langkah-langkah percobaan dengan baik, praktikan harus
mempersiapkan alat dan bahan dan pastikan alat dalam kondisi baik.
21
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020
DAFTAR PUSTAKA
22