Anda di halaman 1dari 22

Praktikum Kimia Fisika/03/S.

Ganjil/2019-2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Elektrokimia merupakan ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi
kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan
dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Sel elektrokimia adalah
tempat terjadinya aliran elektron yang ditimbulkan oleh perubahan energi kimia
menjadi energi listrik atau sebaliknya. Dua macam sel elektrokimia, yaitu sel volta
dan sel elektrolis. Suatu sel elektrokimia terdiri dari dua elektroda yang disebut
katoda dan anoda dalam larutan elektrolit.
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk
menghasilkan reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam
masyarakat kita. Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh
aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari. Baterai aki yang sedang diisi
kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk
berupa bahan kimia yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan
menggunakan listrik dalam sel elektrolisis.
Elektro kimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan
interkonvensi energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi
redaksi (oksidasi-reduksi) dimana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi
spontan diubah menjadi listik atau dimana energi listrik yang di lepas oleh reaksi
non spontan bisa terjadi. Dilepasnya elektron oleh suatu unsur selama oksidasi di
tandai dengan meningkatnya bilangan oksidasi unsur tersebut. Dalam reduksi,
terjadi penurunan bilangan oksidasi karna diperolehnya oleh unsur tersebut
(chang, 2004).
Sel elektro kimia dapat diklasifikasikan sebagai sel galuani bila sel
digunakan untuk menghasilkan energi listrik (potensial sel positif) dan sel
eloktrolisasi bila sel memerlukan energi listrik dari suatu sumber. Secara definisi,
Katoda ialah suatu elektroda dimana reduksi, terjadi Anoda ialah suatu elektroda
dimana oksidasi terjadi (Hendayana, 1994).

1
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut yaitu :
 Menentukan bilangan Avogadro (N0) secara elektrolisis
 Menyusun dan mengukur GGL sel elektrokimia
 Mencoba menguji persamaan Nernst

2
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Elektrokimia
Konsep elektrokimia merupakan cabang ilmu yang mempelajari aspek
elektronik dan reaksi kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia
dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Elektrokimia
merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan elektronyang
terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri dari
elektrodapositif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda
tersebut akan dialiri oleh aruslistrik sebagai sumber energi dalam pertukaran
elektron. Konsep elektrokimia didasari olehreaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan
larutan elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan darirekasi reduksi dan
oksidasi yang berlangsung secara bersamaan. Pada reaksi reduksi terjadi peristiwa
penangkapan elektron sedangkan reaksi oksidasi merupakan peristiwa pelepasan
elektron yang terjadi pada media pengantar pada sel elektrokimia (Atkins, 1999).
Elektrokimia pada dasarnya berpegang pada pemahaman tentang hubungan
antara senyawa listrik dan kimia. Elektrokimia merupakan studi yang mempelajari
bagaimana reaksi kimia dapat menimbulkan tegangan listrik dan tegangan listrik
terbalik dapat menyebabkan reaksi kimia dalam sel elektrokimia. Konversi energi
dari bentuk kimia ke bentuk listrik dan sebaliknya adalah inti dari elektrokimia.
Ada dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel galvanik dan elektrolit. Sel galvanik
adalah sel yang menghasilkan tenaga listrik ketika sel mengalami reaksi kimia
sedangkan Sel elektrolit adalah sel yang mengalami reaksi kimia ketika tegangan
listrik diterapkan. Elektrolisis dan korosi adalah contoh dari proses penting seperti
yang ada pada elektrokimia. Prinsip-prinsip dasar elektrokimia didasarkan pada
rasio tegangan antara dua zat dan memiliki kemampuan untuk bereaksi satu sama
lain. Semakin lama logam dalam elemen galvanik yang terpisah dalam seri
tegangan elektrokimia, semakin kuat listrik akan terekstrak. Teori Elektro-kimia
dan metode elektrokimia memiliki aplikasi praktis dalam teknologi dan industri
dalam banyak cara. Penemuan dan pemahaman reaksi elektrokimia telah
memberikan kontribusi untuk mengembangkan sel bahan bakar dan baterai, dan

3
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

pemahaman logam relatif terhadap satu sama lain dalam elektrolisis dan korosi
(Sukardjo, 1997).
Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat
terjadinya serah terima elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan
larutan. Larutan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit
kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan bukan elektrolit . Larutan elektrolit kuat
merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut yang dapat mengantarkan
arus listrik sangat baik sehingga proses serah terima elektron berlangsung cepat
dan energi yang dihasilkan relatif besar. Sedangkan larutan elektrolit lemah
merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut cenderung terionisasi
sebagian sehingga dalam proses serah terima elektron relatif lambat dan energi
yang dihasilkan kecil. Namun demikian proses elektrokimia tetap terjadi. Untuk
larutan bukan elektrolit, proses serah terima electron tidak terjadi. Pada proses
elektrokimia tidak terlepas dari logam yang dicelupkan pada larutan disebut
elektroda. Terdiri dari katoda dan anoda (Harahap, 2016).
2.2 Jenis-jenis Elektroda
A. Elektroda Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu
elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial
setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap
komposisi larutan yang sedang selidiki.. Pasangan electrode pembanding adalah
elektrode indikator (disebut juga working electrode) yang potensialnya
bergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki. Syaratnya adalah
(Masteron, 2009) :
1. Mematuhi persamaan Nernst bersifat reversible.
2. Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu.
3. Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil.
4. Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu.
5. Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal.

4
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

B. Elektroda Indikator
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial
elektrodanya bergantung terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur.
Jenis-jenis elektroda indicator antara lain (Skoog, 2004) :
1. Elektroda indikator logam
a. Elektroda jenis pertama
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi
Mn+ dalam Mn+|M reaksi setengah redoks. Elektroda jenis pertama merupakan
elektroda logam murni yang memepertukarkan kationnya langsung dengan
logamnya.Elektroda jenis pertama tidak banyak digunakan karena sangat tidak
selektif dan merespon kation lainnya yang mudah tereduksi. Kelemahan dari
elektroda ini tidak terlalu selektif, kadang bereaksi dengan katon lain yang
lebih mudah tereduksi, elektroda logam dangat mudah teroksidasi.
b. Elektroda jenis ke-2
Elektroda logam yang potensialnya merupakan fungsi dari konsentrasi X
dalam MXn|M reaksi setengah redoks. Logam tidak hanya merespon
kationnya tetapi juga merespon anion yang membentuk endapan sedikit larut
dan kompleks stabil dengan kationnya. Elektroda jenis ini memiliki ion-ion
yang tidak bertukar elektron langsung dengan elektrodanya. Sebagai gantinya,
anion akan mengatur konsentrasi kation yang bertukar elektron dengan
elektroda.
c. Elektroda redoks
Elektroda inert yang dapat menjadi sumber elektron bagi reaksi setengah
redoks.

C. Elektroda Membran
Pada elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau
kepada membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran membiarkan ion-ion
jenis tertentu menembusnya, namun menghentikan ion-ion lain. Jenis – jenis dari
elektroda membrane yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari ataupun di
labaratorium yaitu (Jeffery, 1978) :
1. Potensial membran

5
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

Suatu perubahan potensial pada sebuah membran konduktif dimana sisi


yang berlawanan kontak (berhubungan) dengan larutan yang memiliki komposisi
berbeda.
2. Elektroda selektif ion
Sebuah elektroda dimana potensial membrannya merupakan fungsi
konsentasi dari satu ion tertentu.
3. Elektroda kaca
Sebuah elektroda selektif ion berdasarkan membran kaca yang potensial
terbentuk dari reaksi pertukaran ion pada permukaan membran.
4. Elektroda membran Kristal
Sebuah elektroda selektif ion yang didasarkan pada kelarutan yang kecil
dari bahan kristal anorganik. Tidak hanya kaca saja yang selektif terhadap kation,
tetapi beberapa zat padat lainnya juga selektif terhadap kation. Sebagai contoh
kristal tunggal lantanum florida yang bertindak sebagai membran digunakan
untuk menetapkan ion fluorida.Kristal itu dikontaminasi dengan suatu unsur tanah
langka, europium(II), untuk meningkatkan daya hantar listriknya. Elektroda ini
mampu merespon ion fluorida smpai konsentrasi 10-5 M.
5. Elekroda membran liquid
Sebuah elektroda selektif ion di mana chelating agen dimasukkan ke dalam
membran hidrofobik. Elektroda jenis ini menggunakan cairan yang tidak
bercampur dengan air sebagai membrannya. Elektroda membran cairan
menghasilkan potensial dari kedua larutan yang mengandung analit dan liquid-ion
exchanger. Cairan tersebut akan mengikat dengan selektif ion yang akan
ditetapkan. Sebagai contoh elektroda ion kalsium yang menggunakan suatu
penukar kation yang mengandung asam fosfat.
a) ISFETS
ISFET adalah ion-sensitif field effect transistor yangdigunakan untuk
mengukur konsentrasi ion dalam larutan, ketika konsentrasi ion (seperti H+, lihat
skala pH) mengalami perubahan, arus melalui transistor akan berubah sesuai. Di
sini, solusinya digunakan sebagai elektroda gerbang. Sebuah tegangan antara
substrat dan permukaan oksida muncul akibat selubung ion
b)Elektroda Enzim

6
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

Sebuah elektroda yang merespon konsentrasi substrat dengan mereaksikan


substrat dengan enzim yang statis, menghasilkan ion yang dapat dipantau dengan
ion-selektif elektroda.
D. Gas sensing probe
Gas sensing probe adalah sel galvani yang potensialnya tergantung kepada
konsentrasi gas dalam larutan. Pemilihan elektroda indicator harus memenuhi
beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap
konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi
harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst.
Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan
perbedaan tegangan. Sel untuk mengukur pH dengan elektrode kaca tersusun dari
suatu membrane kaca tipis yang melekat erat pada tabung berisi suatu elektrode
pembanding dalam, biasanya adalah elektrode perak-perak klorida, yang
diujungnya
ditempatkan kawat perak sebagai elektroda pembanding. Tabung dibenamkan
dalam larutan yang pH-nya akan diukur beserta dengan tabung elektroda kalomel,
yang keduanya dihubungkan ke pH meter (Rosenberg,1980).
Dibandingkan dengan elektrode indikator lain, elektrode kaca memiliki
beberapa keunggulan. Pertama, tidak ada zat asing yang ditambahkan ke dalam
larutan yang pH-nya akan diukur. Kedua, zat-zat yang mudah dioksidasi atau
direduksi dapat berada dalam larutan tanpa mengganggu. Ketiga, karena potensial
tidak bergantung pada ukuran fisik elektrode, maka elektrode dapat dibuat sangat
kecil sehingga dapat digunakan untuk mengukur larutan dengan volume yang
kecil. Selain itu, tidak ada permukaan katalitik yang mudah terkotori seperti pada
elektroda hidrogen, dan cocok untuk pengukuran berulang.
Pada proses penetapan pH suatu larutan secara potensiometri perlu
dilakukan terlebih dahulu kalibrasi elektrode indikator. Metode kalibrasi electrode
indikator ini dilakukan sebelum analisis potensiometri dilakukan untuk
memberikan beberapa keuntungan seperti kesederhanaan, kecepatan dan
keaplikatifan dalam penentuan nilai pH. Karena elektroda kaca ini spesifik untuk
ion H+, maka elektroda ini digunakan untuk mengukur pH, namun kurang cocok
apabila digunakan untuk analisis kandungan ion logam. Maka dalam penentuan

7
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

kandungan ion logam perlu digunakan elektrode indikator membran jenis lain
yaitu elektroda selektif-ion (Harvey, 2000).

2.3 Sel Galvani atau Sel Volta


Sel Volta merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik
diperoleh dari reaksi kimia yang berlangsung spontan. Beberapa literatur
menyebutkan juga bahwa sel volta sama dengan sel galvani. Diperoleh oleh
gabungan ilmuan yang bernama Alexander Volta dan Luigi Galvani pada tahun
1786. Bermula dari penemuan baterai yang berasal dari caian garam. Pada sel
Volta anoda adalah kutub negatif dan katoda kutub positif. Anoda dan katoda
akan dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang terhubung oleh jembatan garam.
Jembatan garam memiliki fungsi sebagai pemberi suasana netral (grounding) dari
kedua larutan yang menghasilkan listrik. Dikarenakan listrik yang dihasilkan
harus melalui reaksi kimia yang spontan maka pemilihan dari larutan elektrolit
harus mengikuti kaedah deret volta. Deret volta disusun berdasarkan daya
oksidasi dan reduksi dari masing-masing logam (Chang, 2016).
Sel Volta dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sel Volta primer merupakan sel
Volta yang tidak dapat diperbarui (sekali pakai) dan bersifat tidak dapat balik
(irreversible) contohnya baterai kering. Sel Volta sekunder merupakan sel Volta
yang dapat diperbarui (sekali pakai) dan bersifat dapat balik (reversible) ke
keadaan semula contohnya baterai aki. Sel Volta bahan bakar (full cell) adalah sel
Volta yang tidak dapat diperbarui tetapi tidak habis contohnya sel campuran
bahan bakar pesawat luar angkasa (Petrucci, 2017).

A. Susunan Sel Volta


1. Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.
2. Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
3. Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.
4. Rangkaian luar, yaitu kawat konduktor yang menghubungkan anode dengan
katode.
5. Jembatan garam, yaitu rangkaian dalam yang terdiri dari larutan garam.
Jembatan garam memungkinkan adanya aliran ion-ion dari setengah sel anode

8
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

ke setengah sel katode, dan sebaliknya sehingga terbentuk rangkaian listrik


tertutup.
Pada gambar di bawah, terlihat rangkaian sel volta dengan dua
kompartemen. Masing-masing kompartemen merupakan setengah sel. Pada
kompartemen kiri, dalam larutan ZnSO4 terjadi setengah reaksi oksidasi Zn
menjadi ion Zn2+, sedangkan pada kompartemen kanan, dalam larutan CuSO4
terjadi setengah reaksi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu. Logam Zn dan Cu yang
menjadi kutub-kutub listrik pada sel volta di atas disebut sebagai elektrode.
Logam Zn tempat terjadinya oksidasi Zn disebut anoda. Logam Cu tempat
terjadinya reduksi ion Cu2+ disebut katoda. Oleh karena elektron dilepas dari reaksi
oksidasi di anoda menuju reaksi reduksi di katoda, maka anoda adalah kutub
negatif dan katoda adalah kutub positif.

Gambar 2.1 Rangkaian sel volta dengan jembatan garam


Kedua kompartemen dihubungkan dengan pipa kaca berbentuk U yang
berisi larutan garam seperti NaNO3 atau KCl dalam medium agar-agar yang
disebut jembatan garam. Fungsi jembatan garam adalah untuk menetralkan
muatan listrik dari kedua kompartemen setelah reaksi redoks dengan menyuplai
anion ke kompartemen anoda dan kation ke kompartemen katoda; serta
memungkinkan terjadinya migrasi ion-ion pada kedua kompartemen sehingga
membentuk rangkaian listrik tertutup. Pada sel volta di atas, dengan jembatan
garam KNO3, ion NO3- akan bergerak ke arah anoda untuk menetralkan ion Zn2+
berlebih dari hasil oksidasi Zn; dan ion K+akan bergerak ke arah katoda untuk
menetralkan ion SO42- berlebih dari larutan CuSO4 oleh karena berkurangnya ion
Cu2+ setelah tereduksi menjadi logam Cu (Brown dkk, 2015).

9
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

B. Notasi Sel Volta


Susunan sel volta dapat dinyatakan dengan notasi sel volta yang disebut
juga diagram sel. Untuk contoh sel volta di atas, notasi selnya dapat
dinyatakan sebagai berikut.

.......... (2.1)
Penulisan notasi sel volta mengikuti konvensi umum sebagai berikut.
1. Komponen-komponen pada kompartemen anoda (setengah sel oksidasi)
ditulis pada bagian kiri, sedangkan komponen-komponen pada kompartemen
katoda (setengah sel reduksi) ditulis pada bagian kanan.
2. Tanda dua garis vertikal ( || ) melambangkan jembatan garam yang
memisahkan kedua setengah sel.
3. Tanda satu garis vertikal ( | ) melambangkan batas fase antara komponen-
komponen dengan fase berbeda. Sebagai contoh, Ni(s) | Ni2+(aq)
mengindikasikan bahwa Ni padat berbeda fase dengan larutan Ni2+.
4. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam
fase yang sama. Sebagai contoh, suatu sel volta dengan anoda Co dan katoda
inert Pt, di mana terjadi oksidasi Co menjadi Co2+ dan reduksi Fe3+ menjadi
Fe2+, dinotasikan sebagai berikut.

......... (2.2)
5. Jika diperlukan, konsentrasi dari komponen-komponen terlarut ditulis dalam
tanda kurung. Sebagai contoh, jika konsentrasi dari larutan Zn2+ dan Cu2+
adalah 1 M keduanya, maka dituliskan seperti berikut.

.......(2.3)

C. Potensial Sel Standar (E°sel)


Adanya arus listrik berupa aliran elektron pada sel volta disebabkan oleh
adanya beda potensial antara kedua elektrode yang disebut juga dengan potensial
sel (Esel) ataupun gaya gerak listrik (ggl) atau electromotive force (emf). Potensial
sel yang diukur pada keadaan standar (suhu 25°C dengan konsentrasi setiap

10
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

produk dan reaktan dalam larutan 1 M dan tekanan gas setiap produk dan reaktan
1 atm) disebut potensial sel standar (E°sel). Nilai potensial sel sama dengan selisih
potensial kedua elektrode. Menurut kesepakatan, potensial elektrode standar
mengacu pada potensial reaksi reduksi (McMurry, 2016).

............................. (2.4)
Katode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih besar (positif),
sedangkan anode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih kecil (negatif).
Data nilai potensial elektrode standar dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah
(Silberberg, 2015).
D. Reaksi Redoks Spontan
Kespontanan reaksi redoks dapat diprediksi dari nilai potensial reaksi redoks
tersebut. Nilai potensial reaksi redoks sama dengan nilai potensial sel, yaitu
selisih antara potensial reduksi katode (reaksi reduksi) dengan potensial reduksi
anode (reaksi oksidasi). Suatu reaksi redoks akan berlangsung spontan ke arah
pembentukan produk bila potensial reaksinya bernilai positif (Purba, 2007).

................... (2.5)

E. Deret Keaktifan Logam (Deret Volta)


Urutan unsur-unsur logam pada tabel potensial elektrode standar disebut juga
deret elektrokimia (deret volta). Deret ini memberikan informasi reaktivitas unsur
logam dalam suatu reaksi redoks (Brown dkk, 2015).

Gambar 2.2 Deret Volta


1. Reaktivitas unsur logam semakin berkurang dari kiri ke kanan.
2. Sifat reduktor (daya reduksi) logam semakin berkurang dari kiri ke kanan.
3. Kecenderungan logam untuk teroksidasi semakin berkurang dari kiri ke kanan.
4. Sifat oksidator (daya oksidasi) logam semakin bertambah dari kiri ke kanan.

11
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

5. Kecenderungan ion logam untuk tereduksi semakin bertambah dari kiri ke


kanan.

2.4 Bilangan Avogadro


Mol adalah satuan dasar SI yang mengukur jumlah zat. Istilah "mol"
pertama kali diciptakan oleh Wilhem Ostwald dalam bahasa Jerman pada tahun
1893, walaupun sebelumnya telah terdapat konsep massa ekuivalen seabad
sebelumnya. Istilah mol diperkirakan berasal dari kata bahasa Jerman Molekül.
Nama gram atom dan gram molekul juga pernah digunakan dengan artian yang
sama dengan mol, namun sekarang sudah tidak digunakan.
Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat suatu sistem yang mengandung
"entitas elementer" (atom, molekul, ion, elektron) sebanyak atom-atom yang
berada dalam 12 gram karbon-12. Sehingga:
a. satu mol besi mengandung sejumlah atom yang sama banyaknya dengan
satu mol emas;
b. satu mol benzena mengandung sejumlah molekul yang sama banyaknya dengan
satu mol air;
c. jumlah atom dalam satu mol besi adalah sama dengan jumlah molekul dalam
satu mol air.
Terdapat miskonsepsi yang umum bahwa mol didefinisikan menurut tetapan
Avogadro (juga disebut "bilangan Avogadro"). Namun kita tidak perlulah
mengetahui jumlah atom ataupun molekul yang ada dalam suatu zat untuk
menggunakan satuan mol, dan sebenarnya pula pengukuran jumlah zat dilakukan
pertama kali sebelum adanya teori atom modern. Definisi mutakhir mol disepakati
pada tahun 1960-an. Sebelumnya, definisi mol didasarkan pada berat atom
hidrogen, berat atom oksigen, dan massa atom relatif oksigen-16. Keempat
definisi ini memiliki tingkat perbedaan yang lebih kecil dari 1%.
2.5 Sel Elektrolisis
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi
energi kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah
elektrode dan larutan elektrolit. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi
berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang menyertai reaksi kimia

12
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

diubah menjadi energi listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kebalikan


dari sel volta/galvani yang potensial selnya negatif atau dengan kata lain, dalam
keadaan normal tidak akan terjadi reaksi dan reaksi dapat terjadi bila diinduksi
dengan energi listrik dari luar (Johari, 2008).
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia yang menimbulkan terjadinya
reaksi redoks yang tidak spontan dengan adanya energi listrik dari luar. Sel
elektrolisis memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non spontan
(ΔG>0) lingkungan melakukan kerja terhadap sistem. Contohnya adalah
elektrolisis lelehan NaCl dengan electrode platina. Contoh lainya baterai aki yang
dapat diisi
ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan
sehari-hari. Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi
listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air,
H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses
ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:

....................... (2.6)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang
membedakan
sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter
diganti dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin
dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan
ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda
yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C).
Sel elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks. Pada
sel elektrolisis, katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi. Pada
katoda,
1. Kation (K+)
2. Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan
atau lelehan).
Pada anoda, yaitu :
1. Anion (A-).

13
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

2. Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan
atau lelehan).

2.6 Persamaan Nernts


Walther Hermann Nernst adalah kimiawan Jerman yang menerapkan asas –
asas termodinamika ke sel listrik. Dia menciptakan sebuah persamaan yang
dikenal sebagai persamaan Nernst, yang menghubungkan voltase sel ke
propertinya. Lepas dari Joseph Thomson, ia menjelaskan mengapa senyawa
terionisasi dengan mudah dalam air. Penjelasan ini disebut aturan NernstThomson
yang menyatakan bahwa sulit halnya bagi ion yang ditangkap untu menarik satu
sama lain melalui insulasi molekul air, sehingga terdisosiasi.
Persamaan Nernst adalah persamaan yang melibatkan potensial sel dengan
konsentrasi suatu reaksi. Reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat
dilangsungkan pada kondisi tertentu untuk membangkitkan listrik. Dasarnya
bahwa reaksi oksidasi reduksi itu harus berlangsung spontan di dalam larutan air
jika bahan pengoksidasi dan pereduksi tidak sama. Dalam sel Galvani oksidasi
diartikan sebagai dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion dan reduksi
berarti diperolehnya elektron oleh partikel-partikel itu. Sebagai contoh reaksi
oksidasi sederhana dan berlangsung spontan adalah bila lembar tipis zink
dibenamkan dalam suatu larutan tembaga sulfat maka terjadi logam tembaga
menyepuh pada lembaran zink dan lembaran zink lambat laun melarut dan
dibebaskan energi panas.
Sel yang belum mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja
listrik ketika reaksi di dalamnya mengerakkan elektron-elektron melalui sirkuit
luar. Kerja yang dapat dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada
beda potensial antara kedua elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel
dan diukur dalam volt (V). Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron
tertentu yang berjalan antara kedua elekroda dapat melakukan kerja listrik yang
besar. Sebaliknya, jika potensial sel kecil maka elektron dalam jumlah yang sama
hanya dapat melakukan sedikit kerja.
Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja
dan sel demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi

14
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

digunakan dua elektrode yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda.
Elektrode dalam larutan pekat merupakan katode (tempat terjadinya reaksi
reduksi) sedangkan elektrode dalam larutan encer merupakan anode (tempat
terjadinya reaksi oksidasi).
Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan karena
larutan-larutan yang diperikan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan
bukan konsentrasi kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati atau terdiscas
habis, barulah sistem itu berada dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0
dan faktor K dalam persamaan Nernst setara dengan tetapan kesetimbangan. Jadi
persamaan nernst merupakan persamaan yang menyatakan hubungan antara
potensial dari sebuah elektron ion-ion metal dan konsentrasi dari ion dalam
sebuah larutan.
Eoreduksi merupakan potensial reduksi zat yang mengalami reduksi
sedangkan Eooksidasi merupakan potensial reduksi zat yang mengalami oksidasi.
Kegunaan potensial reduksi standar adalah: Meramalkan kemampuan oksidasi dan
reduksi dari zat. Semakin positif nilai E0, semakin bertambah daya oksidasi zat,
atau zat merupakan oksidator yang baik. Sebaliknya, semakin negatif nilai E0,
semakin bertambah daya reduksi zat, atau zat merupakan reduktor yang baik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Esel adalah konsentrasi. Persamaan
yang menghubungkan konsentrasi dengan Esel dinamakan persamaan Nernst.
Bentuk persamaan Nernst untuk reaksi aA + bB → cC + dD , adalah sebagai
berikut:

............................ (2.7)
Keterangan :
F = konstanta Faraday
n = jumlah elektron yang dipertukarkan dalam reaksi redoks
Untuk perhitungan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, aktivitas
dapat diganti dengan konsentrasi sebagai berikut :

..........(2.8)

15
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat yang digunakan
1. Kertas Saring
2. Kabel
3. Kertas amplas
4. Ampermeter
5. Hot plate
6. Labu ukur 100 ml
7. Gelas ukur 100 ml
8. Gelas piala 500 ml, 100 ml
9. Penjepit
10. Lembaran seng dan tembaga
11. Termometer
12. Sumber arus DC
13. Stopwatch
14. Pipet ukur
15. Batang pengaduk
16. Spatula
17. Kaca arloji
18. Neraca analitik

3.2 Bahan-bahan yang digunakan


1. NaCl
2. NaOH
3. Akuades
4. CuSO4.5H2O
5. ZnSO4.7H2O
6. NH4NO3
7. KNO3

16
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Elektrolisis untuk Menentukan Bilangan Avogadro
1. Dua buah lempeng tembaga yang akan digunakan sebagai elektroda
disiapkan, bersihkan dengan amplas.
2. Disiapkan larutan (terdiri dari 100 gram NaCl dan 10 gram NaOH dalam
1000 ml air) pemakaian 100ml.
3. Salah satu elektroda digunakan sebagai anoda. Elektroda ditimbang pada
neraca analitik.
4. Kedua elektroda tembaga dicelupkan kedalam 80 ml larutan (2) dalam
gelas piala, dan rangkaian alat disusun.

Gambar 3.1

5. Larutan dipanaskan dalam gelas piala sampai suhu mencapai 80oC dan
suhu juga dijaga supaya konstan.
6. Pada saat suhu sudah konstan 80oC, aliran listrik dihubungkan dan
dialirkan melalui larutan(2). Pada waktu yang sama waktu dicatat dengan
stopwatch. Arus listrik harus dijaga konstan selama percobaan. (Lihat pada
power suply)
7. Setelah 10 menit, aliran listrik dimatikan, anoda dibersihkan dengan air
kemudian dikeringkan dengan tissu.
8. Anoda ditimbang sekali lagi.

3.3.2 Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst


1. Potongan tembaga dan seng disiapkan. Permukaan logam dibersihkan
dengan kertas amplas.

17
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

2. Larutan jenuh NH4NO3 atau KNO3 (± 10-20 ml) disiapkan. Buat jembatan
garam dengan selembar kertas saring digulung dan direkatkan
menggunakan selotip dibagian tengahnya untuk mencegah gulungan
terbuka.
3. Disiapkan dua gelas piala 100 ml,yang satu diisi dengan CuSO4 1,0 M (±
60 ml) dan yang lainnya dengan ZnSO4 1,0 M. Elektroda-elektroda logam
dicelupkan dan dihubungkan dengan kabel.

Gambar 3.2
4. Kertas saring yang telah dibentuk jadi gulungan tadi dicelupkan kedalam
larutan jenuh NH4NO3, kelebihan amonium nitrat dihilangkan dengan
menggunakan kertas saring lain, kemudian ditempatkan sedemikian rupa
sehingga kedua ujung gulungan tercelup kedalam larutan yang berada pada
kedua gelas piala.
5. Diamati nilai GGL dengan menggunakan Multi tester yang distel pada
posisi mV. Catat
6. Disiapkan 100 ml larutan CuSO4 0,1 M dengan jalan pengenceran larutan
CuSO4 1,0 M
7. Larutan CuSO4 1,0 M diganti dengan CuSO4 0,1 M, larutan ZnSO4 jangan
diganti.
8. Cuci dan bersihkan kembali kedua elektroda dengan kertas amplas. Ganti
jembatan garam dengan yang baru dan kemudian ukur dan catat nilai GGL
dengan menggunakan
9. Ulangi langkah (7), tapi menggunakan larutan CuSO4 yang lebih encer
10. Catat hasil percobaan.

18
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
Tabel 4.1 Hasil percobaan elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
Jenis Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Perubahan Berat (gr) Waktu (s)

Anoda 3,26 3,22 0,04 600


Katoda 3,76 3,7 0,06 600

4.1.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst


Table 4.2 Hasil percobaan mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst
Larutan bagian anoda Larutan bagian katoda E sel (Volt)
Zn / Zn+2 Cu / Cu+2
1 (29˚C) 1 (29˚C) 113,6 x 10-3
1 (29˚C) 0,1 (29˚C) 59,2 x 10-3
1 (29˚C) 0,01 (29˚C) 36,6 x 10-3
1 (29˚C) 0,001 (29˚C) 34,2 x 10-3

4.2. Pembahasan
4.2.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
Pada tahap ini terjadi proses elektrolisis pada lempengan Zn dan Cu
dengan larutan NaCl. Pada tahapan ini, terdapat gelembung di sekitaran
lempengan Zn dan Cu. Gelembung tersebut menunujukkan adanya aktivitas
elektrik di dalam larutan. Hal ini terjadi karena terjadinya aliran electron dari
katoda Cu/Cu+2 menuju kelarutan sehingga ion positif mengalami reduksi pada
katoda Cu/Cu+2 tersebut sedangkan ion negatif dari larutan akan ditarik keanoda
Zn/Zn+2 sekaligus mengalami oksidasi pada anoda Zn/Zn+2tersebut. Untuk reaksi
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Katoda (Cu) : 2H2O(l) + 2e- 2OH- (aq) + H2(g)
Anoda (Cu) : Cu(s) Cu+2(aq) + 2e-
2NaCl + 2H2O(l) + Cu(s)2Na+(aq) + 2Cl-(aq) + 2OH- (aq) + Cu+2+ H2(g)

19
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

Pada larutan NaCl, kation Na+ berasal dari golongan utama sehingga yang
direduksi adalah H2O, sedangkan yang dioksidasi adalah elektroda Cu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa gelembung-gelembung yang terbentuk disekitar elektroda
merupakan gas H2 hasil dari reduksi air pada katoda dan yang menjadikan larutan
yang berwarna hijau di awal, yang kemudian merah merupakan logam Cu yang
teroksidasi.
4.1.2 Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst
Percobaan ini menggunakan larutan ZnSO4 1 M dan larutan CuSO4
dengan konsentrasi 1M; 0.1M; 0.01 M dan 0.001 M. Konsentrasi larutan CuSO4
dibuat semakin kecil yang tujuannya untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Cu
terhadap nilai Eosel. Untuk menemukan hubungannya, digunakan rumus Nernst.
Persamaan Nernst untuk reaksi setengah-sel elektrokimia adalah :

Pada persamaan tersebut αoks berbanding lurus dengan E (volt). Pada kasus ini,
yang mengalami oksidasi adalah Cu. Perubahan aktivitas elektron pada Cu (αoks)
berbanding lurus dengan molaritas (konsentrasi). Jadi, nilai konsentrasi juga
mempengaruhi nilai E. Semaikn besar nilai dari konsentrasi senyawa yang
mengalami oksidasi, semakin besar juga nilai E-nya, dan berlaku sebaliknya.
Dengan begitu, apabila konsentrasi Cu diperkecil, maka nilai E juga mengecil.

20
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat adalah sebagai berikut :
1. Pada sel elektrolisis salah satu elektroda (anoda) mengalami penambahan
massa sedangkan elektroda lain mengalami penurunan massa
2. Pada sel elektrolisis larutan berubah dari bening menjadi merah
kecoklatan setelah dialiri listrik. Hal ini membuktikan bahwa sel
elektrolisis merupakan sel yang memerlukan energi listrik agar reaksi
kimia dapat berlangsung
3. Pada percobaan GGL (gaya gerak listrik), semakin kecil konsentrasi
CuSO4.5H2O maka GGL yang diperoleh semakin kecil, begitupun
sebaliknya.
4. Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan anion
dan kation pada larutan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi
dapat berlangsung terus-menerus.
5. Hubungan antara energi bebas Gibbs dan potensial sel arus nol ( E ) dapat
diturunkan dengan memperhatikan perubahan G pada saat reaksi sel
bertambah dengan kuantitas yang sangat kecil.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah sebelum praktikum hendaknya
praktikan memahami langkah-langkah percobaan dengan baik, praktikan harus
mempersiapkan alat dan bahan dan pastikan alat dalam kondisi baik.

21
Praktikum Kimia Fisika/03/S.Ganjil/2019-2020

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Jilid I. Terjemahan Irma I. Kartohadiprojo.


Jakarta: Erlangga.
Brown, T.L. dkk . 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Chang, Raymond, Goldsby dan Kenneth A. 2016. Chemistry (12th edition). New
York: McGraw-Hill Education
Harahap, M.R. 2016. Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi. Jurnal.
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda
Aceh Kopelma Darussalam, Banda Aceh.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill
Comp.
Jeffery. G.H, 1978. Vogel's Textbook of Quantitative Chemical Analysis. United
States: longman.
Johari, J.M.C. dan Rachmawati, M. 2008. Kimia SMA dan MA untuk Kelas XII
Jilid 3. Jakarta: Esis
Masterton W.L. 2009. Chemistry Princpiles and Reactions. California : Brooks/
Cole Cengange Learning
McMurry, John E., Fay, Robert C., dan Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Petrucci, Ralph H. dkk. 2017. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (11th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
Purba, Michael. 2007. Kimia 3A untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Rosenberg, J.R. 1980. Seri Buku Scaum Dasar. Jakarta: Erlangga
Silberberg, Martin S. dan Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular
Nature of Matter and Change (7th edition). New York: McGraw-Hill
Education
Skoog, West, Holler dan Crouch. 2004. Fundamentals of analytical chemistry 8
ed 2004. California : Brooks/ Cole Cengange Learning
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

22

Anda mungkin juga menyukai