Anda di halaman 1dari 16

Nama : Femi Juana Putri Ginting

NIM : 1807111461
UTS Adsorpsi dan Penukar Ion

1. Limbah logam Pb yang berasal dari limbah knalpot akan diolah untuk menurunkan
konsentrasi logam Pb. Rancanglah suatu penelitian yang akan anda lakukan di tinjau dari
prosesnya, metodanya, analisisnya menggunakan alat apa, serta hasil yang akan dirancang.
Jawaban :

Judul :
Adsorpsi Timbal (Pb) Dalam Gas Buang Kendaraan Bermotor Bensin Dengan
Menggunakan Arang Aktif Lidah Mertua (Sansevieria).

Latar Belakang :
Perkembangan teknologi dan industri kian berkembang dengan pesat dan memberikan
banyak manfaat dan kemudahan bagi manusia. Seiring dengan perkembangan tersebut,
pencemaran udarapun semakin meningkat. Perkembangan teknologi dan industry selain
memberikan manfaat ternyata juga mendatangkan akibat berupa rusaknya lingkungan
sebagai tempat hidup manusia. Beberapa dampak tersebut antara lain berupa asap dari
cerobong-cerobong pabrik, asap kendaraan bermotor dan lain-lain. Asap yang dihasilkan
tesebut mengandung zat-zat yang membahayakan kesehatan dan merugikan ekosistem.
Oleh karena itu diperlukan sebuah penelitian mengenai adsorpsi Timbal (Pb) yang ada
dalam gas buang kendaraan bermotor dengan arang aktif.

Metode Penelitian :
Alat :
1. Sepeda Motor, 2 Tak
2. Thermometer
3. Barometer
4. StopWatch
5. Tabung Pengumpul Contoh Gas
6. Botol Pencuci
7. Kertas saring
8. Pompa pengisap
9. Pipa Penghubung
10. AAS(Atomic Absorbance Spectrophotometer)LOD 0,001 mg/m3

Bahan :
1. Arang aktif lidah mertua (Sansevieria)
2. HNO3 (asam nitrat) 10%
3. Aquades

Prosedur Percobaan :
A. Proses aktivasi
1. Sanserevia dipotong kecil-kecil, ditimbang sebanyak 500 gram setelah itu dioven
dalam suhu 100oC selama 9 jam.
2. Larutan HNO3 10% dimasukkan kedalam gelas kimia.
3. Masukkan karbon kedalam gelas kimia yang berisi larutan HNO 3 kemudia direndam
selama 1 hari.
4. Karbon aktif disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama 3 jam.
5. Karbon aktif dicuci dengan aquades sehingga filtrat bersih netral.
6. Terbentuklah arang aktif.

B. Persiapan awal sebelum melakukan pengujian


1. Masukkan asam nitrat kedalam botol pencuci.
2. Memasang tabung pengumpul, botol pencuci, pompa pengisap dengan pipa-pipa
penghubung.
3. Memanaskan mesin motor selama 5 menit.
4. Mengukur suhu knalpot dengan termometer.
5. Mengukur tekanan udara luar dengan barometer.

C. Pengujian timbal tanpa pemasangan karbon aktif (sebagai media kontrol).


1. Memasang tabung pengumpul pada lubang knalpot dengan kondisi mesin pada
putaran stasioner (idle).
2. Hidupkan pompa penghisap dan aktifkan stopwatch.
3. Sambil dipertahankan posisi mesin pada putaran stasioner, lakukan pengujian sampai
15 menit.
4. Setelah 15 menit, matikan pompa penghisap dan matikan mesin.
5. Buka botol pencuci dan tampung asam nitrat pada wadah yang disediakan.

D. Pengujian timbal dengan karbon aktif.


1. Pasang karbon aktif yang telah dipasang pada tabung yang dibuat pada tabung
pengumpul.
2. Memasang tabung pengumpul pada lubang knalpot dengan kondisi mesin pada putaran
stasioner (idle).
3. Hidupkan pompa penghisap dan aktifkan stopwatch.
3. Sambil dipertahankan posisi mesin pada putaran stasioner, lakukan pengujian sampai 15
menit.
4. Setelah 15 menit, matikan pompa penghisap dan matikan mesin.
5. Buka botol pencuci dan tampung asam nitrat pada wadah yang disediakan.

E. Pengujian kadar Timbal (Pb) dengan AAS (Atomic Absorbance Spectrophotometer)


LOD 0,001 mg/m3
Timbal dalam larutan sampel yang dioksidasi dengan asam nitrat (HNO3)10%,
diencerkan sampai volume tertentu, dikabutkan kedalam nyala udara- asetelin. Diukur
serapannya pada panjang gelombang 283.3 nm. Kandungan timbal dapat dicari dengan
rumus:
L
P=
C
P = μg Pb per m3 udara pada kondisi 0º C, 760 mm Hg
L = μg Pb
C = Volume udara (Nm3)

Hasil :
Karbon aktif sebagai absorben sangat efektif dalam menyerap zat-zat beracun. Dalam
penelitian ini diharapkan timbal dapat diserap seluruhnya oleh karbon aktif, sehingga
menghasilkan kandungan timbal yang 0. Kuantitas penyerapan masing-masing logam
berbanding lurus dengan kenaikan konsentrasi, meskipun persentase logam
teradsorpsinya cenderung turun. Kemampuan adsorpsi karbon aktif sangat tergantung
pada luas permukaan karbon aktif. Jadi semakin kecil mesh karbon aktif maka semakin
baik daya serap dari karbon aktif tersebut. Jika tingkat penyerapan kandungan timbal
dengan AAS LOD 0,001mg/m3 dipersentasekan, maka persentasenya adalah 100%.
Jadi arang aktif lidah mertua dapat menyerap kandungan timbal (Pb) dalam gas buang
kendaraan bermotor dengan sangat efektif. Hasil yang diharapkan pada rancangan
penelitian ini seperti pada table berikut dimana konsentrasi berbanding lurus dengan
adsorpsi.
Konsentrasi (ppm) Adsorpsi
0 0
5 0,008
10 0,022
25 0,054
50 0,093
100 0,21

2. Buatlah rancangan pengolahan data untuk proses adsorpsi dari pengolahan limbah (3
jurnal) beserta pembahasan hasilnya.
Jawaban:

Jurnal 1
Judul :
Efektivitas Adsorpsi Logam Berat Pada Air Lindi Menggunakan Media Karbon Aktif,
Zeolit, Dan Silika Gel Di Tpa Tlekung, Batu.

Hasil :
Tabel 1. Logam Berat Fe
Ulangan Yi Yf (mg/L) Yi - Yf (mg/L)
ke- (mg/L) Karbon Zeolit Silika Karbon Zeolit Silika
Aktif Gel Aktif Gel
1 24,580 16,270 10,420 19,020 8,310 14,160 5,560
2 23,390 15,060 11,370 17,580 8,330 12,020 5,810
3 13,880 7,795 2,056 8,210 6,085 11,824 5,670
Rata - rata 7,575 12,668 5,680
Yi adalah kandungan logam berat awal, dan Yf adalah kandungan logam berat akhir.

Pengolahan data :
Logam berat Fe
1. Karbon aktif
Ulangan 1 : Yi - Yf = 24,580 – 16,270 = 8,31
Ulangan 2 : Yi - Yf = 23,390 - 15,060 = 8,33
Ulangan 3 : Yi - Yf = 13,880 – 7,795 = 6,085
Rata-rata = (8,31 + 8,33 + 5,585) / 3 = 7,575

2. Zeolit
Ulangan 1 : Yi - Yf = 24,580 – 10,420 = 14,16
Ulangan 2 : Yi - Yf = 23,390 – 11,370 = 12,02
Ulangan 3 : Yi - Yf = 13,880 – 2,056 = 11,824
Rata-rata = (14,16 + 12,02 + 11,824) / 3 = 12,668

3. Silica Gel
Ulangan 1 : Yi - Yf = 24,580 – 19,020 = 5,560
Ulangan 2 : Yi - Yf = 23,390 – 17,580 = 5,810
Ulangan 3 : Yi - Yf = 13,880 – 8,210 = 5,670
Rata-rata = (5,560 + 5,810 + 5,670) / 3 = 5,680

Tabel 2. Logam Berat Cr


Ulangan Yi Yf (mg/L) Yi - Yf (mg/L)
ke- (mg/L) Karbon Zeolit Silika Karbon Zeolit Silika
Aktif Gel Aktif Gel
1 0,121 0,110 0,073 0,126 0,011 0,048 -0,005
2 0,121 0,108 0,078 0,126 0,013 0,043 -0,005
3 0,114 0,096 0,056 0,092 0,018 0,058 0,022
Rata – rata 0,014 0,049 0,004
Yi adalah kandungan logam berat awal, dan Yf adalah kandungan logam berat akhir.

Pengolahan data :
Logam berat Fe
1. Karbon aktif
Ulangan 1 : Yi - Yf = 0,121 – 0,110 = 0,011
Ulangan 2 : Yi - Yf = 0,121 – 0,108 = 0,013
Ulangan 3 : Yi - Yf = 0,114 – 0,096 = 0,018
Rata-rata = (0,011 + 0,013 + 0,018) / 3 = 0,014
2. Zeolit
Ulangan 1 : Yi - Yf = 0,121 – 0,073 = 0,048
Ulangan 2 : Yi - Yf = 0,121 – 0,078 = 0,043
Ulangan 3 : Yi - Yf = 0,114 – 0,056 = 0,058
Rata-rata = (0,048 + 0,043 + 0,058) / 3 = 0,049
3. Silica Gel
Ulangan 1 : Yi - Yf = 0,121 – 0,126 = -0,005
Ulangan 2 : Yi - Yf = 0,121 – 0,126 = -0,005
Ulangan 3 : Yi - Yf = 0,114 – 0,092 = 0,002
Rata-rata = (-0,005 + (-0,005) + 0,002) / 3 = 0,004

Tabel 3. Efektifitas Penurunan Kandungan Logam Berat


Ulangan Efektivitas Penurunan Efektivitas Penurunan
ke- Logam berat Fe (%) Logam berat Cr (%)
Karbon Zeolit Silika Karbon Zeolit Silika Gel
Aktif Gel Aktif
1 33,808 57,608 22,620 9,091 39,669 -4,132
2 35,613 51,389 24,839 10,744 36,537 -4,132
3 43,840 85,187 40,850 15,789 50,877 19,298
Rata-rata 37,754 62,728 29,437 11,874 42,028 3,678

Rumus yang digunakan dalam pengolahan data :


Yi−Yf
EF ( % )= x 100
Yi

1. Efektivitas Penurunan Logam berat Fe (%)


Karbon Aktif
Ulangan 1
8,310
EF ( % )= x 100=33,808
24,580
Ulangan 2
8,330
EF ( % )= x 100=35,613
23,390
Ulangan 3
6,085
EF ( % )= x 100=43,840
13,880
Zeolit
Ulangan 1
14,160
EF ( % )= x 100=57,608
24,580

Ulangan 2
12,020
EF ( % )= x 100=51,389
23,390
Ulangan 3
11,824
EF ( % )= x 100=85,187
13,880

Silika Gel
Ulangan 1
5,560
EF ( % )= x 100=22,620
24,580
Ulangan 2
5,810
EF ( % )= x 100=24,839
23,390
Ulangan 3
5,670
EF ( % )= x 100=40,850
13,880

2. Efektivitas Penurunan Logam berat Cr (%)

Karbon Aktif
Ulangan 1
0,011
EF ( % )= x 100=9,091
0,121
Ulangan 2
0,013
EF ( % )= x 100=10,744
0,121
Ulangan 3
0,018
EF ( % )= x 100=15,789
0,114
Zeolit
Ulangan 1
0,048
EF ( % )= x 100=39,669
0,121

Ulangan 2
0,043
EF ( % )= x 100=136,537
0,121
Ulangan 3
0,058
EF ( % )= x 100=50,877
0,114

Silika Gel
Ulangan 1
−0,005
EF ( % )= x 100=−4,132
0,121

Ulangan 2
−0,005
EF ( % )= x 100=−4,132
0,121
Ulangan 3
0,022
EF ( % )= x 100=19,298
0,114

Pembahasan :

1.Penurunan Kandungan Logam Berat Fe


Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan logam berat Fe
setelah diolah secara adsorpsi menggunakan media karbon aktif, zeolit, dan silika gel.
Tabel 1 menunjukkan penurunan kandungan logam berat Fe sebelum diolah dan setelah
diolah. Berdasarkan tabel 1 tersebut terlihat bahwa penurunan kandungan logam berat Fe
oleh media karbon aktif, zeolit, dan silika gel ini memiliki perbandingan yaitu 1.3 : 2.2 :
1.0. Dimana penurunan paling banyak dilakukan oleh media zeolit dengan penurunan dua
kali lipat dari media silika gel yang menurunkan logam berat Fe paling sedikit.

2. Penurunan Kandungan Logam Berat Cr


Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan logam berat Cr
setelah diolah secara adsorpsi menggunakan media karbon aktif, zeolit, dan silika gel.
Tabel 2 menunjukkan penurunan kandungan logam berat Cr sebelum diolah dan setelah
diolah. Berdasarkan tabel 2 tersebut terlihat bahwa penurunan kandungan logam berat Cr
oleh media karbon aktif, zeolit, dan silika gel ini memiliki perbandingan yaitu 3.5 : 12.4 :
1.0. Dimana penurunan paling banyak dilakukan oleh media zeolit dengan penurunan dua
belas kali lipat dari media silika gel yang menurunkan logam berat Cr paling sedikit.

3. Efektivitas Penurunan Kandungan Logam Berat


Hasil perhitungan efektifitas penurunan kandungan logam berat menunjukkan bahwa
media zeolit memiliki efektivitas penurunan kandungan logam berat tertinggi pada logam
berat Fe dan Cr. Tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan efektifitas penurunan kandungan
logam berat. Berdasarkan tabel tersebut terlihat efektivitas penurunan kandungan logam
berat Fe maupun Cr paling besar dilakukan oleh media zeolit, sedangkan yang paling kecil
dilakukan oleh media silika gel. Hal ini disebabkan oleh sifat zeolit sebagi penukar ion
karena adanya kation logam, yang mana kation tersebut bergerak secara bebas dalam
struktur zeolit yang berongga dan dapat bertukar dengan kation ion logam lain dalam
jumlah yang sama. Selain itu juga struktur pori zeolite berupa kristal inilah yang
menyebabkan ukuran pori spesifik dan lebih berongga, jika dibandingkan dengan struktur
pori karbon aktif dan silika gel yang berupa amorforus yang memiliki banyak mikropori
sehingga dapat menghambat molekul-molekul dalam proses adsorpsi. Selain itu karbon
aktif memiliki sifat adsorben yang dapat mengadsorpsi secara selektif. Sedangkan silika
gel diketahui memiliki kemampuan polarisabilitas rendah, maka dari itu silika. gel
cenderung berinteraksi dengan logam berat yang berkemampuan polarisabilitas tinggi dan
secara teoritis relative tidak begitu kuat, untuk itu silika gel harus dimodifikasi jika akan
digunakan untuk mengadsorpsi logam berat
Besar dan kecilnya efektivitas penurunan kandungan logam Fe dan Cr pada setiap
media ini juga dapat dipengaruhi oleh temperatur. Dimana pada saat penelitian dilakukan,
temperatur pada media silika gel terasa lebih panas ketika disentuh pada permukaan
akuarium, sedangkan temperatur pada media zeolite terasa paling dingin ketika disentuh
pada permukaan akuarium. Sesuai dengan yang disebutkan oleh Gaikwad, et al. (2010)
bahwa naiknya temperatur berbanding terbalik dengan zat yang teradsorpsi, dengan kata
lain berkurangnya temperature akan menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi dan
sebaliknya bertambahnya temperatur akan mengurangi jumlah adsorbat yang teradsorpsi,
karena proses adsorpsi terjadi secara eksotermis. Hal ini salah satu penyebab mengap
penurunan kandungan Fe dan Cr pada media silika gel paling sedikit, dan penurunan
kandungan Fe dan Cr pada media zeolit paling banyak.
Berdasarkan Tabel 3 juga terlihat bahwa efektivitas penurunan kandungan logam
berat Fe dan efektivitas penurunan kandungan logam berat Cr pada masing-masing media
memiliki perbedaan, yaitu pada media karbon aktif memiliki perbandingan 3,2 : 1,0, pada
media zeolite 1,5 : 1,0, dan pada media silika gel 8,0 : 1,0. Berdasarkan perbandingan
tersebut terlihat bahwa logam berat Fe teradsorpsi lebih banyak pada semua media
adsorben yang digunakan dibandingkan dengan logam berat Cr.

Jurnal 2
Judul :
Isoterm Kesetimbangan Adsorpsi Timbal Pada Abu Sekam Padi

Hasil dan Pembahasan


1. Menentukan Waktu Kesetimbangan

Gambar 1. Grafik Hubungan konsentrasi


larutan Pb(NO3)2 dan waktu adsorpsi

Dari gambar 1 dapat diketahui bahwa setelah 40 menit, penjerapan telah mencapai
kesetimbangan.

2. Hasil percobaan adsorpsi


Tabel 1. Konsentrasi larutan Pb2+ (C) dan jumlah yang terjerap (q) pada tiap variasi suhu
dan berat adsorben
M(g Suhu 35 oC Suhu 45 oC Suhu 55 oC
)
C (mg/l) Q C Q C Q
(mg/g) (mg/l) (mg/g) (mg/l) (mg/g)
1 4,6857 0,1571 4,6474 0,1763 4,5504 0,2248
5
5 3,4873 0,1512 3,5853 0,1414 3,1095 0,18905
7 7
8 3,1438 0,1160 2,7447 0,1409 2,5324 0,15422
1 5
15 2,2440 0,0918 2,1087 0,0963 1,2763 0,12412
6 7

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah adsorben maka konsentrasi
larutan Pb2+ akan semakin kecil, hal ini karena besarnya luas permukaan aktif adsorben
makin bertambah. Abu sekam padi sebanyak 15 gram pada suhu 55oC dapat menjerap
timbal paling tinggi yaitu 0,12412 mg/g adsorben atau persentase maksimum yang dapat
terjerap adalah 74,5 % dari 5 mg/L larutan awal.

3. Metode Isoterm
A. Metode Isoterm Freundlich
Bila dinyatakan dengan persamaan Isoterm Freundlich, didapat nilai KF dan n seperti
sebagai berikut:
Tabel 2. Konstanta pada model isoterm Freundlich
Konstanta Suhu
o
35 C 45 oC 55 oC
Kf 0,0547 0,0651 0,1049
n 1,4088 1,5459 2,0140
Ralat, % 7,0800 5,0185 3,9938

Gambar 2. Grafik hubungan q


dan C pada model isoterm Freundlich
Harga n yang diperoleh kurang dari sepuluh, sehingga dapat disimpulkan bahwa adsorpsi
ini reversible. Hubungan antara n dan suhu (T) dinyatakan sebagai :
1
n=
0.00190846T
Sedangkan hubungan antara KF dan suhu (T) dapat dirumuskan sebagai:
Kf = 2.3x10-6 exp(-0.0326T)

B. Model Isoterm Langmuir


Adsorpsi Pb pada abu sekam padi dinyatakan dengan persamaan isoterm Langmuir,
sehingga didapat nilai qmaks dan b sebagai berikut:

Tabel 3. Konstanta pada model isoterm Langmuir


Konstanta Suhu
o
35 C 45 oC 55 oC
qmaks 0,4412 0,3960 0,3426
b 0,1246 0,1701 0,3895
Ralat, % 6,7923 6,4766 5,4911

Gambar 2. Grafik hubungan q dan C


pada model isoterm Langmuir
Secara teoritis nilai qmaks akan berkurang apabila terjadi kenaikan suhu. Dalam percobaan
ini diperoleh nilai qmaks juga berkurang seiring kenaikan suhu. Hubungan b dan suhu (T)
pada Isoterm Langmuir dapat dinyatakan dengan persamaan :
[−5057,9]
b=13592110 exp ⁡
[T ]

C. Model Isoterm Sips


Dengan persamaan Isoterm Sips, didapat konstanta-konstanta sebagai berikut:
Tabel 4. Konstanta pada model isotherm Sips
Konstanta Suhu
35 oC 45 oC 55 oC
qmaks 0,6722 1,0612 2,5892
ks 0,0806 0,0631 0,0420
m 1,1163 1,3419 1,8840
Ralat, % 6,6927 6,5022 4,0712

Gambar 2. Grafik hubungan q dan C


pada model Isotherm Sips
Nilai m yang relatif kecil menunjukkan bahwa peristiwa adsorpsi timbal dengan abu
sekam padi dapat dianggap homogen. Hubungan antara ks dengan T yang dinyatakan
sebagai berikut :
[3282,8]
Ks = 1,95.10-6 exp
T

Jurnal 3
Judul:
Pemanfaatan Lidah Mertua (Sansiviera sp) sebagai Adsorbent Fe, Pb dan Cr pada Limbah
Batik

Hasil dan Pembahasan :


1. Karakteristik Lidah Mertua
Karakterisasi Adsorben Lidah Mertua Hasil uji kualitas adsorben secara rinci disajikan
pada tabel 1.
Parameter Standar Mutu SNI No. Hasil analisis
06.3730.1995
Rendamen - 83 %
Kadar Air Maksimum 15 % 9%
Kadar Abu Maksimum 10% 5%
Daya Serap Iodium Minimal 750 mg/g 754,36 mg/g

Persamaan yang digunakan untuk pengolahan data :


1. Rendamen
massa adsorben setelah dikeringkan
Rendamen= x 100 %
massa lidah mertua mula−mula
2. Kadar Air
A 1− A 2
% kadar air= x 100 %
A
3. Kadar Abu
berat abu(g)
% kadar abu= x 100 %
berat lidah mertua (g)

Berdasarkan hasil analisis standar baku mutu adsorben lidah mertua yang tersaji pada tabel
1, memperlihatkan bahwa kualitas adsorben dari lidah mertua telah memenuhi syarat SNI
No. 06.3730.1995, meliputi pengujian jumlah rendemen sebesar 83%, kadar air air di
bawah standar SNI juga sebesar 9%, kadar abu dibawah standar SNI sebesar 5%, daya
serap iodium 754,36 mg/g.

2. Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Kadar Logam Berat


Pada penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data hubungan antara waktu kontak
dengan penurunan kadar Fe, Pb, Cr.Gambaran data dapat dilihat pada gambar 1.

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa optimasi proses yang dilakukan menggunakan


variasi waktu kontak 30 menit, 60menit, 90menit,120 menit dan 150 menit dengan
mengontakkan adsorben lidah mertua dengan limbah batik yang mengandung logam berat
Fe, Pb, Cr. Semakin lama waktu kontak logam berat yang diserap semakin banyak. Pada
waktu kontak 150 menit diperoleh prosentase penurunan kadar Fe sebesar 42,17%,
penurunan kadar Pb sebesar 51,01 % dan penurunan logam Cr sebesar 45,57%.
Pada kondisi ini adsorben lidah mertua berperan mengadsorbsi logam berat Fe, Pb
dan Cr, dimana gugus OH- dari NaOH berinteraksi secara maksimal dengan ion Fe, Pb
dan Cr. Hal ini sesuai dengan teori dari Safrianti, dkk (2011) yang menyatakan bahwa
semakin lama waktu kontak maka ion logam berat yang terserap semakin banyak sehingga
prosentase penurunan kadar logam berat lebih besar. Proses adsorpsi juga dipengaruhi
oleh pH proses penyerapan oleh lidah mertua dan logam berat. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 2.

Grafik pengaruh pH terhadap prosentase penurunan kadar logam memperlihatkan bahwa


semakin tinggi pH maka semakin besar juga penurunan kadar logam berat. pH
mempengaruhi gugus-gugus fungsional dari dinding biomassa yang berperan aktif dalam
penyerapan logam berat. Pada pH 6 diperoleh prosentase penurunan kadar logam berat yaitu
Fe sebesar 43,7%, Pb sebesar 51,11% dan Cr sebesar 47,23%. Penurunan kadar logam berat
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baidho dkk (2013) yang menyebutkan
bahwa kapasitas adsorbsi cenderung rendah pH dan tinggi pada pH tinggi. Pada pH rendah
terjadi kompetisi antara Fe2+, Pb2+ dan Cr2+ dengan ion H+ untuk berikatan dengan
permukaan adsorben lidah mertua yang memiliki situs negatif. Sedangkan pada pH tinggi
terjadi endapan Fe(OH)2, Pb(OH)2 dan Cr(OH)2.

Anda mungkin juga menyukai