Anda di halaman 1dari 4

REAKSI IDENTIFIKASI KATION-KATION DALAM LARUTAN

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui reaksi identifikasi dari kation-kation dalam larutan.

Dasar Teori
Menurut International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC), kimia analitik (analytical
chemistry) adalah disiplin ilmu yang mengembangkan dan menerapkan berbagai metode, instrumen,
dan strategi untuk mendapatkan informasi mengenai komposisi dan sifat materi dalam ruang dan
waktu, beserta nilai-nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran.
Berdasarkan tujuan analisis, kimia analitik dibagi menjadi dua, yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif mengungkapkan identitas dari unsur dan senyawa dalam suatu sampel,
sedangkan analisis kuantitatif menentukan jumlah relatif spesies/analit dalam bentuk angka. Secara
umum, analisis kualitatif terdiri dari tiga bagian, yaitu analisis pendahuluan, analisis kation, dan
analisis anion. Pada uraian di bawah ini dibahas analisis kation.
Analisis kation lebih mudah jika kita mengikuti skema atau flowchart yang ada, karena banyak
analisis kualitatif yang melibatkan pengendapan selektif dan pemisahan dua fase. Berikut ini adalah
contoh flowchart pemisahan kation dalam analisis kualitatif.

Gambar 1. Sebuah flowchart pemisahan kation-kation dalam analisis kualitatif

Pemisahan kation yang ditunjukkan pada skema di atas terbagi menjadi lima golongan besar,
yaitu Golongan I (Ag), Golongan II (Cu), Golongan III (Zn-Al), Golongan IV (unsur alkali tanah), dan
Golongan V (unsur alkali). Berikut ini adalah penjelasannya.
1. Golongan I (Ag+, Hg22+, Tl+, Pb2+)
Ion-ion ini mengendap sebagai senyawa klorida dari larutan HCl 0,3 M. Alasannya: karena
asam paling lemah bereaksi cukup kuat dengan basa borderline untuk mengendap dalam
larutan asam.
Berikut ini adalah reaksi-reaksi yang terjadi:
Ag+ + Cl‒  AgCl (putih) (1)
Hg22+ + 2Cl‒  Hg2Cl2 (putih) (2)
Tl+ + Cl‒  TlCl (putih) (3)
Pb2+ + 2Cl‒  PbCl2 (putih) (4)
2. Golongan II (Hg2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+, Sn2+, Sn4+)
Ion-ion ini mengendap sebagai senyawa sulfida dari larutan HCl 0,3 M yang mengandung H 2S.
Alasannya adalah: asam lemah bereaksi dengan basa paling lemah.
Berikut ini adalah reaksi-reaksi yang terjadi:
Hg2+ + H2S  HgS (hitam) + 2H+ (5a)
HgCl2 (aq) + H2S  HgS + 2H+ + 2Cl‒ (5b)
2Bi3+ + 3H2S  Bi2S3 (coklat) + 6H+ (6)
2+ +
Cu + H2S  CuS (hitam) + 2H (7)
Cd2+ + H2S  CdS (kuning) + 2H+ (8)
Sn2+ + H2S  SnS (coklat) + 2H+ (9)
Sn4+ + 2H2S  SnS2 (kuning) + 4H+ (10)
3. Golongan III (Zn2+, Fe2+, Fe3+, Ni2+, Cr3+, Al3+)
Ion-ion ini mengendap dari larutan basa H2S. Beberapa cenderung membentuk senyawa
sulfida, sedangkan yang lain membentuk senyawa hidroksida. Adalah mungkin jika terdapat
perbedaan, karena FeS, Cr(OH)3, dan Al(OH)3 akan larut kembali jika endapannya dilapisi
dengan asam 0,01 M, tetapi NiS dan ZnS tidak akan larut kembali.
Salah satu alasannya adalah: Fe(OH)3, Cr(OH)3, dan Al(OH)3 mengendap karena ada asam
kuat yang bereaksi dengan basa kuat OH‒. Sebagai kation yang bersifat asam, senyawa-
senyawa tersebut cenderung mengendap ketika pH sama dengan pKa. Senyawa-senyawa
tersebut memiliki sifat kation yang ‘kuat’, sehingga ‘lebih memilih’ berikatan dengan OH‒.
Berikut ini adalah reaksi-reaksi yang terjadi: …….
4. Golongan IV (unsur alkali tanah, yaitu Ca2+, Sr2+, Ba2+)
Ion-ion ini mengendap dengan adanya ion karbonat. Alasannya adalah: kation-kation
Golongan IV ini bersifat weakly acidic (asam lemah, menurut definisi Bronsted). Karbonat tidak
dapat larut karena energi kisi (lattice energy) yang menguntungkan ketika ion karbonat yang
bersifat basa lemah bereaksi dengan ion-ion Golongan IV. Hal itu terjadi karena kation dan
anion sama-sama memiliki muatan 2 dan ukuran ionnya hampir sama.
5. Golongan V (unsur alkali, yaitu Na+, K+, dan NH4+)
Senyawa hidroksida dan karbonatnya masih bisa larut. Senyawa-senyawa yang terbentuk
tidak mengendap berdasarkan skema/flowchart yang disajikan dalam analisis kualitatif.
Alasannya: energi kisi untuk karbonat itu ‘tidak diinginkan’/unfavorable, karena kationnya kecil,
dan hanya punya muatan 1+. Senyawa hidroksidanya larut karena kation-kation yang ada
tidak bersifat basa, padahal hidroksida itu sangat basa.
Gambar 2. Skema analisis kualitatif untuk berbagai unsur

Banyak reagen yang digunakan dalam analisis kualitatif, tetapi hanya sedikit yang dilibatkan
dalam langkah kerja setiap golongan. Empat reagen yang biasa dipakai adalah HCl 6 M, HNO 3 6 M,
NaOH 6 M, dan NH3 6 M. Pemahaman akan kegunaan setiap reagen akan sangat menolong ketika
merencana-kan analisis kualitatif.

Tabel 1. Reagen yang sering dipakai dalam analisis kualitatif. Diambil dari http://chemistry.about.com

Supaya analisis kualitatifnya berhasil, urutan penambahan reagen sangat penting dan harus
mengikuti flowchart yang ada, yaitu mulai dari pertama (Golongan I), lalu yang kedua (Golongan II)
dan seterusnya. Sebagai contoh, jika penambahan karbonat dilakukan pada tahapan pertama dalam
analisis kation, maka akan mengendapkan semua komponen yang ada (kecuali ion Golongan V itu
sendiri).
DAFTAR PUSTAKA

http://chemistry.about.com/od/lectureclassnotes/a/Qualitative-Analysis.htm (diakses 25 Oktober 2015


pukul 13.12 WIB)
http://classes.uleth.ca/200801/chem20001/1237%20Expt1_Qual2008.pdf (diakses 25 Oktober 2015
pukul 11.02 WIB)
http://src.gov.jm/wp-content/uploads/2013/02/2-3-qualanalysis.pdf (diakses 25 Oktober 2015 pukul
11.40 WIB)
http://www.iupac.org/nc/home/about/members-and-committees/db/division-committee.html?tx_wfqbe_
pi1%5Bpublicid%5D=500 (diakses 25 Oktober 2015 pukul 10.21 WIB)

Anda mungkin juga menyukai