Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

    A.     Latar Belakang


Kimia analitik merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-
cara melakukan analisis kimia baik kualitatif maupun kuantitatif. analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif berhubungan dengan apa yang terdapat dalam sampel
sedangkan analisis kuantitatif berhubungan dengan berapa banyaknya zat dalam sampel.
Untuk analisis kuantitatif, tipe analisis dapat dikelompokkan berdasarkan sifat informasi yang
dicari, ukuran sampel dan proporsi konstituen yang ditetapkan.

Dibandingkan dengan cabang ilmu kimia lainnya seperti kimia anorganik, organik,
fisik dan biokimia, maka kimia analitik mempunyai penerapan yang lebih luas. Untuk
melakukan suatu analisis kimia, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain
keterangan yang ada waktu yang dan biaya yang tersedia. Penerapan Kimia Analitik cukup
luas artinya tidak hanya berperan dalam bidang kimia saja tetapi dapat juga diterapkan pada
bidang-bidang lain maupun masyarakat.

   B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk pertanyaan :
1.    Apakah pengertian dari kimia analitik ?
2.    Apa saja penggolongan dalam kimia analitik ?

   C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian kimia analitik
2.      Mengetahui penggolongan kimia analitik

   D.    Manfaat
1.      Menambah  pengetahuan tentang penggolongan kimia analitik
2.      Menjadi refrensi bagi pembaca
BAB II

2.1 Pendahuluan Tentang Kimia Analitik Kualitatif


Kimia Analitik merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara
melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia termasuk di dalamnya
pemisahan, identifikasi dan penentuan komponen dalam sampel. Analisis kimia dapat berupa
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif serta dapat diterapkan pada kimia anorganik maupun
kimia organik. Analisis kualitatif bertujuan untuk menemukan dan mengidentifikasi suatu zat,
sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan jumlah/banyaknya zat. Jadi
analisis kualitatif berhubungan dengan unsur, ion atau senyawa apa yang terdapat dalam
suatu sampel, sedangkan analisis kuantitatif berhubungan dengan berapa banyaknya suatu zat
tertentu yang ada dalam sampel.
2.2 Dasar-Dasar Teori
Analisis Kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunakan untuk mengenali atau
mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa kimia (anion atau kation) yang terdapat dalam
sebuah sampel berdasarkan sifat kimia dan fisikanya. Analisis kualitatif berdasarkan sifat
kimia melibatkan beberapa reaksi dimana hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk
menentukan ke arah mana reaksi berjalan. Contoh : Reaksi redoks, reaksi asam-basa,
kompleks, dan reaksi pengendapan. Sedangkan analisis berdasarkan sifat fisikanya dapat
diamati langsung secara organoleptis, seperti bau, warna, terbentuknya gelembung gas atau
pun endapan yang merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya.
(Syukri, 1999)
a. Reaksi Kering
Beberapa logam mempunyai warna nyala yang spesifik sehingga dapat dilakukan uji
warna nyala sebagai salah satu cara identifikasi kation dengan reaksi kering. terkadang
uji warna nyala juga dapat menjadi satu- satunya indikator pemastian suatu unsur tanpa
memerlukan analisis yang lebih lanjut dalam pengidentifikasiannya. Seperti unsur
Astatin (At) yang hanya berwarna putih pada saat di uji warna nyalanya.
b. Reaksi Basah
Reaksi basah merupakan jenis identifikasi zat secara kualitatif yang sering digunakan
pada umumnya. Senyawa NO, hanya membentuk cincin coklat jika direaksikan dengan
senyawa Fero sulfat dan H2SO4. Lain halnya dengan senyawa borat yang jika
ditambahkan metanol kemudian dipanaskan dengan nyala api, maka menghasilkan uap
atau asap berwarna hijau. Uraian diatas merupakan beberapa contoh senyawa yang dalam
pengidentifikasiannya tidak memerlukan tahapan analisis selanjutnya. Karena sifat kimia
ataupun fisika dari senyawa tersebut sangat khas, dimana senyawa yang lain tidak
memilikinya.
a) Reaksi Pengendapan
Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada
beberapa endapan, seperti kaisium sulfat, berlaku sebaiknya. Perbedaan kelarutan
karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya,
pemisahan kation Ag, Hg(1), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan
ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(l)
dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb
sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak (Harjadi,
1986).
b). Reaksi Asam-Basa
Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan air mengalami
dalam disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen.,sedangkan basa mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami
disosiasi sempurna merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCI, HNOa, NaOH
dan KOH. Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka disebut
asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H2S dan amonium hidroksida. Dalam
analisa kualitatif H2S digunakan untuk mengendapkan sejumlah kation menjadi
garam sulfidanya (Syukri, 1999).
c). Reaksi Redoks
Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa kualitatif, baik
sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Contoh penggunaan Reaksi redoks dalam
analisis kualitatif: Kalium permanganat, KMNO. Zat padat coklat tua yang
menghasilkan larutan ungu bila dilarutkandengan air, merupakan pengoksidasi kuat
yang dipengaruhi oleh pH dari mediumnya.
a) dalam asam : MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ (warna merah muda) + 4H2O
b) dalam larutan netral MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 (endapan coklat) + 2H2O
c) dalam larutan basa MnO4- +e- MnO ( warna hijau) (Harjadi, 1986)
d). Reaksi Pembentukan Kompleks
Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan reaksi- reaksi
yang melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks
terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat
tersebut.

2.3 Pemisahan ion-ion Golongan I-V


2.3.1 Pemisahan ion-ion golongan I
Ion-ion Ag+. Pb++, Hg2++ dipisahkan dari ion-ion lain berdasarkan khloridanya yang
terlarut : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.
PbCl2 dapat dipisahkan dari AgCl dan Hg2Cl karena PbCl2 melarut dalam air panas
dan dari larutan ini Pb dapat dikenal dengan CrO4= karena pembentukan endapan
kuning PbCrO4.
AgCl dipisahkan dari Hg2Cl2 karena AgCl melarut dalam NH3.
AgCl + 2 NH3 Ag (NH3)2+ + Cl-
Sedangkan Hg2Cl2 tidak melarut.
Hg2Cl2 + 2 NH3 Hg + HgNH2Cl + NH4+ + Cl-
Terlihat endapan hitam (Hg) atau abu-abu (Hg + HgNH2Cl) menunjukkan adanya
HgI.
Untuk mengenak Ag, larutan Ag(NH3)2+ diberi HCl,
Ag(NH3)2+ + HCl AgCl + 2 NH+
2.3.2 Pemisahan ion-ion golongan II (H+)2
Sesudah Ag+, Pb++, dan Hg2++ terpisah, maka ion-ion golongan II dapat dipisahkan
dari ion-ion lainnya berdasarkan pengendapan sulfida dalam lingkungan asam.
Sulfida-sulfida ion golongan III seperti FeS, MnS, ZnS juga tidak larut dalam air
tetapi larut dalam asam 0,3 M HCl. Dari sulfida-sulfida golongan II yang mudah larut
ialah SnS dengan hasil kali kelarutan kira-kira 1 x 10-26 dan dari sulfida-sulfida ion
golongan III yang paling sulit larut ialah ZnS dengan hasil kali kelarutan kira-kira 1 x
10-24.
KHg2S =¿ ¿ = 1022
Konsentrasi H2S jenuh = 10-1, sehingga :
(H+)2(S=) = 10-23
Apabila (Zn++) = (Sn++) = 10-2, maka ZnS akan mengendap bila (S=) = 10-22 dan SnS
akan mengendap bila (S=) = 10-24.
Untuk mengendap ZnS batas (H+)2 = 10-1 atau (H+) = 0,3. Dengan demikian agar ZnS
jangan mengendap dalam golongan I harus dijaga agar (H+) = 0,3.
Sebaliknya kalau (H+) terlalų besar ada kemungkinan Sns tidak mengendap
digolongan II ini. Itulah sebabnya perlu diatur (H+) untuk pemisahan sulfida golongan
II.
Sub golongan As (sulfida dari As, Sb dan Sn) dapat dipisahkan dari sub golongan Cu
(sulfida dari Cu,Hg, Bi dan Cd ) dengan memakai amonium disulfida (NH4)2S2.
S2= = bersifat mengoksidasi.
S2= + As2 S3 As2 S5
Dan kemudian terjadi ion kompleks :
As2 S5 + 2 S= 2 AsS4=
Denikianlah pula dengan Sb2S3 dan SnS yang melarut membentuk ion kompleks
SbS4= dan SnS3=.

a) Pemisahan subgolongan Cu.


Sub golongan Cu- (Cus, Bi2S3, CdS dan HgS) dapat larut dalam HNO3, encer kecuali -
HgS . Dengan demikian HgS dapat dipisahkan, HgS dipanaskan dengan aqua regia
(campuran HCl pekat + HNO3 pekat 3:1)

HNO3 + 3 HCl Cl2 + NOCl + H2O


HgS + Cl2 HgCl2 + S
Larutan HgCl, direaksikan dengan larutan SnCl2 :
2 HgCl2 + SnC12 2 HgCl + SnCl4
2 HgCl + SnC12 Hg + SnCl4
Terbentuknya-endapan yang mula-mula putih (HgC1), dan kemudian hitam (Hg)
menunjukkan adanya Hg. Dari ion Cu++. Bi+3, Cd++ dan mungkin ada Bb++(karena
pengendapan digolongan I tidak sempurna ).
Pb++ dapat dipisahkan karena Pb++ mombentnk PbSO4 yang akan mungendap dengan
H2SO4.
Ion Bi+3 dapat dipisahkan dari Cu++ dan Cd++ jika larutan dibasakan dengan NH4OH
karenn membentuk endapan Bi+++ + 3 OH- Bi (OH)3 sedangkan Cu++ dan Cd+
+
tetap larut monbentuk ion kompleks Cd(NH3)4 dan Cd (NH3)4++ .
++

Larutan Cu(NH3)4++ berwarna biru tua sehingga, warna biru ini dapat dipakai sebagai
pedoman adanya ion Cu(NH3)4++ .
Secara kimia adanya Cu dapat dikenal bila kedalam larutan dimasukkan HCl
Cu(NH3)4++ + 4 H+ Cu++ + 4 NH4+
dan kemudian Fe(CN)6-4 yang akan membentuk endapan :
2 Cu++ + Fe(CH)6-4 Cu2Fe(CN)6
berupa. endapan merah coklat yang menunjukkan adanyn Cu. Apabila larutan tidek
berwarna biru yang berarti Cu tidak ada maka adanya Cd dapat dinyatakan dengan
penambahan air H2S dari larutan Cd (NH3)4++ sesudah diasami dengan HC1
Cd (NH3)4++ + 2 H+ Cd++ + 2 NH4+
Cd++ + S= CdS
Pembentukan endapen kuning dari Cds menunjukkan adanya Cd. Tetapi bila ada Cu
maka hal ini akan mengganggu karena akan membentuk pula CuS hitam. Oleh karena
itu Cu++ diikat lebih dahulu dengan CN- dari larutan asam.
Cu++ + 4 CN- Cu (CN)4=
=
2 Cu (CN)4 2 Cu (CN) + (CN)2 + 2 CN-
dan Cu(CN)2- ini sangat stabil.
Cd akan menjadi Cu(CN)4= tetapi kurang stabil sehingga
Cd(CN) 4= Cd++ + 4 CN-
++
Cd yang ada dalam keseimbangan ini cukup untuk membentuk CdS kuning dengan
H2S.

b) Pemisahan sub golongan As.


Dasar pemisahan As dari Sb dan Sn ialah : sulfida dari Sn dan Sb dapat larut dalam
HCI pekat sedangkan As2S5 tidak.
2 AsS4-3 + 6 H+ As2S5 + 3 H2S
-3 +
2 SbS4 + 6 H Sb2S5 + 3 H2S
SnS3= + 2 H+ SnS2 + H2S
Sb2S5 dan SnS2 larut dalam HCl
As2S5 tetap tak larut
Untuk mengenal Sn, SnCl4 direduksi dahulu dengan logam Mg atau Fe.
Sn+4 +Mg Sn++ + Mg++
dan SnCl2, direaksikan dengan HgCl2 yang akan menghasilkan endapan mula-mula
putih dari HgCl dan kemudian hitam dari Hg (1ihat reaksi pengenal Hg dengan
SnCl2).
Untuk mengenal Sb, Sn-4 diikat dengan asam oksalat membentuk ion kompleks dan
Sb+++ akan membentuk Sb2S3 sindur dengan H2S.

2.3.3. Pemisahan golongan III


Untuk mengendapkan golongan III, larutan yang bersifat asam harus dinetralkan
dengan NH4OH dan kemudian ditambahkan H2S. Dasar pemisahan golongan III dan
IV dan V ialah : hidroksida dan sulfida ion golongan III tidak larut dalam lingkungan
NH4OH.
Bila ada Mg++ maka digolongan ini akan ikut mengendap Mg (OH)2. Untuk mencegah
ini maka OH- harus dijaga jangan terlalu besar dan hal ini dapat dilakukan dengan
penambahan penambahan NH4Cl sebelumnya.
NH4OH NH+ + OH-
NH4Cl NH4+ + Cl-
Adanya NH4C1 akan mendesak keseimbangan NH4OH kekiri sehingga Mg(OH)2
tidak mengendap dalam golongan III ini. Dalam golongan ini akan mengendap
sulfida-sulfida Mns, Nis, CoS, Fes dan Zns dan hidroksida-hidroksida Al(OH)3,
Fe(OH)3, dan Cr(OH)3.
Penambahan NH4OH memberikan 2 kelompok reaksi :
a. Ni++ (dan Co++, Zn++) + 4 NH3 Ni (NH3)4++
b. Fe+++ (dan Al+++, Cr+++) + 3 NH4OH endapan
dan pada pengaliran H2S, hidroksida-hidroksida tidak berubah sedangkan Ni (Co, Zn,
Fe) membentuk sulfida
Ni (NH3)4++ + S= NiS + 4 NH3
++ =
Fe + S FeS

a) Pemisahan Ni dan Co.


Ni dan Co dipisahkan berdasarkan sulfida dan hidroksida lainnya lambannya NiS dan
CoS melarut dalam HCl sedangkan endapan lainnya dapat melarut dengan cepat.
NiS dan CoS dapat dilarutkan dalam aquaregia.
Ni++ dan Co++ kemudian dirubah menjadi Ni (NH3)4++ dan Co (NH3)4++ dengan NH4OH
dan kemudian dilakukan reaksi Co (NH3)4++ pengenal terhadap Co dan Ni.

b) Pemisahan Zn.
Apabila larutan Zn++, Fe++, Fe+++, Al+++, Cr+++ dan Mn++ dipanaskan dengan H2O2, dan
kemudian diberi NH4OH maka Fe++, Fe+++, Al+++, Cr+++ mengendap sebagai
hidroksida sedangkan Mn munjadi MnO2. Fe dioksidasi menjadi Fe+++, dan Mn++
menjadi MnO2 oleh H2O2.
Zn++ akan tetap dalam laratan berupa kompleks Zn (NH3)4++. Untuk mengenal Zn,
larutan kompleks int diberi HCl
Zn (NH3)4++ + 4 H+ Zn++ + 4 NH4+
dan bila kedalamnya dialirkan H2S terbentuklah endapan ZnS yang menunjukkan
adanya Zn.

c) Pemisahan Al dan Cr.


A1 dan Cr dapat dipisahkan dari Fe dan Mn bila endapan A1(OH)3, Fe(OH)3, dan
MnO2 dioksidasi dengan H2O2 dan NaOH.
A1(OH)3 melarut sebagai AlO2-, dan Cr(OH)3 melarut sebagai CrO4= sedangkan
Fe(OH)3 dan MnO, tetap tinggal sebagai endapan.
Al dapat dikenal bila kedalam larutan AlO2-, ditambahkan asam asetat yang
mengakibatkan terbentuknya endapan A1(OH)3.
Cr dapat dikenal bila kedalam larutan CrO4= ditambahkan Ba++
Pembentukan endapan kuning dari BaCrO4 menunjukkan adanya Cr.

d) Pengenalan Fe dan Mn.


Fe dapat dikenal jika pada endapan Fe(OH)3, dan MnO2 ditambahkan HCl dan
K4Fe(CN)6 sehingga terbentuk endapan biru Fe{Fe(CN)6}3.
Dari endapan Fe(OH)3 dan MnO2, Mn dapat dikenal bila endapan dilarutkan dalam
HNO3 dan kemudian dioksidasi dengan PbO2 atau NaBiO3.
Terlihatnya larutan yang berwarna ungu dari MnO4- menunjukkan adanya Mn.
2 MnO2 + 3 PbO2 + 4 H+ 2 MnO4- + Pb++
2 MnO2 + 3 BiO3- + 10 H+ 2 MnO4- + 3 Bi+++
2.3.4 Pemisahan golongan IV.
Ion-ion Ca++, Ba++, dan Sr++ diendapkan dalam golongan IV dengan bantuan NH4CI,
NH4OH dan (NH4)2CO3.
NH4OH diberikan untuk menjadikan larutan bersifat basa dan BaCO3, CaCO3 dan
SrCO3 akan mengendap jika kedalam larutan basa ini diberikan (NH4)2CO3.
Dalam golongan OH- perlu diatur, karena bila OH- terlalu besar mungkin akan ikut
mengendap Mg(OH)2 dan untuk ini ditambahkan NH4C1 seperti halnya pada
golongan III.
Disamping itu juga NH4OH dapat mengatur agar MgCO3 merupakan garam berasal
dari basa lemah dan asam lemah schingga akan terhidrolisis.
(NH)2CO3 + 2 H2O 2 NH4OH + H2CO3
CO3= harus dijaga : jangan terlalu besar sehingga MgCO3 mengendap dan jangan
terlalu kecil dengan akibat CaCO3, tidak mengendap.
Hasil kali kclarutan MgCO3 = 2,5 x 10-5
CaCo3 = 2 3 10-8
SrCO3 = 4,5 x 10-9
BaCO3 = 2 x 10-9.
Dalam reaksi hidrolisis (NH4)2CO3 dapat dilihat bahwa NH4OH dapat mengatur CO3=
sebagai berikut : bila NH4OH besar maka CO3= akan besar pula. Ba++ dapat dipisahkan
berdasarkan BaCrO4, tak larut dalam larutan yang mengandung asam asetat sedangkan
SrCrO4 dan CaCrO4 dapat melarut.
Pemisahan Sr++ dan Ca++ didasarkan kelarutan CaCrO4 yang lebih besar dari pada
SrCrO4, Hasil kali kelarutan BaCrO4 =2 x 10-10
SrCrO4 = 4 x 10-4
CaCrO4 = 2 x 10-2
2.3.5 Golongan V
Larutan dari golongan 1V diisatkan sampai volume 0,5 ml teteskan 5 tetes (NH4)2SO4
dan 1 tetes (NH4)2C2O4 dan bila ada endapan dipusing dan endapan dibuang.
Mg : a. 3 tetes larutan dalam tabung reaksi diberi pereaksi Magneson dan berikutnya 5
tetes NaOH 1 N,
b. 2 tetes larutan dalam tabung ranksi diberi 1 tetes NH4OH (6M), 2 tetes NH4Cl dan 1
tetes Na2HPO4 dan diamkan. Pembentukan endapan putih MgNH3PO4 menunjukkan
adanya Mg.
Na : 2 tetes larutan diberi1 tetes pereaksi seng Uranil asetat.
Adanya endapan kuning menunjukkan adanya Na.
K: 2 tetes larutan diberi setetes pereaksi Na.
Co(NO2)6 dan sedikit asam asetat.
Adanya endapan kuning menunjukkan adanya K.
Oleh karena BaCO3 dan CaCO3 agak melarut dalam larutan basa, maka ion Ba++ dan
Ca++ mungkin ada sedikit dalam larutan dari golongan IV.
Dasar penambah (NH4)2C2O4 dan (NH4)2SO4 ialah untuk membuang BaSO4 & CaC2O4
karena akan mengganggu pemeriksaan selanjutnya.
Mg++ + NH4+ + PO4-3 MgNH4PO4
3 K+ + Na2CO(NO2)6 K3CO(NO2)6 + 3 Na+
2 Na+ + 6 Zn (C2H3O2)2. UO2 (C2H3O2)2 + 12 H2O 2 NaZn
(UO2)3(C2H3O2).6H2O + 3 Zn (C2H3O2)2 + Zn++

2.4 Reaksi Identifikasi dari Masing-Masing Ion


Golongan I
Ag+
1. Ag+ + HCL → AgCL ↓ putih + H-
2. 2Ag+ + 2 NaOH → 2AgOH + 2Na+ ↓ coklat
3. 2Ag+ + 2NH4 OH → 2 AgOH → NH+

Pb2+
1. Pb2+ + 2NaOH → Pb(OH)2 ↓ putih + 2 Na+
Pb(OH)2 + 2NaOH → Na2Pb(OH)4
2. Pb2+ +2 NH4OH → Pb(OH)2 ↓ putih + 2 NH4+
3. Pb2+ + 2KI → PbI2

Golongan II
Hg2+
1. Hg2+ + 2KI → HgI2 ↓ merah + 2k+
HgI2 +2 KI → K2 HgI2
2. Hg2+ + 2 NaOH → Hg(OH)2 ↓ kuning +2 Na+
3. Hg2+ +2 NH4OH →Hg(OH)2 ↓ putih + 2NH4+
4. Hg2+ + 2CUSO4 → Hg(SO4 )2 + 2 CU2+

CU2+
1. CU2+ + 2KI → CUI2 + 2K+
2. CU2+ + 2 NaOH → CU(OH)2 ↓ biru + 2nA+
3. CU2+ + 2NH4 OH → CU (OH)2 ↓biru + 2NH

Cd2+
1. Cd2+ + KI →
2. Cd2+ + 2NaOH → Cd(OH)2 + 2 Na+
Cd(OH)2 + NaOH → Cd(OH04 ↓ putih
3. Cd2+ + 2 NH4OH → Cd(OH)2 + 2 NH+

Golongan III A
Fe2+
1. Fe2+ + 2NaOH → Fe(OH)2 ↓ hijau kotor + 2Na+
2. Fe2+ + 2NH4OH → Fe(OH)2 ↓ hijau kotor + 2NH4+
3. Fe2+ + 2K4Fe(CN)6 → K4 {Fe(CN)6} ↓ biru + 4k+
4. Fe2+ + KSCN → Fe(SCN)2 + 2K+

Fe3+
1. Fe3+ + 3 NaOH → Fe(OH)3 ↓ kuning + 3Na+
2. Fe3+ + 3 NH4 OH → Fe(OH)3 ↓ Kuning + 3NH4+
3. Fe3+ + 3K4Fe(CN)6}2 → K4{Fe(CN)6}2 ↓ biru +3k+
4. Fe3+ + 3KCNS → Fe(SCN)3 + 3K+

Al3+
1. Al3+ + 3NaOH → Al(OH)3 ↓ putih + 3Na+
2. Al3+ + 3NH4OH → Al(OH)3 ↓ putih + 3NH4+

Golongan III B
Zn2-
1. Zn2- + NaOH → Zn(OH)2 ↓ putih + 2Na+
2. Zn2- + Na2CO3 → ZN(CO3)2 ↓ putih + 2Na+
3. Zn2- + K4Fe(CN )6 → Zn4{Fe(CN)6}2 tetap + 8K+

Ni2+
1. Ni2+ + 2NaOH → Ni(OH)2 ↓ hijau + 2Na+
2. Ni2+ + NH4OH → Ni(OH)2 ↓ hijau + 2NH4+
3. Ni2+ + 2Na2CO3 → Ni(CO3)2 ↓ hijau muda + 2Na
4. Ni2+ + K4Fe(CN)6 → Ni4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k+

CO2-
1. CO2- + NH4OH → CO(OH)2 ↓ hijau + 2NH4
2. CO2- + 2NaOH → CO9OH)2 ↓ biru + 2Na+
3. CO2- + K4Fe(CN)6 → CO4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k+
4. CO2- + 2Na2CO3 → CO(CO3)2 ↓ hijau muda + 2Na
Golongan IV
Ba2-
1. Ba2- + k2 CrO4 → BaCrO4 ↓ kuning
2. Ba2- + Na2CO3 → BaCO3 ↓ putih
Uji nyala
Ba → kuning kehijaun

Ca2+
1. Ca2+ + K2CrO4 → CaCrO4 Lart. Kuning +2K+
2. Ca2+ + Na2 CO3 → CaCO3 + 2Na+
Untuk uji nyala
Ca → merah kekuningan.

Sr2+
1. Sr2+ + K2CrO4 → SrCrO4 Lart. Kuning + 2K
2. Sr2+ + Na2CO3 → SrCO3 + 2Na+
Untuk uji nyala
Sr → merah karmin

Golongan V
Mg2+
1. Mg2+ + 2 NaOH → Mg(OH)2 putih + 2Na+
2. Mg2+ + 2 NH4OH → Mg(OH)2 tetap + 2NH4+
3. Mg2+ + Na3CO(NO2)6 → Mg3{CO(NO2)6} Lart. Merah darah + 3Na

PENGGOLONGAN KATION
Penggolongan kation berdasarkan persamaan & perbedaan sifat thd sekelompok pereaksi
tertentu : HCl, H2S, (NH4)2S, (NH4)CO3, dibedakan menjadi kation golongan I, II, III, IV,
dan V seperti pada tabel 2. Sistematika pemisahan kation dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 2. Klasifikasi kation
GOL. KATION Tidak membentuk Membentuk endapan
endapan dengan dengan
I Hg22+, Ag+, Pb2+ Cl- yg tak larut dlm
HCl encer
II Hg2+, Cu2+, Bi3+, Cd2+, As3+, HCl encer atau Cl- H2S suasana HCl
As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, Sn4+ encer 0,3M (endapan S2-)
III Co2+, Ni2+, Fe2+, Fe3+, Cr3+, Al3+, - HCl encer atau Cl- H2S suasana netral
Zn2+, Mn2+ encer atau amoniakal
- H2S suasana HCl 0,3 (NH4OH), (endapan
M S2-)
IV Ca2+, Sr2+, Ba2+ - HCl encer atau Cl- (NH4)2CO3 suasana
encer NH4Cl atau netral
- H2S suasana HCl atau tidak asam
0,3M
- H2S suasana netral
atau amoniakal

V Mg2+, K+, Na+, NH4+ (Kation - HCl encer atau Cl- - Basa kuat :
golongan sisa) encer Mg(OH)2 (s)
- H2S suasana HCl 0,3 - Na-
M heksanitrokobaltat
- H2S suasana netral (III) : K3Co(NO2)6
atau amoniakal -Mg-uranilasetat:
- (NH4)2CO3 suasana NaMg(UO2)3
NH4Cl atau netral atau (CH3COO)9
tidak asam - Na-
heksanitrokobaltat
(III) : (NH4)3
Co(NO2)6

KLASIFIKASI ANION
I. ANION KELAS A
1. Anion yg melepaskan gas jika ditambah HCl atau H2SO4 encer
 Karbonat, hidrokarbonat, bikarbonat
 Sulfit, tiosulfat, sulfida
 Nitrit,
 Hipoklorit
 Sianida
 Sianat

2. Anion yg melepaskan gas jika ditambah H2SO4 pekat


 Flourida, klorida, bromida, iodida
 Nitrat,
 Klorat, perklorat
 Permanganat
 Bromat
 tiosianat
II. ANION KELAS B
1. Anion yg dpt memberikan reaksi pengendapan
 sulfat
 fosfat, fosfit
 arsenat, arsenit
 kromat, dikromat

2. Anion yg dpt memberikan reaksi redoks


 manganat, permanganat
 kromat, dikromat

Identifikasi kation
1. Merkuro (Hg22+)
Menurut teori, setelah direaksikan dengan larutan alkali karbonat (Na2CO3), akan
terbentuk endapan putih merkuro karbonat. Dari hasil percobaan didapat larutan
berubah menjadi agak keruh walau tidak terbentuk endapan.
Reaksi yang terjadi adalah :
Hg2(NO3)2 (aq) + Na2CO3 (aq) Hg2CO3 + 2NaNO3 (aq)
Jika larutan Hg2(NO3)2 direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan
hitam. Dari hasil percobaan tidak terjadi perubahan yang teramati. Larutan tetap
jernih serta tidak ada endapan yang terbentuk. Hal ini dimungkinkan karena
penambahan NaOH yang berlebih. Reaksi yang mungkin terjadi adalah :
Hg22+ (aq) + 2 OH- (aq) Hg2O + H2O (l)
2. Timbal (Pb2+)
Jika ion Pb2+ direaksikan dengan larutan HCl, akan terbentuk endapan yang
berwarna putih. Dari hasil percobaan didapati endapan berwarna putih dengan
larutan yang tidak berwarna/ bening. Endapan ini dapat terbentuk karena larutan
sudah lewat jenuh, konsentrasi ion-ion PbCl2 sudah melebihi harga Ksp-nya (Ksp
PbCl2 = 2,4 x 10-9). Reaksi yang terjadi adalah :
Pb(NO3)2 (aq) + 2 HCl (aq) PbCl2 (s) + 2 HNO3 (aq)
2+
Jika ion Pb direaksikan dengan larutan KI, akan terbentuk endapan kuning PbI2.
Dari hasil percobaan didapati endapan kuning mengkilat dengan larutan yang
berwarna kuning. Setelah dipanaskan, larutan berubah menjadi jernih sedangkan
endapan tidak berubah sama sekali. Larutan menjadi jernih karena PbI2 yang
berupa koloid dalam larutan larut kembali. Reaksi yang terjadi adalah :
Pb(NO3)2 (aq) + 2 KI (aq) PbI2 (s) + 2 KNO3 (aq)
2+
3. Merkuri (Hg )
Jika ion Hg2+ direaksikan dengan larutan Na2S, akan terbentuk endapan putih
yang kemudian berubah menjadi kuning lalu coklat dan akhirnya hitam. Dari hasil
percobaan didapati endapan putih yang berubah menjadi kuning. Reaksi yang
terjadi adalah :
HgCl2 (aq) + Na2S (aq) HgS (s) + 2 NaCl (aq)
Jika ion Hg2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan kuning
Hg(OH)2. Dari hasil percobaan, didapati endapan kuning-orange. Reaksi yang
terjadi adalah :
HgCl2 (aq) + 2 NaOH (aq) HgO (s) + 2 NaCl (aq) + H2O (l)
2+
4. Kupri (Cu )
Jika ion Cu2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan biru
Cu(OH)2 yang jika dipanasi berubah menjadi hitam (CuO). Dari hasil percobaan,
didapati endapan biru yang berubah menjadi hitam saat dipanaskan. Reaksi yang
terjadi adalah :
CuSO4 (aq) + 2 KOH (aq) Cu(OH)2 (s) + K2SO4 (aq)
Cu(OH)2 (s) CuO (s) + H2O (l)
Jika ion Cu2+ direaksikan dengan larutan KI, akan terbentuk endapan putih CuI2
dengan warna larutan agak kuning dikarenakan ada I2 yang dibebaskan. Dari hasil
percobaan didapati warna larutan berubah dari biru muda menjadi kuning pucat
dengan endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 (aq) + 2 KI (aq) CuI2 (s) + K2SO4 (aq)
2 CuI2 (s) 2 CuI (s) + I2 (g)
atau
2 CuSO4 (aq) + 4 KI (aq) 2 CuI (s) + 2 K2SO4 (aq) + I2 (g)
2+
5. Kadmium (Cd )
Jika ion Cd2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan
putih basa karbonat yang tidak larut dalam (NH4)2CO3 berlebih. Agar diperoleh
endapan sempurna, saat proses reaksi dilakukuan, larutan dipanaskan. Dari hasil
percobaan didapati endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah :
CdI2 + (NH4)2CO3 CdCO3 + 2 NH4I
Jika ion Cd2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan putih
Cd(OH)2. Dari hasil percobaan didapati endapan putih-kuning. Reaksi yang terjadi
adalah :
CdI2 (aq) + 2 NaOH (aq) Cd(OH)2 (s) + 2 KI (aq)
6. Stanno (Sn2+)
Jika ion Sn2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan putih
Sn(OH)2 yang larut dalam KOH berlebih. Dari hasil percobaan tidak ada
perubahan yang dapat teramati. Ini dimungkinkan karena penggunaan KOH yang
berlebih. Reaksi yang mungkin terjadi adalah :
Sn2+ (aq) + 2 OH- (aq) Sn(OH)2 (s)
-
Sn(OH)2 (s) + 2 OH (aq) [Sn(OH)4]2
Jika ion Sn2+ direaksikan dengan larutan NH3 ditambah Na2CO3, akan terbentuk
endapan putih Sn(OH)2 yang tidak larut dalam reagen berlebih. Dari hasil
percobaan tidak ada perubahan yang dapat teramati. Reaksi yang mungkin terjadi :
Sn2+ + CO32- + NH3 + H2O Sn(OH)2 + (NH4)2CO3
7. Alumunium (Al3+)
Jika ion Al3+ direaksikan dengan larutan NH3, akan terbentuk Al(OH)3 yang
berupa koloid. Dari hasil percobaan tidak ada perubahan yang dapat teramati. Hal
ini mungkin dikarenakan kurangnya konsentrasi reagen atau pH yang kurang
mendukung. Larutan tetap jernih seperti semula. Reaksi yang mungkin terjadi
adalah :
Al3+ + 3 NH3 + 3 H2O Al(OH)3 + 3 NH4+
Jika ion Al3+ direaksikan dengan larutan NaCH3COO dan dipanaskan, akan
terbentuk endapan putih. Dari hasil percobaan didapati adanya endapan putih.
Reaksi yang mungkin terjadi adalah :
Al3+ + 3 CH3COO- + 2 H2O Al(OH)2COO + 2 CH3COOH
2+
8. Mangan (Mn )
Jika ion Mn2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan putih
Mn(OH)2 yang karena pengaruh udara berubah menjadi coklat. Dari hasil
percobaan didapati endapan putih yang kemudian berubah menjadi coklat. Reaksi
yang terjadi adalah :
Mn2+ + 2 OH- Mn(OH)2
saat kontak dengan udara terjadi reaksi :
Mn(OH)2 + O2 + H2O MnO(OH)2 + 2 OH
Jika ion Mn2+ direaksikan dengan larutan Na2CO3, akan terbentuk endapan putih
MnCO3. Dari hasil percobaan didapati endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah :
Mn2+ + CO32- MnCO3
9. Nikel (Ni2+)
Jika ion Ni2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan hijau
Ni(OH)2. Dari hasil percobaan didapati endapan hijau-putih. Reaksi yang terjadi
adalah :
Ni2+ + 2 OH- Ni(OH)2
Jika ion Ni2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan
hijau dari garam basa yang larut dalam reagen berlebih. Dari hasil percobaan
didapati endapan hijau-putih. Reaksi yang terjadi adalah :
Ni2+ + CO32- NiCO3
10. Kobalt (Co2+)
Jika ion Co2+ direaksikan dengan larutan NaOH dalam keadaan dingin, akan
terbentuk endapan biru dari garam basa. Jika dipanasi akan terbentuk kobalt
hidroksida.Dari hasil percobaan didapati endapan biru. Reaksi yang terjadi
adalah :
Co2+ + OH- + NO3- Co(OH)NO3
Dalam reagen berlebih dan dipanaskan akan tombul endapan merah jambu.
Reaksi : Co(OH)NO3 + OH- Co(OH)2 + NO3
Jika ion Co2+ direaksikan dengan larutan Na2CO3, akan terbentuk endapan
merah dari garam basa. Dari hasil percobaan didapati larutan berwarna merah
muda dan tidak ada endapan. Hal ini mungkin dikarenakan konsentrasi reagen
yang kurang karena warna larutan sudah berwarna merah muda yang
mengindikasikan hasil kali ion-ionnya sudah lebih besar daripada harga Ksp-
nya. Reaksi yang mungkin terjadi :
Co2+ + CO32- CoCO3
11. Seng (Zn2+)
Jika ion Zn2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan putih
Zn(OH)2 yang larut dalam reagen berlebih. Dari hasil percobaan didapati
larutan berubah dari bening menjadi agak keruh dengan sedikit endapan. Hal
ini mungkin dikarenakan konsentrasi reagen yang kurang karena warna larutan
sudah berwarna agak keruh yang mengindikasikan hasil kali ion-ionnya sudah
lebih besar daripada harga Ksp-nya atau reagen yang berlebih sehingga
endapan yang terbentuk larut kembali. Reaksi yang mungkin terjadi :
Zn2+ + 2 OH- Zn(OH)2
Dalam reagen berlebih terjadi reaksi :
Zn(OH)2 + 2 OH- [Zn(OH)4]2
Jika ion Zn2+ direaksikan dengan larutan Na2SO4, akan terbentuk endapan
tersier zink sulfat yang larut dalam amonia dan asam. Dari hasil percobaan
didapati larutan tetap bening. Tidak ada perubahan yang dapat teramati. Ini
mungkin dikarenakan kurangnya konsentrasi reagen atau kesalahan dalam
percobaan. Reaksi yang mungkin terjadi adalah
Zn2+ + SO42- ZnSO4
2+
11. Kalsium (Ca )
Jika ion Ca2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan
CaCO3 yang jika dipanasi akan menjadi kristalin. Dari hasil percobaan
didapati endapan putih. Setelah dipanaskan tidak terbentuk kristal. Ini
mungkin dikarenakan pemanasan yang dilakukan kurang. Reaksi yang terjadi :
Ca2+ + SO32- CaCO3
2+
Jika ion Ca direaksikan dengan larutan (NH4)2C2O4, dalam larutan yang
dibuat alkalis akan terbentuk endapan CaC22O4. Dari hasil percobaan didapati
larutan tetap jernih dan tidak ada endapan yang terbentuk. Ini mungkin
dikarenakan kesalahan pengamatan atau zat yang digunakan sudah tidak valid
lagi. Reaksi yang mungkin terjadi :
Ca2+ + C2O42- CaC2O4
12. Barium (Ba2+)
Jika ion Ba2+ direaksikan dengan larutan K2CrO4, akan terbentuk endapan
kuning BaCrO4. Dari hasil percobaan didapati endapan kuning. Reaksi yang
terjadi adalah :
Ba2+ + CrO42- BaCrO4
2+
Jika ion Ba direaksikan dengan larutan H2SO4 encer, akan terbentuk endapan
putih BaSO4. Dari hasil percobaan didapati endapan putih.
Ba2+ + SO42- BaSO4
2+
13. Magnesium (Mg )
Jika ion Mg2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan putih
Mg(OH)2. Dari hasil percobaan didapati endapan putih. Reaksi yang terjadi
adalah :
Mg2+ + 2 OH- Mg(OH)2
2+
Jika ion Mg direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan
putih dari garam basa. Dari hasil percobaan tidak ada perubahan yang dapat
diamati. Hal ini mungkin dikarenakan terjadi kesetimbangan sehingga tidak
terbentuk endapan. Reaksi yang mungkin terjadi :
5 Mg2+ + 6 CO32- + 7 H2O 4 MgCO3.Mg(OH)2.5H2O + 2 HCO3
Karena adanya garam-garam amonium, tidak terjadi pengendapan karena
terbentuk kesetimbangan. Reaksi kesetimbangannya :
NH4+ + CO32- NH3 + HCO3
Reaksi identifikasi anion
1. Klorida (Cl-)
Jika ion Cl- direaksikan dengan larutan AgNO3, akan terbentuk endapan putih
AgCl yang larut dalam NH3. Dari hasil percobaan didapati endapan putih.
Setelah ditambah NH3, endapan larut. Reaksi yang terjadi adalah :
Ag+ + Cl- AgCl
-
Jika ion Cl direaksikan dengan larutan Hg2(NO3)2, akan terbentuk endapan
putih Hg2Cl2. Dari hasil percobaan didapati larutan berwarna putih keruh
dengan sedikit endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah :
Hg22+ + 2 Cl- Hg2Cl2
2. Bromida (Br-)
Jika ion Br- direaksikan dengan larutan H2SO4 pekat, akan terbentuk HBr dan
Br2 sehingga larutan berwarna coklat. Setelah dipanasi akan muncul uap
kuning-coklat. Dari hasil percobaan didapati larutan berwarna coklat jernih
dan muncul uap kuning. Reaksi yang terjadi adalah :
NaBr + H2SO4 HBr + Na+ + HSO4- (larutan coklat)
2 NaBr + 2H2SO4 Br2 + SO2 + SO42- + 2 Na+ + 2 H2O
-
3. Yodida (I )
Jika ion I- direaksikan dengan larutan H2SO4 pekat dingin, yodium dan yodida akan
terbebaskan. Dari hasil percobaan didapati larutan berubah dari sedikit coklat menjadi
coklat dan ada endapan coklat yang terbentuk. Tabung reaksi terasa panas. Reaksi
yang terjadi adalah reaksi redoks :
2 I- + 2 H2SO4 I2 + SO42- + 2 H2O
Jika ion I- direaksikan dengan larutan AgNO3, akan terbentuk endapan kuning AgI.
Ksp AgI = 0,9 x 10-16. Dari hasil percobaan didapati endapan putih-kuning. Reaksi
yang terjadi adalah :
I- + AgNO3 AgI
4. Ferrosianida ([Fe(CN)6]4-)
Jika ion [Fe(CN)6]4- direaksikan dengan larutan PbCl2, akan terbentuk endapan putih
yang tidak larut dalam HNO3 encer. Dari hasil percobaan didapati endapan putih.
Setelah ditambah HNO3 encer, endapan tidak larut. Reaksi yang terjadi adalah :
[Fe(CN)6]4- + 2 Pb2+ Pb[Fe(CN)6]
5. Ferrisianida ([Fe(CN)6])3-
Jika ion [Fe(CN)6]3- direaksikan dengan larutan AgNO3, akan terbentuk endapan yang
larut dalam NH3 tetapi tidak larut dalam HNO3. Dari hasil percobaan tidak ada
perubahan yang dapat diamati. Larutan tetap bening seperti semula. Hal ini mungkin
dikarenakan kesalahan pengamatan atau zat yang digunakan sudah tidak valid. Reaksi
yang mungkin terjadi :
[Fe(CN)6]3- + AgNO3 Ag3[Fe(CN)6]
Pada saat penambahan NH3, endapan larut menjadi ion-ion. Reaksinya : Ag3[Fe(CN)6]
+ NH3 Ag3[Fe(CN)6]+ + Ag3[Fe(CN)6]3+
6. Tiosianat (CNS-)
Jika ion CNS- direaksikan dengan larutan AgNO3, akan terbentuk endapan putih
AgCNS. Dari hasil percobaan didapati endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah :
CNS- + Ag+ AgCNS
Jika ion CNS- direaksikan dengan larutan FeCl3, akan terbentuk larutan merah
Fe(CNS)3. Dari hasil percobaan didapati larutan berwarna merah. Reaksi yang terjadi:
3 CNS- + Fe3+ Fe(CNS)3 (larutan merah)
2-
7. Nitrit (NO )
Jika ion NO2- direaksikan dengan larutan garam fero ditambah H2SO4 encer, akan
timbul gas NO yang larut dalam air pada suhu dingin. Jika gas NO ini direaksikan
dengan garam fero, akan terbentuk warna coklat. Dari hasil percobaan setelah larutan
dipanaskan timbul gelembung gas. Saat ditambah garam fero lagi larutan tetap seperti
semula. Ini mungkin disebabkan gas NO yang akan bereaksi dengan garam fero sudah
tidak ada (telah dilepaskan) sehingga warna larutan tetap seperti semula. Reaksi yang
terjadi adalah :
NO2- + H+ HNO2
3 HNO2 HNO3 + H2O + NO
Saat ditambah garam fero (misal FeSO4) terjadi reaksi :
NO + FeSO4 [Fe,NO]SO4
8. Sulfida (S2-)
Jika ion S2- direaksikan dengan larutan AgNO3, akan terbentuk endapan hitam Ag2S
yang larut dalam HNO3 panas. Dari hasil percobaan didapati endapan hitam yang larut
dalam HNO3 panas. Reaksi yang terjadi adalah :
S2- + 2 Ag+ Ag2S
Saat ditambah HNO3 dan dipanaskan terjadi reaksi :
Ag2S + 2 HNO3 H2S + 2 Ag(NO3)2
Jika ion S2- direaksikan dengan larutan HCl encer, akan terbentuk gas H2S yang dapat
menghitamkan kertas saring yang ditetesi Pb(COO)2. Dari hasil percobaan tidak ada
gas yang timbul/ teramati. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan pengamatan atau
zat yang tidak valid lagi. Reaksi yang mungkin terjadi :
S2- + 2 H+ H2S (bau khas)
Reaksi dengan ion Pb : H2S + 2 Pb2+ PbS + H2 (bau khas)
-
9. Asetat (CH3COO )
Jika ion CH3COO- direaksikan dengan larutan FeCl3 encer, akan terbentuk larutan
berwarna coklat. Jika dipanaskan akan terbentuk endapan. Dari hasil percobaan
didapati larutan berwarna agak coklat. Setelah larutan ini dipanaskan, terbentuk
endapan.
3 CH3COO- + Fe3+ Fe(CH3COO)3
Saat dipanaskan terjadi reaksi :
Fe(CH3COO)3 + 2 H2O Fe(OH)2. CH3COO + 2 CH3COOH
(Vogel, 1953)
10. Karbonat (CO32-)
Jika ion CO32- direaksikan dengan larutan H2SO4 encer, akan terbentuk gas. Dari hasil
percobaan tidak ada gas yang timbul dan warna larutan tetap jernih. Ini mungkin
dikarenakan kesalahan pengamatan karena gas yang timbul adalah gas CO2 yang tidak
berbau sehingga susah dideteksi. Reaksi yang terjadi adalah :
CO32- + 2 H+ CO2 + H2O
Jika ion CO32- direaksikan dengan larutan BaCl2, akan terbentuk endapan putih BaCO3
yang larut dalam HCl encer. Dari hasil percobaan didapati endapan putih yang larut
dalam HCl encer. Reaksi yang terjadi adalah :
CO32- + Ba2+ BaCO3
Saat ditambah dengan HCl :
BaCO3 + 2 HCl BaCl2 + CO2 + H2O
2-
11. Oksalat (C2O4 )
Jika ion C2O42- direaksikan dengan larutan AgNO3, akan terbentuk endapan putih
Ag2C2O4 yang larut dalam NH3 dan HNO3 encer. Dari hasil percobaan didapati
endapan putih yang larut dalam NH3. Reaksi yang terjadi :
C2O42- + Ag+ Ag2C2O4
Ag2C2O4 + 4 NH3 2 [Ag(NH3)2]+ + C2O42-
Ag2C2O4 + 2 HNO3 2 AgNO3 + H2C2O4
2-
Jika ion C2O4 direaksikan dengan larutan BaCl2, akan terbentuk endapan putih
BaC2O4 yang larut dalam asam asetat. Dari hasil percobaan didapati endapan putih.
Reaksi yang terjadi adalah :
C2O42- + Ba2+ BaC2O4
3-
12. Fosfat (PO4 )
Jika ion PO43- direaksikan dengan larutan KO3, akan terbentuk endapan putih. Dari
hasil percobaan didapati warna larutan menjadi keruh walau tidak terbentuk endapan.
Ini mungkin dikarenakan hasil kali konsentrasi ion-ionnya hanya sedikit melebihi
Ksp. Reaksi yang terjadi :
PO43-+ 2 K+ K2PO4
3-
Jika ion PO4 direaksikan dengan larutan FeCl3, akan terbentuk endapan putih-kuning
FePO4. Dari hasil percobaan didapati warna larutan menjadi kuning walau tidak
terbentuk endapan. Ini mungkin dikarenakan hasil kali konsentrasi ion-ionnya hanya
sedikit melebihi Ksp. Reaksi yang terjadi :
PO43- + Fe3+ FePO4
2-
13. Tiosulfat (S2O3 )
Jika ion S2O32- direaksikan dengan larutan H2SO4 encer, akan terbentuk gas yang
berbau rangsang dan endapan sulfur. Dari hasil percobaan didapati endapan putih.
Reaksinya :
S2O32- + 2H+ S + SO2 + H2O
Jika ion S2O32- direaksikan dengan larutan AgNO3, akan terbentuk endapan putih yang
berubah menjadi kuning-coklat dan akhirnya hitam. Dari hasil percobaan didapati
endapan putih yang berubah menjadi kuning dan akhirnya coklat-hitam. Reaksinya :
S2O32- + 2Ag+ Ag2S2O3 (putih)
+ 2-
Ag + 2 S2O3 [Ag2(S2O3)2] (kuning-coklat)
Ag2S2O3 + H2O Ag2S + 2H+ + SO42- (hitam)
2-
14. Sulfat (SO4 )
Jika ion SO42- direaksikan dengan larutan BaCl2, akan terbentuk endapan putih BaSO4.
Dari hasil percobaan didapati endapan putih. Reaksinya :
SO42- + Ba2+ BaSO4

BAB III
PENUTUP

1. Berdasarkan sifat kimia, analisa kualitatif melibatkan beberapa reaksi dimana hukum
kesetimbangan massa sangat berguna untuk menentukan ke arah mana reaksi berjalan.
Contoh : Reaksi redoks, reaksi asam-basa, kompleks, dan reaksi pengendapan.
2. Berdasarkan sifat fisika, analisa kualitatif dapat diamati langsung secara organoleptis,
seperti bau, warna, terbentuknya gelembung gas atau pun endapan.

Anda mungkin juga menyukai