Anda di halaman 1dari 17

PEDOSFER

I.1 Latar Belakang

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur- unsur esensial); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat
biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman (Hanafiah, 2004).
Tanah berasal dari pelapukan batuan dngan bantuan tanaman dan organisme
membentuk tubuh unik yang menyelimuti lapian batuan. Proses pembentukan
tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai
tubuh alam yang terdiri atas lapian-lapisan atau disebut sebagai horison. Setiap
horison dapat menceritakan asal dan proses-proses kimia, fisika dan biologi yang
telah dilalui tubuh tanah tersebut (Purwowidodo, 1991).
Tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama, yaitu sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penyedia kebutuhan primer
tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya baik selama pertumbuhan
maupun untuk berproduksi, penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi
dalam menunjang aktivitasnya supaya berlangsung optimum, dan habitat biota
tanah baik yang berdampak positif maupun yang berdampak negatif (Hanafiah,
2004).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitiannya (Sutejo & Kartasapoetra, 1991).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan pengamatan profil tanah
dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah. Dari pengambilan
sampel tanah yang dilakukan pada berbagai lapisan tanah tersebut kita dapat
mengetahui karakteristik tanah, tekstur, warna, dan pH tanah.
I.2 Tujuan dan Kegunaan

a. Untuk mengetahui cara menganalisis ciri dan sifat tanah yang meliputi
warna, tekstur, struktur, konsistensi, kandungan bahan organik, kandungan
bahan kapur, dan ph tanah yang berada di lapangan
b. Untuk mengetahui alat-alat apa yang digunakan untuk melakukan analisis
cirri dan sifat tanah yang ada dilapangan.
c. Untuk mengetahui keadaaan tanah yang ada di lokasi praktikum
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Profil Tanah

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalman
yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya
(Sutejo & Kartasapoetra, 1991).
Menurut Brady (1974) setiap tanah itu, horison-horisonnya mencirikan dan
sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tingkat tinggi. Pada suatu profil
tanah yang lengkap dapat kita lihat beberapa lapisan yang membentuk tanah.
Adanya lapisan-lapisan dalam tanah ini karena berlangsungnya perombakan yang
tidak sama. Lain halnya pada tanah yang tergolong entisol, disini lapisan-lapisan
merupakan hasil penimbunan bahan yang berasal dari tempat lain. Lapisan-lapisan
yang terbentuk sebagaimana kita lihat pada profil tanah dapat dikatakan tidak
selamanya tegas dan nyata sehingga kerap kali batas-batasnya agak kabur dan
kejadian demikian akan menyulitkan dalam penelitian (Sutejo & Kartasapoetra,
1991).
Pada umumnya penelaahan laisan-lapisan pembentuk tanah ditekankan pada
ketebalan solum tanah (medium bagi pertumbuhan tanaman) yang diukur
ketebalannya itu mulai dari lapisan batu-batuan sampai ke permukaan tanah.
Setelah diketahui solum tanah itu kemudian dapat ditentukan tebalnya lapisan atas
tanah (top soil) dan lapisan bawahnya (sub soil) yang satu dengan lainnya akan
menunjukkan perbedaan atau kekhususan yang mencolok (Sutejo &
Kartasapoetra, 1991). Tentang hal ini dapat ditemukan sebagai berikut:

a. Lapisan atas tanah (top soil) yang ketebalan solumnya sekitar 20 – 35 cm


merupakan tanah yang relatif lebih subur jika dibandingkan dengan sub soil,
banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah
tanah bagi pertanian yang banyak memungkinkan keberhasilan usaha
penanaman diatasnya. Pada tanah litosol ketebalan solum tanah biasanya
kurang dari 25 cm.
b. Lapisan atas tanah merupakan media utama bagi perkembangan akar tanaman
yang kita budidayakan, dengan kandungan unsur-unsur haranya yang tinggi
serta tingkat kelembaban tanahnya menguntungkan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pengolahan tanah yang baik (pengolahan dan
pemberian bahan organik) akan lebih memperbaiki sifat fisik tanah itu,
sedangkan kesuburan dan produktivitasnya akan lebih dapat ditingkatkan
dengan beberapa perlakuan, seperti pemberian pupuk, pemulasan,
pengapuran, pengeringan atau pembasahan dan lain sebagainya.
c. Akan tetapi dalam ketahanan, tanah lapisan atas biasanya lebih rapuh, lebih
mudah terangkut dan hanyut dibanding dengan sub soil, terutama pada
permukaan tanah yang mempunyai kemiringan (slope), hanya dengan
beberapa perlakuan pula (pemulasan, penterasan, penanaman rumput-
rumputan dan lain-lain maka keadaan top soil akan dapat lebih dipertahankan.

Biasanya profil tanah memiliki horison-horison O –A – E – B - C – R. Solum


Tanah atau empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca terdiri dari: O – A
– E – B, Lapisan tanah atas (Top Soil) meliputi: O – A, Lapisan tanah bawah
(Sub Soil) meliputi : E – B.
Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tetanaman yang
sangat penting adalah horizon O – A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai
ketebalan dibawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi,
palawija dan sayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm.
Oleh karena itu, istilah ‘kesuburan tanah’ biasanya mengacu kepada ketersediaan
hara pada lapisan setebal ini, yang biasanya disebut sebagai ‘lapisan olah’. Namun
bagi tetanaman perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka panjang
lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Hanafiah, 2004).

II.2 Sifat-Sifat Tanah

2.2.1 Sifat Fisik Tanah

1. Tekstur
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan
relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan
kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini
menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Tan, 1992).

2. Struktur
Menurut Pandutama (2003) struktur tanah adalah pengelompokan/pengaturan
partikel tanah kedalam agregat atau kumpulan yang mantap. Struktur yang baik
ditandai dengan penetrasi air menjadi lebih baik, kemampuan tanah memegang air
tinggi, mudah untuk digarap, mudah ditembus akar, air dapat mengalir dengan
baik, tersedianya nutrisi dan internal drainasenya bagus.

3. Konsistensi
Menurut L.D. Baver dalam “Soil Physics” (1965), konsistensi tanah dapat
ditakrifkan sebagai daya kohesi dan adhesi tanah pada berbagai kelembaban.
Menurut Baver pula, Atterberg (tokoh pemula peneliti dan yang menggolong-
golongkan konsistensi tanah dalam kaitannya dengan kadar lengas) telah
melakukan klasifikasi dan penetapan konsistensi tanah sebagai berikut:
a. Konsistensi lekat, memili tanda-tanda dapat melekati atau melengketi macam-
macam bahan (benda) yang mengenainya.
b. Konsistensi liat atau plastik, memiliki tanda-tanda liat dan atau kemampuan
untuk diubah-ubah bentuknya.
c. Konsistensi lunak, memiliki tanda-tanda kegemburan.
d. Konsistensi keras, memiliki kekhususan sebagai gumpalan tanah yang keras,
dan bila dibelah akan pecah-pecah.

4. Porositas
Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati
oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun
mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso
terisi oleh udara. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran aerasi dan
drainase tanah (Foth, 1994).

Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori
kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang.
Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat
(Pairunan, 1985).
Tanah dengan struktur lemah atau kersai pada umumnya mempunyai
porositas yang terbesar. Pengolahan tanah untuk sementara waktu dapat
memperbesar porositas, namun dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan turunnya porositas. Oleh karena itu, untuk memperbesar porositas
tanah tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik
atau melakukan pengolahan tanah secara minimum. Pengolahan tanah berlebih
akan menyebabkan rusaknya struktur tanah. Nilai porositas dapat diperoleh jika
diketahui nilai bulk density dan partikel densitynya (Hardjowigeno, 2010).

5. Suhu
Suhu tanah demikian berpengaruh pada tanaman, pengukuran biasanya dilakukan
pada kedalam 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100cm. Pengaruh suhu tanah
terhadap tanaman yaitu pada perkecambahan biji, pada aktivasi mikroorganisme,
dan perkembangan penyakit tanaman. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor
luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor eksternal yaitu radiasi matahari
keawanan,curah hujan, angin dan kelembapan udara sedangkan faktor internal
yaitu tekstur tanah, struktur dan kadar air tanah, kandungan bahan organik dan
warna tanah (Ance, 1986).

6. Warna tanah
Warna tanah yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih,
dan hitam serta warna-warna tanah di antara warna-warna tersebut, sedangkan
yang berwarna hijau dan lembayung jarang sekali ditemui. Warna tanah itu tidak
murni, dalam suatu warna coklat misalnya, di sana sini sering terdapat tambahan
berupa kumpulan titik dan corengan merah, kuning, atau warna gelap (hitam).
Warna coklat merupakan warna dasar, sedangkan warna merah, kuning, ataupun
hitam merupakan warna noda atau warna bercak (Kohnke, 1968).

2.2.2 Sifat Kimia Tanah

1. Derajat Kemasaman Tanah (pH)


pH tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk menentukan tingkat
keasaman atau kebasaan terhadap tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.
Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk
tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH
lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi,
asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu
tanaman (Hardjowigeno, 2010).

2. C-Organik
Bahan organik tanah merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang
dilakukan jasad renik tanah, senyawa penyusunnya adalah tidak jauh berbeda
dengan senyawa aslinya, yng tentunya dalam hal ini ada berbagai tambahan bahan
seperti glukosamin (hasil metabolis jasad renik) (Sutedjo & Kartasapoetra, 1991).
Sifat fisika yang dipengaruhi bahan organik adalah kemantapan agregat
tanah, dan selain itu sebagai penyedia unsur-unsur hara, tenaga maupun
komponen pembentuk tubuh jasad dalam tanah (Brady, 1974).

3. N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah, 2004).
Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus
dan bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk,
dan air hujan (Hardjowigeno, 2010).
III. METODOLOGI

III.1 KETEBALAN DAN PROFIL TANAH


Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah peralatan mekanik yang terdiri dari cangkul,
linggis dan skop, peralatan deteksi yaitu pisau lapangan, meteran gulung, dan
lup. Bahan-bahan yang digunakan meliputi profil tanah, dan gambar-gambar
profil tanah dari foto-foto dan literatur.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
a. Penggalian Profil
1) Dalam membuat lubang penampang harus besar, supaya orang dapat
dengan mudah duduk atau berdiri didalamnya, agar memudahkan dalam
pengamatannya.
2) Menggai tanah dengan ukuran penampang 1m x 50 cm dan pengamatan
dipilih pada sisi lubang yag mendapat penerangan dari sinar matahari yang
cukup.
3) Tanah bekas galian tidak ditumpuk diatas sisi penampang pengamatan.
4) Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan,
misalnya timbunan serta jauh dari pemukiman.
5) Jika berair, maka air yang berada dalam penampang dikeluarkan sebelum
pengamatan.
6) Melakukan pengamatan profil tanah pada sinar matahari yang cukup (tidak
terlalu pagi atau sore).
b. Pengambilan Sampel Tanah Utuh
1) Ratakan dan bersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian letakkan ring
sampel tegak lurus.
2) Tekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
3) Letakkan ring sampel lain tepat diatas ring sampel pertama, kemudian
tekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam
tanah (± 10 cm).
4) Ring sampel beserta tanah di dalamnya digali dengan skop atau linggis.
5) Pisahkan ring kedua dari ring sampel pertama dengan hati-hati, kemudian
potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring
smpel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel.
6) Tutuplah ring sampel denga plastik, lalu simpan dalam tempat yang telah
disediakan.
c. Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
1) Ambil tanah dengan pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil,
mulailah dengan lapisan yang paling bawah.
2) Masukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.

III.2 TEKSTUR TANAH


Alat dan Bahan
1) Tabung reaksi
2) Alat pengaduk atau sumpit
3) Plastik
4) Karet pentil atau karet gelang
5) Ring sampler ukuran 1 x 1x 1cm
6) Timbangan
7) Segitiga tekstur
8) Segumpal tanah
9) HCl
10) Aquades
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1) Mengambil segumpal tanah sampel kemudian mengukurnya dengan ring
sampler.
2) Mencatat berat sample tanah (g/cm kubik).
3) Memasukkan ke dalam gelas ukur sample tanah yang telah di ukur
dengan ring sampler.
4) Menuangkan larutan HCl secukupnya hingga permukaan cairan tadi lebih
tinggi dari tanah (5-10 cc).
5) Mengaduk perlahan-lahan dengan alat pengaduk hingga benar-benar
larut.
6) Menambahkan HCl pada larutan, jika cairan HCl belum bisa melarutkan
tanah, penambahan dapat terus dilakukan hingga tanah larut seluruhnya.
7) Menutup tabung ukur dengan plastik dan diikat dengan karet gelang
dengan kuat agar tidak bocor saat di gerak-gerakkan setelah larut.
8) Tabung ukur digerak-gerakkan untuk memisahkan partikel pasir, liat, dan
debu.
9) Setelah digerak-gerakkan berulang-ulang dan pergerakan partikel pasir,
liat, dan debu dapat bergerak dengan cepat, agar proses pebgendapan
dapat berlangsung sempurna.
10) Setelah partikel-partikel dapat bergerak lepas dengan mudah, kemudian
tabung ukur diletakkan di bidang datar dan diamati proses yang terjadi.
11) Mencatat proses-proses yang terjadi dalam tabung ukur.
12) Setelah partikel-partikel 100% mengendap kedasar tabung ukur
kemudian mencatat ketebalan lapisan pasir, liat, dan debu.
13) Menghitung persentase masing-masing endapan partikel dalam tabung
ukur.
14) Memasukkan angka-angka persentase tersebut kesegitiga tekstur.

III.3 REAKSI TANAH DENGAN HCL


Alat dan Bahan
1) Sampel tanah
2) Ring sampler
3) Gelas ukur
4) HCL
5) Pipet
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1) Mengambil segumpal tanah sampel kemudian mengukurnya dengan ring
sampler.
2) Mencatat berat sample tanah (g/cm kubik).
3) Memasukkan ke dalam gelas ukur sample tanah yang telah di ukur dengan
ring sampler.
4) Menuangkan larutan HCl secukupnya dengan pipet
5) Mencatat reaksi yang terjadi

III.4 pH
Alat dan Bahan
1) Sampel tanah
2) Ring sampler
3) Wadah berupa aqua gelas atau cawan
4) Soil Moisture
5) Aquades
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1) Pengambilan sampel tanah
2) Mencampur sampel tanah dengan aquades
3) Mencelupkan ujung soil moisture
4) Mencatat nilai Ph

III.5 KONSISTENSI TANAH


Alat dan Bahan
1) Sampel tanah
2) Ring sampler
3) 2 Cawan Porselin
4) Aquades
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1) penentuan konsistensi kering tanah bongkah ± 1 cm ditekan diantara ibu jari
dan telunjuk,bila tidak hancur dilanjutkan dengan penekanan diantara pangka
l telapak tangan dan ibu jari kemudian konsistensi ditentukan dengan memba
ca tabel tersebut

Ditekan antara Hancur Konsistensi Tanah


Ibu jari dengan jari telu Tanpa ditekan. Lepas-lepas
njuk Sedikit ditekan Lunak
Ditekan kuat Agak keras
Pangkal telapak tangan Ditekan kuat Keras
kiri dengan ibu jari kan Ditekan kuat tidak han Sangat keras
an cur

2) Untuk konsistensi basah, mengambil segumpal tanah sampel kemudian


mengukurnya dengan ring sampler.
3) Mencatat berat sample tanah (g/cm kubik).
4) Memasukkan ke dalam cawan porselin memberi aquades
5) Mencatat hasil sesuai tabel :
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil

Tanggal Pengamatan :
Lokasi / Desa :

Tabel 1. Pengamatan Profil Tanah

No Titik Koordinat Kedalaman Batas Topografi Tekstur Struktur Konsistensi Reaksi pH


lapisan lapisan batas lapisan dengan
HCL
1 A …. Lapisan I: Lapisan I: Lapisan I:
Lapisan II: Lapisan II: Lapisan II:
Lapisan III: Lapisan III: Lapisan III:
dst dst dst
PENUTUP

A. SIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Ance G. K. 1986. Teknologi Benih. Jakarta: Bina Aksara.
Baver, L.D. 1965. Soil Physics. New York: John Wiley & Sons.
Brady, N.C. 1974. The Natural and Properties of Soil. New York: MacMillan.
Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Gusli, Sikstus. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Makassar:
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Hanafiah, K.A. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kohnke, Helmut. 1968. Soil Physics. Mishawaka: McGraw-Hill Book Company.
Moch.Enoh. 1997. Geografi Tanah. University Press IKIP Surabaya. Surabaya
Moch.Enoh. 2006. Prediksi Erosi Lahan Pertanian. UNESA University Perss.
Surabaya

Pairunan, dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Perguruan Tinggi


Negeri Indonesia Timur.
Pandutama, M.H. dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jember: Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Purwowidodo. 1991. Ganesa Tanah. Jakarta: Rajawali.
Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, A.G. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tan, K.H. 1992. Dasar–Dasar Kimia Tanah (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah
Mada Univ. Press, Bulaksumur.
Lampiran gambar segitiga tekstur

Anda mungkin juga menyukai