Anda di halaman 1dari 22

BAB VI

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

A. LATAR BELAKANG
Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian
besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya tanaman dalam suatu
sistem pertanaman, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya ialah tersedianya unsur hara, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro.
Tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman berfungsi pula sebagai pemasok unsur
hara, dan tanah secara alami memiliki tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai
medium tumbuh tanaman.
Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant
nutrient) untuk memenuhi siklus hudupnya. Apabila suatu tanaman kekurangan suatu
unsur hara, maka akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik
yang biasa disebut gejala kekahatan. Unsur hara yang diperlukan tanaman tidak
seluruhnya dapat dipenuhi dari dalam tanah. Oleh karena itu perlu penambahan dari
luar biasanya dalam bentuk pupuk. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah
atau tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan dapat
berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah.
Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban dan tata
udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan
basa, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan
terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi aktivitas
mikrobia perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan pengikatan nitrogen
udara. Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui
pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan
analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P dan
K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman. Sedangkan
analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N, P dan K) dalam
tanah. Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk membahas beberapa hal terkait
dengan kesuburan tanah, sehingga pemakalah mampu memahami dan menjelaskan
dasar-dasar kesuburan tanah, indikator kesuburan tanah, evaluasi kebutuhan pupuk
dan perbaikan kesuburan tanah.

1. Pengertian Kesuburan Tanah


Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur
hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik
fisik, kimia dan biologi tanah (Syarif Effendi, 1995).
Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan unsur
hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada (Foth and Ellis ;
1997). Menurut Brady, kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan
unsur hara essensial dalam jumlah dan proporsi yang seimbang untuk pertumbuhan.
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman
yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH 6-6,5, mempunyai
aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum).
Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat
pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M, 2002)
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor
pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief,
organisme, atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu
kesuburan tanah, sedangkan kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu
kesuburan tanah.
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah
yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air
dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan
habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau
diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh
pengaruh anasir lain dari lahan, yaitubentuk muka lahan, iklim dan musim. Karena
bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati,
akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed).
Penaksirannya dapat didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan
biologi tanah yang terukur, yang terkorlasikan dengan keragaan (performance)
tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah
dapat juga ditaksir secara langsung berdasarkan keadaan tanaman yang teramati
(bioessay). Hanya dengan cara penaksiran yang pertama dapat diketahui sebab-sebab
yang menentukan kesuburan tanah.Dengan cara penaksiran kedua hanya dapat
diungkapkan tanaggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang dihadapinya.
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan bahan tanaman
yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan bahan panen atau produktivitas.
Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasil panen, yang diukur dengan bobot bahan
kering yang dipungut per satuan luas (biasanya hektar) dan per satuan waktu. Dengan
menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk perhitungan hasilpanen, dapat
dicakup akibat variasi keadaan habitat akar tanaman karena musim (Schroeder, 1984).
Hasil panen besar dengan variasi musiman kecil menandakan kesuburan tanah
tinggi, karena ini berarti tanah dapat ditanami sepanjang tahun dan setiap kali
menghasilkan hasilpanen besar. Hasil panen besar akan tetapi hanya sekali setahun
pada musim baik, menandakan kesuburan tanah tidak tinggi, karena pada musim yang
lain tanah tidak dapat ditanami. Hal ini antara lain karena kekahatan (deficiency) lengas
tanah, atau sebaliknya karena mengalami tumpat air (waterlogged), kadar garam larut
air meningkat liwat batas, tanah menjadi sulit diolah untuk memperoleh struktur yang
baik (luar biasa liat atau keras sekali) dan sebagainya.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah sebagai
berikut :

a. Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air tanah,
drainase dan porisitas
tanah.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi
secara langsugung. Struktur
tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman
pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur
tanah yang padat.
Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada
tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan
ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan
akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan
akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada
setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah.
Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada
tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman
makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah
berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk
menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan
untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang
dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor
utama pembentuk agregat tanah (Anonim, 2010)
Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi
dan rasa perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan menguunakan
metode-metode. Metode tersebut adalah metode pipet atau metode hidrometer (Elisa,
2002).
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna
permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin
gelap warna tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan
bawah yang kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi oleh
jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah yang mempunyai sistem
drainase (serapan air) buruk, warnah tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat
di dalam tanah berbentuk Fe2+.
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang
secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral
dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm;
Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan Liat, berukuran dibawah 2 mikron. Tanah
bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan
rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang
relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau tanahnya
lebih cepat kering.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika
pupuk diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya
berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir
memerlukan pupuk lebih besar
karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu
aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa
diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.

b. Kesuburan Kimia
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Dengan
mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang
dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan
gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas
tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kemasaman.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of hidrogen),
pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap
ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH
berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar
daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil dari
pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah
bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium.
Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih
bawah atau hilang diserap oleh tanaman.
Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah
bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan
dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa- basa habis tercuci, tinggallah
kation Al dan H sebagai kation dominant yang menyebaabkan tanah bereaksi masam
(Coleman dan Thomas, 1970).
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa seeperti
tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung asam sulfat
sedangakan di daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di
atas 9 karena banyak mengandung garam natrium.
Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada
umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat
racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah
asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti
Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi
tanaman.
pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah.
Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimal.
Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang
diharapkan, karenanya pH tanah sangat penting untuk diketahui jika efisiensi
pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah
juga dapat memperburuk pH tanah.
Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan dengan
menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan
dengan penambahan sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun kenyataannya setiap jenis
tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda.

c. Kesuburan Biologi
Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna tanah
(khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan Algae), interaksi
mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah.
Tanah dikatakan subur bila mempunyai kandungan dan keragaman
biologi yang tinggi. Berikut merupakan tabel jumlah maksimum biomassa dari
organisme tanah pada tanah subur yang berada pada padang rumput :

Abundance Biomass
Kind of organism
(no/m2) (g/m2)
Bacteria 3 x 1014 300
Fungi 400
Protozoa 5 x 108 38
Nematodes 107 12
Earthworms and related forms 105 132
Mites 2 x 105 3
Springtails 5 x 104 5
Other invertebrates (snails, 2 x 103 36
millipedes, etc)
From: B.N. Richards (1974) Introduction to the Soil Ecosystem

Organisme (mikroorganisme) tanah


kesuburan tanah karena :
a. berperan dalam siklus energi
b. berperan dalam siklus hara
c. berperan dalam pembentukan agregat tanah
d. menentukan kesehatan tanah (suppressive / conducive terhadap munculnya
penyakit terutama penyakit tular tanah-soil borne pathogen)

2. Unsur Hara Tanah


1. Unsur Hara Sekunder
1) Kalsium
Kalsium adalah molekul bermuatan dominan positif pada hampir semua tanah
kecuali tanah-tanah yang pH-nya sangat rendah. Pada tanah dengan pH diatas 4,8
kalsium biasanya ada dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan tanaman. Pada tanah
asam kalsium cenderung tercuci dan kalsium asli biasanya rendah. Dalam keadaan
seperti ini tanah harus dikoreksi dengan cara menambahnya dengan kapur.

2) Magnesium
Magnesium adalah molekul bermuatan positif seperti Ca yang mengalami
defisiensi pada pH rendah. Di bawah kondisi asam Mg sangat larut dan dapat hilang
karena tercuci. Bila tanah asam dikapur dengan material yang mengandung sedikit Mg
dapat mengakibatkan defisiensi pada unsur ini. Bila pengapuran pada tanah yang
sangat asam yang pH-nya di bawah 5,2 maka penggunaan kapur yang mengandung
Mg sangat tepat.
Magnesium dan kalium sangat bersaing untuk diserap tanaman. Tanaman yang
tumbuh dalam tanah yang sangat tinggi kadar K-nya mungkin merangsang defisiensi
Mg bila Mg tanah rendah.
3) Sulfur
Sulfur diambil oleh tanaman sebagai molekul sulfat bermuatan negatif (SO42-).
Berhubung ini adalah molekul bermuatan negatif atau anion, sulfat mungkin mudah
tercuci dari tanah. Sebagian besar S namun demikian tidak tersedia dalam bentuk
anion tetapi terikat kuat dalam bentuk bahan organik. Ketersediaan sulfur dikendalikan
secara luas dalam jumlah dan laju dekomposisi bahan organik. Dalam kebanyakan
tanah persediaan S yang cukup bagi pertumbuhan tanaman disuplai melalui proses
dekomposisi dan hujan yang jatuh. Di tanah dengan suplai sulfur sedikit, defisiensi S
mungkin bisa terjadi. Tanaman-tanaman sayuran biasanya memerlukan S dalam
jumlah besar. Unsur S yang digunakan sebagai agen keasaman tanah sering sebagai
sumber pupuk.
2. Unsur Hara Mikro
Beberapa unsur hara mikro seperti Mn, Zn, Fe, dan Cu mempunyai kesamaan.
Karena pH meningkat, kelarutan unsur mikro menurun. Oleh karena itu defisiensi
unsur-unsur ini umum terjadi pada pH tinggi. Bahkan ketika tumbuhan memperlihatkan
defisiensi unsur-unsur ini mereka biasanya ada dalam tanah dalam jumlah yang cukup.
Namun demikian mereka tidak tersedia bagi pertumbuhan karena kondisi yang tidak
cocok, umumnya pH tinggi. Penambahan pupuk mungkin tidak mengoreksi defisiensi,
karena penambahan unsur hara akan dengan cepat menjadi tidak tersedia karena
kondisi tanah. Ada dua cara untuk memecahkan masalah tersebut. Pertama adalah
dengan pengasaman apabila terlalu alkalin. Cara yang lain adalah dengan menambah
unsur hara dalam bentuk chelated, yaitu suatu bentuk unsur hara yang dilengkapi
bahan yang meningkatkan kelarutan unsur hara dengan mengurangi derajat fiksasi oleh
tanah mineral dan bahan organik. Di samping itu semua unsur mikro dapat diberikan
lewat daun. Cara ini efektif untuk memenuhi kebutuhan hara mikro tanaman. Tetapi
tidak menyelesaikan masalah tanahnya.
Unsur hara mikro Mn kelarutannya tergantung pada kandungan air tanah. Di
bawah kondisi air tergenang Mn menjadi sangat terlarut dan dapat bersifat racun.
Biasanya ini terjadi pada pH di bawah 5. Zn keberadaannya dalam tanah dipengaruhi
oleh keasaman tanah. Defisiensi Zn biasanya terjadi pada pH moderate hingga tinggi
dan lebih jelas bila kadar P tinggi. Defisiensi Zn terjadi pada pH 6-7 terutama bila
pemupukan P berlebihan dan pada pemupukan bahan organik yang cukup intensif.
Besi menjadi berkurang bagi tanaman bila pH-nya tinggi, sebagian besar Fe tidak larut
dan tidak tersedia bagi tanaman. Untuk mengurangi pH dapat dengan menambah
unsur S atau agen penambah asam yang lain.
Kelarutan Copper (Cu) menurun bila pH meningkat. Oleh karena itu defisiensi
Cu bisa terjadi pada kadar pH diatas 7,5. Sebaliknya, Mn, Zn, Fe dan Cu terikat kuat
pada bahan organik. Karena kandungan bahan organik meningkat ketersediaan Cu
menurun. Dalam tanah yang jumlah bahan organiknya tinggi, Cu bisa menjadi defisien
bila pH tanah di bawah 5.
Tumbuhan tinggi menghendaki Mo dalam jumlah sangat kecil. Unsur ini dalam
tanah bila pH tinggi dan menjadi defisien pada tanah berpasir asam. Defisiensi unsur ini
sangat berbeda dibanding unsur hara mikro yang lain. Secara umum unsur Mo tanah
adalah anion yang dapat dengan mudah tercuci dara tanah pasir. Mo sangat larut
kadang-kadang terjadi pada tanah dengan pH moderat dan tekstur tanah halus, karena
dalam batuan induknya kandungan Mo sangat rendah. Mo sangat esensial bagi fiksasi
N oleh tanaman legumenosae dan tanaman ini sangat sensitif pada defisiensi Mo.
Boron (Bo) ada dalam tanah sebagai molekul tak bermuatan yang terikat secara
lemah pada berbagai bahan organik dan mineral dan mudah tercuci di tanah berpasir.
Ketersediaan Bo dipengaruhi oleh pH tanah. Bila pH di atas 6,5 Bo tidak tersedia bagi
tanaman.
Tanah pertanian jarang mengalami defisiensi Chlor (Cl). Kenyataanynya Cl
sering menjadi masalah bila jumlahnya berlebihan. Terutama pada tanah alkalin
dibanding pada tanah yang mengalami defisiensi. Fungsi Cl
belum banyak diketahui, tetapi diduga berperan dalam kekeringan dan kebasahan
tanaman. Defisiensi Cl bisa menyebabkan kepekaan tanaman terhadap penyakit.

3. Siklus Unsur Hara Tanah


Unsur hara tidak dalam keadaan terkunci dalam satu bentuk simpanan saja,
proses-proses alami secara periodik mengubahnya dari bentuk satu ke bentuk yang
lain. Ini adalah proses transformasi biogeokimia berkesinambungan yang kita kenal
dengan siklus unsur hara tanah. Unsur hara dalam tanah dapat dibedakan atau dikenali
berdasarkan batuan asli dan mineral, larut atau diabsorbsi berupa ion-ion. Bentuk
bimassa terdapat dalam jaringan makhluk hidup tumbuhan atau organisme tanah dan
bentuk organik dalam jaringan mati yang berada dalam berbagai tahap pelapukan
termasuk humsu tanah.
Akar tanaman dan organisme tanah mengekstrak unsur hara sebagai ion-ion
organik sederhana yang dibebaskan melalui pelapukan batuan dan mineral dan bahan
oeganik tanah. Tumbuhan pada khususnya hanya dapat mengambil unsur hara dalam
bentuk ion-ion anorganik sederhana.
Ketika organisme mati jaringannya ditambahkan dalam bentuk bahan organik
tanah dan beberapa diantaranya dibebaskan secara tiba-tiba oleh adanya sel yang
rusak. Seluruh material itu segera memulai pelapukan. Sebagian bentuk yang tahan
membentuk humus tanah yang melapuknya sangat lambat.

4. Faktor yang Mempengaruhi Unsur Hara Tanah


a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah ditentukan oleh jumlah relatif oleh berbagai ukuran partikel yang
menyusun tanah. Partikel tanah dibagi dalam tiga kategori yaitu partikel yang paling
halus kemudian debu dan pasir. Proporsi pasir, debu dan liat menentukan tekstur.
Tekstur tanah mempunyai efek terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Secara umum
partikel halus memiliki luas permukaan lebih besar dibanding tekstur kasar. Permukaan
partikel tanah adalah aktif secara kimiawi. Tanah dengan tekstur halus memiliki
aktivitas kimiawi lebih baik dibanding tanah dengan tekstur kasar, dan dapat mengikat
lebih banyak hara serta lebih banyak mengikat nutrien yang menjadikannya tidak
tersedia bagi tanaman.
b. Bahan Organik
Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah.
Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi
mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan
dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping
mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik
antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematoda,Collembola, dan cacing tanah.
Fauna tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan
hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian, G.
1997). Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan
bahan organik, kerena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan
organik memberikan karbon sebagai sumber energi. Pengaruh positip yang lain dari
penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman.
Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang
ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin
(Stevenson, 1982). Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat
tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas
mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat
molekul rendah, terutama bikarbonat (sepertisuksinat, ciannamat, fumarat) hasil
dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti
senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip terhadap pertumbuhan
tanaman.
Sejumlah unsur hara seperti N, P, S, Mo, Cu, Zn, dan B mungkin terkandung
dalam bahan organik tanah.
Sebagai akibatnya, ketersediaannya tergantung pada proses dekomposisi bahan
organik.
c. pH Tanah
pH tanah menerangkan keasaman dan kebasaan dalam sistem cair. Air terdiri
dari muatan molekul atau ion hidrogen (H+ ) dan hidroksida (OH-). Dalam air selalu ada
ion-ion yang tidak dikombinasi dalam molekul air. Jumlah air murni, jumlah H+ dan OH-
sama yang memiliki pH 7 (netral). Bila suatu sistem memiliki kelebihan ion H+
dinamakan asam. Bila kelebihannya ion OH- maka sistem tersebut dinamakan alkalin.
pH yang ukurannya sederhana dari ion H+ dalam sistem tetapi dipresentasikan sebagai
negatif logaritma konsentrasi H+.
Keasaman tanah penting karena menentukan kelarutan mineral tanah dan
mempengaruhi berbagai proses mikroorganisme seperti dekomposisi bahan organik
dan fiksasi nitrogen. Beberapa mineral tanah mengandung unsur hara, dan hara ini
mungkin tersedia bagi pertumbuhan tanaman bila pH-nya dalam range yang sesuai.

B. INDIKATOR KESUBURAN TANAH

1. Kapasitas Absorbsi
Kapasitas Absorbsi dihitung dengan milli equivalent, adalah kemampuan tanah
untuk mengikat/ menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikel kolloid
itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung mencerminkan kemampuan
tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk kation. Semakin tinggi nilai
kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan kesuburannya semakin baik, yang biasanya
susunan kationnya didominasi oleh unsur K (Kalium), Ca (Calsium) dan Mg
(Magnesium), sehingga nilai pH tanah normal (berkisar 6,5).
2. Tingkat Kejenuhan Basa
nilainya dalam bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunan kation.
Peningkatan nilai persen kejenuhan basa mencerminkan semakin tingginya kandungan
basa-basa tanah pada posisi nilai pH tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi
optimal secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secara sederhana dicermnkan oleh
nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhi dan mencerminkan aktifitas
kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik di dalam tanah.
3. Kandungan Liat
Kandungan liat, merupakan ukuran kandungan partikel kolloid tanah. Partikel
dengan ukuran ini (kolloid) akan mempunyai luas permukaan dan ruang pori tinggi
sehingga mempunyai kemampuan absorbsi juga tinggi serta diikuti kemampuan saling
tukar yang tinggi pula diantara partikel kolloid. Kemampuan absorbsi ini bisa untuk air
maupun zat hara, sehingga menjadi cermin peningkatan kesuburan tanah. Namun jika
kandungan liat pada komposisi dominan atau tinggi menjadi tidak ideal untuk budidaya
maupun pengolahan tanah. Kandungan liat yang tinggi menyebabkan perkolasi,
inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi lebih rendah sehingga menyulitkan
peredaran air dan udara.
4. Kandungan Bahan Organik
Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah dapat memperbaiki kondisi
tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan dalam pengolahan tanah.
Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan bahan organik akan meningkatkan
kemampuannya untuk diolah pada lengas yang rendah. Di samping itu, penambahan
bahan organik akan memperluas kisaran kadar lengas untuk dapat diolah dengan alat-
alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah
terhadap alat. Pada tanah yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah
mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat),
dengan tambahan bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini
sering terjadi retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan
tambahan bahan organik kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang
semula tidak lekat, tidak liat, pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan
kering, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit
teguh, sehingga mudah diolah.
Kandungan BO merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika
kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai peran yang multifungsi, yaitu mampu
merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Selain itu bahan organik juga
mampu berperan mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya
sebagai ZPT (zat pengatur tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi
persenyawaan dalam metabolisme kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakit
dan hama dari bahan organik).
Bahan organik dikatakan mampu merubah sifat fisik tanah, karena kondisi fisik
tanah yang keras/liat (pejal) akan dapat berubah menjadi tanah yang gembur oleh
adanya bahan organik. Akibatnya porositas dan permeabilitas tanah semakin baik
sehingga aerasi udara meningkat, ini bermanfaat untuk menghindari kejenuhan air yang
menyebabkan kebusukan akar.
Demikian pula bila kondisi sebaliknya, yaitu kondisi tanah yang lepas (sangat
berpasir), maka fisik tanah dapat dibuat menjadi kompak, karena agregasi meningkat
oleh adanya bahan organik. Ruang pori tanah juga meningkat, akibatnya kemampuan
tanah dalam menyimpan air dan menyediakan ruang udara akan semakin proporsional
(baik). Hal ni bermanfaat untuk menghindarkan tekanan kekeringan pada perakaran.
Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah dapat memperbaiki kondisi
tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan dalam pengolahan tanah.
Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan bahan organik akan meningkatkan
kemampuannya untuk diolah pada lengas yang rendah. Di samping itu, penambahan
bahan organik akan memperluas kisaran kadar lengas untuk dapat diolah dengan alat-
alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah
terhadap alat. Pada tanah yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah
mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat),
dengan tambahan bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini
sering terjadi retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan
tambahan bahan organik kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang
semula tidak lekat, tidak liat, pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan
kering, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit
teguh, sehingga mudah diolah.
Bahan organik juga dapat merubah sifat kimia tanah, yaitu melalui proses
dekomposisi yang dilakukan oleh mikroba yang memang selalu menempel pada bahan
organik. Proses dekomposisi akan melepaskan zat-zat hara ke dalam larutan di dalam
tanah dan juga menjadikan bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dan
bersifat kolloid. Kondisi ini akan meningkatkan kemampuan absorbsi tanah yang
berkaitan juga dengan kapasitas tukar kation (KTK) tanah karena meningkatnya luas
permukaan partikel tanah. Hal ini menjadikan tanah mempunyai kemampuan
menyimpan unsur-unsur hara yang semakin baik, mengurangi penguapan Nitrogen,
maupun pencucian hara-hara kation lain. Pada saatnya berarti pula meningkatkan
kapasitas tanah untuk melepas hara kation bagi kebutuhan tanaman, baik melalui
proses pertukaran secara langsung maupun pasif oleh proses difusi.
Bahan organik juga mampu mengeliminir bahan-bahan racun, terutama yang
dakibatkan oleh kation-kation mikro seperti Co (Cobalt), Cu (Cuprum/ tembaga), B
(Boron), dan lain-lain; dengan membentuk ikatan khellat. Ikatan khellat ini bersifat
preventif (dari efek meracuni) dan konservatif, karena sewaktu-waktu katio-kation
logam yang terjerap dalam ikatan khelat juga masih bisa dimanfaatkan oleh tanaman.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa terjadinya ikatan khelat ini justru meningkatkan
mobilitas banyak kation, karena ikatan ni memang bisa larut sehingga memudahkan
tanaman untuk memanfaatkannya.
Bahan organik bisa merubah sifat biologi tanah dengan meningkatkan populasi
mikroba di dalam tanah. Populasi mikroba yang meningkat (baik jenis dan jumlahnya)
menyebabkan dinamika tanah akan semakin baik dan menjadi sehat alami.
Peningkatan mikroba (khususnya fungi bermiselia seperti micorhiza, dll) akan
meningkatkan kemantapan agregasi partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan
miselianya, yang berupa benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut/ perekat/glue
antar partikel tanah. Dengan demikian menyebabkan struktur tanah menjadi lebih
baik karena ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan) tanah.
Kemampuan merubah sifat biologi tanah ke arah positif sehingga meningkatkan
populasi mikroba yang menguntungkan tanaman sehingga tanaman tumbuh sehat
tanpa perlu campur tangan pupuk buatan dan pestisida. Bahan organik juga berperan
sebagai ZPT, karena proses dekomposisi akan menghasilkan proses akhir menjadi
humus. Humus disebut juga sebagai asam humat (humic acid) yang merupakan
bahan kolloidal terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat-
hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi dan bervariatif. Asam humat banyak
dikaitkan dengan perkecambahan bji di dalam tanah, pertumbuhan bagian atas
tanaman, pemanjangan semaian muda atau pemanjangan akar dari akar terpotong
secara in vitro, karena asam humat menunjukkan pengaruh hormonal dalam
pertumbuhan. Asam humat juga berperan dalam perbaikan tanah secara fisik, melalui
mekanisme perbaikan agregasi, aerasi, permeabilitas serta kapasitas
memegang air, sehingga tanaman akan tumbuh secara normal dan sehat.
Bahan organik merupakan salah satu bagian penyusun tanah dengan sifat-sifat
kolloid, dan hanya satu- satunya yang mempunyai kemampuan mendinamisasi untuk
mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Tanah-tanah marjinal (baik tanah
mineral maupun yang dominan liatnya) akan dapat diperbaiki sifat pejal maupun
porositasnya pada tingkat yang optimal. Demikian juga permeabilitas, aerasi, perkolasi
maupun agregasi, dengan peran dinamisasi dari BO, keadaan tanah menjadi gembur
dan subur. Hal ini berkaitan dengan menegemen air dan udara dalam tanah,
bermanfaat bagi kelangsungan perkembangan perakaran tanaman dan hara tanaman
di dalam tanah. Dengan berkembangnya perakaran tanaman akan mempengaruhi
bagian atas tanaman di atas permukaan tanah.

C. EVALUASI KEBUTUHAN PUPUK


1. Gejala Kekurangan Hara
Pertumbuhan yang abnormal yang ditunjukkan oleh tanaman , kemungkinan
disebabkan kekurangan hara ataupun berberapa faktor yang menunjang pertumbuhan
tanaman. Kelainan pertumbuhan dapat disebabkan kekurangan maupun kelebihan dari
satu atau beberapa unsur hara yang terdapat di dalam tanah. Gejala- gejala yang
tampak itu dapat diaamti secara visual, dan tidak memerlukan suatu alat khusus dan
dapat dilakukan dengan cepat. Gejala- gejala yang dapat terlihat adalah berupa:
1) Terhambatnya pertumbuhan tanaman
2) Kelainan pada warna yang biasanya nampak pada daun.
3) Nekrosis atau matinya jaringan.
4) Bentuk yang abnormal dari bagian- bagian tanaman.
Banyak kesukaran-kesukaran yang timbul dalam mengidentifikasikan status
hara tanah bila hanya dari gejala kekurangn hara. Setiap simpton yang timbul ada
hubungannya dengan fungsi dari setiap unsur yang berbeda, karena unsur- unsur
tersebut mempunyai fungsi yang sama dalam tanaman. Ataupun gejala yang tampak
merupakan resultante yang timbul kemudian. Misalnya gejal- gejala kekurangan
nitrogen yang ghampir sama dengan gejala kekurangn magnesium, karena kedua
unsur tersebut sama- sama mempunyai fungsi dalam pembentukan chlorofil pada daun
tanaman. Dan gejala- gejal tersebut dapat dilihat apabila tanaman tersebut sudah
benar- benar menderita.

2. Evaluasi Kesuburan Tanah (Kebutuhan Pupuk)


Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui
pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan
analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P dan
K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman. Sedangkan
analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N, P dan K) dalam
tanah.
Kandungan unsur hara di dalam tanah sebagai gambaran status kesuburan
tanah dapat dinilai dengan beberapa metode pendekatan yaitu : (1) Analisa contoh
tanah, (2) Mengamati gejala-gejala (symptom) pertumbuhan tanaman, (3) Analisa
contoh tanaman, (4) Percobaan pot di rumah kaca, dan (5) Percobaan lapangan.

a. Analisis Contoh Tanah


Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan
dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah dilabo-ratorium
dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation,
Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B,
Mo, dll), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya. Kadar unsur hara tanah yang
diperoleh dari data analisis tanah bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara
bagi
masing-masing jenis tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara
dalam tanah tersebut sangat rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi,
sesuai kriteria tertentu.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah bahwa metode analisa
tanah tersebut (1) harus dapat mengekstraksi bentuk unsur hara yang tersedia saja,
secara tepat. Jadi sifatnya selektif artinya tidak mengekstraksi bentuk yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman, (2) metode analisa yang dipakai dilaboratorium harus
sederhana, cepat, mudah dilaksanakan dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi, (3)
hasil analisis harus dapat direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang dibuat
harus didasarkan pada pengetahuan yang baik tentang bentuk-bentuk kimia dari unsur
hara di dalam tanah dan tentang sifat akar tanaman dan mekaniusme pelarutan bentuk-
bentuk kimia oleh akar tanaman.

b. Mengamati Symptom Pertumbuhan Tanaman


Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat memperlihatkan gejala-gejala
pertumbuhan tertentu pada tanaman. Misalnya kekurangan unsur hara besi (Fe) akan
menyebabkan chlorosis; kekurangan hara nitrogen (N) menyebabkan tanaman kerdil,
dan sebagainya.

c. Analisa Contoh Tanaman


Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat juga diketahui dari analisis
jaringan tanaman. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu
unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang
mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah. Analisis tanaman
umumnya dilakukan terhadap bagian-bagian tertentu saja ataupun seluruh bagian
tanaman. Interpretasi keadaan kesuburan tanah akan lebih baik apabila kedua cara ini
(analisis tanah dan tanaman) digabungkan. Teknik analisis tanaman lebih umum
dipakai untuk tanaman umur panjang dibandingkan tanaman semusim.
Analisa tanaman didasarkan pada asumsi bahwa jumlah unsur hara yang
terdapat di dalam tanaman mempunyai hubungan dengan hara tanaman yang terdapat
dalam tanah. Dari hasil analisa tanman akan didapatkan suatu kadar dari unsur-unsur
tertentu dalam tanaman. Kadar tersebut kemungkinan akan berada pada suatu titik
yang kritis, dimana telah diperlukan tambahan unsur tersebut melalui pupuk. Tetapi
timbul pula kesukaran lain yaitu adanya sesuatu unsur dalam tanaman yang dapat
menyebarkan unsur yang lain menjadi kritis. Misalnya unsur boron menjadi kritis dalam
tanaman bila terdapat banyak unsur kalium. Dengan demikian analisa tanaman akan
berkurang nilainya ataupun kurang meyakinkan tentang status hara yang terdapat di
dalam tanah.
Selanjutnya untuk setiap jenis tanaman berbeda pula bagian yang diambil untuk
keperluan analisa serta berbeda juga untuk waktu pengambilan contoh keperluan
analisa. Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk keperluan analisa tanaman yang
diambil adalah contoh daun pada masa pembungaan ataupun pada masa permulaan
pembuahan.
Tetapi walaupun demikian analisa tanaman terutama analisa daun banyak
membantu dalam rekomendasi pemupukan untuk tanaman pepohonan yang berakar
dalam. Akar dari tanaman ini akan menyebar ke seluruh bagian lapisan olah.
Selanjutnya akar tanaman mengabsorbsi hara-hara yang terdapat pada bagian yang
lebih dalam dari tanah dan hara tersebut akan didistribusikan ke seluruh bagian
tanaman juga daun. Dengan demikian analisa daun turut membantu analisa tanah
dalam program pemupukan.

d. Percobaan Pot di Rumah Kaca


Percobaan pot di rumah kaca dengan menggunakan tanaman sebagai indikator
(Biological test) dapat pula memberi gambaran mengenai status unsur hara di dalam
tanah. Pendekatan yang dilakukan disini adalah : contoh-contoh tanah diambil dari
daerah yang akan diteliti kemudian dengan berat tertentu dimasukkan kedalam pot dan
ditanamai dengan tanaman tertentu pula. Selanjutnya setiap pot diberikan perlakuan
pupuk menurut jenis dan jumlah unsur hara yang diteliti (sebagian tanpa pupuk/kontrol).
Dari pertumbuhan atau produksi tanaman yang diperoleh dapat dideteksi kekurangan
dan kebutuhan akan unsur hara dari tanah dan tanaman tersebut.

e. Percobaan Mikrobiologi
Percobaan ini dimulai dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh
Winogradsky. Ia telah membuktikan bahwa ada beberapa jenis mikroorganisme yang
mempunyai kelakuan hampir sama dengan tumbuhan tingkat tinggi. Selanjutnya
mikroorganisme tersebut sensitif terhadap kekurangan sesuatu unsur hara tertentu
pada media tempat ia hidup. Misalnya pertumbuhan dan perkembangan dari
Azotobacter akan terhambat dan terganggu bila di dalam tanah terdapat kekurangan
unsur-unsur hara tertentu terutama unsur kalsium, fosfor dan kalium. Perlu
ditambahkan bahwa setiap mikroorganisme akan sensitif terhadap unsur hara tertentu
saja sesuai dengan kebutuhannya. Jika dibandingkan dengan percobaan lain maka
metode ini jauh lebih sederhana, relatif cepat dan hanya memerlukan sedikit tempat /
ruangan dan biayanya relatif murah.

f. Percobaan Lapangan
Percobaan pertumbuhan dan produksi tanaman (biological test) di lapangan
dengan menggunakan berbagai jenis dan jumlah pupuk tertentu dapat diketahui
kekurangan unsur hara yang perlu ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dalam mencapai tingkat produksi
tertentu

g. Analisa Tanah
Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil di lapangan
dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Analisa tanah dilaboratorium
dilakukan terhadap variabel-variabel kimia dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation,
Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B,
Mo, dan lian-lain), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya.
Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanahbila dibandingkan
dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis tanaman, maka dapat
diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah tersebut sangat rendah
(kurang), rendah, sedang, cukup ataukahtinggi, sesuai kriteria tertentu.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah bahwa metode analisa
tanah tersebut (1) harus dapat mengekstraksi bentuk unsur hara yang tersedia saja,
secara tepat. Jadi sifatnya selektif artinya tidak
mengekstraksi bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman, (2) metode analisa
yang dipakai dilaboratorium harus sederhana, cepat, mudah dilaksanakan dan memiliki
ketepatan dan ketelitian tinggi, (3) hasil analisis harus dapat direproduksi. Dengan
demikian larutan kimia yang dibuat harus didasarkan pada pengetahuan yang baik
tentang bentuk-bentuk kimia dari unsur hara di dalam tanah dan tentang sifat akar
tanaman dan mekaniusme pelarutan bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman.
Oleh karena itu uji kimia tanah perlu dikorelasikan dengan serapan hara oleh
tanaman melalui percobaan rumah kaca (uji korelasi) dan percobaan lapangan (uji
kalibrasi). Uji korelasi dimaksudkan untuk mendapatkan metode yang tepat untuk suatu
unsur dan tanaman tertentu. Sedangkan uji kalibrasi dimaksudkan untuk mendapatkan
hubungan antara selang kadar suatu unsur hara atau nilai kritisnya dengan respons
tanaman di lapangan terhadap unsur tersebut. Dengan demikian memberikan nilai
agronomik bagi angka uji tanah tersebut. Tanpa uji kalibrasi maka angka-angka uji
tanah tidak berarti sama sekali.
Dalam studi korelasi yang perlu diperhatikan ialah :
(1) Bekerja dengan contoh-contoh tanah yang memiliki selang kadar unsur hara yang diteliti
tersebut cukup lebar.
(2) Contoh tanah sebaiknya diambil dari daerah yang diketahui respons tanamannya, yaitu
dari yang sangat respons terhadap unsur tersebut sampai yang tidak respons. Apabila
hal ini sulit dilakukan, maka dapat ditempuh dengan cara : mengkorelasikan hasil uji
tanah dengan serapan hara ataupun dengan A-value yaitu suatu teknik radioisotop dari
Fried dan Dean (1952).
Tentang uji kalibrasi, hal yang perlu diingat ialah bahwa pengujian harus
dilakukan terhadap tiap jenis tanaman, tiap tanah dan tiap tipe iklim, dengan teknik
bercocok tanam yang sama.
Hasil uji tanah ini dipakai untuk: (1) menentukan jumlah hara yang tersedia bagi
tanaman, (2) memberi peringatan kepada petani tentang bahaya-bahaya yang mungkin
akan terjadi pada pertanamannya, baik bahaya defisiensi ataupun keracunan, (3)
menjadi dasar penetapan dosis pupuk, dan (4) memberikan perkiraan produksi akibat
pemakaian dosis pupuk tersebut sehingga memungkinkan dilakukannya evaluasi
ekonomi, (5) membantu pemerintah dalam menyusun kebijaksanaan antara lain dalam
hal pengadaan dan penyebaran pupuk, perencanaan wilayah, dan infrastruktur.

D. PERBAIKAN KESUBURAN TANAH


Winarso (2005) menjelaskan bahwa pengukuran kualitas tanah merupakan dasar
untuk penilaian keberlanjutan pengelolaan tanah yang dapat diandalkan untuk masa-
masa yang akan datang, karena dapat dipakai sebagai alat untuk menilai pengaruh
pengelolaan lahan. Pada umumnya proses degradasi tanah dalam sistem pertanian
dapat disebabkan oleh erosi, pemadatan, penurunan ketersediaan hara atau
penurunan kesuburan, kehilangan bahan organik tanah dan lain lain.
Urgensi peningkatan kesuburan tanah :
1. Perkembangan produksi dan konsumsi kayu.
2. Kendala status kesuburan tanah
3. Pertimbangan ekonomis
4. Pendayagunaan tanah bagi usaha tani
5. Pengikisan sub-soil
6. Pencemaran lingkungan
7. Bencana Alam
Aryantha (2002) menjelaskan ada tiga konsep untuk memperbaiki kesuburan
tanah yaitu yang berwawasan lingkungan atau berkelanjutan adalah Low External Input
Agriculture (LEIA) dan Low Ezternal Input Sustainable Agriculture (LEISA), dan
pertanian modren yang tergantung dengan bahan kimia adalah High External Input
Agriculture (HEIA)
LEIA adalah sistem yang memanfaatkan sumberdaya lokal yang sangat intensif
dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan masukan dari luar sehingga tidak
terjadi kerusakan sumberdaya alam. Pendauran hara di dalam usahatani dengan
sumber-sumber yang berasal dari luar usaha tani. Kegiatan ini berguna untuk
menambahkan hara kepada tanah dari luar usaha tani. Bahan-bahan yang digunakan:
sampah, kompos, limbah, dll. Pendauran hara di dalam usaha tani dengan sumber-
sumber yang berasal dari usaha tani itu sendiri. Pendauran ini dapat dilewatkan dengan
ternak atau pengembalian sisa-sisa biomassa hasil panen. Cara ini tidak
menambahkan hara kepada tanah, tetapi hanya mengembalikan hara yang tidak
terangkut ke luar bersama dengan hasil panen . Pendauran hara di dalam petak
pertanaman. Kegiatan ini biasanya melibatkan tanaman legum (cover crop) untuk
memenuhi sebagian besar kebutuhan N pada tanaman pokok.
HEIA adalah sistem pertanian yang menggunakan masukan dari luar (secara
berlebihan). Umumnya berupa bahan-bahan agrokimia konvensional yang memang
disengaja dibuat untuk input produksi. Sistem ini sangat tergantung senyawa kimia
sintetis (pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh). Dapat berpengaruh buruh pada
keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia
LEISA adalah Pertanian dengan masukan rendah tetapi mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya alam (tanah, air, tumbuhan dan hewan), manusia (tenaga,
pengetahuan dan keterampilan) yang tersedia ditempat dan layak secara ekonomis,
mantap secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai dengan budaya lokal. Ciri-ciri
sitem ini (a) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan
mengkombinasikan berbagai komponen
sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling
melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar biasa,(b) berusaha mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai komponen sistem
usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi
dan memberikan efek sinergi yang luar biasa.
Prinsip dasar LEISA adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung
pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan
kehidupan mikroorganisme di dalam tanah (soil regenerator), mengoptimalkan
ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara, khususnya melalui penambatan
Nitrogen, pendaur ulangan unsur hara dan

pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap,, meminimalkan kerugian sebagai akibat


radiasi matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan
pengendalian erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumberdaya
genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat
keanekaragaman fungisonal tinggi .

E. CACING SEBAGAI PENYUBUR TANAH


1. Pendalaman Solum Tanah Subur
Cacing tanah umum bersarang dan membawa makannnya ke dalam tanah kemudian
memakannya bersama dengan tanah yang bercampur kepadanya. Liang digali dengan
cara melumat tanah ke dalam mulutnya. Melalui aktifitas ini akan terjadi hal-hal berikut:
a. Perpindahan tanah lapisan bawah dan lapisan atas yang pad Lumbriscus terestris dan
A. Nocturna dapat mencapai hingga kedalaman 150-240 cm, malahan ada yang 2,7-5
m tergantung pada tekstur tanahnya, semakin berliat semakin dangkal, dan sebaliknya
semakin berpasir semakin dalam. Umumnya linag ini dibuat secara vertikal dan
bercabang secara intensif di dekat permukaan tanah, dengan diameter lubang antara 3-
12 mm. Adanya eprpindahan tanah ini menyebabkan mienral tanah lapisan bawah yang
tadinta tidak terjangkau akar tanaman menjadi terjangkau.
b. Adanya liang-liang ini menyebabkan sistem aerasi dan drainase tanah menjadi lebih
baik sehingga ketersediaan oksigen baik untuk aktifitas mikrobia aerobik maupun untuk
reaksi oksidasi kimiawi tanah membaik, yang pad aakhirnya akan memperbaiki biologis
dan kimiawi tanah. Terowongan yang dibuat oleh Lumbriscus terestris dan A.
Nocturna dapat mencapai kedalaman 150-240 cm secara vertikal dan bercabang
banyak di dekat permukaan tanah. Dramida grandis dapat menggali terowongan hingga
kedalaman 2,7-3,7 m sedangkan spesies epigik seperti P. Hupeiensis hanya membuat
sistem terowongan pada kedalaman 7,5-15 cm.
c. Adanya katifitas keluar masuknya liang yang membawa seresah serta adanya sekresi
lendir (mukus) yang menempel di dinding liangnya, seperti Lumbriscus terestris, A.
longa dan A. nocturna serta kotorannya (bunga tanah) yang keduanya dapat menjadi
substrat bagi mikrobia (terutama fungi) sehingga juga memperbaiki kesuburan biologis
tanah. Kemudian bahan-bahan organik (biotik dan abiotik) ini akan menjadi perekat
butiran tanah yang mendorong granulasi dan agregasi tanah, sehingga tanah lapisan
bawah tidak saja menjadi lebih subur tetapi menjadi lebih gembur. Sebagai hasil
akhirnya solum tanah subur menjadi lebih dalam sehingga perakaran tanaman juga kan
menjadi lebih intensif.
2. Agregasi dan Struktur Tanah
Aktifitas cacing tanah yang mempengaruhi struktur tanah meliputi
a. Pencernaan tanah, perombakan bahan organik, pengadukannya dengan tanah dan
produksi kotorannya yang diletakkan di permukaantau di dalam tanah
b. Penggalian tanah dan transportasi tanah bawah ke atas atau sebaliknya
c. Selama proses 1 dan 2 juga terjadi pembenrukan agregat tanah tahan air, perbaikan
status aerasi tanah dan daya tanah memegang air
Perbaikan struktur tanah tersebut antara lain terlihat:
a. Adanya fakta bahwa kotoran cacing tanah yang mengandung sejumlah partikel pasir
atau kerikil yang lebih sedikit ketimbang tanah sekitarnya merupakan bukti kemampuan
cacing tanah dalam mencerna atau melumatkan partikel mineral menjadi lebih kecil.
b. Komponen pasir relatif terhadap debu dan liat pada 2 padang rumput yang banyak
dihuni cacing tanah meningkat dengan kedalaman tanah.
c. Butiran granit pada tanah bercacing tanah menjadi lebih kecil daripada tanah tanpa
cacing tanah
Agregat adalah bentuk penyatuan butiran mineral tanah baik akibat gaya fisik,
kimiawi maupun biologis sedemikian rupa sehingga tahan terhadap pembasah
keringan, aliran permukaan atau erosi dan pemadatan serta tetap lepas baik pada
kondisi basah maupun kering. Tanah yang beragregat baik akan beraerasi drainase
baik pula sehingga berperan penting dalam menjadikan tanah sebagai media tumbuh
bagi tanaman dan mikrobia tanah. Kotoran cacing tanah mengandung agregat yang
lebih stabil terhadap pembasahan daripada agregat tanah di
sekitarnya sehingga lebih meningkatkan erodibilitas tanah dan ketahanan tanah
terhadap erosifitas aliran permukaan (run off). Lebih stabilnya agregat bunga tanah
disebabkan oleh:
a. Adanya sekresi internal yang menyemen partikel tanah pada saat melalui sistem
pencernaan cacing tanah
b. Adanya Ca humat yang disintesis dalam sistem pencernannya dari bahan organik
sedang melapuk lewat aktifitas kelenjar kalsiferus penghasil kalsium.
c. Adanya aktifitas bakteri penghasil bahan-bahan penyemen.

3. Bunga Tanah dan Ketersediaan Hara


Cacing tanah merupakan pemakan tanah dan bahan organik segar di pernukaan
tanah, masuk ke liangnya kemudian mengeluarkan kotorannya (bunga tanah) si
permukaan tanah. Aktifitas naik turunnya cacing ini berperan penting dalam
pendistribusian dan penyampuran bahan organik dalam solum tanah yang kemudian
berpengaruh positif terhadap kesuburan tanah baiks ecara fisik, kimiawi maupun
biologis. Bentuk kotoran cacing bervariasi tergantung spesiesnya. Dan peranan bunga
dalm memperbaiki kimiawi tanah dapat dulihat berdasrkan sifat kimiawi seperti tertera
pada tabel berikut ini:

Negara Habitat Bunga tanah


(ton/ha)
Jerman Kebun 91,6
Padang rumput 91,4
Padang rumput 5-7,5
Hutan 6,8
beeckwood 5,2
Tanah lempung 5,8
Tanah pasir
Inggris Padang rumput tua 18,8-40,4
Padang rumput tua 27,7
Padang rumput (per 18,7-40,3 (tebal 5
tahun) mm)
India Kebun (lempung 1,4-5
berpasir) 3,9-77,8
Padang 0,47-1276
rumput
Bervariasi
Swiss Kebun 17,8- 81,2
Padang 17,8- 81,0
rumput 75-100
Padang
rumput
Mesir Delta sungai nil 268,2- 2600
Dari tabel di atas terlihat bahwa kadar N, C, P, Ca, Mg serta KTK, KB dan pH
bunga tanah selalu lebih tinggi daripada tanah lapisan 0,15 dan 20,40 cm di sekitarnya
yang menunjukkan pengaruh besarnya cacing tanah. Lebih tingginya pH bunga tanah
daripada pH tanah sekitarnya diperkirakan ada kaitannya dengan aksi kelenjar
kalsiferous (penghasil Ca), sekresi usus dan amonia dalam sistem pencernaan cacing
tanah.
4. Cacing Sebagai Bioamelioran Tanah
Pemanfaatan cacing tanah sebagai bioamelioran (jasad hayati pembenah) tanah
mempunyai prospek yang baik, misalnya dalam pembukaan areal tergenang yang
dikeringkan (polder) untuk areal pertanian seperti di Belanda. Dalam kegiatan ini
digunakan Ascaris caliginosa dan Lumbriscus terestris dengan kerapatan 800
cacing/tanaman bebuahan dan menyebabkan perakarannya menjadi lebih intensif.
Pada tanah polder ini, cacing berkembang cukup cepat, selama 3-4 tahun Ascaris
caliginosa berkembang dari 4.664 menjadi 384.740 ekor dan Ascaris chlorotica dari
2.558 menjadi 12.666 ekor.
Di Uzbekistan, cacing tanah telah diintroduksi untuk merangsang proses
pembentukan tanah pada areal yang baru dibuka dan berhasil dengan baik. Dalam
proses pembentukan tanah ini tidak semua cacing tanah dapat berperan baik misalnya
Eisenia foetida merupakan spesies penghasil komos atau pemakan pupuk kandang
sehingga tidak mampu bertahan lama jika diintroduksi ke lapangan. Peran cacing ini
yang terlihat dalam waktu singkat lebih disebabkan oleh dekomposisi cacing yang mati
dibanding aktivitasnya.
Ameliorasi tanah dengan kotora cacing tanah dangat mempengaruhi struktur
kesuburan tanah. Umumnya kotoran cacing tanah ber-pH lebih tinggi dibanding tanah
di sekitarnya, dari 18 lokasi pengamatan terlihat bahwa selisih pH keduanya adalah
antara 0,1-1,0 unit pH tergantung jenis tanahnya, yang melebar pada pH adak masam-
masam dan menyempit pada pH sekitar netral. Hal ini menunjukkan peran cacing tanah
dalam meningkatkan pH tanah agak masam-masam. Kotoran cacing juga lebih banyak
N-total, N-nitrat, bahan organik, Mg-total, Mg- tertukar, P-tersedia, basa-basa dan kadar
air serta beragregat lebih banyak atau lebih stabil.
Ameliorasi tanah dengan kapur dapat menignkatkan populasi cacing tanah
misalnya dengan takaran 2,5 ton/ha pada tanah di Selandia Baru menyebabkan
kenaikan 50% populasi Ascaris caliginosa. Cacing tanah mampu memamah 5 ton
seresah/ha, apabila 10 ekor Lumbriscus terrestris dimasukkan ke dalam tanah
populasinya meningkat menjadi 60 ekor/m2dalam luasan 700 m2, maksimum pada areal
sekitar 15 m dari titik inokulasi dan tetap tinggi hingga area yang cukup jauh dari titik ini.

B
A
B

I
I
I
PENUTUP : KESIMPULAN

1. Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur
hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik
fisik, kimia dan biologi tanah
2. Indikator kesuburan tanah meliputi:
a. kapasitas absorbsi
b. tingkat kejenuhan basa
c. kandungan liat
d. kandungan bahan organik
3. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah mempunyai pengaruh yang
berbeda-beda terhadap kesuburan tanah sesuai dengan kebutuhan tanah terhadap
unsur hara tersebut
4. Peranan cacing sebagai penyubur tanah yaitu dengan cara cacing tanah bersarang dan
membawa makannnya ke dalam tanah kemudian memakannya bersama dengan tanah
yang bercampur kepadanya. Liang digali dengan cara melumat tanah ke dalam
mulutnya.
5. Cara evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui
pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan
analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P dan
K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman. Sedangkan
analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N, P dan K) dalam
tanah.
6. Cara memperbaiki kesuburan tanah yaitu melalui tiga konsep yang berwawasan
lingkungan atau berkelanjutan adalah Low External Input Agriculture (LEIA) dan Low
Ezternal Input Sustainable Agriculture (LEISA), dan pertanian modren yang tergantung
dengan bahan kimia adalah High External Input Agriculture (HEIA)

REFERENSI

Yustinus Jacob. 2008. Tanaman Dalam Mengevaluasi Status


Kesubura Tanah.Diambil dari http://mursitoledi.multiply.com/journal/item/1/jurnal_
ilmu_kesuburan_tanah pada hari Jumat, 4 Maret 2011
Anonim. 2008. Kesuburan Tanah. Diambil dari www.http://www.goldenagro.net63.net pada hari
Jumat, 4 Maret 2011
Priyo Ariyanto. 2010. Pupuk Dan Pemupukan. Soil Science Department Faculty of Agriculture
Sebelas Maret University.
Foth, H. D., 1994. Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan: Adisoemarto. Jakarta: Erlangga.
Hardjowigeno. 1995. Ilmu Tanah. Diperoleh dari
http://acehpedia.org/Mengevaluasi_Status_Kesuburan_Tanah pada hari Jumat, 4
Maret 2011
Nursanti dan Abdul Madjid Rohim. 2009. Makalah Pengelolaan Kesuburan Tanah. Program
Studi Ilmu Tanaman. Universitas Sriwijaya.
Soemarno. 2007. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya.
Tejoyujoyuwono, Notohadiprawiro, dkk. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah Peningkatan
Efisiensi Pemupukan. Yogyakarta: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai