PROSES PRODUKSI
DI SUSUN OLEH
Kelompok : IV (Empat)
Kelas : VII B-/S-1 Terapan
Dosen Pembimbing : Irmawati Syahrir, ST.,M.T
DI SUSUN OLEH
Selain itu, dikenal pula beberapa briket dengan bentuk lainnya, seperti
briket bentuk kenari, bentuk sarang tawon (honey comb), bentuk hexagonal atau
segi enam, bentuk kubus dan lain sebagainya. Adapun keuntungan dari bentuk
briket yang bermacam-macam ini adalah sebagai berikut: (1) Ukuran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, (2) porositas dapat diatur untuk memudahkan
pembakaran, (3) mudah dipakai sebagai bahan bakar (Adi Chandra Brades dkk,
2007). Biobriket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk
rumah tangga maupun industri. Biobriket mampu menyuplai energi dalam jangka
panjang.
Biobriket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan
berasal dari sisa-sisa bahan organik yang mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu. Biobriket dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang
mulai meningkat konsumsinya dan berpotensi merusak ekologi hutan. Biobriket
dapat dibuat dari campuran bermacam-macam sisa bahan organik antara lain sekam
padi, tempurung biji jarak, serbuk gergaji, sabut kelapa, tempurung kelapa (sudah
diarangkan), jerami, bottom ash, bungkil jarak pagar, eceng gondok, kulit kacang,
kulit kayu dan lain-lain. Dalam pembuatan biobriket memerlukan bahan pengikat.
Bahan pengikat organik yang bisa digunakan antara lain tapioka, aspal, mollases,
parafin dan lain-lain (Sri Murwanti, 2009).
Penggunaan biobriket diyakini dapat bersaing dengan briket batubara
tentunya dengan berbagai persyaratan. Penggunaan batubara memang secara ad hoc
mampu mengatasi masalah harga BBM yang mahal. Namun dalam jangka panjang,
jika polusi udara maupun darat (sisa pembakaran) tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan kerusakan lingkungan. Memang nilai kalor dari biobriket lebih
rendah dari batubara, tetapi jika dilihat dari aspek polusinya jauh lebih rendah
dibandingkan polusi dari pembakaran batubara, karena Biobriket juga mempunyai
kadar sulfur yang rendah (kurang dari 1%)
1.2.2 Crusher
Batubara yang didapatkan dari Pusat Unggulan Teknologi (PUT) memiliki
diameter yang beragam. Proses pengolahan briket memerlukan ukuran partikel
batubara yang sama setidaknya berukuran 10 mesh, 12 mesh, dan 14 mesh.
Pengecilan bahan baku batubara dilakukan dengan bantuan alat crusher. Alat
crusher dioperasikan dengan tenaga listrik, dengan alat ini diharapkan
ketidakseragaman yang terdapat pada batubara dapat diminimalisir sehingga proses
pembuatan batubara dapat berjalan optimal.
Crusher merupakan mesin yang dirancang untuk mengurangi besar batubara
keukuran yang lebih kecil. Crusher dapat digunakan untuk mengurangi ukuran atau
mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah lebih lanjut. Oleh karena
itu, penggunaan crusher dalam operasi ini sangatlah penting. Karena fungsi crusher
penting, maka kita perlu mengkajinya lebih jauh.Crusher yang digunakan pada
operasi ini merupakan jenis crusher sederhana. Crusher inidipilih karena memiliki
beberapa keunggulan, yaituharganya yang relatif murah, biaya perawatan yang
tidak terlalu mahal, dan dapat mengecilkan ukuran batubara dengan baik.
Selain itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui ukuran batubara yang
dihasilkan setelah dikecilkan ukurannya dengan crusher, ukuran batubara tersebut
dapat kita ketahui dengan menggunakan screening dan rumus tertentu.Crusher
adalah alat yang digunakan dalam proses crushing yaitu sebuah proses melakukan
liberisasi mineral dari mineral pengotornya.Secara umum fungsi dari semua crusher
adalah dirancang dan dibangun untuk mengurangi ukuran suatu benda lebih kecil
dan atau mengubah bentuk bahan sehingga dapat diolah lebih lanjut.
Prinsip Kerja Crusher, yaitu:
1. Motor listrik memberikan kerja kepada alat crusher
2. Kerja yang diberikan kepada crusher memutar bagian kinetic disc plate pada
alat crusher
3. Pada kinetic disc plate dan fixed disc plate dilengkapi gerigi untuk menggilas
batubara saat kinetic disc plate bergerak
4. Batubara yang telah hancur selanjutnya diayak dengan ukuran lubang tertentu
5. Batubara yang lolos dari ayakan keluar di bagaian bawah alat crusher untuk
segera ditampung
1.2.4 Batubara
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah
batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk.Analisis unsur memberikan rumus formula empiris
seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Dimana :
W0 = berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gr)
W = berat sampel dan cawan sesudah dikeringkan (gr)
WS0 = berat sampel awal (gr).
1.2.7.2 Kadar Abu (Ash)
Abu adalah bahan yang tersisa apabila bahan bakar padat dipanaskan
hingga berat konstan. Kadar abu dapat ditentukan melalui metode
ASTM D 3174-02 ‘Standard practice of determination of ash in the
analysis sample of coal and coke from coal’. Kadar abu dapat
ditentukan dengan rumus berikut:
(𝑚 −𝑚 )
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (%) = (𝑚3 −𝑚4 ) × 100% …(pers.1.2)
2 1
Dimana :
𝑚1 = berat cawan dan tutupnya (gr)
𝑚2 = berat cawan dan tutupnya tambah sampel (gr)
𝑚3 = berat sampel dan tutupnya tambah ash (gr)
𝑚4 . = berat sampel dan tutupnya setelah semua ash dibuang dan
dibersihkan
1.2.7.3 Volatile Matter
Volatile matter ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel
dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi
oleh kadar moisture). Semakin banyak kandungan volatile matter pada
biobriket maka semakin mudah biobriket untuk terbakar dan menyala,
sehingga laju pembakaran semakin cepat. Besarnya zat mudah menguap
dihitung menggunakan standar ASTM D-3175-02 dengan rumus :
(𝑚 −𝑚 )
𝑉𝑀 = {(𝑚 2 −𝑚3 ) × 100%} − 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 …(pers. 1.3)
𝑚 1
Dimana :
m1 =berat cawan kosong + tutupnya (gr)
m2 =berat cawan kosong + tutupnya +sampel sebelum dipanaskan (gr)
m3 =berat cawan kosong + tutupnya +sampel setelah dipanaskan (gr)
Dimana :
𝐽
Qgr,v = GCV pada volume konstan dari sampel yang ditentukan ( ⁄𝑔)
Keterangan :
m1= massa cawan kosong (gram)
m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)
Keterangan :
m1= massa cawan kosong (sebelum pemanasan) (gram)
m2= massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)
m4= massa cawan kosong (setelah pemanasan) (gram)
Keterangan :
m1= massa cawan kosong (gram)
m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)
Tabel 3.2 Hasil Analisa Biobriket Batubara dan 10% Sekam Padi
30
25
Kadar Air (%)
20
15
10
0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Variasi perekat
Batubara 100% Batubara + sekam padi 10%
10
0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Variasi perekat
Batubara 100% Batubara + sekam padi 10%
50
45
Volatile Matter (%)
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Variasi perekat
Batubara 100% Batubara + sekam padi 10%
60
50
Fixed Carbon (%)
40
30
20
10
0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Variasi perekat
Batubara 100% Batubara + sekam padi 10%
30
5050
Kadar Air Vs Perekat
25
5000
Air (%)
Kalor (kal/g)
20
4950
15
Nilai Kadar
4900
10
4850
5
4800
0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
4750
0% 5% Variasi
10% perekat
15% 20% 25% 30%
Batubara 100% Batubara + sekam padi 10%
Variasi perekat
Series1 Series2
4.1 Kesimpulan
Diperoleh kadar air tertinggi batubara 100% dengan perekat 25% adalah
24% dan batubara+sekam padi 10% dengan perekat 25% adalah 22,68%.
Diperoleh kadar abu tertinggi batubara 100% dengan perekat 25% adalah
9% dan batubara+sekam padi 10% dengan perekat 25% adalah 10%.
Diperoleh kandungan volatille matter tertinggi batubara 100% dengan
perekat 25% adalah 38% dan batubara+sekam padi 10% dengan perekat
25% adalah 45,59%.
Diperoleh fixed carbon tertinggi batubara 100% dengan perekat 10% adalah
48,45% dan batubara+sekam padi 10% dengan perekat 10% adalah 33%.
Diperoleh nilai kalor pada batubara 100% dengan perekat 10%, 15%, dan
25% beturut-turut adalah 4946,7; 5008,4; dan 5027,5. Sedangkan pada
batubara+sekam padi 10% dengan perekat 10%, 15%, dan 25% beturut-
turut adalah 4816,6; 4810,1; dan 4820,2.
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa parameter yang termasuk dalam analisa proksimat yaitu, kadar air,
kadar abu, kadar karbon, kadar zat mudah menguap dan nilai kalor adalah
hampir semua parameter dalam analisa proksimat tidak masuk dalam
standar mutu briket SNI 01-6235-2000, hal ini dikarenakan batubara yang
digunakan dalam analisa adalah batubara yang telah lama sehingga kualias
biobriket yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu briket SNI 01-
6235-2000.
4.2 Saran
Saat proses analisa, semua analisa menggunakan proses pemanasan pada suhu
tinggi, sebaiknya menggunakan APD sesuai kebutuhan dan menggunakan peralatan
yang tahan terhadap panas.
LAMPIRAN
Lanpiran Gambar :