LAPORAN SKRIPSI
Oleh:
Siti Syamsiyah
NIM 14 644 004
Oleh:
Siti Syamsiyah
NIM 14 644 004
NIM : 14644004
Judul Laporan Skripsi : Pemanfaatan Sabut Kelapa Sebagai Adsorben Pada Proses
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Skripsi ini adalah hasil karya saya
sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.
Skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-
Siti Syamsiyah
NIM. 14644004
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan:
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Dewan Penguji:
Moderator,
Nama : Dedy Irawan, S.T., M.T
NIP : 19750208 200212 1 001
Penguji I,
Nama : Alwathan, S.T., M.Si
NIP : 19750222 200212 1 002
Penguji II,
Nama : Marlinda, S.T., M.Eng
NIP :19730220 200112 2 002
Mengetahui:
iv
KATA PENGANTAR
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan penelitian yang
Program Studi S-1 Terapan Teknologi Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia
2. Bapak Ramli Yusuf, S.T., M.Eng selaku Wakil Direktur 2 Politeknik Negeri
Samarinda.
3. Bapak Dedy Irawan, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Politeknik
4. Ibu Irmawati Syahrir, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknologi Kimia
5. Bapak Ibnu Eka Rahayu, S. ST., M.T., selaku Kepala Laboratorium Pilot Plant
v
6. Bapak Kusyanto, S. ST., M.T., selaku Kepala Laboratorium Kimia Dasar dan
7. Ibu Mardhiyah Nadir, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Dua yang telah
8. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Analis/Teknisi serta Administrasi Jurusan Teknik
Kimia.
9. Keluarga dan teman – teman Teknik Kimia Angkatan 2014 yang selalu
10. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan skripsi.
Penulis menyadari Proposal Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran sehingga laporan skripsi ini
dapat lebih baik kedepannya. Besar harapan penulis laporan penelitian ini dapat
Siti Syamsiyah
vi
DAFTAR ISI
Cover
2.2 Lignin................................................................................................ 6
vii
2.4 Delignifikasi ..................................................................................... 9
viii
3.2.3 Variabel Respon .............................................................................. 29
3.3.2 Bahan............................................................................................... 30
LAMPIRAN 49
ix
DAFTAR GAMBAR
terdelignifikasi ................................................................................. 41
Gambar 4.2 Grafik pengaruh konsentrai H2SO4 terhadap penurunan bilangan asam
......................................................................................................... 42
peroksida .......................................................................................... 43
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Lignin Terdelignifikasi Pada Serbuk Sabut Kelapa
Terdelignifikasi ................................................................................. 39
xi
ABSTRAK
Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa yaitu 35 % dari
saluruh berat buah kelapa. Kandungan selulosa yang tinggi pada sabut kelapa yaitu
43,44 % w/v, berpotensi untuk diolah menjadi adsorben yang selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk mengadsorpsi minyak goreng bekas agar memiliki kualitas
yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi H2SO4
dan suhu pada proses penghilangan lignin (delignifikasi) sabut kelapa sebagai
adsorben dalam upaya menurunkan kadar bilangan asam dan bilangan peroksida
pada minyak goreng bekas. Proses delignifikasi dilakukan dengan memvariasikan
konsentrasi H2SO4 2%, 2,5%, 3%, 3,5%, 4%, 4,5% dan suhu 110°C,120°C,130°C,
140°C. Minyak goreng bekas 100 ml diadsorpsi pada suhu 75 °C selama 30 menit
menggunakan 5 gram adsorben sabut kelapa terdeligifikasi. Dari hasil penelitian
diperoleh adsorbsi minyak goreng bekas yang optimum pada suhu delignifikasi
130°C dan konsentrasi H2SO4 3,5 % dengan bilangan asam 0,5511 mg NaOH/ g
dan bilangan peroksida 3,1955 mek O2/kg.
xii
ABSTRACT
The coconut fiber is a large part of the coconut fruit that is 35% of the overall
coconut weight. High cellulose content of 43.44% w / v in coconut husk, potentially
to be processed into adsorbent which can then be utilized to adsorb the used cooking
oil in order to have better quality. This study aims to determine the effect of H2SO4
concentration and temperature on lignin removal process (delignification) of
coconut fiber as an adsorbent in an effort to decrease the acid and peroxide number
in used cooking oil. The delignification process was carried out by varying the
concentrations of H2SO4 2%, 2.5%, 3%, 3.5%, 4%, 4.5% and temperature 110 °C,
120 °C, 130 °C, 140 °C. 100 ml of used cooking oil adsorbed at 75 °C for 30 minutes
using 5 gram of adsorbent coconut fiber delignification. The optimum adsorption
of used cooking oil obtained at delignification temperture of 130 °C and
concentration of H2SO4 3.5 % with acid number of 0.5511 mg NaOH/g and
peroxide number of 3.1955 m² O2 / kg.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
salah satunya sebagai bahan baku pembuatan santan. Menurut data Dinas
pada tahun 2012 - 2016 sekitar 257 hektar dengan hasil produksi buah kelapa
sebesar 116 ton (Provinsi Kalimantan Timur Dalam Angka, 2017). Jika komposisi
buah kelapa sekitar 12% berat tempurung, 28% berat daging buah, 25 % air buah
dan 35% berat sabut kelapa (Ketaren, 2012), maka sekitar 40,6 ton sabut kelapa
Selama ini sabut kelapa hanya diolah untuk bahan pembuat sapu dan keset, bahan
bakar, pupuk , atau langsung dibuang tanpa adanya pemanfaatan lebih lanjut. Sabut
kelapa dapat digunakan sebagai adsorben bahan alami karena mengandung kadar
selulosa, dengan kadar selulosa 43,44 % w/v (Sukadarti., dkk. 2010 dalam Asip.,
dkk. 2016).
beberapa kali. Selain warnanya yang tidak menarik dan berbau tengik, minyak
Disamping itu, jika minyak goreng bekas dibuang langsung ke lingkungan akan
1
2
menghambat pertumbuhan tanaman dan makhluk hidup sekitarnya. Karena air yang
Pmenjadi resapan pada tanah tersebut akan terhalang dengan adanya minyak bekas
Tingkat konsumsi minyak goreng di Indonesia pada tahun 2015 per kapita
bekas memiliki komposisi asam lemak bebas 0,685 %, warna 432 PtCo, densitas
0,9186 g/mL, dan kadar air 0,046 % ( Irawan,dkk 2013), yang melebihi batas
standar mutu minyak goreng yang diinginkan dapat dilakukan dengan metode
adsorpsi. Adsorpsi dipilih karena mudah dalam pelaksanaan dan lebih ekonomis.
Pada penelitian ini adsorpsi dilakukan menggunakan adsorben dari sabut kelapa.
Kandungan selulosa yang tinggi pada sabut kelapa dapat di manfaatkan untuk
menyerap asam lemak bebas (ALB), senyawa peroksida dan senyawa penyebab
warna lainnya yang menjadi penyebab menurunnya kualitas minyak goreng bekas.
adsorben sabut kelapa telah banyak dilakukan sebelumnya. Irawan., dkk (2013)
melakukan penelitian pengurangan kadar asam lemak bebas dari minyak goreng
bekas dengan proses adsorpsi menggunakan campuran sabut kelapa dan sekam
komposisi massa sekam padi dan sabut kelapa. Didapatkan hasil terbaik dengan
3
komposisi sekam dan sabut kelapa 30:70 dengan kadar ALB 0,294 %.
divariasikan adalah pada metode perlakuan awal pembuatan adsorben dengan hasil
terbaik yang diperoleh yaitu pada metode tidak diarangkan dan dihilangkan
ligninnya (didelignisasi) baik untuk bahan baku sabut maupun tempurung kelapa.
Sabut kelapa mempunyai kemampuann adsorpsi sedikit lebih baik dari pada
tempurung kelapa yang menghasilkan kadar asam lemak bebas 0,25 % dan bilangan
bambu (gigantochloa apus) diperoleh hasil optimum pada saat konsentrasi H2SO4
sudah memenuhi standar SNI. Jika diamati, dari kedua penelitian tersebut masih
waktu yang lama pada proses pengaktifan arang dengan H3PO4 1 M yaitu 24 jam
dan untuk Rahayu,dkk (2014) belum optimal pada proses delignifikasi karena
hanya didiamkan beberapa saat dalam larutan NaOH dan HCL tanpa adanya
pemanasan.
4
Pada penelitian ini akan dilakukan pemurnian minyak goreng bekas dengan
sebelumnya yang hanya didiamkan. Agar hasil yang diperoleh dapat menurunkan
bilangan asam dan bilangan peroksida akan dilakukan variasi konsentrasi H2SO4
dan suhu pemanasan pada proses delignifikasi. Karena semakin besar konsentrasi
H2SO4 dan semakin tinggi suhu maka lignin yang akan hilang semakin banyak,
goreng bekas dengan kadar bilangan asam dan bilangan peroksida yang rendah.
suhu yang optimum pada proses delignifikasi sabut kelapa sebagai adsorben dalam
upaya menurunkan bilangan asam dan bilangan peroksida minyak goreng bekas.
goreng bekas. Sehingga minyak goreng bekas yang dihasilkan memilik kualitas
yang baik untuk dapat dikonsumsi dan dijadikan sebagai bahan baku boidesel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Selulosa
tegangan tarik yang tinggi, tidak larut dalam air, dan pelarut organik. Selulosa
dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi
larutan NaOH 17,5%, atau basa kuat dengan derajat polimerisasi berkisar 15-
5
6
Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia, hanya dapat dicerna oleh hewan
disintesis oleh tanaman dan menempati hampir 60% komponen penyusun struktur
kayu.
2.2 Lignin
Lignin adalah bagian terbesar dari selulosa. Peran utama lignin adalah
membentuk lapisan di antara serat yang berfungsi sebagai pengikat antar serat
selulosa dalam kayu maupun non kayu. Polimer lignin dalam tumbuhan sukar
struktur lignin yang berbeda-beda (Paskawati., dkk 2010). Dalam alam lignin
bersifat hidrofobik yang mana lignin tahan terhadap air, sehingga dinding sel tidak
tembus air. Selain itu, lignin tahan terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan
dapat menyimpan lebih banyak energi matahari daripada selulosa dan hemiselulosa.
7
diinginkan dan harus dipisahkan dari selulosa. Keberadaan lignin akan menurunkan
proses adsorbsi karena lignin akan menghalangi proses transfer ion logam ke sisi
negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Sabut kelapa merupakan bagian yang
cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa
terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya.
Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap satu kelapa mengandung serat
525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut) (Yustinah dan
Hartini, 2011).
2017, luas area perkebunan kelapa di samarinda pada tahun 2016 sekitar 257 hektar
8
dengan hasil produksi buah kelapa sebesar 116 ton, maka berarti terdapat sekitar
40,6 ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang
sebagai bahan bakar, pupuk , atau langsung dibuang tanpa adanya pemanfaatan
lebih lanjut. Pada dasarnya, sebut kelapa dapat diaplikasikan menjadi produk-
produk yang lebih berkualitas. Sabut kelapa yang telah dimodifikasi dapat dibuat
bahan kerajinan, bahan pengisi karpet, tikar dan permadani serta bahan baku tali.
9
Sabut kelapa memiliki sifat menyerap yang cukup baik dan juga memiliki kadar
Sabut kelapa dapat digunakan sebagai adsorben bahan alami. Adsorben ini
dapat digunakan sebagai pemurnian pada minyak, terutama minyak goreng bekas,
adsorben dari sabut kelapa yang baik dilakukan dengan metode tidak diarangkan
2.4 Delignifikasi
menggunakan NaOH dan H2SO4 (Permatasari, dkk). Menurut Sun (2002) dalam
Ekonomis
10
yang disediakan untuk dapat dihidrolisis oleh enzim selulase, yaitu dengan
lignoselulosa.
dan ozon. Delignifikasi dengan asam bertujuan untuk melarutkan lignin dan
larutan asam seperti H2SO4 atau HCl. Proses ini biasanya berlangsung pada
temperatur tinggi namun pada waktu yang relatif singkat. Konsentrasi yang
digunakan dapat berupa asam encer atau pekat. Menurut Grohmann et al.
(1986), proses awal dengan asam encer pada suhu lebih tinggi dari 121°C
Larutan basa seperti NaOH dan Ca(OH)2 dapat digunakan untuk proses
dalam bahan (Kholisoh dan Sukadarti., 2011). Hal ini dapat berlangsung
pada temperatur rendah namun pada waktu yang relatif lama dan
senyawa ester yang tergabung xylan dan komposisi lainnya seperti lignin
lain tidak terbentuk zat beracun setelah proses dan proses dapat dilakukan
pada suhu dan tekanan rendah, sehingga biaya dan energi yang dibutuhkan
Waktu pemasakan
Pencampuran bahan
Ukuran bahan
yang terpakai oleh 1 gram sampel kering. Hasil yang diperoleh dikoreksi 50 %
saat titrasi maka semakin rendah kadar lignin yang terkandung didalam sampel.
(𝑏 − 𝑎) 𝑁
𝑝=
0,1N
𝑝
𝐿𝑜𝑔 𝐾 = 𝑙𝑜𝑔 (𝑤) + 0,00093 (p – 50)
𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% L = × 100 %
𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
Keterangan :
penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam
bahan makanan. Minyak dapat bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun,
minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kelapa, dan minyak biji bunga
matahari. Minyak juga dapat bersumber dari hewan, misalnya ikan sarden, ikan
paus (Ketaren., 2012). Hampir semua minyak murni mengandung tidak kurang dari
lemak bebas, 0,3 % sterol, 0,1 % tokofrol dan fosfolipid), serta sejumlah komponen
zat warna dalam jumlah kecil. Dalam penggunaan, minyak goreng yang dipakai
harus memenuhi beberapa syarat mutu minyak goreng. Parameter syarat mutu
adalah minyak goreng yang sudah digunakan beberapa kali pemakaian oleh
konsumen. Selain warnanya yang tidak menarik dan berbau tengik, minyak goreng
Minyak goreng bekas mengandung radikal bebas yang setiap saat siap untuk
mengoksidasi organ tubuh secara perlahan. Minyak goreng bekas kaya akan asam
15
potensi kanker didalam tubuh. Menurut para ahli kesehatan, minyak goreng hanya
boleh digunakan dua sampai empat kali untuk menggoreng. (Pakpahan., dkk. 2013).
Minyak yang telah rusak tidak hanya mengakibatkan kerusakan nilai gizi,
tetapi juga merusak tekstur dan flavor dari bahan pangan yang digoreng
1. Oksidasi
alkohol, lakton, serta senyawa aromatis yang mepunyai bau tengik dan rasa getir.
Kerusakan minyak karena proses oksidasi, terdiri dari 6 tahap sebagai berikut :
air. Hal ini terbukti dari kenaikan jumlah asam lemak bebas dalam minyak
2. Polimerisasi
reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti dengan
ketel atau wadah penggoreng. Proses polimerisasi ini mudah terjadi pada minyak
asam-asam lemak tidak jenuh dalam jumlah besar. Bahan makanan yang
ketengikan. Lemak dengan bilangan peroksida lebih besar dari 100 dapat meracuni
Minyak goreng bekas dapat bermanfaat jika dapat diolah dengan tepat.
Salah satu proses penanganan terhadap minyak goreng bekas adalah mengolahnya
menjadi biodiesel (Adhari, dkk 2016). Pemanfaatan minyak bekas sebagai bahan
bakar motor diesel merupakan suatu cara pegurangan limbah minyak goreng bekas
dikembangkan menjadi bahan bakar biodiesel karena memiliki asam lemak yang
17
tinggi. Komposisi asam lemak minyak bebas dari minyak goreng sawit ditunjukkan
pemakaian pada minyak jelantah akan membuat warna minyak semakin gelap dan
sifat kimianya pun akan berubah. Karakreristik minyak goreng bekas dapat dilihat
pada table 2.4 berikut, yang merupakan hasil penelitian Irwan, dkk., 2013 mengenai
kandungan minyak goreng bekas yang dibandingkan dengan standar SNI 3741-
2.8 Adsorpsi
komponen atau zat pengotor (impurity) yang terkandung dalam fluida dengan cara
2014). Pada proses adsorpsi terjadi perpindahan massa dari fluida (dapat berupa
fasa gas atau cairan) ke fasa padatan. Solut yang terserap pada permukaan padatan
molekular yang lemah (Putranto dan Angelina., 2014). Proses adsorpsi digunakan
secara meluas dalam menghilangkan warna dan bau yang tak disukai dalam bahan-
pemurnian lain.
secara konveksi dari fasa curah cairan menuju ke adsorben. Kemudian pada bagian
interface (antar muka antara fasa cairan dengan fasa padatan) terjadi kesetimbangan
Secara umum, tahap pengendali laju dari suatu proses ditentukan oleh tahap yang
paling lambat. Dalam adsorpsi, tahap yang paling lambat adalah proses difusi oleh
karena itu secara keseluruhan laju adsorpsi dikendalikan oleh laju difusi dari
molekul-molekul solut dalam pori-pori kapiler dari partikel adsorben (Putranto dan
Angelina., 2014).
19
yaitu :
yang disebabkan oleh gaya Van Der Waals. Adsorpsi fisika terjadi jika
daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya
tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya. Karena gaya tarik
menarik yang lemah tersebut maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada
2. Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat
terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya
dan kalor yang sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir,
tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul. Ikatan
yang berukuran lebih kecil dapat masuk dalam pori, sedangkan yang lebih besar
pori dari tiap adsorbat, sehingga molekul yang memiliki kecepatan mendifusi
sebagai berikut:
1. Luas permukaan
2. Jenis adsorbat
tidak dapat membentuk dipol (non polar). Peningkatan berat molekul adsorbat
4. Konsentrasi Adsorbat
5. Temperatur
6. pH
7. Kecepatan pengadukan
8. Waktu Kontak
dipengaruhi oleh:
lebih tinggi dibandingkan dengan adsorben yang memiliki porositas kecil. Untuk
mengalirkan uap air panas ke dalam pori-pori adsorben atau mengaktivasi secara
dari suatu fase fluida. Kebanyakan adsorben adalah bahan- bahan yang sangat
berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori- pori atau pada letak-
letak tertentu di dalam partikel itu. Oleh karena pori-pori biasanya sangat kecil
maka luas permukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih besar daripada
permukaan luar dan bisa mencapai 2000 ml/g. Pemisahan terjadi karena perbedaan
molekul melekat pada permukaan tersebut lebih erat daripada molekul lainnya.
23
kedalam kelompok ini adalah silika gel, alumina aktif, dan zeolit.
termasuk kedalam kelompok ini adalah polimer adsorben dan karbon aktif.
proses adsorpsi. Adsorbat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok polar seperti
air dan kelompok non polar seperti methanol, ethanol dan kelompok hidrokarbon.
Faktor yang mempengaruhi banyaknya jumlah adsorbat yang dapat diserap oleh
adsorben, antara lain : jenis adsorben, jenis adsorbat, ukuran adsorben, konsentrasi
telah ditetapkan pengujian antara lain bilangan peroksida, bilangan asam, kadar air,
cemaran logam, serta pengujian warna dan bau minyak sampel. Perhitungan untuk
setiap pengujian pun dilakukan dari beberapa parameter. Pengujian ini dilakukan
agar dapat mengetahui minyak goreng masih memenuhi standar mutu minyak
menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Bilangan
asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam
24
minyak atau lemak (Ketaren., 2012). Bilangan asam juga dapat diungkapkan
untuk menetralkan asam bebas dalam 10 g minyak atau lemak (Evika., 2011)
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar.
Asam lemak ini berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan
yang kurang baik. Reaksi dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut
Sumber : Ketaren,2012
terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi
ini akan mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau
tengik pada minyak. Makin tinggi bilangan asam maka makin rendah kualitasnya.
Bilangan asam yang tinggi akibat meningkatnya jumlah asam lemak bebas yang
terdapat didalam minyak goreng, akibat oksidasi dan akibat pemecahan ikatan
alkalimetri. Titrasi asidi alkalimetri merupakan tritrasi asam basa. Pada titrasi asam
basa untuk menentukan bilangan asam digunakan KOH sebagai titran dan
adalah dengan melarutkan sejumlah lemak atau minyak dalam alkohol-eter dan
sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Biasnya bilangan asam
tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tadi (Ketaren., 2012).
A KOH × N KOH × BM
Bilangan asam minyak goreng = G
Keterangan :
kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat
ditentukan berdasarkan jumlah iodin yang dibebaskan setelah lemak atau minyak
ditambahkan KI. Lemak direaksikan dengan KI dalam pelarut asam asetat galasial
dan kloroform (3:2) kemudian iodin yang berbentuk ditentukan dengan titrasi
Peroksida di dalam minyak dihasilkan oleh reaksi oksidasi lemak, yaitu reaksi
26
antara oksigen dengan ikatan rangkap di dalam lemak (Ketaren,1986). Reaksi yang
Sumber : Ketaren,2012
pada waktu, suhu dan kontaknya dengan cahaya dan udara. Selama oksidasi, nilai
tetapi rendahnya bilangan peroksida bukan berarti bebas dari oksidasi. Pada suhu
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi
kerusakan karena auto oksidasi yang paling besar pengaruhnya terhadap cita rasa.
Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain peroksida, asam lemak, aldehid,
dan keton. Bau tengik terutama disebabkan oleh aldehid dan keton. Untuk
Bilangan peroksida akan memecah ikatan karbonil dan aldehid pada saat
menggoreng dikarenakan suhu yang tinggi, udara dan cahaya. Hal ini terjadi
sebagai hasil reaksi antara trigliserida tidak jenuh dan oksigen dari udara.
0,5 ×𝐴 ×𝑁×1000
Milimol per 1000 gram = 𝐺
(𝑎−𝑏)×𝑁 ×8 ×100
Milligram oksigen per 100 gram = 𝐺
Keterangan :
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember tahun 2017.
Politeknik Negeri Samarinda. Bahan baku berupa sabut kelapa diperoleh dari
pedagang kelapa parut di Pasar Segiri dan minyak jelantah yang digunakan dalam
28
29
3.3.1 Alat
Labu ukur 50 mL, 100 mL, 250 mL, 500 mL dan 1000 mL
Termometer 100˚C
Pipet volume 50 mL
Cawan petridish
Corong buchner
Neraca digital
Pompa vakum
Corong kaca
30
Buret 50 mL
Blender
Hot Plate
Bulp
Oven
3.3.2 Bahan
Indikator kanji 1 %
KMnO4 0,1 N
H2SO4 4,0 N
NaOH 0,1 N
Sabut kelapa
pH universal
Etanol 95 %
Indikator PP
Kertas saring
Kloroform
HCL pekat
Aquadest
31
K2Cr2O7
KI jenuh
KI 1,0 N
Sabut Kelapa
Pengeringan
Pencucian ( pH netral )
Minyak Goreng
Penyaringan Residu
Filtrat
Adsorpsi ( T = 75 oC t = 30 menit)
Filtrat
3. Sabut kelapa yang telah kering diblender sampai berbentuk serbuk halus
4. Sabut kelapa diayak dengan ayakan ukuran 100 mesh dan 170 mesh.
H2SO4 2,5 % , 3%, 3,5 %, 4% dan 4,5 % (v/v) serta variasi suhu
1. 0,5 gram sampel adsorben sabut kelapa ditimbang didalam Erlenmeyer 500
mL
3. Erlenmeyer yang berisi larutan diletakkan diatas penangas air bersuhu 25ºC
4. Larutan KMnO4 0,1 N dipipet sebanyak 12,5 ml dan larutan H2SO4 4,0 N
berisi sampel
10. Indicator kanji ditambahkan sebanyak 5 tetes sampai timbul warna biru
11. Blanko dikerjakan seperti perlakuan di atas tanpa menggunakan sampel dan
𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%L= × 100 %
𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
35
bekas
terdapat didalamnya
2. 100 ml minyak goreng bekas yang telah di saring disiapkan di dalam gelas
kimia 250 ml
6. Dilakukan analisa bilangan asam dan bilangan peroksida pada filtrat minyak
goreng bekas.
250 mL.
erlenmeyer
rumus
BM NaOH ×V ×N
Bilangan asam (mgNaOH/g) = W
Keterangan:
1. Sebanyak (2,5 ± 0,05) g minyak goreng uji (W) ditimbang dengan teliti ke
3. Larutan kalium iodide (KI) jenuh 0,5 ml ditambahkan ke dalam sampel dan
kuning muda
7. Larutan ditirasi kembali dengan natrium tiosulfat 0,01 N hingga warna biru
Perhitungan
𝐴 ×𝑁×1000
Bilangan peroksida (mek O2/ Kg) = 𝐺
Keterangan:
normalitas (N);
bilangan peroksida pada sampel minyak goreng bekas sebelum dilakukan proses
peroksida sebesar 19,5644 mek O2/kg. Selanjutnya dilakukan analisa kadar lignin
pada serbuk sabut kelapa tanpa delignifikasi diperoleh kadar lignin 1,4395 %.
goreng bekas, di peroleh bilangan asam sebesar 2,2356 mg NaOH/g dan bilangan
peroksida sebesar 12,5891 mek O2/kg. Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui
bahwa serbuk sabut kelapa tanpa delignifikasi dapat menurunkan bilangan asam
dan bilangan peroksida minyak goreng bekas. Tetapi tingginya bilangan asam dan
bilangan peroksida yang diperoleh, mengindikasi bahwa minyak goreng telah rusak
oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan proses adsorbsi dengan adsorben sabut
kelapa terdelignifikasi.
38
39
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Lignin Terdelignifikasi Pada Serbuk Sabut Kelapa
Karakteristik Minyak
Setelah Proses Adsorpsi
Proses Delignifikasi
Pada Suhu 75°C Selama 30
Menit
Suhu Proses Konsentrasi Kadar Kadar Lignin Bilangan Bilangan
Delignifikasi H2SO4 Lignin Terdelignifikasi Asam Peroksida
(°C) (%) (%) (%) (mg NaOH/g) (mek O2/kg)
110 2,0 1,1697 18,7426 1,7296 9,5824
2,5 0,9590 33,3796 1,3558 9,7921
3,0 0,6926 51,8861 1,2717 10,9868
3,5 0,4751 67,0024 1,2718 10,3792
4,0 0,4778 66,8079 1,5266 5,3862
4,5 0,4787 66,7454 1,5277 3,5960
120 2,0 0,9525 33,5186 1,2710 7,3814
2,5 0,7391 48,6627 1,1019 6,7886
3,0 0,6909 52,0042 0,9324 6,7805
3,5 0,4247 70,4967 1,0177 4,7898
4,0 0,3720 74,1577 1,1869 3,1960
4,5 0,3709 74,2341 1,4408 3,9912
130 2,0 0,9010 37,4088 0,7635 3,9974
2,5 0,6850 52,414 1,0168 3,9952
3,0 0,5859 59,2984 0,6787 3,5859
3,5 0,4778 66,8079 0,5511 3,1955
4,0 0,3713 74,2063 0,8476 3,1953
4,5 0,3709 74,2341 1,1015 3,1918
40
4.2 Pembahasan
suhu proses delignifikasi pada pembutan adsorben sabut kelapa untuk menurunkan
bilangan asam dan bilangan peroksida. Proses delignifikasi akan melarutkan lignin
yang ada didalam bahan sehingga mempermudah proses pemisahan lignin dengan
selulosa. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada proses delignifikasi, penambahan
dengan variasai konsentrasi H2SO4 2% - 4,5% (v/v) dan suhu 110°C - 140°C dapat
90
Kadar Lignin Terdelignifiksi (%)
80
70
60
50
suhu 110°C
40
suhu 120°C
30
suhu 130°C
20
10 suhu 140°C
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
terdelignifikasi
Dari grafik pada gambar 4.1 dapat diketahui bahwa peningkatan kadar
seluruh suhu yang divariasikan. Dari hasil ini, dapat diketahui bahwa adsorben
sabut kelapa dapat dijadikan sebagai adsorben karena memiliki kadar lignin yang
rendah yaitu sebesar 0,3179 % pada suhu delgnifikasi 140°C dan konsentasi H2SO4
4%.
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa proses adsorpsi menggunakan serbuk
sabut kelapa terdelignifikasi dapat menurunkan kadar bilangan asam pada minyak
goreng bekas. Bilangan asam adalah jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak (Ketaren,
2012). Bilangan asam yang diperoleh setelah proses adsorpsi menggunakan sabut
42
kelapa terdelignifikasi mengalami penurunan seperti pada Table 4.1. Hasil optimum
pada penelitian ini dicapai pada konsentrai H2SO4 3,5% dan suhu 130°C dengan
nilai bilangan asam sebesar 0,5511 mg NaOH/g. Grafik penurunan bilangan asam
2.5
Bilangan Asam mg NaOH/g
2.0
1.5
Suhu 110°C
suhu 120°C
1.0
Suhu 130°C
0.5 Suhu 140°C
0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Konsentrasi H2SO4 (%)
asam
Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 bilangan asam cenderung menurun jika
konsentrasi H2SO4 dan suhu pemanasan pada delignifikasi meningkat. Dapat dilihat
pada konsentrasi H2SO4 2 % hingga 3,5 % pada seluruh suhu yang divariasikan
mengalami penurunan bilangan asam. Hal ini karena adorben sabut kelapa
mengandung selulosa yang kaya akan gugus -OH yang berifat elektronegatif (basa)
dan polar sehingga dapat berinteraksi dengan gugus -COOH dari asam lemak bebas
bilangan asam . Hal ini disebabkan karena adsorben sabut kelapa sudah dalam
kondisi jenuh sehingga dapat menaikkan kembali kandungan yang telah dijerap.
43
yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Penurunan bilangan peroksida optimum ialah
pada konsentrai H2SO4 3,5% dan suhu 130°C dengan nilai bilangan peroksida
sebesar 3,1955 mek O2/kg. Untuk grafik penurunan bilangan peroksida dapat dilihat
14.0
12.0
Bilangan Peroksida mek O2/ kg
10.0
0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Konsentrasi H2SO4
H2SO4 dan suhu pemanasan pada proses delignifikasi maka nilai bilangan peroksida
semakin menurun. Hal ini karena serbuk sabut kelapa yang tinggal berupa selulosa
peroksida, aldehid dan keton yang merupakan hasil dekomposisi minyak. Molekul
molekul kecil peroksida, aldehid dan keton memiliki gugus polar sehingga dapat
44
berinteraksi atau terikat dengan selulosa sabut kelapa yang kaya akan gugus
lignin akan menghalangi proses transfer ion logam ke sisi aktif adsorben (Safrianti.,
dkk 2012). Pada penelitian ini kadar lignin terdelignifikasi yang optimum pada
proses delignifikasi adalah pada konsentrasi H2SO4 4,0 % dan suhu 140°C sebesar
asam 0,5511 mg NaOH/g dan bilangan peroksida sebesar 3,1955 mek O2/kg
adalah pada kondisi proses delignifikasi dengan konsentrasi H2SO4 3,5% dan suhu
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yaitu semakin banyak lignin
semakin baik karena adanya kandungan selulosa. Hal ini kemungkinan disebabkan
pada suhu 140°C merupakan suhu yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan
5.1 Kesimpulan
Konsentrasi asam sulfat dan suhu pada proses delignifikasi sabut kelapa
yang optimum adalah 3,5 % dan suhu 130°C sebagai adsorben dalam
5.2 Saran
goreng bekas.
45
46
DAFTAR RUJUKAN
Adhari, H., Yusnimar., dan Utam, S.P. 2016. Pemanfaatan Minyak Jelantah
Menjadi Biodiesel Dengan Katalis ZnO Presipitan Zinc Karbonat :
Pengaruh Waktu Reaksi Dan Jumlah Katalis. Jom FTEKNIK. Vol. 3, No.2.
Artati, E.K., Effendi, A., dan Heryanto. T. 2009. Pengaruh Konsentrasi Larutan
Pemasak Pada Proses Delignifikasi Eceng Gondok Dengan Organosolv.
Ekuilibrium, Vol. 8, No.1.
Asip, F., Wibowo, Y.P., dan Wahyudi, R.T. 2016. Pengaruh Basa Terhadap
Penurunan Lignin Dan Konsentrasi HCl Pada Hidrolisis Sabut Kelapa
Untuk Memproduksi Bioetanol. Jurnal Teknik Kimia No.1, Vol. 22.
Do, D.D., (1998). Adsorption analysis: equilibria and kinetics.. Imperial College
Press.. https://www.scribd.com/doc/24699466/Adsorption-Analysis. 08
september 2017.
Irawan, C., Awalia, T.N., dan Sherly Uthami W.P.H. 2013. Pengurangan Kadar
Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) Dan Warna Dari Minyak Goreng
Bekas Dengan Proses Adsorbsi Menggunakan Campuran Serabut Kelapa
Dan Sekam Padi. Jurnal Konversi, Vol. 2, No.2.
Junaedi, N.F., Dr. Eng. Ir. H. Farouk Maricar, M.T, dan Prof. Dr.Ir. Mary
Selintung, M.T. Pemanfaatan Arang Sekam Padi Sebagai Adsorben Untuk
Menurunkan Ion Logam Berat Dalam Air Limbah Timbal (Pb)
Kholisoh, S.D., dan Sukadarti. S. 2011. Delignifikasi Sabut Kelapa Dengan NaOH
Untuk Produksi Gula Pereduksi Secara Enzimatik. Seminar Rekayasa
Kimia Dan Proses. UPN ” Veteran”Yogyakarta.
Pakpahan, J.F., Tambunan, T., Harimby., dan Ritonga, M.Y. 2013. Pengurangan
FFA dan Warna Dari Minyak Jelantah Dengan Adsorben Serabut Kelapa
Dan Jerami. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol.2, No.1.
Permatasari, H.R., Gulo, F., dan Lesmini, B. Pengaruh Konsentrasi H2SO4 Dan
NaOH Terhadap Delignifikasi Serbuk Bambu (Gigantochloa Apus).
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya.
Provinsi Kaltim Dalam Angka. 2017. Badan pusat statistik Kalimantan Timur
dalam angka 2017. https://kaltim.bps.go.id/Publikasi/view/id/169
pdf_publikasi/ Kalimantan-Timur-Dalam-Angka-Tahun-2016.pdf. 11
September 2016.
Putranto, A., dan Angelina, S. 2014. Pemodelan Perpindahan Massa Adsorpsi Zat
Warna Pada Florisil Dan Silica Gel Dengan Homogeneous And
Heterogeneous Surface Diffusion Model. Universitas Katolik Parahyangan.
Rahayu, L.H., Purnavita, S., dan Sriyana, H.Y,. 2014. Potensi Sabut Kelapa Dan
Tempurung Kelapa Sebagai Adsorben Untuk Meregenerasi Minyak
Jelantah. Jurnal Momentum, Vol. 10, No. 1. Hal, (47-53).
48
Safrianti, L., Wahyuni, N., dan Zaharah, T.A., 2012. Adsorpsi Timbal (II) Oleh
Selulosa Limbah Jerami Padi Teraktivasi Asam Nitrat: Pengaruh pH dan
Waktu Kontak. JKK. Vol.1 (1). Hal, (1-7).
Syauqiah, I., Amalia, M., dan Kartini, H.A. 2011. Analisa Variasi Waktu Dan
Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat Dengan
Arang Aktif. Info Teknik, Vol. 12, No. 1.
Yustinah dan Hartini. 2011. Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang
Aktif Dari Sabut Kelapa. Pengembangan Teknologi KimiaPengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 22 februari 2011.
49
LAMPIRAN
50
A. PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan
NaOH 0,1 N sebanyak 500 mL
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 (𝑔) 1000
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑔 ×
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 ( ) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝐿)
𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 (𝑔) 1000
0,1 = ×
40 500
4
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻 = = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
2
Penyelesaian :
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
9,425 × 𝑁1 = 10 × 0,1 𝑁
10 × 0,1
𝑁1 = = 0,1061 𝑁
9,425
Penyelesaian :
20,394 × 𝑊
𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 . 5𝐻2 𝑂 =
𝑉
20,394 × 0,1829
𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 . 5𝐻2 𝑂 = = 0,096 𝑁
39,05
Penyelesaian :
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 0,096 = 100 × 0,01 𝑁
100 × 0,01
𝑉1 = = 10,42 𝑚𝑙
0,096
49,6
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = = 24,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
2
Pnyelesaian :
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
25,4 × 𝑁1 = 25 × 0,2 𝑁
25 × 0,2
𝑁1 = = 0,197 𝑁
25,4
mg H2C2O4 = 500,7 mg
Penyelesaian :
𝑚𝑔 𝐻2 𝐶2 𝑂4
𝑁 KMn𝑂4 =
𝑓𝑝 × 𝑉 KMn𝑂4 × 𝐵𝐸
500,7
𝑁 KMn𝑂4 = = 0,097 𝑁
4 × 20,5 × 63
𝑀𝑟 𝐻2 𝑆𝑂4 98
𝐵𝐸 𝐻2 𝑆𝑂4 = = = 49
ℎ 2
𝑔
98 % × 1,84 𝑐𝑚 × 10
3
𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 = = 36,8 𝑁
49
𝑉𝐻2 𝑆𝑂4 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡 × 𝑁𝐻2 𝑆𝑂4 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡 = 𝑉𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁𝐻2 𝑆𝑂4
𝑉𝐻2 𝑆𝑂4 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡 × 36,8 = 500 × 4
500 × 4
𝑉𝐻2 𝑆𝑂4 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡 = = 54,4 𝑚𝑙
36,8
%1 × 𝑉1 = %2 × 𝑉2
98 % × 𝑉1 = 2,5 % × 100 𝑚𝑙
2,5 % × 100 𝑚𝑙
𝑉1 = = 2,55 𝑚
98 %
H2SO4 3,0 % sebanyak 100 mL
%1 × 𝑉1 = %2 × 𝑉2
98 % × 𝑉1 = 3,0 % × 100 𝑚𝑙
3,0 % × 100 𝑚𝑙
𝑉1 = = 3,06 𝑚𝐿
98 %
Tabel.A.1 Analisa Kadar Lignin Dengan Metode Kappa Pada Sabut Kelapa
Tanpa Delignifikasi
Parameter Hasil
Volume larutan Na2S2O3 0,2 N pada sampel (mL) 4,0
Volume larutan Na2S2O3 0,2 N pada blanko (mL) 6,7
Larutan KMnO4 yang bereaksi dengan sampel ( mL ) 5,319
Konsentrasi Na2S2O3 (N) 0,197
Berat sampel (gram) 0,5037
Nilai bilanggan kappa 9,5963
Lignin Sisa (%) 1,4395
𝑝
Log K = Log ( ) + 0,00093 ( 𝑝 − 50)
𝑤
5,3190
Log K = Log ( ) + 0,00093 ( 5,3190 − 50)
0,5037
Log K = 0,9821
K = 9,5963
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑎 = 𝐾 × 0,15
contoh perhitungan kadar lignin sisa pada sabut kelapa yang didelignifikasi,
pada konsentrasi H2SO4 2 % pada suhu 110°C (sampel akhir)
Diketahui : volume larutan Na2S2O3 pada sampel (a ) = 6,7 mL
volume larutan Na2S2O3 pada blanko (b) = 4,5 mL
Konsentrasi Na2S2O3 (N) = 0,197 N
berat sampel (W) = 0,5040 gram
(𝑏 − 𝑎) 𝑁
𝑝=
0,1
(6,7 − 4,5) 0,197
𝑝= = 4,3340
0,1
𝑝
Log K = Log ( ) + 0,00093 ( 𝑝 − 50)
𝑤
57
4,3340
Log K = Log ( ) + 0,00093 ( 4,3340 − 50)
0,5040
Log K = 0,8920
K = 7,7981
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑎 = 𝐾 × 0,15
𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Persentase lignin terurai = × 100 %
𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
1,4395 %− 1,1697 %
Persentase lignin terurai = × 100
1,4395 %
Tabel A.2 Hasil Analisa Kadar Lignin Terurai Dengan Metode Kappa Pada Adsorben Sabut Kalapa
BM NaOH ×V ×N
Bilangan asam (mgNaOH/g) = W
40 × 0,65 ×0,1061
Bilangan asam = = 0,5511 mg NaOH/g
5,0057
Tabel.A.3 Hasil Analisa Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Bekas Sebelum
Adsorpsi
Tabel.A.4 Hasil Analisa Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Bekas Setelah Adsorbsi
𝐴 ×𝑁×1000
Bilangan peroksida (mek O2/ Kg) = 𝐺
0,8 ×0,01×1000
Bilangan peroksida = = 3,1955 mek O2/ kg
2,5035
𝐴 ×𝑁×1000
Bilangan peroksida (mek O2/ Kg) = 𝐺
0,8 ×0,01×1000
Bilangan peroksida = = 3,1955 mek O2/ kg
2,5035
Tabel.A.6 Hasil Analisa Bilangan Peroksida Pada Minyak Goreng Bekas Setelah Adsorbsi
A. PROSESUDUR
Perlakuan Keterangan
Proses Delignifikasi
Pengecilan ukuran
Proses Pengayakan
-100 mesh + 170 mesh
Proses Delignifikasi