Anda di halaman 1dari 3

3.

3 Pembahasan

Pada praktikum asap cair dan karbon aktif dengan proses pirolisis memiliki tujuan yaitu
dapat mengoprasikan alat pirolisis, dapat membuat asap cair, dapat membuat karbon aktif dan
dapat menganalisis kualitas karbon aktif. Pirolisis tempurung kelapa dilakukan pada suhu
600oC selama 3 jam menggunakan massa tempurung kelapa sebanyak 1000,18 g. Dari proses
pirolisis diperoleh massa asap cair sebanyak 460,89 g dengan rendemen sebesar 46,08 % dan
massa residu (karbon) sebanyak 335,52 g dengan rendemen karbon sebesar 33,55 %.
Berdasarkan massa hasil pirolisis dapat diketahui 203,77 g dengan rendamen 20,37 %
merupakan massa yang hilang dari proses pirolisis, hal ini disebabkan karena ada asap yang
tidak terkondensasi sehingga tidak menjadi produk hasil asap cair.
Berdasarkan table 3.1.4 mengenai pengamatan proses pemurnian asap cair yang
diperoleh dari hasil pirolisis berwarna cokelat gelap dengan pH 2 namun setelah proses
destilasi, diperoleh asap cair berwarna kuning kecoklatan dengan pH 2 dan setelah dilewatkan
melalui zeolit aktif berubah menjadi berwarna kuning dengan pH 3, larutan transparan, tidak
terdapat partikel melayang dan aroma asap yang berkurang. Harga pH tersebut menyimpulkan
bahwa produk asap cair tersebut bersifat asam. Hal ini menyatakan banyaknya unsur-unsur
dalam tempurung kelapa yang terurai dan membentuk senyawa - senyawa kimia yang bersifat
asam.. Proses pemurnian menyebabkan senyawa berbahaya seperti benzopirene dan tar yang
terdapat di dalam asap cair teradsorpsi oleh zeolit aktif (Rinaldi, 2015).
Semakin besar luas permukaan zeolite yang digunakan maka semakin efektif zeolite
dalam mengadsorpsi senyawa-senyawa pengotor pada asap cair. Sehingga akan semakin jernih
asap cair hasil perendaman yang diperoleh. Menurut standar Jepang dari asap cair berdasarkan
parameter pH asap cair 1,5-3,70; warna asap cair kuning kecoklatan kemerahan; produk
transparan, tidak terdapat bahan terapung dan keasaman sebesar 1 % sampai 18 %. Berdasarkan
tabel 3.2.4 kadar asam asetat dalam asap cair hasil pirolisis menghasilkan kadar asam asetat
sebesar 3,77 %. Berdasarkan beberapa parameter hanya kadar asam asetat yang tidak sesuai
dengan Standar Jepang yang sudah ditentukan dikarenakan tingginya suhu pirolisis
menyebabkan semakin tinggi panas pada tempurung kelapa untuk menguraikan hemiselulosa
dan selulosa menjadi komponen-komponen senyawa kimia yang bersifat asam terutama asam
asetat. Kandungan asam pada asap cair berhubungan dengan kualitas asap cair terutama
fungsinya sebagai pengawet makanan. Berdasarkan perbandingan asap cair hasil percobaan
dan standar Jepang dapat diketahui produk asap cair pada percobaan dari sifat fisik dan pH
produk asap cair yang dihasilkan memenuhi standar. Tetapi keasaman yan diperoleh tidak
memenuhi standar Jepang dikarenakan
Pada percobaan karbon aktif dilakukan lima jenis analisa, yaitu kadar air, kadar abu,kadar
volatile matter, fixed carbon dan daya serap iod. Dari hasil analisa diperoleh kadar air
12,8774%, kadar abu 0,5997%, volatile matter 20,2743%, fxed carbon 66,2486% dan daya
serap iod 1,1675%. Standar kualitas arang aktif menurut SII (Standar Industri Indonesia) dalam
bentuk butiran yaitu kadar air maksimal 10%, kadar abu maksimal 2,5%, volatile matter
maksimal 15% dan daya serap iod minimal 20% dan standar kualitas arang aktif menurut SNI
(Standar Nasional Indonesia) fixed carbon minimal 65%. Berdasarkan SII tersebut dapat
diketahui bahwa kadar abu arang aktif sudah sesuai dengan standar dan fixed carbon menurut
SNI sudah memenuhi standar. Namun, pada parameter kadar air, volatile matter dan daya serap
iod tidak memenuhi standar. Kadar air dan volatile matter disebabkan karena arang yang
diaktivasi dengan H2SO4, kemudian dicuci menggunakan aqudest sampai pH netral membuat
pori-pori arang aktif yang sudah terbuka dapat menyerap mineral-mineral yang masih
terkandung di aquadest. Daya Serap iod yang tidak memenuhi SII dikarenakan arang yang
diaktivasi dengan H2SO4 telah mengalami kerusakan dinding struktur dari arang tersebut, hal
tersebut akan berakibat pada daya adsorpsi terhadap iod semakin kecil. Selain itu dapat juga
dikarenakan pada arang aktif yang dihasilkan masih mengandung banyak pengotor berupa
senyawa anorganik.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan:
1. Rendemen asap cair hasil pirolisis pada suhu 600oC sebesar 46,08 %, rendemen
karbon aktif sebesar 33,55 % dan rendamen massa hilang sebesar 20,37 %.
2. Produk asap cair hadri proses pirolisis memiliki visual berwarna kuning dengan pH
3, larutan transparan, tidak terdapat partikel melayang dan kadar asam asetat sebesar
3,77%, dari beberapa parameter hanya kadar asam asetat yang tidak sesuai dengan
standar asap cair yang diinginkan berdasarkan Standar Jepang.
3. Hasil analisa produk karbon hasil pirolisis diperoleh kadar air 12,8774%, kadar abu
0,5997%, volatile matter 20,2743%, fxed carbon 66,2486% dan daya serap iod
1,1675%. Berdasarkan SII dapat diketahui bahwa kadar abu arang aktif sudah sesuai
dengan standar dan fixed carbon menurut SNI sudah memenuhi standar. Namun,
pada parameter kadar air, volatile matter dan daya serap iod tidak sesuai dengan
standar.

Anda mungkin juga menyukai