Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MEKANISME REAKSI KATALISIS DARI XILANASE

Untuk Memenuhi Tugas Enimologi Kelas A

Anggota Kelompok :
Faza Ilya S. M. 240301181200
Fitroh Jani Analisa 24030118130079
Intan Gita Lestari 24030118130
Rinjani Ayundatika Putri 24030118140073

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Enzim merupakan biokatalisator yang sangat efektif yang akan meningkatkan
kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata, dimana reaksi ini tanpa enzim akan
berlangsung lambat (Lehninger, 1995). Enzim merupakan katalis alami. Enzim dapat
dihasilkan oleh organisme untuk meningkatkan laju reaksi kimia yang beragam untuk
diperlukan dalam kehidupan. Enzim dapat terlibat dalam semua proses penting dalam
kehidupan seperti replikasi dan transkripsi RNA, sintesis protein, metabolisme dan
lain-lain. Kemampuan yang dimiliki enzim dapat melakukan transformasi kimia yang
sangat spesifik sehingga membuat enzim ini semakin berguna dalam proses industri
(Li et al., 2012).
Xilanase merupakan enzim yangberperan dalam hidrolisis xilan
(hemiselulosa) menjadi xilo-oligosakarida dan xilosa. Aplikasi enzim ini cukup luas,
di antaranya digunakan pada industri pulp dalam proses deinking dan bleaching
sebagai pengganti proses kimiawi, yaitu penggunaan klorin yang bersifat toksik. Pada
industri makanan dan minuman, xylanase digunakan untuk meningkatkan daya
kembang roti, meningkatkan tekstur dan keseragaman wafer, menghasilkan gula
rendah kalori untuk membantu diet penderita diabetes mellitus, dan sebagai bahan
penjernih dalam industri minuman/jus buah. Pada industri farmasi, xilanase
digunakan sebagai salah satu jenis enzim pada formula sediaan suplemen untuk
mengatasi masalah pencernaan dan menghambat terjadinya osteoporosis, serta
sebagai bahan tambahan pada formula pasta gigi. Xilanase juga dapat digunakan pada
industri pakan ternak, bersama-sama dengan enzim-enzim lainnya seperti glukanase,
pektinase, selulase, lipase dan lain-lain serta berpotensi membantu dalam pra-
perlakuan biomassa pada industri bioenergi (Fawzya et al., 2013; Polizeli et al., 2005;
Nur Richana, 2002).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Enzim
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi
sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam
suatu reaksi kimia (Hatta et al., 2015). Enzim juga dapat didefinisikan sebagai
molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan
susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup
untuk mengkatalisis reaksi antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel
(N Richana et al., 2015).
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh reaksi
kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini
adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya
sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi yang
sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel
pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi.
Percepatan reaksi terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan
sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat molekul substrat
membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat sementara dan lalu terurai
membentuk enzim bebas dan produknya (Lehninger, 1995).

2.2. Xilosa

Xilosa adalah gula yang diisolasi dari bahan berlignoselulosa dengan proses
hidrolisa asam atau enzim, Xilosa diklasifikasikan sebagai monosakarida tipe
aldopentosa yang memiliki lima atom carbon dan satu gugus aldehid. Xilosa
merupakan salah satu penyusun utama dari hemiselulosa, yang terkandung sekitar 30
% dalam tanaman. Fraksi hemiselulosa dapat dihidrolisa dengan mudah oleh asam.
Jika sellulosa dan hemiselulosa dimanfaatkan dalam proses hidrolisis secara efisien,
hemiselulosa akan terhidrolisa secara komplit menjadi D-xilosa (50 – 70 % w/w) dan
L-arabinosa (5 – 15 % w/w), dan sellulosa akan dikonversi menjadi glukosa (Puls,
1993; Zhang et al., 2009).
2.3. Xilan

Xilan merupakan komponen utama dari hemiselulosa pada dinding sel


tumbuhan yang terikat pada selulosa, pektin, lignin dan polisakarida lainnya untuk
membentuk dinding sel. Xilan adalah senyawa dengan rantai utama homopolimer
yang tersusun atas unit unit gula xilosa yang terkait dengan ikatan glikosidik β-1,4.
Jumlah xilan di berbagai macam kayu bervariasi tergantung dari jenis kayunya dan
bisa mencapai lebih dari 20 % (Fengel & Wegener, 1984). Komponen xilan juga
melimpah pada limbah-limbah pertanian seperti dedak gandum 12,3%, bagas tebu
9,6% dan sekam padi 12,1% (Nur Richana, 2002). Karena jumlah xilan di alam sangat
besar dimana merupakan jumlah terbesar kedua setelah selulosa (Subramaniyan &
Prema, 2002).

Xilan memiliki struktur yang bervariasi pada berbagai tumbuhan. Namun


secara umum xilan tersusun dari kerangka dasar residu 1,4-D-xilopiranosil (gula
pereduksi dengan lima atom karbon) yang rantai sampingnya tersubstitusi dengan
gugus asetil, 4-O-metil-D-glukuronosil dan α- arabinofuranosil (Habibi dan Vignon,
2005 dalam Kurrataa’yun, 2014).

Struktur Xilan (Lachke, 2002)


2.4. Enzim Xilanase

Xilanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan


menghidrolisis hemiselulosa dalam hal ini ialah xilan atau polimer dari xilosa.
Xilanase umumnya merupakan protein kecil dengan berat molekul 15.000-30.000
Dalton, aktif pada suhu 55οC dengan pH 9. Pada suhu 60οC dan pH normal, xilanase
lebih stabil (Nur Richana, 2002). Berdasarkan struktur xilan terdapat tiga kelompok
utama enzim yang dapat menghidrolisis xilan. Kelompok pertama yaitu enzim yang
memotong rantai utama xilan, yaitu endo-1,4-β-xilanase yang memotong ikatan
bagian dalam polimer xilan. Kelompok kedua yaitu 1,4-β-xilosidase memutus
sebagian kecil oligosakarida menjadi xilosa. Kelompok ketiga yaitu enzim yang
memotong rantai samping, antara lain α-L-arabinofuranosidase, α-D-glukuronidase,
galaktosidase, asetil xilan, dan asam feruli esterase (Subramaniyan & Prema, 2002).

Struktur Xilan Tumbuhan dan Lokasi Pemecahan Xilan oleh Xilanase


(Shallom & Shoham, 2003)
2.5. Reaksi Hidrolisis Xilan Menjasi Xilosa
Xilanase mampu menghidrolisis xilan menjadi gula xilosa (Pangesti et al.,
2012). Hidrolisis xilan dapat terjadi melalui hidrolisis enzimatik. Reaksi hidrolisis
xilan menjadi xilosa dapat dilihat pada Gambar dibawah. Besarnya hidrolisis xilan
dipengaruhi oleh jumlah enzim yang diabsorbsi pada permukaan xilan, kinerja enzim
pendegradasi xilan dan adanya substansi lain. Hidrolisis xilan terjadi dengan
memutuskan ikatan silang β-1,4-glikosida antara rantai yang satu dengan rantai yang
lainnya sehingga terjadi pemecahan xilan menjadi xilosa yang lebih pendek dengan
memutus ikatannya sampai menjadi monomer xilosa (Sholihah, 2010). Reaksi
hidrolisis xilan menjadi xilose (Budiman & Setyawan, 2009) :

C5H8O4 + H2O → C5H10O5


(xilan) (xilosa)
Reaksi Hidrolisis Xilan Menjadi Xilosa

(Mulyani, 2010)

Gambar di atas adalah reaksi hidrolisa xilan. Beberapa sumber karbon yang
sering digunakan adalah molasses, serelia, pati, glukosa, dan laktosa. Produksi enzim
xilanase sebagai sumber karbon adalah xilan. Xilan dengan aktivitas xilanase yang
dihasilkan oleh mikroorganisme akan terhidrolisis menjadi xilosa. Hemiselulosa xilan
merupakan polimer xilosa yang berikatan β-1,4 dengan jumlah monomer 150-200 unit.
Rantai xilan bercabang dan strukturnya tidak terbentuk kristal sehingga lebih mudah
dimasuki pelarut dibandingkan dengan selulosa (Budiman & Setyawan, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, A., & Setyawan, S. (2009). Pengaruh konsentrasi substrat, lama inkubasi dan pH
dalam proses isolasi enzim xylanase dengan menggunakan media jerami padi.

Fawzya, Y. N., Prima, R. E., Mangunwardoyo, W., Munifah, I., & Patantis, G. (2013).
Produksi dan karakterisasi xilanase dari isolat bakteri M-13.2 A asal air laut Manado.
Jurnal Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 8(1), 55–64.

Fengel, D., & Wegener, G. (1984). Wood: chemistry, ultrastructure. Reactions, 613, 1960–
1982.

Hatta, F. H. M., Lundblad, M., Ramsjo, M., Kang, J.-H., Roh, H.-K., Bertilsson, L., Eliasson,
E., & Aklillu, E. (2015). Differences in CYP2C9 genotype and enzyme activity between
Swedes and Koreans of relevance for personalized medicine: role of ethnicity, genotype,
smoking, age, and sex. Omics: A Journal of Integrative Biology, 19(6), 346–353.

Lachke, A. (2002). Biofuel fromD-xylose—The second most abundant sugar. Resonance,


7(5), 50–58.

Lehninger, A. L. (1995). Dasar-Dasar Biokimia I & II. Alih Bahasa: Maggy Thenawidjaja).
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Li, S., Yang, X., Yang, S., Zhu, M., & Wang, X. (2012). Technology prospecting on
enzymes: application, marketing and engineering. Computational and Structural
Biotechnology Journal, 2(3), e201209017.

Mulyani, N. S. (2010). Penentuan Temperatur dan pH Optimum pada Uji Aktivitas Hasil
Isolasi dari Aspergillus niger dengan Menggunakan Media Pertumbuhan Sekam Padi.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA 2010"
Eksplorasi Dan Inovasi Sumber Daya Lokal Untuk Penguatan Daya Sain Bangsa
Dalam Bidang Sains, Pendidikan, Teknologi, Dan Industri Kimia", 241–247.

Pangesti, N. W. I., PANGASTUTI, A., & RETNANINGTYAS, E. (2012). Pengaruh


penambahan molase pada produksi enzim xilanase oleh fungi Aspergillus niger dengan
substrat jerami padi. Asian Journal of Tropical Biotechnology, 9(2), 41–48.

Polizeli, M., Rizzatti, A. C. S., Monti, R., Terenzi, H. F., Jorge, J. A., & Amorim, D. S.
(2005). Xylanases from fungi: properties and industrial applications. Applied
Microbiology and Biotechnology, 67(5), 577–591.
Puls, J. (1993). Chemistry of hemicelluloses: relationship between hemicellulose structure
and enzymes required for hydrolysis. Hemicellulose and Hemicellulase.

Richana, N, Winarti, C., Hidayat, T., & Prastowo, B. (2015). Hydrolysis of empty fruit
bunches of palm oil (Elaeis Guineensis Jacq.) by chemical, physical, and enzymatic
methods for bioethanol production. International Journal of Chemical Engineering and
Applications, 6(6), 422.

Richana, Nur. (2002). Produksi dan prospek enzim xilanase dalam pengembangan bioindustri
di Indonesia. Buletin AgroBio, 5(1), 29–36.

Shallom, D., & Shoham, Y. (2003). Microbial hemicellulases. Current Opinion in


Microbiology, 6(3), 219–228.

Subramaniyan, S., & Prema, P. (2002). Biotechnology of microbial xylanases: enzymology,


molecular biology, and application. Critical Reviews in Biotechnology, 22(1), 33–64.

Zhang, F., Qiao, D., Xu, H., Liao, C., Li, S., & Cao, Y. (2009). Cloning, expression, and
characterization of xylose reductase with higher activity from Candida tropicalis. The
Journal of Microbiology, 47(3), 351–357.

Anda mungkin juga menyukai