Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin, 12 April 2021

Pengantar Biokimia Waktu : 13.50 – 16.40 WIB


PJP : Dr. rer. nat. Rahadian Pratama,
S.Si, M.Si
Asisten : Khalida Syifa

ANALISIS BIOKIMIA PENGARUH SUHU TERHADAP


AKTIVITAS AMILASE SALIVA

Kelompok 2
Wulan Nhikesya Alzahra J0308201032

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN


PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
PENDAHULUAN
Enzim merupakan biosakatalisator yang berfungsi sebagai katalis dalam
proses biologis (Lehninger 1982). Enzim dihasilkan oleh organ-organ pada
mahkluk hidup yang secara katalitik menjalankan berbagai reaksi, seperti hidrolisis,
oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi, transfer radikal, pemutusan rantai karbon
(Sumardjo, 2009).Secara umum, enzim menghasilkan kecepatan, spesifikasi, dan
kendali pengaturan terhadap reaksi dalam tubuh. Enzim berfungsi sebagai
katalisator, yaitu senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia (Marks, dkk.,
2000).
Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat
dibandingkan ketika reaksi tersebut tidak menggunakan katalis. Seperti katalis
lainnya, enzim juga menurunkan atau memperkecil energi aktivasi suatu reaksi
kimia (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009). Dalam reaksi tersebut enzim mengubah
senyawa yang selanjutnya disebut substrat menjadi suatu senyawa yang baru yaitu
produk, namun enzim tidak ikut berubah dalam reaksi tersebut (Palmer, 1991).
Setiap jenis enzim memiliki aktivitas maksimum pada suhu tertentu, aktivitas enzim
akan semakin meningkat dengan bertambahnya suhu hingga suhu optimum
tercapai. Setelah itu kenaikan suhu lebih lanjut akan menyebabkan aktivitas enzim
menurun (Megiadari, 2009).
Enzim α-amilase termasuk dalam jenis enzim hidrolase karena memerlukan
air dalam memecah ikatan spesifik α-1,4-glikosidik. Enzim amilase dapat memecah
ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam enzim amilase,
yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Saliva (ludah) mengandung enzim α-
amilase. Enzim amilase air liur berfungsi untuk memecah ikatan 1-4 yang terdapat
dalam amilum (Poedjiadi 2009).
Enzim lipase adalah enzim yang menghidrolisis lemak dan minyak.
Berdasarkan fungsi fisiologisnya enzim lipase mempunyai peranan penting
menghidrolisis lemak dan minyak menjadi asam lemak dan gliserol yang
dibutuhkan dalam proses metabolisme. Enzim lipase ini dapat memecah ikatan ester
pada lemak sehingga menjadi asam lemak dan gliserol (Poedjiadi dan Supriyanti,
2007). Menurut Mingrui Yu dkk., (2007) lipase merupakan kelompok enzim yang
secara umum berfungsi dalam hidrolisis triasilgliserol (trigliserida) untuk
menghasilkan asam lemak rantai panjang dan gliserol
Uji iodin merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk
membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakarida. Perubahan warna
larutan terjadi karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Bentuk ini yang menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul
yodium yang dapat masuk kedalam spiralnya. Larutan iodin yang direaksikan
dengan glikogen akan membentuk warna merah sampai cokelat yang disebabkan
karena adanya penyerapan iodin pada struktur cincin glikogen yang saling berikatan
sehingga membentuk komples berwarna merah kecoklatan. Prisip dari pengujian
iodin yaitu karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan
larutan iodin akan memberikan warna spesifik bergantung pada jenis
karbohidratnya.
METODE
Prosedur Uji Benedict

Masukkan 5 ml pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 8


tetes larutan bahan yang akan diperiksa, campur, dan didihkan selama 5 menit.
Biarkan sampai menjadi dingin. Perhatikan warnanya dan lihat apakah terbentuk
endapan. Perubahan warna yang sedikit saja belum berarti positif, tetapi harus ada
warna hijau, kuning, atau endapan merah bata.

Prosedur Uji Iod

Masukkan 0,5 ml larutan yang akan diuji ke dalam papan uji. Lalu
tambahkan satu tetes larutan iod encer. Perhatikan warna yang terbentuk.Iodium
dengan pati dapat membentuk suatu ikatan kompleks yang berwarna biru.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil diskusi studi kasus didapatkan sebagai berikut, deterjen


adalah bahan digunakan untuk menghilangkan noda pada pakaian. Deterjen
mengandung enzim yang digunakan untuk menguraikan protein dan lemak. Tanpa
enzim, menghilangkan protein dan lemak sangat sulit dan memerlukan banyak
deterjen serta suhu tinggi (Ahira, 2011). Enzim yang digunakan dalam deterjen
yaitu protease, amilase, dan lipase (Faizah 2017). Enzim-enzim tersebut merupakan
katalisator penghancur beberapa jenis kotoran sehingga memudahkan untuk
mencuci.
Enzim merupakan salah satu bahan aditif di dalam pembuatan deterjen.
Menurut Matheson (1996) di dalam Timurti et al. (2009), aditif pembuatan deterjen
sebanyak 1-2% terdiri dari enzim, pemutih, pencerah, parfum dan pewarna. Enzim
yang dapat digunakan dalam deterjen harus tahan terhadap sifat-sifat komponen
deterjen, terutama senyawa pemutih, aktif pada pH 7-10 (alkalin) dan suhu yang
beragam (Hmidet et al., 2009). Setiap enzim memiliki aktivitas maksimal dan
minimal suhu, pada studi kasus ini adalah 15o-95o. Pada suhu dibawah 15o enzim
akan bereaksi lambat dan jika suhu melebihi 95o maka akibatnya akan terjadi
denaturasi yaitu ikatan kimia menjadi putus dan enzim kehilangan bentuk
spesifiknya (Dennison 2002).
Enzim amilase digunakan untuk menghilangkan kotoran yang bersifat
karbohidrat dalam detergen (Ningsih 2012). Enzim amilase dapat memecah ikatan
pada amilum hingga terbentuk maltose sehingga banyak digunakan untuk deterjen
(Ningsih 2012). Enzim α-amilase termasuk dalam jenis enzim hidrolase karena
memerlukan air dalam memecah ikatan spesifik α-1,4-glikosidik. Aktivitas amilase
dipengaruhi oleh suhu, kisaran suhu optimal enzim amilase adalah 40-50 °C, suhu
maksimum enzim amilase adalah 70 °C (Naiola 2002).
Enzim protease berfungsi untuk menghidrolisa noda protein pada pakaian
sehingga kotoran yang terdapat noda protein seperti darah, lender akan mudah
tercuci. Selain itu kotoran lain yang menempel pada protein dapat lebih mudah
dibersihkan. Protease yang terdapat pada deterjen bekerja pada pH alkali dan suhu
yang cukup tinggi. Alkali protease ini digunakan aditif pada deterjen karena
kemampuannya yang bersifat biodegradable dan dapat meningkatkan kerja dari
deterjen secara umum. Enzim protease memiliki suhu optimum yaitu 50oC
(Supriatna et al. 2015).
Enzim lipase digunakan untuk menghilangkan kotoran yang berminyak dan
untuk menaikan efek pembersihan pada pencucian pakaian, menghilangkan lemak
(Rumiyati et al 1998). Enzim lipase bekerja pada fase antara minyak dan air dari
substrat yang teremulasi (Rumiyati et al 1998). Stabilitas emulsi ini tergantung pada
jenis surfaktan yang digunakan (Rumiyati et al 1998). Enzim lipase dapat aktif dan
stabil pada suhu rendah dan dalam lingkungan basa (Rumiyati et al 1998). Suhu
enzim lipase tertinggi dicapai pada suhu 30°C dimana suhu tersebut suhu optimum
(Murni et al, 2011).

KESIMPULAN
Deterjen mengandung enzim yang digunakan untuk membersihkan noda
pakaian. Enzim yang terkandung dalam deterjen yaitu protease, amilase, dan lipase.
Enzim memiliki suhu optimal yang berbeda-beda. Jika suhu pada enzim dibawah
kisaran optimal, enzim akan bereaksi lambat dan jika suhu diatas kisaran optimal,
enzim akan terdenaturasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dennison, P. E., and Dennison, G.E. 2002. BrainGym. Jakarta: PT. Grasindo.

Faizah, M. 2017. Pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim protease Bacillus
subtilis dari daun kenikir (Cosmos sulphureus) yang ditumbuhkan dalam
media campuran limbah cair tahu dan dedak (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Lehninger, A.L., 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga, Jakarta.


Marks, D.B.A.D., Marks, C.M., Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah
Pendekatan Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Murni, S. W., Kholisoh, S. D., DL, T., & EM, P. 2011. Produksi, karakterisasi, dan
isolasi lipase dari Aspergillus niger. In Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia Kejuangan.
Mustakin, F., Tahir, M. 2019. Analisis Kandungan Glikogen Pada Hati, Otot, dan
Otak Hewan. Canrea Journal. 2(2): 75-80.
Naiola, E. (2002). Karakteristik Dan Optimasi Media Produksiamilase, Dari
Aspergilus niger Dan Aspergilus clavatus. Berita Biologi, 6(3), 415-421.
Ningsih, D. R., Rastuti, U., & Kamaludin, R. (2012). Karakterisasi enzim amilase
dari bakteri Bacillus amyloliquefaciens. Prosiding, 3(1).
Palmer, T. 1991. Understanding Enzyme Third Edition. Ellis Horwood Limited.
England.
Poedjiadi, A., Supriyanti, F.M.T. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Rumiyati, V. P., & Indrati, R. 1998. Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Lipase Alkali
Dari Kulit Hewan. Agritech, 18(1998).
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC
Supriyatna, A., Amalia, D., et all. 2015. Aktivitas Enzim Amilase, Lipase, Dan
Protase Dari Larva. Hermetia illucens yang diberi pakan jerami padi. 11(2):
18-32.

Anda mungkin juga menyukai