Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biologi Umum Dengan Judul “Pengaruh


pH terhadap enzim” ditulis oleh:
Nama : Iis Nuriyah Prihartini
NIM : 1816041008
Kelas : Pendidikan IPA Reguler
Kelompok : 2 (dua)
telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, November 2018


Koordinator Asisten, Asisten,

Ibnu Mundzir A Peri Irawan_____


NIM: 1614042009

Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab

DR.A.Mu’nisa,S.Si.,M.Si
NIP: 19720526 199802 2001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Setiap proses di dalam tubuh makhluk hidup berkaitan erat dengan proses
metabolisme, yang merupakan aktivitas hidup yang selalu terjadi pada setiap sel
hidup. Reaksi metabolisme tersebut terjadi melalui penyusunan senyawa
sederhana menjadi senyawa kompleks (anabolisme) dan melalui perombakan
senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana atau biasa disebut dengan
katabolisme. Adapun perubahan-perubahan yang terjadi pada proses anabolisme
dan katabolisme dapat dipercepat dengan bantuan suatu molekul bio-protein yang
disebut enzim. Enzim adalah katalis yang terbuat dari protein dan dihasilkan oleh
sel.
Kecepatan kerja enzim-enzim ini sangat menguntungkan bagi sel karena
dengan demikian sel-sel tersebut dapat berfungsi secara efektif dalam
menjalankan berbagai proses. Enzim dapat membantu sel melaksanakan hampir
ribuan reaksi kimia yang berbeda secara cepat karena sifat enzim yang spesifik
dan reversible atau bolak balik.
Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan berbagai
penemuan dari para ahli, telah banyak ditemukan berbagai enzim dalam makhluk
hidup. Enzim-enzim tersebut tidak hanya terdapat pada manusia, tetapi juga pada
tumbuhan. Salah satu enzim yang terdapat di dalam tubuh tumbuhan adalah enzim
amilase, yang merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan amilum (zat
pati) pada tumbuhan yang kemudian digunakan sebagai bahan cadangan makanan
bagi tumbuhan tersebut.
Kecepatan kerja enzim dipengaruhi oleh berbagai factor. Tiap enzim
memerlukan suhu dan pH optimum yang berbeda-beda, karena enzim adalah
protein yang dapat mengalami perubahan bentuk dan aktivitas jika suhu dan
keasaman berubah. Oleh kerena itu, untuk mengetahui hubungan pH terhadap
enzim, maka dilakukan praktikum mengenai hubungan dan pengaruh pH terhadap
aktivitas enzim amilase, dan pada percobaan ini digunakan ekstrak kecambah
kacang hijau sebagai sampel dalam percobaan untuk membuktikan pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim, khususnya enzim amilase.

B. Tujuan
Membuktikan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase.

C. Manfaat
Mahasiswa telah mampu mengetahui Pengaruh PH terhadap aktivitas
enzim amilase.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Enzim dapat ditemukan baik pada hewan maupun pada tumbuhan. Salah
satu enzim yang terdapat pada tumbuhan adalah amilase. Enzim tersebut dapat
menghidrolisis amilum menjadi gula. Amilase dapat dihasilkan oleh daun atau biji
yang sedang berkecambah. Aktivitas amilase dipengaruhi oleh garam-garam
organik, pH, suhu, dan cahaya. (Tim penyusun biologi, 2018)
Enzim adalah suatu kelompok protein yang menjalankan dan mengatur
perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologi. Zat yang dihasilkan oleh organ
organ-organ dan tanaman, yang secara katalitik menjalankan berbagai reaksi,
seperti pemecahan hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerisasi, adisi, tranfer, radikal,
dan kadang-kadang pemutusan rantai karbon. Kebanyakan enzim yang terdapat
dalam alat-alat atau organ-organ organisme hidup berupa larutan koloidal dalam
cairan tubuh, seperti air ludah, darah, cairan lambung, dan cairan pangkreas.
Enzim terdapat didalam bagian dalam sel. Sel-sel dalam tubuh yang setingkat
demi setingkat dapat membentuk enzim yang berlainan (Sumardjo, 2010).
Enzim dapat ditemukan baik pada hewan maupun pada tumbuhan. Salah
satu enzim yang terdapat pada tumbuhan adalah amilase. Nama lain dari amilase
adalah Diastase. Enzim tersebut dapat enghidrolisis amilum gula. Amilase
dihasilkan oleh daun atau biji yang sedang berkecambah. Aktivitas amilase
dipengaruhi oleh garam-garam anorganik, pH, suhu, dan cahaya. pH optimum dari
amilase menurut Hopkins, Cole, dan Green (Tim Penyusun, 2018).
Enzim adalah benda yang tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup. Enzim
menyusun sebagian besar total protein dalam sel, suatu sel dapat memuat 2000
jenis molekul enzim. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator yaitu mempercepat
laju suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Maksudnya,
enzim tidak ikut berubah menjadi produk tetapi akan kembali ke bentuk asalnya
setelah reaksi kimia selesai (Susanti, 2017)
Sejarah modern enzim dimulai ketika payen dan persoz pada tahun 1833
berhasil mengisolasi diastase dari biji barley yang dikecambahkan. Diastase
mampu mengubah pati yang yang tergelatinisasi menjadi gula-gula sederhana
khususnya maltosa. Pada tahun 1835, Barzelius berhasil membuktikan bahwa
ekstrak malt mampu memecah pati secara lebih efisien (Aji, 2017).
Enzim merupakan katalisator (protein katalitik) untuk reaksi-reaksi kimia
di dalam sistem biologi. Sebagai katalis, enzim memiliki ciri khas, yaitu (1)
bersifat tidak diubah oleh reaksi yang katalisnya, (2) enzim tidak mengubah
kedudukan normal dari kesetimbangan kimia, meskipun enzim mempercepat
reaksi (Susanti, 2017).
Menurut Aji (2017), Pengembangan teknologi enzim, baik dalam dunia
akademis maupun industri, didorong oleh kekuatan berikut:
a. Pengembangan produk baru, proses dan jasa yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan manusia
b. Perbaikan proses untuk menghasilkan produk yang sudah ada dari
bahan baku baru khususnya bermassa.
Sebagai molekul bebas terlarut air, enzim sulit dipisahkan dari substrat dan
produknya. Irnobilisasi enzim merupakan salah satu upaya untuk menjadikan
enzim pada kondisi tak bergerak yang tidak larut. Irnobilisasi enzim dapat
dilakukan dengan pengikatan enzim secara kovalen pada permukaan bahan yang
tidak larut air (Susanti, 2017).
Sejak jaman pra sejarah manusia telah memiliki kemampuan dalam
membuat sebagai produk fermentasi seperti: Alkohol, roti, dan keju. Salah satu
referensi tertua yang terkait dengan enzim ditemukan dalam puisi yunani yang
ditulis pada abad 800 SM yang menyebutkan penggunaan enzim dalam
pembuatan keju (Aji, 2017).
Menurut Aji (2017), Riset-riset enzimologi menyimpulkan bahwa enzim
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan katalis kimia, antara lain:
a. Enzim mampu mempercepat reaksi dengan faktor antara 108 – 1010
dibanding dengan reaksi tanpa katalisator.
b. Enzim bekerja pada kisaran pH netral dan temperatur antara 20-40○C.
c. Bersifat biodegradable (dapat terurai secara biologis), aman dan ramah
lingkungan. Enzim merupakan bagian dari sistem kehidupan yang bersifat
alami, bila terdegradasi menghasilkan berbagai asam amino yang
“terserap” kembali oleh alam.
d. Karena enzim tidak mengalami perubahan permanen selama proses
katalisis, maka enzim dapat digunakan secara berulang-ulang sehingga
lebih efisien dari aspek ekonomi.
Enzim mempunyai kemampuan polimerasi DNA yang sangat tinggi, tetapi
tidak mempunyai aktivitas eksonuklease enzim ini paling efektif pada pH 9 (pada
suhu 20○ C) dan suhu aktivitas optimumnya sekitar 75-80○ C. kelebihan enzim
Taq DNA polimerase adalah senyawa enzim inintahan terhadap suhu tinggi yang
diperlukan untuk memisahkan rantai DNA cetakan, oleh karena itu maka tidak
diperlukan penambahan enzim pada tiap-tiap siklus PCR seperti yang harus
dilakukan enzim (Ibnu, 2017).
Ketika enzim bekerja dengan semestinya, maka proses biokimia dalam sel
akan berlangsung secara tepat. Jika terjadi malfungsi pada enzim, maka akan
menyebabkan keabnormalan sel. Seperti pada kasus penderita fenilketonuria,
yaitu gangguan metabolisme fenilalanin sehingga menyebabkan akumulasi secara
berlebih asam amino fenilalanin dalam darah (Susanti, 2017).
Prosedur pengujian pH dilakukan dengan mengukur suhu sampel terlebih
dahulu kemudian mengatur suhu pH meter pada suhu terukur. pH meter
dihidupkan dan dibiarkan agar stabil selama 15D 30 menit. Elektroda dibilas
dengan aquades dan dikeringkan dengan tissu. Kemudian elektroda dicelupkan
pada sampel sampai diperoleh pembacaan skala yang stabil (Azizah, 2011).
Sejarah modern enzim dimulai ketika payen dan persoz pada tahun 1833
berhasil mengisolasi diastase dari biji barley yang dikecambahkan. Diastase
mampu mengubah pati yang yang tergelatinisasi menjadi gula-gula sederhana
khususnya maltosa. Pada tahun 1835, Barzelius berhasil membuktikan bahwa
ekstrak malt mampu memecah pati secara lebih efisien (Aji, 2017).
Enzim merupakan katalisator (protein katalitik) untuk reaksi-reaksi kimia
di dalam sistem biologi. Sebagai katalis, enzim memiliki ciri khas, yaitu (1)
bersifat tidak diubah oleh reaksi yang katalisnya, (2) enzim tidak mengubah
kedudukan normal dari kesetimbangan kimia, meskipun enzim mempercepat
reaksi (Susanti, 2017).
Menurut Aji (2017), Pengembangan teknologi enzim, baik dalam dunia
akademis maupun industri, didorong oleh kekuatan berikut:
c. Pengembangan produk baru, proses dan jasa yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan manusia
d. Perbaikan proses untuk menghasilkan produk yang sudah ada dari
bahan baku baru khususnya bermassa.
Sebagai molekul bebas terlarut air, enzim sulit dipisahkan dari substrat dan
produknya. Irnobilisasi enzim merupakan salah satu upaya untuk menjadikan
enzim pada kondisi tak bergerak yang tidak larut. Irnobilisasi enzim dapat
dilakukan dengan pengikatan enzim secara kovalen pada permukaan bahan yang
tidak larut air (Susanti, 2017).
Sejak jaman pra sejarah manusia telah memiliki kemampuan dalam
membuat sebagai produk fermentasi seperti: Alkohol, roti, dan keju. Salah satu
referensi tertua yang terkait dengan enzim ditemukan dalam puisi yunani yang
ditulis pada abad 800 SM yang menyebutkan penggunaan enzim dalam
pembuatan keju (Aji, 2017).
Tujuan dari pengembangan teknologi ini adalah merancang produk-produk
inovatif dan proses yang tidak hanya kompetitif tetapi juga memenuhi kriteria
keberlanjutan. Teknologi enzim secara luas mencakup produksi, isolasi,
pemurnian dan penggunaan enzim untuk kepentingan manusia (Aji, 2017).
Menurut Anji (2017), Riset-riset enzimologi menyimpulkan bahwa enzim
memiliki beberapa keunggulan dibandinsgkan dengan katalis kimia, antara lain:
a. Enzim mampu mempercepat reaksi dengan faktor antara 108 -1010
dibanding dengan reaksi tanpa katalisator.
b. Enzim bekerja pada kisaran pH netral dan temperatur antara 20-40°C.
c. Bersifat biodegradable (dapat terurai secara biologis), aman dan ramah
lingkungan. Enzim emrupakan bagian dari sistem kehidupan yang bersifat
alami, bila terdegradasi menghasilkan berbagai asam amino yang terserap
kembali oleh alam.
d. Karena enzim tidak mengalami perubahan permanen selama proses
katalisis, maka enzim dapat digunakan secara berulang-ulang sehingga
lebih efisien dari aspek ekonomi.
Enzim mempunyai kemampuan polimerasi DNA yang sangat tinggi, tetapi
tidak mempunyai aktivitas eksonuklease enzim ini paling efektif pada pH 9
(pada suhu 20○ C) dan suhu aktivitas optimumnya sekitar 75-80○ C. kelebihan
enzim Taq DNA polimerase adalah senyawa enzim inintahan terhadap suhu
tinggi yang diperlukan untuk memisahkan rantai DNA cetakan, oleh karena itu
maka tidak diperlukan penambahan enzim pada tiap-tiap siklus PCR seperti
yang harus dilakukan enzim (Ibnu, 2017).
Ketika enzim bekerja dengan semestinya, maka proses biokimia dalam sel
akan berlangsung secara tepat. Jika terjadi malfungsi pada enzim, maka akan
menyebabkan keabnormalan sel. Seperti pada kasus penderita fenilketonuria,
yaitu gangguan metabolisme fenilalanin sehingga menyebabkan akumulasi secara
berlebih asam amino fenilalanin dalam darah (Susanti, 2017).
Menurut Sloane (2010), mekanisme enzim yaitu:
1. Suatu enzim bekerja untuk satu substrak tertentu
2. Kekhususan enzim
Setiap enzim dapat membedakan subsraknya sendiri dari substrak lain yang
senyawanya berikatan erat (termasuk isomer) sehingga pada setiap enzim dapat
mengkatalisis suatu reaksi tertentu. Enzim berikatan dengan substrak dan
mengubahnya menjadi produk reaksi.
Ensim
Substrak produk
3. Sisi aktif
a. Kerja enzim model lock dan key (pengunci dan kunci)
Hanya bagian tertentu dari molekul enzim yang dapat mengikat substrak.
Bagian reseptor ini disebut sisi aktif, biasanya menyerupai lekukan atau
kantong dipermukaan enzim yang sesuai dengan bentuk sisi aktif terebut.
Enzim merupakan pengunci molekular yang hanya cocok untuk kunci
molekuler substrak.
b. Kerja enzim model induced fits (susunan terinduksi)
Saat substrak berikatan dengan enzim sisi aktif, substak akan mengalami
sedikit perubahan struktur pada enzim. induksi susunan pada enzim dan
substrak dapat meningkatkan kemampuan reaksi dan membantu memecah
ikatan kimia.
4. Kompleks enzim-substrak
Mengalami penyusunan ulang internal, yang membentuk produk. Enzim
melepas produk, dan sisi aktifnya kemudian kosong dan tersedia untuk lebih
banyak substrak.
Menurut Sloane (2010), Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
enzim, yaitu:
1. Suhu dan pH.
2. Kofaktor dan koensim.
3. Inhibitor enzim. terbagi dua yaitu:
a. Proses kontrol metabolik yang normal dan penting.
b. Inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Kamis / 22 November 2018
Waktu : Pukul 7.30-09.10 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi 10 buah
b. Pipet tetes 4 buah
c. Rak Tabung reaksi 1 buah
d. Penjepit tabung reaksi 3 buah
e. Pembakar spiritus s1 buah
f. Stoid 2 buah
2. Bahan
a. Asam Klorida encer (HCl 10%)
b. Natrium Hidroksida (NaOH 1%)
c. Larutan Amilum
d. Larutan fehling A & B
e. Ekstrak kecambah
f. Kertas indikator universal
g. Korek api
C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan diperlukan.
2. Dibagi tabung A menjadi 3 yaitu A1, A2 dan A3. Kemudian ditambahkan
masing-masing tabung dengan amilum, setelah itu ditambahkan ekstrak
kecambah kemudian dicek pHnya. Lalu ditambahkan fehling A dan B
kemudian diamati warnanya, lalu didiamkan selama 5 menit untuk tabung
A1, 10 menit untuk tabung A2 dan 15 menit untuk tabung A3. Setelah itu
dipanaskan lalu diamati kembali warnanya.
3. Dibagi tabung B menjadi 3 yaitu B1, B2 dan B3. Kemudian ditambahkan
masing-masing tabung dengan amilum, setelah itu ditambahkan ekstrak
kecambah dan larutan HCl kemudian dicek pHnya. Lalu ditambahkan
fehling A dan B kemudian diamati warnanya, lalu didiamkan selama 5
menit untuk tabung B1, 10 menit untuk tabung B2 dan 15 menit untuk
tabung B3. Setelah itu dipanaskan lalu diamati kembali warnanya.
4. Dibagi tabung C menjadi 3 yaitu C1, C2 dan C3. Kemudian ditambahkan
masing-masing tabung dengan amilum, setelah itu ditambahkan ekstrak
kecambah dan larutan NaOH kemudian dicek pHnya. Lalu ditambahkan
fehling A dan B kemudian diamati warnanya, lalu didiamkan selama 5
menit untuk tabung C1, 10 menit untuk tabung C2 dan 15 menit untuk
tabung C3. Setelah itu dipanaskan lalu diamati kembali warnanya.
5. Disiapkan tabung D sebagai tabung kontrol. Kemudian ditambahkan
amilum dan ekstrakkecambah kemudian dipanaskannya lalu diamati
warnanya.
6. Diandingkan warna yang terjadi pada tabung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Kode Perubahan
Tabung pH
Tabung
Warna Awal Warna Akhir
A1 6 10 Ungu Hijau Tua
A
A2 6 10 Ungu Muda Cokelat Tua
A3 6 10 Ungu Pekat/Tua Kuning
B1 4 9 Hijau Muda Hijau Tua
B B2 4 9 Hijau Muda Hijau Tua
B3 4 9 Hijau Muda Hijau Tua
C1 9 10 Ungu Muda Cokelat Muda
C C2 9 10 Ungu Tua/Pekat Cokelat Muda
C3 9 10 Ungu Cokelat Muda
D Bening Biru Muda

B. Pembahasan
1. Tabung bagian A
Tabung A1, A2, A3 diisi dengan ekstrak kecambah sebanyak I ml dan
amilum 1 ml. Setelah itu, mengukur PH dengan menggunakan kertas PH dan
diperoleh pH yaitu 6 dan pH akhirnya 10 hal ini menandakan bahwa sifatnya
asam. Setelah mengukur PH, larutan kemudian ditambah dengan fehling A
dan B sebanyak 3 tetes lalu diamkan selama. Setelah dipanaskan dan diamati,
ternyata warna pada tabung A1 mengalami perubahan warna signifikan yang
dari ungu menjadi hijau tua. Selanjutnya pada tabung A2 juga terjadi
perubahan warna yang sangat signifikan dari warna ungu muda menjadi warna
cokelat tua. Begitu pula pada tabung A3 juga mengalami perubahan signifikan
dari ungu tua/pekat menjadi kuning. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
ditemukan yang mengatakan bahwa tidak adanya terjadi perubahan warna
namun pada percobaan kami terjadi mungkin pada prosesnya kami terlalu
lama menuangkan fehling A dan B dan juga terjadi kesalahan pada saat
pemanasan sehingga warna yang didapatkan berubah secara signifikan.
2. Tabung bagian B
Tabung B1, B2 dan B3 diisi dengan ekstrak kecambah sebanyak 1 ml dan
amilum 1 ml dan larutan HCl (10%). Setelah itu, mengukur PH dengan
menggunakan kertas PH dan diperoleh pH yaitu 4 dan pH akhirnya 9, hal ini
menandakan bahwa sifatnya asam. Setelah mengukur PH, larutan kemudian
ditambah dengan fehling A dan B sebanyak 3 tetes lalu diamkan selama
5,10,15 menit setelah itu dipanaskan selama 2 menit. Setelah dipanaskan dan
diamati, ternyata warna pada tabung B1 mengalami perubahan warna yang
dari hijau muda menjadi hijau tua. Selanjutnya pada tabung B2 juga terjadi
perubahan warna yang dari hijau muda menjadi hijau tua. Begitu pula pada
tabung B3 juga perubahan warna yang dari hijau muda menjadi hijau tua. Hal
ini tidak sesuai dengan teori yang ditemukan yang mengatakan bahwa terjadi
perubahan warna tetapi pada pengamatan kami warnya yang didapatkan
berbeda dengan teori dan pada percobaan kami pula terjadi kesalahan
prosedur kerja yaitu kami terlalu lama menuangkan fehling A dan B dan juga
terjadi kesalahan pada saat pemanasan sehingga warna yang didapatkan
berubah secara tetapi tidak secara signifikan.
3. Tabung bagian C
Pada tabung C1, C2, C3 diisi dengan ekstrak kecambah sebanyak 1 ml
dan amilum 1 ml dan larutan NaOH (1%). Setelah itu, mengukur PH dengan
menggunakan kertas PH dan diperoleh pH yaitu 9 dan 10, hal ini menandakan
bahwa sifatnya basa. Setelah mengukur PH, larutan kemudian ditambah
dengan fehling A dan B sebanyak 3 tetes lalu diamkan selama 5,10,15 menit
setelah itu dipanaskan selama 2 menit. Setelah dipanaskan dan diamati,
ternyata warna pada tabung C1 mengalami perubahan warna yang dari ungu
muda menjadi cokelat muda. Selanjutnya pada tabung C2 juga terjadi
perubahan warna yang dari ungu pekat/tua menjadi cokelat muda. Begitu pula
pada tabung C3 juga perubahan warna yang dari ungu menjadi cokelat muda.
Hal ini ada yang hampir sesuai dengan teori tetapi juga ditahap ini lagi-lagi
kami melakukan kesalahan yang cukup fatal yaitu terjadi kesalahan dalam
menuangkan fehling a dan b dan proses pemanasan yang dilakukan dengan
telat sehingga peruabahn warna tidak sesuai namun hampir mendekati.
4. Tabung bagian D
Tabung D diisi dengan amilum 1 ml. Setelah itu ditambahkan fehling A
dan B dan berubah warna menjadi bening dan setelah dipanaskan dan
diamati, ternyata mengalami perubahan warna menjadi biru muda.ini berarti
bahwa enzim positif menghidrolisis amilum. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang ditemukan yang mengatakan bahwa terjadi perubahan warna tetapi pada
pengamatan kami warnya yang didapatkan berbeda dengan teori dan pada
percobaan kami pula terjadi kesalahan prosedur kerja yaitu kami terlalu lama
menuangkan fehling A dan B dan juga terjadi kesalahan pada saat pemanasan
sehingga warna yang didapatkan berubah secara secara signifikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari praktikum ini adalah
Pengaruh Ph terhadap aktivitas enzim, adalah aktivitas dari enzim
dipengaruhi oleh Tingkat Keasaman (pH) dimana enzim hanya dapat
bekerja dalam suasana asam. Ada enzim yang bekerja maksimal pada pH
yang rendah atau lingkungan asam . Pengaruh pH terhadap suatu enzim
bervariasi tergantung jenisnya. Ada enzim yang bekerja secara optimal
pada kondisi asam. Ada juga yang bekerja secara optimal pada kondisi
basa. Bukti pH berpengaruh pada aktivitas enzim amylase yaitu terlihat
perbedaan warna akibat kerja enzim pada pH yang berbeda, dan aktivitas
enzim dapat dikatakan bekerja cepat dan tepat pada pH optimumnya
namun hasil pengamatan kami tidak sesuai dengan teori yang didapatkan.
B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan kepada praktikan selanjutnya
berharti-hati dalam menuangkan fehling A dan B agar warna yang
didapatkan sesuai dan juga pahami dan pelajari respon yang diberikan agar
kesalahan yang terjadi pada kami tidak terulang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Buwono, Ibnu Dwi., Iskandar, M. Unung Kurnia Agung, Ujung Subhan. 2017.
Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan Untuk Praktikan Konstruksi Vektor
Ekspresi Ikan Lele Transgenetik. Malang : UB

Marks, Dawn B., Allan D. Marks, dan Collen M. Smith. 2011. Biokimia
Kedokteran Dasar Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: Egc.

Sloane, Ethel. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Egc.

Sumardjo, Damin. 2010.Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata I Faklutas Bioeksata. Jakarta: Egc.

Susanti.R, Fidia Febriana. 2017. Teknologi Enzim. Malang : UNNES

Sutrisno, Aji. 2017.Teknologi Enzim. Malang : UB Press

Tim Dosen UNM . 2018. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Makassar :Jurusan
Biologi FMIPA UNM
LAMPIRAN

1. Apa guna larutan fehling A dan B dan JKJ ?


Jawab:
Larutan Fehling A dan B digunakan untuk membuktikan bahwa suatu larutan
mengandung amilum, juga untuk menentukan apakah enzim amilase bekerja
atau tidak. Apabila enzim tersebut bekerja ditandai adanya perubahan warna.
2. Mengapa kecambah perlu dicentrifuge terlebih dahulu ?
Jawab:
Ekstrak enzim dari biji perlu dicentrifuge untuk mendapatkan supernatan yang
bening serta untuk memisahkan dari ekstraknya.
3. Apa fungsi HCl dan NaOH pada percobaan di atas ?
Jawab:
HCl berfungsi untuk mengetahui untuk mengetahui suasana larutan dalam
kondisi asam, sedangkan NaOH berfungsi untuk mengetahui suasana larutan
dalam kondisi basa.

Anda mungkin juga menyukai