Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“Sebagai Tugas untuk Memenuhi Mata Kuliah Herbal Medisin”


ersitas Sumatera Uta

OLEH:
KELOMPOK 6

HOTMAIDA LESTARI SINURAT NIM 20170215131


IBRENNA GLORIUS MANIK NIM 20170215095
INDIRA NATASYA NIM 20170215127
INTAN WULANDARI DAMANIK NIM 20170215031
IZMI YOLANDA RUSDI NIM 20170215111
JULIA MENTARI NIM 20170215082
JUNI ERTANIA SARI NIM 20170215066
KHOIRIAH NASUTION NIM 20170215024
LADY KASRIANITA NIM 20170215108
LASMAIDA R. PASARIBU NIM 20170215017

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
1. TEH HIJAU
(Camellia sinensis (L.) Kuntze)

1.1 Uraian Tanaman

1.1.1 Morfologi

Batang tegak, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda

berambut halus. Daun tunggal, letak berselang-seling, helai daun kaku seperti

kulit tipis, bentuk lanset, ujung meruncing, tepi bergerigi halus, tulang daun

menyirip, warna hijau permukaan mengkilap. Pucuk dan daun muda yang

digunakan untuk pembuatan minuman teh (Soehardjo, dkk).

1.1.2 Sistematika

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ericales

Famili : Theaceae

Genus : Camellia

Jenis : Camellia sinensis (L.) Kuntze


1.1.3 Kandungan Kimia
Kandungan senyawa kimia dalam daun teh dapat digolongkan menjadi

empat kelompok besar, yaitu: golongan fenol, bukan fenol, enzim dan aromatis.

Keempat golongan tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik

pada teh, apabila pengendaliannya selama pengolahan dapat dilakukan dengan

tepat (Towaha dan Balittri, 2013).

1.1.3.1 Golongan Fenol

Golongan fenol yang terdapat dalam daun teh adalah:

1. Katekin

Katekin adalah senyawa metabolit sekunder yang secara alami

dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid. Senyawa ini

memiliki aktivitas antioksidan berkat gugus fenol yang dimilikinya. Katekin

pada daun teh merupakan senyawa yang sangat kompleks, tersusun sebagai

komponen senyawa katekin (C), epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG),

epigalokatekin (EGC), galokatekin (GC) dan epigalokatekin galat (EGCG).

Kandungan total katekin pada daun teh segar berkisar 13,5-31% dari seluruh

berat kering. Selain itu senyawa katekin juga berperan dalam menentukan sifat

produk teh seperti rasa, warna dan aroma. Katekin menentukan warna seduhan

terutama pada teh hitam, pada proses oksidasi enzimatis (oksimatis) sebagian

katekin terurai menjadi senyawa theaflavin yang berperan memberi warna

kuning dan senyawa thearubigin yang berperan memberi warna merah

kecoklatan. Selama proses pengolahan teh kandungan katekin akan berkurang.

Kandungan katekin akan mengalami penurunan akibat proses pelayuan, oksidasi

enzimatis, penggilingan dan pengeringan (Towaha dan Balittri, 2013; Yashin

dkk, 2015; Gramza dkk, 2005).


2. Flavanol

Flavanol pada daun teh meliputi senyawa kaemferol, kuersetin dan

mirisetin dengan kandungan 3-4% dari berat kering. Flavanol merupakan satu

diantara sekian banyak antioksidan alami yang terdapat dalam tanaman pangan

(Towaha dan Balittri, 2013; Yashin dkk, 2015).

1.1.3.2 Golongan Bukan Fenol

Golongan bukan fenol yang terdapat dalam daun teh adalah karbohidrat

(sukrosa, glukosa dan fruktosa), pectin (asam pektat), alkaloid (kafein, theofilin

dan theobromin), protein dan asam amino (L-theanin), klorofil dan zat warna

yang lain, asam organic(asam malat, suksinat, sitrat dan oksalat), resin, vitamin-

vitamin (vitamin A, B1, B2, B3, B5, C, E dan K) serta mineral (K, Na, Mg, Ca,

F, Zn, Mn, Cu dan Se) (Towaha dan Balittri, 2013).

1.1.3.3 Enzim-enzim

Enzim-enzim yang terkandung dalam daun teh diantaranya adalah

invertase, amilase, β-glukosidase, oksimetilase, protease, dan peroksidase.

Selain itu terdapat juga enzim polifenol oksidase yang berperan penting dalam

proses pengolahan teh yaitu proses oksidasi katekin. Prinsip dasar pengolahan

teh hijau berkatekin tinggi adalah inaktivasi enzim polifenol oksidase melalui

pemberian uap panas secara merata ke seluruh permukaan daun pada proses

pelayuan (Towaha dan Balittri, 2013).

1.1.3.4 Senyawa Aromatis

Aroma merupakan salah satu sifat yang penting sebagai penentu

kualitas teh, dimana aroma tersebut sangat erat hubungannya dengan substansi
aromatis yang terkandung dalam daun teh. Substansi aromatis pembentuk aroma

teh merupakan senyawa volatile (mudah menguap) seperti minyak atsiri

(essential oil). Adapun minyak atsiri yang terkandung di dalam teh yaitu

linalool, linalool oksida, geraniol, dan metil salisilat (Towaha dan Balittri, 2013;

Vidya dan Suhas, 2002).

Senyawa aromatis lain yang juga terdapat di dalam teh diantaranya

adalah phenuetanol, benzil alkohol, n-heksanal dan cis-3-heksenol (Towaha dan

Balittri, 2013; Lee, dkk., 2013).

1.2 Efek Farmakologi

1.2.1 Antimikroba

Polifenol dalam teh hijau telah dilaporkan menunjukkan aktivitas


antimikroba dengan mengikat protein yang berhubungan dengan polimer
poliamida. Penghambatan mikroorganisme oleh senyawa fenolik mungkin
disebabkan oleh kurangnya zat besi atau pengikatan hidrogen dengan protein
vital seperti enzim mikroba. Senyawa fenolik terutama proanthocyanidin rentan
terhadap polimerisasi di udara melalui reaksi oksidasi (Koech, 2013).
Contoh pada uji daya antimikroba teh hijau terhadap bakteri mulut
seperti Streptococcus mutans, Porphyromonas gingivalis, dan Streptococcus
sobrinus diperoleh bahwa pada konsentrasi 60 dan 80 mg/mL dihasilkan zona
hambat yang cukup besar (Axelrod dkk, 2010).
1.2.2 Antikanker
Ekstrak teh hijau menghambat pertumbuhan sarcoma 180 dengan dosis
400 mg/kg/hari pemberian oral. Polifenol teh hijau mungkin berperan dalam
pencegahan pembentukan kanker oleh mekanisme berikut:
(1) penghambatan pembentukan karsinogen
(2) modulasi metabolisme agen inisiasi
(3) interaksi langsung metabolit elektrofilik karsinogenik akhir
(4) mengikat radikal bebas
(5) menghambat aktivitas ornithine decarboxylase
(6) menghambat ikatan kovalen karsinogen terhadap DNA

1.2.3 Menurunkan berat badan dan antidiabetes


Pemberian ekstrak teh hijau pada dosis tinggi (200mg/kg) mampu
mengurangi kadar glukosa dan TC serum serta memperbaiki penurunan berat
badan pada tikus diabetes. Dosis lebih rendah (100 mg/kg) ekstrak teh hijau
tidak mengubah tingkat glukosa pada hewan yang diobati.
Efek teh hijau itu termasuk meningkatkanserapan glukosa yang
dirangsang insulin, menekan penyerapan glukosa oleh transporter glukosa
tergantung natrium SGLT1, menekan glukoneogenesis dengan cara menurunkan
ekspresi beberapa gen seperti phosphoenolpyrovatekarboksin kinase (PEPCK)
dan Glukosa-6-fosfotase(G6Pase) 4 dan memperbaiki resistensi insulin dengan
meningkatkan ekspresi transporter glukosa IV(GLUT IV) (Haidari, 2012).
1.3 Efek Samping
Tanin terdapat dalam jumlah yg cukup besar dalam teh hijau. Tanin
berikatan dengan besi non-heme di dalam tubuh. Besi non-heme adalah jenis
besi yang terkandung dalam tanaman dan makanan yg difortifikasi zat besi. Zat
ini tidak mudah diserap tubuh seperti besi heme, namun kebanyakan zat besi
dalam makanan merupakan besi non-heme. Spesialis teh Lindsey "Vee"
Goodwin dari Vee Tea berkomentar bahwa "tanin dalam teh hijau bisa
membentuk ikatan yang tak terpecahkan dengan zat besi di dalam tubuh,
membuat besi menjadi sulit dicerna.Hal ini dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi yang menimbulkan rasa lemah, sesak napas, mudah tersinggung,
sakit kepala dan denyut jantung berubah-ubah (Nawab dan Farooq, 2015).
1.4 Interaksi Obat

Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) memiliki aktivitas anti-folat

sehingga untuk mencegah kekurangan folat lebih baik tidak digunakan dalam

jumlah yang berlebihan. Teh hijau uga mengandung vitamin K, itu sebabnya

harus dihindari asupan teh hijau berlebihan terhadap penderita warfarin, aspirin

dan antikoagulan yang dapat mencegah penggumpalan darah (Nawab dan

Farooq, 2015).

Anda mungkin juga menyukai