(STUDI PUSTAKA)
DISUSUN OLEH:
JUMADIANSYAH
NIM:5.06.03.0194
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rongga mulut merupakan pintu gerbang tubuh. Setiap waktu tak terhitung
mikroorganisme yang melewati rongga mulut. Hal ini terjadi terus menerus tanpa mengalami
banyak gangguan karena adanya pengaruh saliva. Rongga mulut juga merupakan bagian saluran
cerna dengan biologi yang unik, terdiri atas jaringan lunak dan keras seperti tubuh lainnya. Dalam
rongga mulut ini juga terdapat kelainan-kelainan, salah satunya yaitu bau mulut atau halitosis
(Roeslan, 1999).
Bau mulut yang bersumber dari mulut merupakan faktor yang disebabkan oleh bakteri
dan protein yang ada pada semua orang, oleh karena itu pada dasarnya bau mulut adalah masalah
semua orang, hanya tingkat keparahan yang berbeda-beda, ada yang mempunyai bau mulut
ringan sehingga sama sekali tidak mengganggu orang-orang di sekitarnya, sementara yang
mempunyai kondisi halitosis berat sangat mengganggu orang lain sehingga dapat mempengaruhi
Kondisi gigi yang tidak bersih maupun gigi yang berlubang merupakan tempat yang dapat
menjadi media pertumbuhan bakteri anaerob gram negatif, di samping sisa makanan itu juga
mulut bersumber adanya kelainan di rongga mulut, baik gigi yang berlubang maupun infeksi
Jurnal healt to day mengatakan, plak merupakan penyebab kerusakan gigi. Plak dan sisa
makanan yang melekat di gigi secara bertahap akan diubah menjadi asam oleh bakteri. Jika plak
dan sisa makanan tersebut dibiarkan terlalu lama dipermukaan gigi atau tidak segera dibersihkan
dan ditambah lagi dengan adanya air liur, plak beserta sisa-sisa makanan menumpuk yang lama
kelamaan akan mengeras sehingga berubah menjadi karang gigi yang mempunyai permukaan
Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan,
hewan, dan mineral. Bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk
mengobatan berdasarkan pengalaman. Bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan porsinya
lebih besar dibanding dari bahan yang dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional
hampir selalu identik dengan tanaman obat. Dari masa ke masa obat tradisional mengalami
perkembangan yang semakin meningkat karena mudah ditemui dan harganya dapat dijangkau
Tanaman teh juga salah satu tanaman yang dijadikan obat tradisional. Di seluruh pelosok
Indonesia aneka produk bisa dijumpai sehari-hari. Teh bisa diminum panas atau dingin sebagai
minuman penyegar atau obat. Banyak pula yang mencampurkan dengan bahan-bahan tertentu
Salah satu gangguan pada mulut adalah bau mulut. Biasanya berbagai cara dilakukan
Para peneliti dari Lembaga Perlindungan Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan di Belanda
menemukan bahwa di dalam teh, terdapat zat yang bernama katekin yang dapat menghambat
perkembangan bakteri penyebab napas berbau tidak sedap. Minuman teh dengan kekentalan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam
mengenai mekanisme teh hijau untuk menghilangkan halitosis yang disebabkan oleh kalkulus.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka perumusan masalah ini adalah bagaimanakah mekanisme teh
C. Tujuan
Umum : Untuk mengetahui mekanisme teh hijau dalam menghilangkan halitosis yang disebabkan oleh
kalkulus.
Khusus : Untuk mengetahui perbandingan antara teh apa yang paling banyak kandungan zat yang
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Agar dapat menambah pengetahuan tentang mekanisme teh hijau untuk menghilangkan halitosis
Bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam kontribusi teh sebagai salah satu obat tradisional
bau mulut ke dalam kurikulum mata kuliah bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Pontianak
Segala masukan serta referensi bagi penelti lebih lanjut yang berkaitan dengan mekanisme teh
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
2. Lingkup Masalah
Lingkup masalah ini ditekan pada mekanisme teh hijau untuk menghilangkan halitosis yang
3. Lingkup Metode
Jenis studi pustaka ini adalah bersifat membaca dan mengumpulkan referensi dari buku, majalah,
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teh
Kata teh berasal dari Cina yaitu teh dengan istilah tay. Bahasa latinnya Camelia sinensis.
Hingga sekarang teh sudah banyak dikenal sampai ke seluruh negara. Ada beberapa klasifikasi
> Divisi : Spermatophyta
> Sub divisi : Angiospermae
> Kelas : Dicotyledon
> Famili : Theaceae
> Genus : Camellia
> Species : Camellia sinensis
1. Ciri-Ciri Teh
Menurut Nazarudin (1996) ada beberapa ciri-ciri teh yaitu tanaman teh berbentuk pohon.
Tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas
Mahkota teh berbentuk kerucut. Daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur terbalik. Tepi
daun bergerigi. Daun tunggal dan letaknya hampir berseling. Tulang daun menyisip. Permukaan
daun atas muda berbulu halus, sedangkan permukaan bawahnya hanya sedikit, dan permukaan
daun. Warnanya putih bersih berbau wangi lembut. Namun ada bunga yang berwarna semu
merah jambu. Mahkota bunga berjumlah 5- 6 helai. Putik dengan tangkai yang panjang atau
pendek dan pada kepalanya terdapat tiga buah sirip. Jumlah benang sari 100- 200 helai.
Buah teh berupa buah berupa kotak berwarna kecoklatan. Dalam satu buah berisi satu
sampai enam biji, rata-rata tiga biji. Buah yang masak dan kering akan akan pecah dengan
sendirinya serta bijinya ikut keluar. Bijinya berbentuk bulat atau gepeng pasa satu sisinya.
Berwarna putih sewaktu masih muda dan berubah menjadi kecoklatan setelah tua.
Akar teh berupa akar tunggal dan mempunyai banyak akar cabang. Apabila akar
tunggalnya putus, akar-akar cabang akan menggantikan fungsinya dengan arah tumbuh yang
semula melintang menjadi ke bawah, dan juga akar bisa tumbuh besar dan cukup dalam.
2. Jenis-Jenis Teh
a Teh hijau : Bahannya berasal dari pucuk daun teh yang sebelumnya mengalami pemanasan dengan
uap air untuk menoaktifkan enzim yang terdapat dalam daun teh. Selanjutnya digulung dan
dikeringkan. Teh hijau diproduksi dengan cara penguapan (steaming) daun teh pada suhu tinggi
30-42%.
b Teh putih : Untuk membuat teh putih diperlukan daun teh yang paling muda, yang masih dipenuhi
bulu putih pedek atau bulu halus. Proses pemasakannya mengalami 2 tahap, yaitu penguapan dan
pengeringan. Tidak ada proses pelayuan, penggilingan, atau fermentasi (kadang kala difermentasi
juga dengan kadar ringan). Tampilan teh putih nyaris tak berubah, yaitu berwarna putih
keperakan. Ketika diseduh akan berwarna kuning pucat dengan aroma lembut dan segar.
c Teh oolong : terbuat dari daun teh yang lebih besar dan lebih tua. Setelah dipetik langsug dijemur
untuk pelayuan. Tujuan pelayuan untuk menurunkan kadar air dan membuat lebih lembut.
Kemudian daun diaduk-aduk atau dikocok untuk menghilangkan pinggiran daun. Tahap
berikutnya ditebar dan dikeringkan, dilakukan beulang kali. Tampilan teh oolong, bagian tepi
daun teh akan berwarna merah karena fermentasi dan bagian tengah tetap berwarna hijau.
d Teh hitam : Daun yang sudah dipetik, kemudian dijemur 12-18 jam. Dilanjutkan dengan proses
fermentasi secara penuh. Warna daun teh menjadi hitam dan beraroma khas. Daun teh yang
mengitam ini kemudian digiling dan selanjutnya masih difermentasi di dalam ruangan dingin dan
lembab. Melalui proses ini, teh yang dihasilkan dapat lebih banyak. Sebagian besar teh yang
beredar di pasaran adalah teh hitam. Teh hitam sebenarnya mengandung katekin, namun tidak
banyak. Hal ini karena adanya proses fermentasi pada pembuatan teh hitam yang dapat merusak
3. Teh Hijau (Ryokucha)
Teh hijau (ryokucha) adalah teh yang sangat umum di China. Teh hijau adalah terpilih dari
daun teh kelas atas yang disebut tencha. Teh dinamakan gyokuro karena warna hijau pucat yang
keluar dari daun teh. Daun dilindungi dari terpaan sinar matahari sehingga mempunyai aroma
yang sangat harum. Teh hijau berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh (Hanzi, 2009).
Menurut Khomsan (2008) teh hijau mempunyai kandungan dan kegunaan sebagai berikut :
- Polipenol (katekin) yang terdapat dalam teh hijau adalah bahan sangat bermanfaat bagi kesehatan,
yaitu mampu mengurangi risiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan menghambat
pertumbuhan sel kanker paru-paru, kanker usus terutama sel kanker kulit. Zat ini dapat
- Fluor adalah tergolong sebagai mineral yang dapat mencegah radang gusi, dan gigi berlubang.
- Mangan yang terdapat pada teh hijau dapat membantu penguraian gula menjadi energi sehingga
- Kafein yang terkandung dalam teh hijau berbeda dengan kafein yang terkandung dalam kopi. Pada
teh hanya terkandung kafein sebanyak 3 - 5%. Jadi jika kita rajin minum teh, maka tubuh dan
pikiran akan terasa lebih segar. Kafein berpengaruh positif pada aktivitas mental, dan dapat
B. Halitosis
1. Pengertian Halitosis
Halitosis berasal dari kata “halitos” yang berarti nafas dan “osis” yang berati kondisi
tidak normal, berarti halitosis adalah bau nafas yang tidak sedap. Sekarang ini istilah halitosis
telah digunakan secara bersama untuk menyatakan bau nafas yang tidak sedap, bahkan
Pada tahun 70-an dengan dipelopori oleh Dr Joseph Tonzetich dari Departement of Oral
yang mendalam untuk mengetahui sebenarnya penyebab nafas yang tak sedap pada seseorang. Dr
Tonzetich dan kawan-kawan berhasil mendeteksi bahwa adanya sesuatu senyawa yang berbau
yang keluar dari mulut seorang mengidap bau mulut (Djaya, 2001).
Halitosis telah menjadi masalah yang mengkhawatirkan selama berabad-abad, hal ini
dapat diketaui dari tulisan-tulisan Romawi kuno. Sejak tahun 1550 BC orang Mesir telah
menganjurkan untuk mengatasi nafas tak sedap dengan cara mengunyah bahan yang baunya
wangi seperti mellburry, myrrh (sejenis rempah-rempah), atau karet dari pohon mastik.
Jaman dahulu seorang pejabat romawi telah memberikan pernyataan bahwa nafas
seseorang akan menjadi bau karena makanan yang tidak baik, karena gigi yang jelek, atau bahkan
meningkatnya usia seseorang. Demikian pula Hipokrates yang lebih dikenal sebagai bapak ilmu
kedokteran, 460-337 BC, telah membahas tentang diagnosa dan perawatan bau
mulut. Hipokrates menjelaskan adanya hubungan antara penyakit gusi dan bau mulut. Jika gusi
menjadi sehat kembali bau mulut akan hilang. Sir William Osler 90 tahun yang lalu, dokter
Kanada yang terkenal juga menyatakan bahwa deteksi mau mulut dapat merupakan indikator
yang baik dari penyakit-penyakit mulut dan penyakit-penyakit sistemik tertentu (Djaya, 2001).
Pengertian tentang suatu bau yang tercium adalah sangat berbeda antara individu yang
satu dengan yang lainnya. Seseorang tidak keberatan bau dari anggota keluarganya seperti istri
dan anak karena hal itu dapat memberikan ciri khas tersendiri. Seseorang sering pula tidak dapat
merasakan baunya sediri karena telah terbiasa, seperti halitosis, ini terjadi karena adanya efek
”adaptasi” dimana karena bau tersebut menjadi ada dan terpapar terus-menerus, menyebabkan
Menurut Fahrudin (2002) pada umumnya halitosis bisa dialami oleh semua orang, pria-
wanita, besar-kecil, tua-muda, bayi ataupun lanjut usia walaupun hanya sehari. Bau tersebut bisa
Meskipun biasanya orang menyebut bau mulut tak sedap, namun sebenarnya sumber bau
mulut itu tidak hanya dari rongga mulut saja, tetapi juga bisa dari rongga hidung, paru-paru dan
lain-lain.
Tetapi bila orang yang bersangkutan itu sediri mempunyai syaraf-syaraf pembauannya
rusak, maka ia tidak mengetahui kalau bau mulutnya berbau. Jadi hanya orang lain yang berada
di depannya saja yang bisa tau. Tidak ada penyakitpun hanya dari mulut bisa berbau, karena
makan-makanan yang berbau merangsang atau karena obat-obatan yang diminum, bahkan mulut
kering karena pernapasan melalui mulut yang terus-menerus juga menimbulkan halitosis. Halitosis
disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari mulut,sebab-sebab sistemik atau kelainan pada
daerah nasofaringeal (Djaya, 2001).
a. Faktor lokal
Menurut Djaya (2002) di dalam rongga mulut mempunyai peranan besar terhadap
terjadinya halitosis, dan banyak sekali berpendapat bahwa di dalam mulut mikroorganisme yang
membentuk flora normal mulut. Jutaan koloni berbagai jenis bakteri di dalam rongga mulut yang
Di dalam rongga mulut juga terdapat gigi yang mempunyai pengaruh terhadap halitosis
- Lidah
Berdasarkan studi yang dilakukan menyatakan bahwa permukaan lidah bagian paling belakang
lidah merupakan sumber utamanya terjadinya halitosis. Lidah mempunyai tonjolan-tonjolan halus
pada papilla-papila pada seluruh permukaannya, terdapat tiga jenis papila yang terbesar pada
individu. Permukaan lidah merupakan tempat utama aktivitas serta berkembang biaknya bakteri.
Daerah-daerah di antara papila-papila serta dasar lidah tersebut merupakan tempat paling disukai
oleh bakteri khusus bakteri-bakteri anaerob. Disamping itu permukaan lidah seperti halnya
permukaan gigi juga dapat tertutup oleh plak yang merupakan lapisan tipis seperti film berasal
dari sisa-sisa makanan terutama bagian posterior. Oleh karena itu membersihkan lidah sangatlah
- Ludah
Ludah atau saliva mempunyai peranan penting terhadap terjadinya halitosis yaitu adanya suatu
aktivitas pembusukan oleh bakteri yaitu adanya degradasi protein menjadi asam amino oleh
- Stomatitis
Stomatitis yaitu radang pada selaput lendir mulut. Salah satu jenis stomatitis yang amat jahat
yaitu adalah jenis noma, stomatitis yang berbau busuk (Djaya, 2001).
- Karies gigi
Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum
yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.
Jika dibiarkan lama kelamaan gigi akan membusuk dan menimbulkan bau mulut (Ginting, 1985).
Karang gigi atau kalkulus adalah suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi. Karena
gigi mempunyai permukaan yang kasar sehingga sisa-sisa makanan dan air ludah melekat pada
permukaan gigi dan menimbulkan bau mulut. Penyebab timbulnya karang gigi adalah karena
penimbunan lapisan mineral pada gigi yang berbatasan dengan gusi, dan dapat menimbulkan
- Periodontitis
Radang sekitar gigi ini dapat timbul karena adanya ransangan plak dan kalkulus yang
menyebabkan pembengkakan jaringan gusi dan terjadi poket atau yang lebih dalam dari normal
yang selanjutnya menjadi bertambah dalam diakibatkan adanya kerusakan serat-serat periodontal
Seandainya kalau karies gigi dibiarkan semakin lama semakin besar dan akhirnya gigi hancur
semua, akhirnya di dalam tulang hanya tertinggal sisa akar membusuk (Ginting, 1985).
Pemakaian gigi palsu yang tak terawat menimbulkan bau mulut yang tidak sedap karena tidak
dijaga kebersihannya, terutama gigi tiruan, sekarang ini telah jarang dibuat dan hampir selalu
b. Faktor umum
Yaitu penyebab halitosis yang berasal dari selain dalam rongga mulut :
- Rokok/Perokok
Yaitu bau dan rasa dari mulut seorang perokok cukup khas yang biasanya dapat ditentukan
apakah pasien merokok sigaret, cerutu atau dengan pipa. Pasien yang menghembuskan nafas
berarti mengeluarkan bau dari paru-paru. Bronkus, mulut, hidung dan sinus paranasal,
- Diet
Salah satunya diet juga dapat menimbulkan halitosis, makanan yang digoreng juga dapat
melimbulkan bau mulut bahkan setelah gigi di bersihkan. Kopi juga dapat mempunyai yang khas,
>Sinus paranasal, yaitu sinus yang mengalami radang dan menguarkan nanah sehingga
>Tonsilitis akut, dimana tonsil membengkak, dan mengandung nanah sehingga menimbulkan bau
(Djaya, 2001).
menjadi sklerotik, fosa nasal tersumbat oleh krusta yang menghasilkan bau mulut yang busuk
(Irawati, 2005).
Dalam rongga mulut biasanya berbau kurang sedap pada penyakit penyakit ginjal kronis dengan
lidah yang kering dan berubah warna. Urea dikeluarkan melalui kelenjar ludah bila pasien
mengalami uremia yang parah dan bau mulut berbau urine (Irawati, 2005).
- Keadaan hepatikum
Keadaan hepatikum ini terdapat pada fungsi hati yang sangat akut dan dapat dianggap sebagai
tanda kemungkinan terjadinya koma. Bila pasien belum berada pada keadaan yang sangat akut,
bau mulut pasien yang hepatikum yang sering disebut dalam sejumlah istilah, seperti bau kayu
- Paru-paru dan bronkus
lain yang dapat menimbulkan pembusukan kavita paru-paru dapat menimbulkan halitosis
(Yuwono, 1989).
C. Karang Gigi
Karang gigi adalah bakterial plak yang mengalami endapan keras/mineralisasi, dapat
terbentuk pada semua permukaan gigi dan celah gigi yang berwarna mulai kekuning-kuningan,
berdasarkan perkembangan dari plak oleh karena itu plak harus ada untuk terbentuknya karang
gigi. Untuk mengontrol karang gigi harus dimulai dengan plak kontrol (Sunaryo, 1984).
Teori pembentukan karang gigi sangat bervariasi, tetapi pada umumnya para ahli
berpendapat bahwa antara plak dan karang gigi terdapat hubungan yang erat sekali, sehingga
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, tinggal terlalu lama pada permukaan gigi yang akan
mengeras menjadi karang gigi. Penyebab ini berasal dari pengendapan bahan-bahan kasar, air
ludah dan serum darah, akibat adanya suatu peradangan. Karang gigi mempunyai permukaan
kasar sehingga sisa-sisa makanan dan air ludah melekat pada permukaan gigi tersebut.
Selanjutnya karang gigi akan terus terbentuk dan bertambah banyak sehingga dapat menutupi
sebagian permukaan gigi dan dapat juga dipermukaan akar gigi dibawah tepi gusi (Djuita, 1995).
Melekat disebelah korona dari crest gingiva margin dan dapat dilihat. Warnanya putih
kekuningan atau putih keabuan, klasifikasinya terganyung pada mineral-mineral yang terdapat
didalam saliva dan lebih banyak terdapat di daerah tempat berkumpulnya saliva; misalnya pada
daerah lingual gigi daerah anterior bawah, dan permukaan bukal gigi-gigi molar rahang atas.
Supragingival kalkulus mempunyai konsentrasi seperti tanah liat, warnanya dapat dipengaruhi
oleh pigmentasi yang berasal dari tembakau, makanan atau metabolisme bakteri. Pada kasus-
kasus yang eksterim kalkulus dapat membentuk menutupi permukaan oklusi gigi yang tidak
b) Subgingival kalkulus
Melekat disebelah apikal dari crest gingiva margin di dalam sulkus gingiva dan poket, tidak
terlihat pada pemeriksaan. Untuk menentukan adanya subgingiva kalkulus digunakan sonde.
Konsentrasinya padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman. Bayangan
warna ini dapat terlihat berupa warna gelap membayang disekitar gingival margin. Klasifikasinya
sebagian besar berasal dari mineral-mineral yang terdapat didalam gingival (Sunaryo, 1984).
Komposisi karang gigi bervariasi sesuai dengan lamanya pembentukan. Terdiri dari 80%
masa anorganik, air dan matrik organik dari protein dan karbohidrat. Fraksi anorganik terutama
Selain itu juga terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat, dan fluor. Kandungan
fluor dari karang gigi adalah beberapa kali lebih besar dari pada di dalam plak (Manson, 1993).
BAB III
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
Teh hijau mengandung zat aktif bernama katekin yang dapat membunuh bakteri di mulut,
dapat menahan proses pembentukan plak gigi. Tidak hanya menghalangi tapi justru membunuh
bateri pembentuk plak dan karang gigi sehingga tidak terjadinya bau mulut dengan mekanisme
B. Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional
Mekanisme atau cara kerja zat aktif (katekin) yang terkandung di dalam teh hijau yang
dapat membunuh bakteri dalam mulut dan menghambat pertumbuhan plak sehingga tidak
terjadinya suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi (karang gigi) yang
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
dibahas berdasarkan metode studi kepustakaan dengan cara membaca dan mempelajari buku-
buku, makalah ilmiah, serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan mekanisme teh
B. Pelaksanaan Penelitian
literatur, laporan-laporan, serta makalah ilmiah lainnya yang kemudian dibahas berdasarkan
teori-teori yang ditemukan, sehingga dapat menciptakan pemahaman serta diperoleh arah dan
BAB V
PEMBAHASAN
Sekresi saliva berkaitan erat dengan kesehatan rongga mulut, terutama berhubungan
dengan pembentukan pada plak, plak adalah Plak gigi adalah lapisan lembut yang terbentuk dari
campuran antara makrofag, leukosit, enzim, komponen anorganik, matriks ekstraseluler, epitel
rongga mulut yang mengalami deskuamasi, sisa-sisa makanan serta bakteri yang melekat di
permukaan gigi. Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri
Jika plak tidak segera dibersihkan maka dapat menimbulkan karang gigi. Pembentukan
karang gigi dimulai dengan pengendapan garam kalsium fosfat yang dapat terjadi apabila
lingkungannya mempuyai ph tinggi yang basa, sehingga plak dan sisa-sisa makanan menempel
pada permukaannya. Akibat adanya pengendapan kalsium fosfat dalam lingkungan basa dapat
memudahkan bakteri dalam menghasilkan amoniak yang mengandung uriase. Hasil dari
metabolisme bakteri ini berupa gas atau senyawa sulful yang mudah menguap sehingga dapat
merupakan unsur utama penyebab halitosis. VSC adalah hasil aktifitas bakteri-bakteri anaerob di
dalam mulut berupa senyawa yang berbau tidak sedap dan mudah menguap hingga menimbulkan
bau yang tercium oleh orang lain disekitarnya. Aktifitasnya di dalam mulut bakteri anaerob
bereaksi dengan protein-protein yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa
makanan yang mengandung protein, sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang telah mati
ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut. (Djaya, 2002).
Di dalam mulut normal diperkirakan rata-rata terdapat sekitar 400 macam bakteri dengan
berbagai tipe. Meskipun penyebab bau mulut belum diketahui dengan jelas, kebanyakan dari bau
tersebut berasal dari sisa makanan di dalam mulut. Masalah akan muncul bila sebagian bakteri
berkembang biak. Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di leher gigi bersatu dengan plak dan
karang gigi, selain itu di balik lidah juga ada karena daerah tersebut merupakan daerah yang
aman dari kegiatan mulut sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi toksin atau racun, dengan
cara menguraikan sisa makanan dan sel-sel mati yang terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang
menyebabkan bau mulut pada saat bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada saat
penguraian sisa makanan tersebut menghasilkan senyawa sulfide dan ammonia (Vyati, 2009).
plak yang berlebihan di dalam rongga mulut. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan teh
bernama katekin yang dapat membunuh bakteri di mulut, sekaligus menghilangkan gula dari plak
dan menghilangkan bakteri penyebab napas berbau. Minumlah 2 sampai 5 cangkir teh hijau sehari
(Johnson, 2009).
Teh hijau memiliki kandungan katekin yang tinggi karena pada pembuatan teh hijau tidak
melibatkan proses fermentasi yang merupakan oksidasi polifenol (katekin). Oleh karena itu teh
pembentuk plak. Sedangkan pada teh hitam, kandungan katekin sangat rendah karena pada proses
(katekin) (Khamson, 2008).
Para ahli yang meneliti daun teh hijau sepakat, bahwa teh hijau mengandung senyawa-
Kandungankatekin dalam teh hijau adalah 30-42% berat kering daun teh hijau, meski total
kandungannya bervariasi tergantung lokasi tumbuh, musim, intensitas cahaya dan ketinggian
tempat (Hollenberg, 2008).
sebagai katekin. Katekinadalah antioksidan yang sangat kuat, lebih kuat dari vitamin E, C dan 0-
- epitekin (EC)
- epikatekin galat (ECG)
- epigallokatekin (EGC)
- epigallokatekin galat (EGCG)
potensial. Salah satu fungsi utama dari EGCG adalah sebagai antioksidan, dengan mekanisme
menghambat radikal bebas yang terjadi di dalam lingkungan sehingga menghambat reaksi
berantai yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif bagi struktur mikroorganisme salah
antimutagenik dan antikarsinogenik (Wulandari, 2008).
bakteri tersebut. Enzim GFT ini mengubah sukrosa menjadi glukan yang merupakan penyebab
pembentukan plak gigi. Berdasarkan pengaruh katekin terhadap plak gigi, hasilnya menunjukan
Selain itu hasil juga menunjukan bahwa antioksidan, dengan mekanisme dari katekin bisa
menghambat reaksi berantai sehingga tidak terjadi senyawa belerang yang terbentuk dalam mulut
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein dan kumpulan bakteri yang melekat pada
permukaan gigi terjadi plak gigi. Jika plak tidak segera dibersihkan maka dapat menimbulkan
karang gigi, Karang gigi inilah salah satu yang dapat menyebabkan bau mulut.
pembentuk plak gigi. Selain itu dapat membunuh bakteri di dalam mulut dan menghilangkan gula
dari plak.
B. Saran
Penulis juga mengharapkan agar pembaca untuk minum teh hijau 2 sampai 5 cangkir
sehari. Karena teh hijau mengandung zat aktif (katekin) yang mampu menehan proses
Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk lebih pemperhatikan kebersihan gigi dan
mulutnya dengan cara mengontrol plak agar tidak menumpuk yang mengakibatkan terjadinya
karang gigi, terlebih adanya karang gigi sebaiknya segera dibersihkan supaya tidak menimbulkan
bau mulut, karena karang gigi juga dapat menyebabkan bau mulut disertai dengan adanya
DAFTAR PUSTAKA
Djaya, A, 2001
Ginting, B, 1985
Mulut Sehat Gigi Kuat, Publicing House : Bandung. Hal 11-13
Gede, A, 2006
Mengenal Ragam Dan Manfaat Teh.http//www.Anekaplanta.wordpress.Com.
Hanzi, 2009
Teh hijau. http://id.wikipedia.org/wiki.com.
Irawati, 2005
Bau Mulut No Way.http//www.f-buzz.Com.
Ita, 2002
Dadaunan Penghilang Bau Mulut. http//:www.suaramerdeka.comcybernews
Johnson, J, 2009
Mulut/halitosis-alias-bau-mulut. http://cantik.sayanginanda.com.
Khomsan, A, 2008
Kandungan-kimia-pada-teh-hijau.http://wafasukses.wordpress.com.
Manson, J. D. B. M, 1993
Periodonti.Buku Ajaran: Jakarta. Hal 26-28
Maulani, C, 2006
Plak.http://dention.bravehost.com//.htm.
Nazarudin, 1996
Pembudayaan dan Pengolahan Teh, Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 3-4
Okie, S, 2008
Usir Bau Mulut Dengan Teh. http://doktersehat.com.
Roeslan, B. O, 1999
Peranan Biologi Oral Dalam Bidang Kedokteran Gigi, Majalah Kedokteran gigi. No.39
Sunaryo, L. Z. B, 1984
Priodontologi.Buku Ajaran: Jakarta. Hal 56-58
Temmy, 2002
BauTakSedapDariMulutTakPerluada.http//:www.kompas.com.cetak/iptek/baum 36 htm.
Vyati, E, 2009
halitosis-bau-mulut.http://doktersehat.com
Wibosono, L, 2002
Menyiasati Bau Mulut. http//www.Indonesia.com/intisari/bau mulut.Htm
Widiati, 2003
Mulut Sehat. http//www.kompas.Com/kesehatan/news.Hhm
Wulandari, 2008
Antioksidan.http://www.adln.lib.unair.ac.id.com.
Yuwono, L, 1989
Penyakit Mulut.Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta. Hal 9
BIODATA PENULIS
Nama : Jumadiansyah
Agama : Islam
Alamat orang tua : Sarang Burung Usrat, kec. Jawai, kab. Sambas
Jenjang pendidikan
1. SD : SDN 42, SB. Usrat tamat pada tahun 1999
SLTP : Tsyanawiah AL-Azhar, SB. Kuala, kec. jawai tamat pada tahun 2002
Motto : Kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda, jadi tetaplah berjuang dan terus berjuang untuk
Jumadiansyah
X + 28 Halaman
ABSTRAK
Rongga mulut merupakan bagian saluran cerna dengan biologi yang unik, terdiri atas
jaringan lunak dan keras seperti tubuh lainnya. Dalam rongga mulut ini juga terdapat kelainan-
kelainan, salah satunya yaitu bau mulut atau halitosis. Tanaman teh salah satu tanaman yang
dijadikan obat tradisional.Selain itu tanaman teh merupakan salah satu obat yang dimanfaatkan
oleh bangsa-bangsa. Teh bisa diminum panas atau dingin sebagai minuman penyegar atau obat.
Banyak pula yang mencampurkan dengan bahan-bahan tertentu untuk mengobati berbagai
penyakit.
Tujuan studi kepustakaan ini adalah untuk mengetahui mekanisme teh
hijau (ryokucha) untuk menghilangkan bau mulut yang disebabkan oleh kalkulus. Selain itu juga
untuk mengetahui perbandingan antara teh apa yang paling banyak kandungan zat yang
berkhasiat untuk menghilangkan halitosis.
Pembahasan mengenai mekanisme teh hijau (ryokucha) untuk menghilangkan halitosis
yang disebabkan oleh kalkulus diambil dari bebebapa buku referensi dan internet yang
dimaksudkan untuk mengetahui mekanisme teh hijau (ryokucha) berdasarkan studi kepustakaan.
Hasil dari studi kepustakaan ini adalah mekanisme teh hijau (ryokucha) untuk
menghilangkan halitosis yang disebabkan oleh kalkulus. Para ahli yang meneliti daun teh hijau
sepakat, bahwa teh hijau mengandung senyawa-senyawa bermanfaat. Salah satu kandungan teh
hijau yaitu senyawa substansi fenolyaitu katekin. Kandungan katekin dalam teh hijau adalah 30-
42% berat kering daun teh hijau, Sebab teh hijau mengandung zat aktif yang
bernama katekin yang mampu menghambat bakteri pembentuk plak dan karang gigi sehingga
menghilangkan halitosis.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya saya dapat
adalah salah satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan kuliah di Politeknik
Dalam rangka menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan
baik dalam mencari literatur maupun penyusunannya. Namun berkat bantuan pembimbing serta
teman-teman, Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak drg. Miftah Tri Abadi, M.Kes, selaku Pembimbing Pertama, telah banyak memberikan
dukungan dan bimbingan baik dalam penyusunan maupun penulisan Karya Tulis Ilmiah saya ini.
2. Ibu drg. Lindawati M.Kes, selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan dukungan
dan bimbingan baik dalam penyusunan maupun penulisan Karya Tulis Ilmiah saya ini.
3. Bapak Damhuji, S.SiT, MPH, selaku penguji, telah banyak memberi saran dan motivasi.
5. Para Dosen di Jurusan Kesehatan Gigi yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis,
6. Kepada orang tua, abang, kakak, abang ipar, kakak ipar, dan keponakan yang saya sayangi terima
kasih, pengertian jerih payah dan doanya untuk keberhasilan penulis. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan dan motivasi bagi
penulis.
7. Kekasih saya yang tersayang terima kasih yang telah banyak membantu dalam kesulitan baik di
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah maupun yang lainnya, dan atas dukungan dan motifasinya
2006 yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna dan masih terdapat
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN…………………….……………………….iv
PERNYATAAN SIDANG………………………………..……………………...v
BIODATA PENULIS……………………………………….…………………..vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………..…………… 1
B. Rumusan Masalah……………………...…………………..… 3
C. Tujuan……………………………...……………………….... 3
D. Manfaat……….…………………...………………………… 4
E. Ruang Lingkup…..…………………....……………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teh……………………………………....…………………… 5
B. Halitosis…………………………………....………….……... 9
C. Karang Gigi............................................................................. 17
BAB III KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori........................................................................20
B. Kerangka Konsep………………………………....…….…....20
C. Depinisi Operasional................................................................20
BAB IV METODOLOLI PENELITIAN
A. Rencana Penelitian...................................................................21
B. Pelaksanaan Penelitian.............................................................21
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................22
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................26
B. Saran........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27