OLEH:
PARLAN
240120190501
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah utama dari industri
pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit. Persentase limbah TKKS adalah 23%
dari tandan buah segar, komponen utama dari TKKS adalah 35-42% selulosa, 25-35%
memproduksi gula xilosa oleh xilanase dengan memanfaatkan xilan melalui hidrolisis
enzimatis.
tumbuhan yang tersusun atas unit-unit gula xilosa yang terkait dengan ikatan glikosidik
menghidrolisis hemiselulosa dalam hal ini ialah xilan menjadi xilosa (Mardawati,
Anett, Penia, 2014). Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul
menjadi dua bagian dengan penambahan molekul air (H 2O), dengan tujuan untuk
dan Faizal, 2012). Hidrolisis dapat dilakukan secara kimiawi menggunakan asam kuat,
penghasil enzim (Usmana, Sapta, dan Novi, 2012). Salah satunya adalah Trichoderma
sp. yang dapat menghasilakn enzim xilanase yang selanjutnya dapat digunakan untuk
hidrolisis xilan menjadi xilosa melalui proses fermentasi semi padat atau solid state
asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih
rendah (suhu rendah), berpotensi memberikan hasil yang tinggi dan biaya pemeliharaan
peralatan relatif rendah karena tidak ada bahan yang korosif. Beberapa kelemahan dari
hidrolisis enzimatik antara lain adalah membutuhkan waktu yang lebih lama, dan kerja
enzim dihambat oleh produk. Selain itu, terdapat beberapa langkah dalam hidrolisis
suhu 1210c selama 15 menit yang bertujuan untuk memecah ikatan lignin dan merusak
untuk mengubah xilan menjadi xilosa oleh xilanase (Mardawati et al., 2017).
Pada fermentasi fase padat kadar air diperoleh dari penambahan media
untuk memperbanyak jumlah sel dan membantu adaptasi sel terhadap kondisi
seperti elemen kromium, kobalt, selenium, tungsten, magnesium, besi, seng, nikel,
molibdenum, dan lain- lain (Yang et al., 2013). Larutan garam mineral penting untuk
produksi enzim karena beberapa enzim seperti xilanase, selulase dan proteinase sangat
seperti Mg, K, dan P perlu ditambahkan dengan konsentrasi tertentu ke dalam medium
larutan mineral berpengaruh terhadap proses fermentasi dan produk metabolit yang
dihasilkan oleh mikroba. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan
kajian lebih janjut untuk mengetahui kosnentrasi optimum larutan moistening solution.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang optimasi produksi xilanase melalui
fermentasi semi solid menggunakan substrat tandan kosong kelapa sawit oleh
pada pembuatan gula xilosa mengguanakan substrat xilan yang terdapat pada TKKS
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah padat
yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit. Indonesia sebagai penghasil kelapa
sawit terbesar di dunia dengan produksi dari tahun ke tahun semakin meningkat
seperti yang terlihat pada Gambar 1 memiliki potensi limbah TKKS yang sangat
Saat ini, limbah tandan kosong kelapa sawit hanya dimanfaatkan menjadi
pakan ternak dan pupuk kompos. Menurut Fauzi et al. (2005), dari 1 ton tandan
buah segar (TBS) yang diolah akan dihasilkan 23-25% TKKS, 13-15% serat, 6,5%
cangkang, 5,5-6% biji dan 16-20% crude palm oil (CPO). Misalnya produksi
minyak sawit pada tahun 2016 sekitar 33.500.691 ton, maka diperkirakan jumlah
limbah TKKS di Indonesia pada tahun 2016 yaitu 33.500.691 ton ton CPO/16% x
5
23% = ± 48,16 juta ton TKKS. TKKS termasuk biomassa lignoselulosa yang
yang berasal dari tanaman dan tersusun dari lignin, hemiselulosa dan selulosa.
TKKS berpotensi diolah menjadi kompos, pakan ternak, briket, bahan bakar boiler,
pulp, kertas, bioetanol, dan serat (Yanti, 2013). Komposisi kimia dalam tandan
banyak melimpah di alam. Komponen terbesar dari hemiselulosa terdiri dari xilan,
galactomannan dan xiloglucan bercabang dan linear yang terikat ikatan hidrogen
(b)
esterase, dan enzim lainnya. Rantai utama hemiselulosa dapat terdiri dari satu jenis
monomer (homopolimer), seperti xilan, namun ada juga yang terdiri dari dua unit
glikosidik yang terdapat pada hemiselulosa dalam hal ini ialah xilan atau polimer
dari xilosa dan xilooligosakarida (Girindra, 1993). Enzim xilanase dapat dihasilkan
oleh bakteri dan kapang melalui proses fermentasi. Salah satu kapang yang dapat
7
menghasilkan xilanase adalah T. viridae melalui proses fermentasi (Budiman dan
Setiawan, 2010).
xilanas yang dihasilkan secara ekstraseluler (Biely, 1985). Hidrolisis xilan oleh
xilanase tejadi pada sisi aktif xilanse. Xilananse memiliki sisi aktif terdiri dari sisi
pengikat substrat dan kelompok katalitik. Struktur tiga dimensi enzim xilanase
aktif untuk memecah ikatan β-1,4-ekso seperti yang dimiliki oleh β-xilosidase.
dalam sintetis xilanase. Regulasi biosintetis xilanase dapat dilihat pada Gambar 5.
saat ini banyak dimanfaatkan untuk pembuatan gula xilosa, proses bleaching pada
pembuatan kertas, campuran makanan ternak, dan juga digunakan untuk industri
Enzim ini sebagai pengganti cara kimia sehingga pencemaran racun limbah kimia
akan dihindari dan lebih murah (Ruizarribas et al., 1995). Xilanase merupakan
enzim yang pertama kali dilaporkan untuk pemutihan kertas dan seka-rang telah
Pemanfaatan Xilanase sebagai Gula Xilosa. Xilanase juga dapat digunakan untuk
dari limbah pertanian dan industri makanan. Pengembangan proses hidrolisis secara
Xilosa adalah gula yang diisolasi dari bahan berlignoselulosa dengan proses
aldopentosa yang memiliki lima atom carbon dan satu gugus aldehid. Xilosa
merupakan salah satu penyusun utama dari hemiselulosa, yang terkandung sekitar
asam. Jika sellulosa dan hemiselulosa dimanfaatkan dalam proses hidrolisis secara
tumbuhan yang terikat pada selulosa, pektin, lignin dan polisakarida lainnya untuk
membentuk dinding sel. Xilan adalah senyawa dengan rantai utama homopolimer
yang tersusun atas unit unit gula xilosa yang terkait dengan ikatan glikosidik β-1,4.
Jumlah xilan di berbagai macam kayu bervariasi tergantung dari jenis kayunya dan
bisa mencapai lebih dari 20 % (Fengel dan Wegener, 1999). Komponen xilan juga
melimpah pada limbahlimbah pertanian seperti dedak gandum 12,3%, bagas tebu
9,6% dan sekam padi 12,1% (Richana dkk.,2004). Karena jumlah xilan di alam
(Subramaniyan dan Prema, 2002), maka xilan merupakan komponen yang sangat
menjanjikan untuk dikonversi menjadi gula xilosa (Hidayat dan Herlis, 2015).
11
2.6 Fermentasi Fase Padat
dikendalikan. Fermentasi fase padat adalah salah satu cara fermentasi substrat pada
fermentasi fasa padat atau solid state fermentation (fermentasi fase padat). Prinsip
dasar fermentasi fase padat adalah pertumbuhan mikroba pada substrat padat
dengan kadar air rendah namun substrat harus memiliki kadar air yang cukup untuk
Lio, 2012). Keuntungan dari fermentasi fase padat diantaranya adalah medium
fermentasi yang lebih murah, peralatan dan pengaturan operasi sederhana diperoleh
jumlah produk yang lebih tinggi, kebutuhan energi yang rendah, proses scaling up
yang lebih mudah, stabilitas produk yang lebih tinggi dan pengendalian
kontaminasi lebih mudah karena rendahnya kadar air saat fermentasi berlangsung
Parameter untuk optimasi SSF yang harus diperhatikan adalah sumber karbon dan
nitrogen, adaptasi inokulum, pH, suhu, waktu inkubasi, kadar air (water content)
(Bhargav et al., 2008; dikutip Lio, 2012). Salah satu faktor utama keberhasilan
proses SSF adalah pemilihan substrat padat. Substrat padat tersebut digunakan
sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi mikroba untuk melakukan aktivitas
pH dan Suhu
aktivitas enzim ikut mengalami perubahan. Karena itu tiap enzim mempunyai pH
optimum. Pada kondisi suhu optimum aktivitas enzim akan mencapai aktivitas
tertinggi ( Sadikin, 2002). Reaksi enzim yang terjadi di bawah suhu optimum akan
sedangkan di atas suhu optimal akan menyebabkan rusaknya struktur protein enzim,
konsentrasi ion hidrogen sangat mempengaruhi aktivitas enzim, Karena enzim aktif
apabila asam amino yang merupakan sisi aktif enzim berada dalam keadaan ionisasi
tepat (Volk dan Wheeler 1995). pH terlalu asam atau terlalu basa akan
McKane, 1986). Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh adanya senyawa spesifik
yang terikat pada enzim. Senyawa inhibitor dapat menghambat aktivitas enzim
Wheeler, 1995).
13
T. viridae dan Aspergillus hanya menggunakan xilan sebagai sumber karbon
dalam memproduksi enzim xilanase dan keberadaan sumber karbon ini akan
penelitian Suvarna Lakshmi et al. (2011) sumber nitrogen organik dari urea dan
pepton merupakan sumber nitrogen yang paling baik dalam memproduksi enzim
xilanase (37.799 U g-1 dan 28.520 U g-1) oleh A. terreus dan A. fumigatus. Seyis
dan Aksoz (2005) melaporkan bahwa penambahan amonium sulfat (NH 4)2SO4
Sumber alternatif lain yang bisa digunakan sebagai sumber karbon bisa
(CMC) dan aktivitas spesifik tertinggi terjadi pada xilan sebagai sumber karbon
yang ditambahkan 0,2% glukosa (Seyis dan Aksoz, 2005). Aktivitas enzim xilanase
sangat dipengaruhi oleh ekstrak ragi yang digunakan. Penelitian dilakukan oleh
menggunakan yeast ekstrak konsentrasi tinggi, pada saat konsentrasi dinaikkan dari
45 menjadi 90 g/L pada media cair ternyata pembentukan xilanase menjadi dua kali
menggunakan yeast ekstrak dengan komposisi 1,75%, 2,1%, 5,7%, dan 7,0 % pada
Waktu Inkubasi
xylanase dari Bacillus circulans tertinggi diperoleh pada hari ke-4 dengan aktivitas
11.006 U/mL. Sedangkan peneliti yang dilakukan oleh Febrianti dkk (2014)
melaporkan bahwa waktu inkubasi optimum adalah 60 jam, dengan aktivitas
xilanase dari substrat tandan kosong kelapa sawitdan kulit apel oleh T. viridae
berturut-turut sebesar 20.875 Unit dan 20.653 Unit. Hal ini serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Windari dkk (2014) waktu inkubasi optimum pada
substrat kulit kedelai dan kulit kacang hijau terjadi pada waktu inkubasi 60 jam
dengan aktivitas xilanase sebesar 18,71 U untuk substrat kulit kedelai dan 18,57 U.
proses fermentasai fase padat (SSF) (Shah dan Madamwar, 2005). Kadar air dalam
proses fermentasai fase padat diperoleh dengan cara membasahi substrat padat
dengan moistening solutions dengan rasio tertentu. Jika kadar air proses SSF terlalu
tinggi, porositas substrat akan menurun akibatnya ukuran partikel dan tekstur
substrat berubah, dan transfer oksigen menjadi rendah. Sebaliknya, jika kadar air
proses SSF terlalu rendah akan menurunkan kelarutan nutrisi dari substrat padat
terhambat. Kadar air ini berpengaruh terhadap sifat fisik substrat padat yang
terhadap pertumbuhan mikroba dan biosintesis produk (Xin dan Geng, 2010).
Bahan baku yang digunakan pada percobaan adalah tandan kosong kelapa
sawit, biakan mikroba lama T. viridae, Popatoes Dextrose Agar (PDA), garam
15
mineral. Alat yang digunakan dalam percobaan adalah inkubator, autoklaf,
a) Preparasi Sampel
(a) (b)
(c)
Gambar 6. (a) Pembuatan Bahan Baku, (b) Biayakan dan (c) Pembuatan Koji
b) Proses Produksi Xilanase
(Mardawati et al., 2013) yang merupakan hasil optimasi produksi enzim xilanase
magnesium, besi, seng, nikel, molibdenum, dan lain- lain (Yang et al., 2013).
merupakan hasil optimal dalam memproduksi enzim xilanase (Surya, 2016). Proses
(b)
(a)
17
(c)
Gambar 7. (a) Pembuatan larutan garam, (b) Substrat dan (c) Fermentasi
c) Proses Pemanenan
Hasil pemanenan pada penelitian ini adalah ekstrak kasar enzim xilanase (crude
menggunakan shaker (100 rpm selama 1 jam pada suhu ruangan (250C).
& Ratnadewi, 2013). Ekstrak enzim selanjutnya saring secara vakum dengan
medium kertas saring dan disentrifugasi (10000 rpm selama 10 menit pada suhu
kasar enzim xilanase adalah nilai aktivitas enzim dan kadar protein. Proses
19
VI PRODUKSI XILOSA oleh Xilanase
Daftar Pusataka
Alves-Prado, H.F., Pavezzi, F.C., Leite, R.S.R., de Oliveira, V.M., Sette, L.D.,
Dasilva, R., 2010. Screening and Production Study of Microbial Xylanase
Producers from Brazilian Cerrado. Appl. Biochem. Biotechnol. 161, 333–
346. doi:10.1007/s12010-009-8823-5.
Amir, I., Zahid, A., Yusuf, Z., Iqbal H., Aish, M., Muhammad, I., dan Sajid, M.
2011. Optimization of Cellulase Enzyme Production from Corn Cobs
using Alternaria Alternata by Solid State Fermentation. Journal of Cell and
Molecular Biology. 9(2):51-56.
Fauzi, Y., E.W. Yustina., S. Iman., dan R. Hartono. 2005. Kelapa Sawit : Budidaya,
Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Gomes, J., Gomes, I., Steiner,W., Esterbauer, H. 1992. Production of Cellulase and
Xylanase by a Wild Strain of Trichoderma viride. Applied Microbiology
and Biotechnology. Vol. 36 : 701–707.
Goswami, Girish K dan Seema Rawat. 2015. Microbial Xylanases and Their
Industrial Applications. Int. J. Curr. Res. Aca. Rev. 3 (6) : 436 -450.
Joshi, Chetna dan S.K. Khare. 2011. Utilization of Deoiled Jatropha Curcas Seed
Cake for Production of Xylanase from Thermophilic scytalidium
Thermophilum. Bioresource Technology. 102 : 1722–1726.
Mardawati, E., Stephanie, Arlene, Kresnowati, M., Setiadi, T., 2013. Proceeding:
Optimization of Xylanase Production from Palm Oil Empty Fruit Bunches.
Int. Semin. Biorenewable Resour. Util. Energy Chem.
Mardawati, E., Werner, A., Bley, T., Kresnowati, M., & Setiadi, T. 2014. The
Enzymatic Hydrolysis of Oil Palm Empty Fruit Bunches to Xylose.
Journal of Japan Institute of Energy, 93, 973-978.
http://dx.doi.org/10.3775/jie.93.973.
Xin, F. and Geng, A. 2010. Horticultural Waste as the Substrate for Cellulase and
Hemicellulase Production by Trichoderma reesei under Solid State
Fermentation. Available at: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19707729.
Applied Biochemistry and Biotechnology, 162 (1): 295-306.
Yang, S.-T., El-Ensashy, H., Thongchul, N., 2013. Bioprocessing Technologies in
Biorefinery for Sustainable Production of Fuels, Chemicals, and Polymers.
John Wiley & Sons.
Yanti, M. 2013. Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4) dan Waktu Hidrolisis
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) terhadap Kadar Gula Reduksi
sebagai Bahan Baku Bioetanol. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
23