Anda di halaman 1dari 7

Pembahasan

Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi suatu zat


di dalam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada panjang
gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari beberapa tingkat
konsentrasi mulai yang rendah sampai konsentrasi tinggi (Khopkar,2003).

Spektrum cahaya tampak dan warna-warna komplementer :

Panjang Gelombang (nm) Warna Warna Komplementer

400-435 Violet Kuning-hijau

435-480 Biru Kuning

480-490 Hijau-biru Oranye

490-500 Biru-hijau Merah

500-560 Hijau Ungu

560-580 Kuning- Violet


hijau

580-595 Kuning Biru

595-610 Oranye Hijau-biru

610-750 Merah Biru-hijau

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam analisis kimia yang


digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kualitatif
maupun kuantitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Peralatan yang digunakan disebut spektrofotometer (Mukti, 2012 : 31-32).
Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan baik untuk sampel yang
berwarna maupun tidak berwarna. Metode spektrofotometer UV-Vis lebih banyak
dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi dari analit
di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Ghalib, 2007
:67)

Pada percobaan ini dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif sediaan


aspirin (asam asetilsalisilat) yang beredar di pasaran dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan zat pembanding aspirin. Radiasi UV (ultraviolet)
berkisar antara 10-380 nm, namun paling banyak digunakan secara analitik yaitu
200-380 nm. Daerah Visible (sinar tampak) berkisar antara 380-780 nm.

Gugus Kromofor Aspirin

Struktur Aspirin

Syarat suatu senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis


adalah senyawa tersebut mempunyai gugus kromofor (ikatan rangkap
terkonjugasi) dan mempunyai pasangan elektron bebas (ausokrom). Termasuk zat
uji yang digunakan yaitu aspirin yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
terdapat pada gugus benzen dimana molekul-molekul dengan ikatan rangkap
mempunyai energi eksitasi yang cukup rendah sehingga dapat menyerap radiasi
pada daerah ultraviolet dan sinar tampak. Sedangkan pasangan elektron bebas
(ausokrom) pada senyawa aspirin yang terdapat pada atom O dapat meningkatkan
panjang gelombang dari senyawa tersebut karena terjadi pergeseran panjang
gelombang ke yang lebih tinggi. Aspirin dapat analisis dengan spektroskopi UV-
Vis karena memiliki gugus kromofor dan juga pasangan elektron bebas.
Pembuatan larutan standar dan larutan uji dilakukan dengan menghidrolisis
sediaan aspirin dan pembanding (aspirin) terlebih dahulu dengan menggunakan
NaOH. Proses hidrolisis ini bertujuan untuk memecah aspirin menjadi asam
salisilat dan asam asetat. Reaksi yang berlangsung sebagai berikut :

Aspirin (asam asetilsalisilat) dipecah menjadi asam salisilat karena aspirin


tidak dapat berikatan dengan FeCl3 yang berfungsi sebagai pereaksi kromotag
(pembentuk kompeks berwarna). Selanjutnya dilakukan penambahan FeCl3,
dimana gugus fenol pada asam salisilat akan bereaksi dengan FeCl3 membentuk
kompleks berwarna ungu. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Selain penggunaan FeCl3 sebagai pereaksi, penggunaan FeCl3 sebagai


blanko dikarenakan pengompleks warna pada pembacaan absorbansi adalah FeCl3
sehingga didapatkan kontrol positif terhadap pengukuran absorbansi larutan baku
kerja maupun sampel. Selama proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet tidak
boleh disentuh oleh tangan karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian
bening kuvet. Jika bagian bening kuvet terkontaminasi oleh tangan, maka akan
mempengaruhi nilai absorbansi. Hal ini akan memungkinkan kesalahan dalam
menginterpretasikan data yang diperoleh.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan terhadap larutan
standar dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Penentuan panjang
gelombang maksimum tujuannya untuk menentukan panjang gelombang
maksimum yang akan digunakan untuk mengukur absorbansi larutan standar dan
larutan uji. selain itu, penentuan panjang gelombang supaya tingginya absorbsi
larutan terhadap sinar dan menyesuaikan keadaan temperatur dengan alat karena
terdapat perbedaan temperatur. Dalam penentuan ini, dilakukan penentuan
konsentrasi larutan standar dari konsentrasi yang rendah supaya tidak
mengganggu konsentrasi yang lainya.
Larutan standar dan larutan uji kemudian diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 530 nm. Menurut Mukti (2012), jika suatu zat menyerap
cahaya tampak dan UV maka terjadi perpindahan elektron dari keadaan dasar
menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi
elektronik. Dimana zat yang ada di dalam sampel disinari dengan cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu maka cahaya tersebut sebagian akan diserap
oleh sel-sel absorpsi, sebagian akan dihamburkan, dan sebagian akan diteruskan.
suatu molekul yang dikenai sinar dari sumber radiasi akan diteruskan menuju
monokromator. Cahaya dari monokromator di arahkan terpisah melalui sampel
dengan sebuah cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel secara
bergantian dan berulang, sinyal listrik dari detektor diproses sehingga di dapatkan
nilai absorbansi. Mekanisme inilah yang terjadi pada molekul aspirin yang ada
dalam larutan standar dan larutan uji yang disinari dengan radiasi elektromagnetik
dari spektrofotometer UV-Vis.

(Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometer)


Dari hasil pengamatan yang didapat adalah pada konsentrasi 0.1 didapat
nilai absorbansi sebesar 0,177, 0.2= 0,342, 0.3= 0,496, 0.4= 0,796 dan 0.5= 0,880,
pada percobaan kali sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa dari
pengujian larutan standar semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi pula
absorbansi yang dihasilkan. Karena, jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul
yang dilalui berkas sinar akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah.
Kedua persamaan ini digabungkan dalam Hukum Lambert-Beer, maka diperoleh
bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan sel, (Day
and Underwood, 1999; 393).

Setelah dilakukan penentuan panjang gelombang maksimal pada larutan


standar dan uji sebagai analisis kualitatif, selanjutnya dilakukan analisis
kuantitatif untuk menentukan kadar aspirin, serta menyimpulkan mutu sampel
aspirin apakah memenuhi persyaratan atau tidak. Analisis kuantitatif berkaitan
dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam
suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali dinyatakan sebagai
konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang
di analisis (Day dan Underwood, 1999).
Penentuan kadar atau analisis kuantitatif terhadap aspirin ini dilakukan
dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dan metode one point, dimana
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai absorbansi dari sampel untuk
selanjutnya dapat dihitung kadar analit dalam sampel dengan menggunakan kedua
metode tersebut. Pada prosesnya, kuvet digunakan sebelumnya harus dibilas
terlebih dahulu dengan menggunakan aquadest untuk menghilangkan pengotor
yang mungkin menempel pada kuvet sehingga ketidakakuratan pengukuran dapat
diminimalisir. Selanjutnya penggunaan panjang gelombang maksimum dalam
pengukuran absorbansi harus diterapkan pada pengujian ini karena pada panjang
gelombang maksimum kepekaan larutan sampel yang diidentifikasi lebih
maksimal dibanding panjang gelombang lain. Dimana semakin tinggi konsentrasi
suatu sampel, maka nilai absorbansi nya akan semakin tinggi, hal ini sama dengan
hukum Lambert- Beer yang menyatakan bahwa konsentrasi dan absorbansi
berbanding lurus.
Kemudian, penggunaan 2 metode untuk menghitung kadar analit dalam
sampel yaitu metode One Point dan metode kurva kalibrasi memiliki fungsi
tertentu dalam penggunaannya, dimana One Point Method digunakan untuk
mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu pengerjaan, sedangkan metode kurva
kalibrasi digunakan untuk memastikan bahwa pengujian sudah valid. Berdasarkan
hasil pengamatan pada metode kurva kalibrasi didapat nilai a yaitu -0,0198, nilai b
menunjukkan 0,0116, dan nilai r menunjukkan 0,9885. Pada nilai r hasil
pengamatan, menunjukkan bahwa sampel yang didapat linear dimana hubungan
antara konsentrasi dan absorbansi baik, sesuai dengan hukum Lambert-Beer
bahwa semakin besar konsentrasi, absorbansi yang dihasilkan juga semakin besar.
Hasil perhitungan kadar aspirin dengan menggunakan metode kurva
kalibrasi adalah 82,2184% sedangkan pada metode One Point didapat hasil
sebesar 88.1318%. Dari hasil perhitungan kadar dengan menggunakan dua
metode tersebut dapat diketahui bahwa kadar aspirin yang terkandung di dalam
sampel sediaan tablet aspirin yang diuji tidak memenuhi persyaratan yang
tercantum di Farmakope Indonesia edisi IV. Dimana menurut Farmakope
Indonesia edisi IV, persyaratan kadar untuk tablet yang mengandung aspirin
adalah mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%. Hal ini
terjadi karena adanya zat pengotor baik pada preparat larutan sampel uji maupun
pada kuvet yang tidak terbilas dan dapat mempengaruhi kemampuan larutan untuk
menyerap cahaya atau karena adanya serbuk aspirin dalam sampel yang belum
terlarut secara sempurna ketika proses pelarutan dilakukan pada pembuatan
preparat.
Kesimpulan
1. Hasil analisis kualitatif aspirin dalam sediaan tablet aspirin uji dengan
menggunakan Spektrofotometri UV-Vis didapat nilai panjang gelombang
maksimum sebesar 530 nm.
2. Hasil analisis kuantitatif aspirin dalam sediaan tablet aspirin uji dengan
menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada metode kurva kalibrasi
didapat konsentrasi sebesar 82,2184%, sedangkan pada metode One Point
didapat konsentrasi aspirin sebesar 88,1318%
3. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan perhitungan kadar yang
telah, maka dapat disimpulkan bahwa mutu sampel sediaan aspirin tablet
yang digunakan tidak memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV.

Daftar Pustaka

Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah:
Pujaatmaka, A.H. Edisi ke V. Jakarta: Erlangga

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: DepKes RI.

Ghalib, Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman. (2007). Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Belajar

Khopkar, S.M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.


Jakarta.

Mukti W, Kusnanto. (2012). Analisis Spektroskopi UV-Vis : Penentuan


Konsentrasi Permanganat (KMnO4). Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai