Anda di halaman 1dari 7

SPEKTROFOTOMETER VISIBLE

http://restipratita.blogspot.com/2012/05/spektrofotometer-visible.html (Resti Pratita )

1.

PENGERTIAN
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud
sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh
mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi
sebesar 299149 kJ/mol.
Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan lampu
tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah satu unsur kimia, dalam
tabel periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB atau
golongan 6 dengan simbol W dan nomor atom 74. Wolfram digunakan sebagai lampu pada
spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni
5930 C.
Dalam dunia analisis kimia dikenal suatu alat yang bernama Spektrofotometer visible. Alat ini
berdasar hukum Lambert-beer :
Jumlah radiasi yang diserap proporsional dengan ketebalan sel (b), konsentrasi analit (c), dan
koefisien absorptivitas molekuler (a) dari suatu spesi (senyawa) pada suatu panjang gelombang

2.

PRINSIP
Logika prinsip dari alat spektro-vis adalah intensitas warna dari suatu larutan sebanding dengan
jumlah cahaya yang serap. Semakin pekat warna, semakin banyak cahaya yang di serap.

A. PERCOBAAN SEDERHANA

Sekarang anda bayangkan sebuah gelas. Gelas tersebut di isi dengan air mineral yang jernih.
Kemudian anda lewatkan seberkas sinar melalui gelas tersebut, misalnya dengan lampu senter.
Cahaya sinar lampu senter akan lewat dengan mudah bukan..? menembus melalui gelas.

Sekarang coba anda ganti isi air mineral dengan air sirup yang berwarna, katakanlah coklat
(sirup rasa coklat). Sekarang coba anda lewatkan cahaya lampu senter melalui gelas tersebut.
Apa yang terjadi..? Sinar sulit melewati air sirup berwarna. Memang ada yang lewat, tapi tidak
semuanya.

Sebagian

sinar

ada

yang

di

serap

oleh

warna

coklat

sirup.

Semakin pekat warna pada sirup, sinar lampu senter akan semakin sedikit yang menembus gelas.
Dengan kata lain semakin banyak cahaya yang diserap. Jumlah cahaya yang di serap berbanding
lurus dengan intensitas warna. Hal inilah yang mendasari pengukuran spektro-visibel.

B. PENGUKURAN KUANTITATIF

Apabila anda mempunyai larutan dengan deret warna yang semakin pekat. Kemudian anda
mengukur absorbasinya (jumlah cahaya yang diserap). Maka akan didapatkan suatu kurva linier.
Jumlah cahaya yang diserap semakin banyak seiring dengan intensitas warna yang semakin
pekat. Deret warna ini dalam dunia analisis kimia di sebut sebagai deret standar. Dan jika suatu
larutan telah diketahui absorbansinya, maka konsentrasinya-pun dapat diketahui dengan
membandingkan terhadap deret standar. Inilah prinsip dasar pengukuran konsentrasi
menggunakan

spektro-visibel.

C. LIMITASI DALAM SPERTRO-VISIBLE

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pada konsentrasi yang terlalu pekat, kurva deret
standar menjadi tidak linier. Biasanya konsentrasi di atas 0.1 M. Hal ini karena pada konsentrasi
yang tinggi, jarak antar partikel zat menjadi sangat rapat. Hal ini akan mempengaruhi distribusi

muatan, dan mengubah cara molekul melakukan serapan. Oleh karena itu terkadang pada
konsentrasi terlalu tinggi kurva tidak linier. Itulah sebabnya pada pembuatan deret standar,
absorbansi dianjurkan tidak melebih 1. Jadi absorbansi deret standar ada di dalam range 0-1.
Yang Perlu di Perhatikan !

a)

Perbedaan kuvet sangat berpengaruh. Harap selalu gunakan satu kuvet yang sama untuk
mengukur absorbansi. Apabila anda terlibat dengan sample yang jumlahnya banyak, dan anda
menggunakan kuvet disposable, gunakan kuvet maksimal tiga kali pemakaian. Setelah itu pakai
kuvet baru.

b)

Terkadang senyawa analat mengalami reaksi kimia yang lambat dan memerlukan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Hal ini menyebabkan penyimpangan yang signifikan bila pembacaan
absorbansi tidak dilakukan bersamaan.

c)

Lakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimal. Jangan sungkan untuk
mencari terlebih dulu pada panjang gelombang berapa sample memberikan absorbansi maksimal.
Hal ini untuk meningkatkan sensitifitas analisa.

D. HUBUNGAN ABSORBANSI DAN KONSENTRASI


Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang gelombang
dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut maks. Hal ini disebabkan
jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin
akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil.
Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi, karena b atau l
harganya 1 cm dapat diabaikan dan merupakan suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi
maka absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah
absorbansi yang dihasilkan makin rendah. (Hukum Lamber-Beer dan syarat peralatan yang
digunakan agar terpenuhi hukum Lambert-Beer .

Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (AC) apabila nilai absorbansi
larutan antara 0,2-0,8 (0,2 A 0,8) atau sering disebut sebagai daerah berlaku hukum LambertBeer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi.
Kurva kalibarasi hubungan antara absorbansi versus konsentrasi dapat dilihat pada Gambar.

Gambar Kurva hubungan absorbansi vs konsentrasi

E. FAKTOR-FAKTOR ABSORBANCE DAN KONSENTRASI MENJADI TIDAK LINIER


1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan
yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2.

Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari
kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.

3.

Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat
tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari
alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam
bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada
pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri.
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara memberi
reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan
dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent).

F. SIFAT-SIFAT REAGEN PEMBENTUK WARNA

1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu beberapa jam,
dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat
baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.
2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga warna yang
terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang dapat
mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk atau
kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang dikehandaki tidak sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang dikehendaki dengan
komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.

G. LARUTAN YANG DITAMBAH REAGEN HARUS MEMILIKI LIMA SIFAT


1.

Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran absorbansi dengan teliti.
Ketidakstabilan, yang mengakibatkan menyusutnya warna larutan (fading), disebabkan oleh
oksidasi oleh udara, penguraian secara fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis pelarut.
Namun kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh kestabilan yang lebih
baik.

2.

Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi (warna harus
cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya () besar. Hal ini dapat dikontrol dengan
mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang
cukup tinggi.

3.

Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi kecil kecil dalam
nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang lain.

4.

Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.

5.

Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.

H. MENENTUKAN KONSENTRASI SAMPEL DENGAN CARA KURVA KALIBRASI


Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang diturunkan dari
hukum lambert beer
(A= a . b . c atau A = . b . c).
Namun ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada
dalam suatu larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap
bertumpu pada hukum Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat dengan kurva
kalibarasi:
1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau transmitansi
sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan digunakan untuk analisis, satu
untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam melakukan analisis Maching kuvet harus
dilakukan agar kesalahannya makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang
lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang gelombang.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa, absorbansi yang
dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar
atau paling tinggi disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang gelombang
maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian alurkan pada
grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang disebut kurva
kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika absorbansi yang dihasilkan berkisar antara
0,2-0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.

Anda mungkin juga menyukai