Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS INSTRUMEN

KOLORIMETRI

KELOMPOK 3
1. Dwi Nur Aini
2. Fajar Rizki Priyono
3. Nico Andreas
4. Pranajadesta Nathan S
5. Rohman Hakim
6. Zalfaa Nurjanah

SMKN 2 CILEGON
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ilmiah tentang Kolorimetri.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan
mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang
Kolorimetri ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi
untuk pembaca.
KOLORIMETRI
I. TUJUAN
1. Mempelajari beberapa metoda kolorimetri.
2. Menerapkan metoda system Silinder Hehner dan Komparator Bajerum dalam
penentuan konsentrasi Cu2+.
3. Menentukan konsentrasi Cu2+ dalam larutan tugas.

II. TEORI
Kolorimetri disebut juga visual colorimetris adalah suatu metoda analisa kimia yang
didasarkan pada tercapainya kesamaan warna larutan contoh dan standart dengan
menggunakan sumber cahaya sinar putih / polikhromatis dan detektor mata. Metoda ini dapat
diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun komponen yang belum berwarna
dimana, namun dengan penggunaan reagen pewarna yang sesuai dapat menghasilkan
senyawa berwarna dimana warna yang terbentuk merupakan fungsi dari kandungan
komponen analitnya.
Pada metoda visual kita dapat menggunakan sumber lampu yang monokromatis. Karena
itu pada fotometri kita menggunakan filter interferensi untuk membuat hasil yang akurat.
Filter digunakan untuk mengisolasi daerah spektrum yang diinginkan. Filter interferensi ini
terdiri dari kaca bewarna ataupun gelatin yang bewarna dan mempunyai sifat
mentransmisikan sinar dari spektrum daerah tertentu saja.
Metoda kolorimetri terbagi atas 2 bagian yaitu :
1. Metoda kolorimetri visual merupakan metode dengan menggunakan mata sebagai
detektornya
Metoda kolorimetri visual ini ada 4 macam yaitu :
a. Metoda standar seri (metoda Nessler)
Pada metoda ini dibuat sederetan larutan standar dan larutan sampel dalam tabung yang
berukuran sama dengan jenis yang sama pula. Kemudian warna larutan sampel
dibandingkan dengan salah satu warna dari larutan standar.
b. Metoda kesetimbangan
Pada metoda ini dilakukan cara membandingkan larutan sampel dengan larutan standar
yang didasarkan pada ketebalan larutan standar yang divariasikan.
c. Metoda pengenceran
Metode ini menggunakan satu zat standar dan sejumlah buret yang berisi blanko. Larutan
standar diencerkan dengan blanko sampai tercapai kesamaan warna. Prinsip dasarnya
adalah pada larutan standar ditambahkan blanko.
d. Metoda standar sintetis
Zat yang diselidiki diperoleh dengan cara penambahan sejumlah komponen standar
terhadap suatu larutan blanko sampai tercapai kesamaan warna. Prinsip dasarnya adalah
pada blanko ditambahkan larutan standar.

2. Metoda fotometri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada
pengukuran besaran relatif serapan sinar monokromatis tertentu oleh suatu lajur larutan
berwarna dengan menggunakan detektor fotosel dimana besaran ini merupakan fungsi
dari kandungan komponen tertentu.

Pada kolorimetri, suatu pengulangan (duplikasi) warna dilakukan dalam dua larutan
yang mengandung sejumlah zat warna yang sama pada kolom dengan diameter penampang
yang sama serta tegak lurus dengan arah sinar. Biasanya sinar putih digunakan dan kondisi
keasaman transmisi antara larutan standard an larutan sampel diperoleh dengan pengamatan
visual. Kita telah mengenal hukum Lamber Beer, yaitu:
A = a . b. c
Untuk dua larutan diatas maka Ax = a . bx . cx dan A = a . by . cy = Ay jika larutan mempunyai
kesetimbangan optic, sehingga persamaan diatas dapat menjadi:
bx cy
=
by cx
Asalkan nilai a tetap. Kita dapat menguji peramaan tersebut secara eksperimen dengan
keadaan berikut:
a) Cx bx tetap, sedangkan cy by bervariasi
b) Cx bx tetap, sedangkan by bervariasi
c) Cx bx tetap, sedangkan cy bervariasi
(S.M Khopkar: 2003)
Persyaratan larutan yang harus dipenuhi untuk absorbsi sinar tampak adalah larutan
harus berwarna. Oleh karena itu metoda spektroskopi sinar tampak disebut juga dengan
metoda kolorimetri dan alatnya disebut dengan kolorimeter. Larutan sampel yang tidak
berwarna atau warnanya lemah dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan
pereaksi yang dapat menghasilkan warna. Contohnya adalah larutan nitrit dibuat berwarna
dengan pereaksi sulfanila-mida dan N-(1-naftil)-etilendiamin.
Lebih jelasnya, kolorimetri didefinisikan sebagai suatu metoda analisa yang
didasarkan pada kesamaan warna antara larutan sampel dengan larutan standarmenggunakan
sumber cahaya polikromatis dan mata sebagai detektor. Metoda ini didasarkan pada
penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu larutan.
Absorbsi sinar UV atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan
eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang gelombang absorbsi maksimum dapat
dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada pada molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena
itu spektrokopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional
yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan
spektrokopi serapan ultra violet dan sinar tampak untuk menentukan analisa kuantitatif
senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorbsi. Kolorimetri didasarkan
pada perubahan warna larutan yang sebanding dengan perubahan konsentrasi komponen
pembentuk larutan. Oleh karena itu aspek kuantitatif merupakan tujuan pengukuran metoda
ini. Kesamaan warna pada metoda kolorimetri tercapai apabila jumlah molekul penyerap
kedua larutan persis sama.(David Harvey : 2000).
Metoda kesetimbangan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem peralatan yang dibagi
berdasarkan ketinggian larutan, yaitu :
1. Tinggi larutan konstan (Constant Depht Methods)
a. Tabung Nessler 
Pada metoda ini digunakan beberapa tabung reaksi berbentuk silinder. Masing-masing
tabung diisi dengan larutan standar dengan konsentrasi terukur dan bervariasi dengan
tinggi larutan yang sama. Tabung ini disusun pada rak tabung bercat hitam yang tidak
mengkilat agar tidak memantulkan sinar yang datang pada tabung.
Kemudian larutan sampel dengan tinggi yang sama diletakkan di sela tabung-tabung
tersebut dan bandingkan warna larutan standar dan sampel dengan melihat dari atas tabung
(vertikal). Jika ada warna larutan standar yang sama dengan sampel, berarti konsentrasi
sampel sama dengan larutan standar tersebut. Jika warnanya berada diantara 2 warna
larutan standar yang berdekatan, berarti konsentrasi sampel berada dalam range dari
konsentrasi kedua larutan tersebut.
b. Bajerum Comparator
Pada alat ini, untuk mencapai kesamaan warna antara larutan sampel dengan larutan
standar dilakukan dengan cara menggeser larutan sampel disepanjang skala yang berada di
atas bajerum. Bajerum comparator ini merupakan suatu kotak transparan persegi panjang
yang dibagi dua menurut diagonal bidangnya. Bagian depan dimana skala terteradiisi
dengan larutan standardan bagian lainnya diisi dengan blanko. Pengamatan dilakukan dari
bagian depan (horizontal).
2. Tinggi larutan berbeda (Variable Depth Methods)
a. Tabung Herner 
Tabung Herner berupa sepasang silinder dengan keran untuk mengeluar-kan larutan dari
dalam silinder yang warna larutannya lebih pekat sehingga tingginya berubah, agar
didapatkan warna yang sama pada kedua silinder.
b. Dubosq Colorimeter
Pada alat ini kesamaan warna didapatkan dengan cara mengatur tinggi rendahnya
pemberat (plunger) agar tinggi larutan dalam bejana berubah sehingga didapatkan
intensitas warna yang sama pada spiltfield.
Kriteria untuk analisis kolorimetri berdasarkan syarat pewarnaan antara lain :
1. Kespesifikan reaksi warna
Sangat sedikit reaksi yang khas untuk suatu zat tertentu, tetapi banyak reaksi yang
menghasilkan warna untuk sekolompok kecil zat yang sehubungan saja, artinya reaksi-
reaksi itu selektif. Dengan memanfaatkan peranti seperti memasukkan senyawa
pembentuk komplek lain, mengubah kondisi dan pengendalian pH, seringkali dapat
dicapai pendekatan kespesifikan.
2. Kesebandingan antara warna dan konsentrasi.
Untuk kolorimetri visual, intensitas warna hendaknya meningkatkan secara linear dengan
naiknya konsentrasi zat yang akan ditetapkan. Ini tidak penting untuk instrument
fotolistrik karena kurva kalibrasi dapat dibentuk dengan menghubungkan pembacaan
instrumental warna dengan konsentrasi larutan, sistem ini harus memenuhi hukum
Lambert-Berr.
3. Kestabilan warna
Warna yang dihasilkan hendaknya cukup stabil untuk memungkinkan pengambilan
pembacaan yang tepat. Ini berlaku juga untuk reaksi dimana warna itu cenderung
mencapai maksimum setelah suatu saat periode warna maksimum harus cukup panjang
untuk membuat pengukuran yang cermat. Dalam hubungan ini pengaruh zat-zat lain dan
kondisi eksperimen (temperatur, pH, kestabilan dalam udara dan lain-lain) harus
diperhatikan.
4. Ketepatan ulang (reprodusbilitas)
Prosedur kolorimetri harus memberi hasil yang dapat diulang pada kondisi eksperimen
yang khas. Reaksi itu tidak perlu mewakili perubahan kimia yang kuantitatif secara
stoikiometri.
5. Kejernihan larutan
Larutan haruslah bebas dari endapan jika harus dibandingkan dengan standar yang jernih.
Kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya.
6. Kepekaan tinggi
Kepekaan larutan harus tinggi terutama bila yang harus yang ditetapkan zat berkuantitas
sangat kecil. Produk reaksi yang diinginkan menyerap dengan kuat dalam daerah tampak,
bukan dalam daerah ultraviolet. Efek gangguan oleh zat-zat lain dalam daerah ultraviolet
biasanya lebih parah. (A.L Underwood dan R.A. Day: 1999)
Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metoda ini memberikan cara sederhana
untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Kendala-kendala yang dihadapi pada metoda ini :
1. Reagen pewarna sulit didapat dan harganya mahal.
2. Untuk mendapatkan warna spesifik dibutuhkan kondisi tertentu.
3. Kepekaan detektor mata berbeda-beda. (Vogel: 1989)
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
A. Alat
Alat Fungsi

Sepasang labu ukur 100 mL Untuk mengencerkan larutan


standar
Sepasang alat silinder Hehner untuk mengamati kesamaan
warna larutan secara vertikel.
Pipa kaca berbentuk U Untuk mengalirkan larutan
berdasarkan prinsip bejana
berhubungan
Selang karet dan penjepit Untuk mengatur banyaknya
larutan yang dipindahkan
Satu set alat bajerum Comparator Untuk mengamati kesamaan
warna larutan yang dilakukan
secara horizontal

B. Bahan
Bahan Fungsi
Larutan standar Cu2+ 1000 mg/L Larutan standar dan larutan
tugas
NH4OH 1:1 Reagen pemberi warna
Aquades Pelarut dan blanko

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pembuatan larutan standar
1. Larutan standar Cu2+100 mg/L dibuat dengan memipet 25 mL larutan standar induk
1000 mg/L pada labu ukur 250 mL, lalu tambahkan 25 mL NH4OH 1 : 1 dan
diencerkan sampai batas dengan aquadest. Disiapkan untuk 2 buah larutan standar.
2. Untuk silinder Hehner, dengan bantuan selang dan pipa U diisap larutan kedalam
gelas ukur I sehingga membentuk sistem bejana berhubungan.
3. Larutan tugas diisikan sebanyak 50 mL kedalam gelas ukur II/ silinder sampel, lalu
dipasangkan bergandengan dengan silinder berisikan standar yang telah membentuk
sistem bejana berhubungan terhadap labu ukur standar dengan latar belakang warna
putih.
4. Pengamatan dilakukan secara vertical dengan satu mata, lalu diatur tinggi larutan
dengan merubah posisi labu ukur sedemikian rupa sampai didapatkan tepat kesamaan
warna pengamatan pada kedua sisi silindernya. Selang karet dijepit, lalu nilai skala
volume larutan standar diamati.
5. Bila kesamaan warna telah tercapai, berarti jumlah molekul warna yang dilewati
berkas sisnar telah sama pada kedua sisinya.
6. Maka pada keadaan ini berlaku kaidah kesamaan perkalian tinggi larutan dengan
konsentrasi, sesuai rumus:
l1 × C1 = l2 × C2

3.2.2 Untuk Bajerum Comparator


1. Larutan standar dimasukkan kedalam sisi bajerum bagian depan, pada sisi
belakangnya isikan larutan blanko dengan ketinggian yang sama.
2. Larutan sampel dimasukkan kedalam wadahnya setinggi lebih kurag 2/3 bagian.
3. Wadah sampel ditempatkan pada bagian atas alat utama Bajerum Comparator.
4. Pengamatan dilakukan secara horizontal lalu kedudukan larutan sampel digeser
sedemikian rupa sampai didapatkan tepat kesamaan pengamatan warna pada kedua
sisi atas/bawah dengan latar belakang warna putih.
5. Setelah didapat kesamaan warna, posisi skalanya dibaca dan konsentrasi tugas dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Nilai skala
Cx = × Sstd
20
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Pembuatan larutan standar
Larutan standar induk Cu2+ 1000 ppm
- dipipet 25 mL dan pada dimasukkan kedalam labu ukur
250 mL
- ditambahkan 25 ml NH4OH 1:1
- diencerkan sampai batas dengan aquadest
Larutan standar Cu2+ 100 ppm
- disiapkan untuk 2 buah.

Untuk silinder Hehner


Larutan standar Cu2+ 100 ppm
- diisap dengan bantuan selang dan pipa U kedalam gelas ukur I
Larutan tugas
- diisikan sebanyak 50 mL kedalam gelas ukkur II
- dipasangkan bergandengan dengan silinder berisikan standar yang
telah membentuk sistem bejana berhubungan terhadap labu ukur
standar dengan latar belakang putih.
- dilakukan pengamatan secara vertical
- diatur tinggi larutan dengan merubah posisi labu sedemikian rupa
sampai didapatkan kesamaan warna pengamatan
- jepit selang dengan karet
- diamati nilai skala volume larutan standar
- bila kesamaa warna telah tercapai, berarti jumlah molekul warna yang
dilewati berkas sinar telah sama pada kedua sisinya.
Konsentrasi larutan tugas
3.3.2 Untuk Bajerum Comparator
Larutan standar
- Masukan ke dalam salah satu sisi depan
- Blanko pada sisi belakang, standar di sisi depan
- Masukan sampel ke dalam kotak sampel sampai tanda batas
- Tempatkan kotak sampel pada bagian atas kotak larutan standar
- Geser kedudukan sampel sepanjang posisi skala sampai
didapatkan kesamaan warna
- Pengamatan dilakukan secara horizontal
- Baca skala setelah tercapai kesamaan warna
Konsentrasi Larutan
3.4 Skema Alat
A. Silinder Hehner

3 2

1
4
5

Keterangan:
1. Larutan sampel
2. Penjepit
3. Pipa U
4. Labu ukur berisi larutan standar
5. Selang karet

B. Bajerum Comparator
3

Keterangan:
1. Wadah sampel
2. Skala bajerum comparator
3. Larutan standar
4. Blanko
ANALISA JURNAL
A. JUDUL
Determination of Chromium and Iron Using Digital Image-based Colorimetry (Penentuan
Kromium dan Besi Menggunakan Gambar Digital Berdasarkan Kolorimetri).
B. TUJUAN
Untuk mengusulkan metode analisis sederhana dan cepat dengan menggunakan gambar
digital berdasarkan kolorimetri untuk penentuan Cr(VI) dan Fe(III) dalam sampel air.
C. CARA KERJA
a) Prosedur fotografi
1. Standar dan sampel ditempatkan dalam sel kuarsa spektrofotometik 1 cm dengan
latar belakang putih dan buram untuk mempertahankan cahaya lingkungan yang
sama dan kondisi fotografi. Kamera diset up secara detail.
2. Gambar digital dipindahkan ke computer menggunakan software Adobe
Photoshop.
3. Warna-warna yang diperoleh mewakili area kotak sekitar 100 pixel yang terletak
di setiap spektrofotometri sel.
4. Nilai RGB rata-rata diukur dengan pengolahan gambar Matlab pada menu tool
box.
5. Potongan gambar digital dan pengolahan Matlab sampel dilakukan 4 kali ulangan.
6. Analisis lebih lanjut dari data RGB dibuat dengan Microsoft Excel dan Minitab
untuk regresi linier sederhana (SLR) dan parsial least square (PLS), masing-
masingnya.
b) Metode referensi
1. Prosedur referensi spektrofotometri dilakukan dengan menggunakan reagen
kompleks yang sesuai.
2. Kolorimetri untuk penentuan kromium didasarkan pada reaksi Cr ion (VI) dengan
1,5-Diphenylcarbazide (DPC) memproduksi kompleks berwarna redviolet dengan
penyerapan maksimum 540 nm. Penentuan besi didasarkan pada reaksi Fe(III) ion
Kalium Tiosianat dengan (KSCN) memproduksi kompleks berwarna orange-
merah dengan penyerapan maksimum 480 nm.
3. Analisa masing-masing sampel dilakukan dalam rangkap tiga, dan konsentrasi
dihitung dari kurva kalibrasi standar.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Standar deviasi relative (RSD) dihitung menjadi kurang dari 1,37% dan 1,31% untuk
Cr(VI) dan Fe(III), masing-masingnya. Hasil ini menunjukkan pengulangan baik dari metode
yang diusulkan. Sensitivitas terbaik untuk Cr(VI) dan Fe(III) menggunakan penentuan regresi
linier sederhana dicapai oleh warna hijau dan biru pada masing-masingnya, lereng kurva
kalibrasi adalah 0,548 dan 0,082 untuk Cr(VI) dan Fe(III). Sensitivitas Fe(III) lebih rendah
dari Cr(VI) mungkin karena kurang intensitas menghasilkan warna kompleks yang berbeda
untuk Fe seperti 10-fenantrolin. Metode ini diterapkan untuk solusi sintesis dengan diketahui
konsentrasi Cr(VI) dan Fe(III). Akurasi dari metode yang diusulkan dinilai menggunakan
UV-Spektrofotometri sebagai metode referensi.
Persentase relative error (((Xe-Xc) / Xc) × 100) dalam analisis konsentrasi diketahui
Cr(VI) dan Fe(III) larutan (Xc = 0,6 mg/L), (Xe, hasil SLR atau PLS) ditemukan lebih baik
dari 2,5% untuk sebagian logam. Meskipun akurasi PLS baik, kualitas gambar SLR gambar
masih kurang memuaskan, dengan tidak ada perbedaan statistic yang signifikan pada tingkat
kepercayaan 95% tingkat.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
Salah satu kelemahan dari metode yang diusulkan relative batas bawah deteksi. Gambar
pengujian berbasis kolorimetri sebanding dengan yang terlihat UV-Spektrofotometri, yang
tidak cukup baik untuk mendeteksi logam berat berkonsentrasi rendah dalam sampel sungai
tercemar atau sampel lingkungan lainnya. Akan tetapi, metode limit deteksi yang diusulkan
dapat ditingkatkan dengan menerapkan langkah tambahan sebelum analisis, seperti
kopresipitasi, pertukaran ion atau resin pengkhelat pra-konsentrasi.

Anda mungkin juga menyukai